Wednesday 18 February 2015

Short Story "Dekat Di Hati" part 1

From Germany With Love
By Rani



Laki-laki itu berlutut di depan seorang perempuan muda yang berumur sekitar 19 tahun. Setangkai mawar berada di genggamannya. Tangan laki-laki itu mulai menyentuh jemari Sang perempuan. Di tengah kerumunan orang, laki-laki itu berkata,

"Aku sudah lama menunggu momen ini. Hari ini aku ingin kau selalu ada di sampingku, menemaniku di saat senang maupun sedih. Mungkin aku tak pintar untuk merayu, tapi dari hati yang terdalam, maukah kau menjadi pacarku?"

Ucapan itu sontak membuat Sang perempuan terperangah tak percaya. Laki-laki yang selama ini dicintainya diam-diam ternyata juga membalas cintanya. Tanpa berpikir panjang, jawaban yang ditunggu-tunggu pun keluar dari mulut Sang perempuan.

"Tak perlu aku berpikir panjang, aku pun punya rasa yang sama denganmu. Aku mau jadi pacarmu, Bagas RDS."

Jawaban itu disambut tepuk tangan meriah dari semua orang yang telah diundang oleh Bagas untuk menjadi saksi momen bersejarah itu. Tak dapat menahan rasa senang, Bagas langsung memeluk dan mendaratkan sebuah kecupan manis di kening Chelsea.

"Agatha Chelsea kini kau menjadi pacarku." Bagas berteriak kegeringan.

Hari itu semua berbahagia. Sepasang kekasih telah dipertemukan.

"Bagas aku akan selalu merindukanmu. Meski kau kini jauh di sana, aku akan selalu menunggu saat kita akan berjumpa. Aku berjanji akan pulang untuk kembali bersamamu." Chelsea mematikan video kenangan itu. Hari ini tepat satu tahun kepergian Chelsea ke Jerman untuk meraih cita-citanya.

---

Dekat di Hati
by Evelynn Ellma

Rona matahari pagi menelisipi jemariku dari celah- celah tirai yang setengah terbuka. Digenggami lena semacam itu, aku mengerjapkan mata perlahan. Di saat aku mengalah pada kehangatan yang nyaman itu, sebuah nada mengalun lembut. Seolah belum cukup indah saja pagi- pagiku, lagi- lagi namamu tertera pada layar ponselku.

“Hei.”

“Halo,” balasmu singkat. Aku menangkap getaran senyuman yang kentara di ujung sana.

Sesederhana itu, sayang. Sesederhana itu kita hangatkan dingin jarak di antara kita. Semudah itu kehadiran tak kasat matamu membuat aku kembali jatuh cinta disetiap kalinya.

 ---

Cinta Itu Dekat
by Andriansah

Cinta itu apa?

Kamu selalu bilang, cinta itu bukan sekedar ucapan..
Kamu bilang, cinta itu perbuatan.

Pukul. 06.00 am.
"Hai selamat pagi sayang, jangan lupa sarapan dan semangat untuk aktivitas  hari ini, Love you" sms kukirimkan padamu.

Setiap pagi aku harus sms kamu, memberikan kabar dan memeberikan ucapan selamat pagi. Rutinitas ini bukan sekedar sms yang tak berarti. Seolah rutinitas ini menjadi bagian penting dalam aktifitas, berusaha untuk tidak kesiangan mengabarkan maupun memberi salam. Rutinitas yang kulakukan pertama saat ku hendak pergi beraktifitas, atau memulai aktifitas. Ya rutinitas yang kamu anggap membosankan karena sms ku isinya sama, padahal banyak hal yang ku usahakan untuk rutinitas ini.


Pukul. 12.30 pm

"Hai, selamat siang... jangan lupa makan ya. Hmmm kok ngga ada kabarnya dari pagi" tanyaku.

selang beberapa saat kemudian...

"Iya, sama-sama. Hmm abis bosen, gitu-gitu mulu smsnya. Telpon kek" balasmu.


Aku selalu bilang, aku paling malas telponan, entahlah tidak suka aja. Namun, aku lebih suka sms.. kenapa? karena dengan begitu ada sesuatu yang selalu bisa kulihat dan baca berulang-ulang.

Kamu mungkin ngga akan tau berapa kali aku membaca pesan yang sama darimu, membayangkan wajahmu..senyumnya.. renyah tawamu.

Ah kamu ngga tau kalau tulisan itu abadi.

Kamu selalu merasa kita serasa jauh meski dekat, sedangkan buatku... bahkan lima kata dari sms yang kamu kirim  membuatku merasa kamu dekat hingga bisa kubayangkan wajahmu diantara langit siang atau malam.

---

Itulah yang Kusebut Cinta
by Sekar Setyaningrum

“Kau tahu apa yang mengagumkan dari senja dan pagi, Chels?” Bagas menghapus dua bening Kristal dari sudut mataku.
 
“Mereka saling merindukan, tapi tak pernah memaksa untuk bisa disatukan.”
“Itulah kenapa aku memilihnya.”
 
“Jangan bandingkan aku denganya.”
 
“Tentu tidak, aku tidak sedang membandingkan siapapun. Bukankah kau tadi meminta jawaban?"
“Katakan padaku.”
“Dia tak pernah meminta apapun dariku, bahkan ketika jarak menjadi caranya mencintaiku.”
 
“Ya. Gadis itu sangat berbeda denganku.”
 
“Bukan itu, Chels. Kau tahu ? cinta tak pernah menuntut dua raga untuk tetap saling berpagut mesra. Cinta tak pernah mengukur dirinya dari seberapa sering kau dapat berjumpa denganya. Tapi seberapa dekat jiwamu dengan cinta itu sendiri.”
 
“Sedekat itu dia kini bagimu?”
 
“Tentu, Chels. Aku tak pernah berharap lebih bahkan jika dia menodai rasa percayaku padanya. Aku hanya meletakanya disini. Dihatiku.”
 
Aku menatap dalam matanya. Aku tahu Bagas tak sedang bercanda seperti biasanya. Aku tahu Bagas benar-benar telah memilih siapa cintanya. Cinta yang hanya dia temui lewat suara. Lewat telepon dan pesan singkat untuk gadisnya.
---

Dekat di Hati

“Bagaimana pun juga, dia dekat di hatiku. Jadi, berhentilah kamu mengejarku,” kataku acuh tak acuh kepada lelaki yang dengan lancangnya berdiri di sisiku itu, sambil ikut-ikut bersandar pada balkon lantai kedua sekolah.
 
Samar-samar kudapati senyuman sinis di wajahnya, selanjutnya kudengar suara bass-nya menyahut. “Dia sudah mati, Chels. Sudah di tanah.”
 
Kulirik ia malas mengandung sarkas. “Katamu saja, dia mati.”
 
“Memang begitu, kan?”
“Tidak, kok. Dia tetap di sisiku. Dia tetap dekat dengan hatiku.” Aku menarik napas dalam-dalam. Kupegang dada kiriku.
“Jantung ini adalah jantungnya. Sampai kapan pun, keberadaanmu akan selalu lebih jauh dari hatiku. Dia justru memberikan yang sangat berharga baginya kepadaku....”Ucapanku menggantung. Air mata menetes ketika bayang wajahnya melintas di benakku. Angin berhembus. Dapat kudengar pekikkan kaget seseorang di sebelahku pelan.
 
"Hidupnya," kataku sambil berbalik, lalu melenggang di koridor menuju ke kelas.

---

No comments:

Post a Comment