Sunday 20 April 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 8]

Thanks to @ElfiraEkaputri1 for the picture. ^^

CP Bagas terlihat sangat frustasi. Ia membanting koran yang dipegangnya. CP Chelsea yang melihat Queen Agni meninggalkan kamar CP Bagas dengan marah pun penasaran dan segera pergi menuju kamar CP Bagas kembali.

"Ada apa dengan Ratu?" tanya CP Chelsea dengan heran kenapa Ratu terlihat sangat marah ketika baru membuka pintu kamar CP Bagas.

"Hey, kenapa Ratu bersikap seperti itu?" selidik CP Chelsea sambil mendekati CP Bagas yang masih terdiam mematung. Kemudian CP Chelsea melihat koran yang jatuh dibawah, ia buru-buru mengambilnya dan terlihat akan membacanya.

"Apa yang diberitakan oleh koran ini?" tanya CP Chelsea sebelum melihat foto yang terpasang di koran tersebut. Ketika sudah melihat foto tersebut, CP Chelsea pun ikut mematung dan raut sedih segera menyergap wajahnya.

"Apa ini? Kenapa kalian berdua ada di Jogja? Ini tidak benar, bukan?" tanya CP Chelsea dengan berurutan tanpa jeda. CP Bagas pun segera menarik koran yang dipegang CP Chelsea sambil berkata;

"Apa aku perlu memberi tahumu segalanya?" tanya CP Bagas tanpa melihat kearah CP Chelsea.

"Aku hanya ingin tahu," jawab CP Chelsea cepat.

"Tidak ada yang perlu kamu tahu," potong CP Bagas tak kalah cepat dengan masih tanpa melihat CP Chelsea.

"Apa? Aku tidak dapat menanyaimu pertanyaan seperti ini? Jadi aku tidak punya hak untuk bertanya?" CP Chelsea mulai berbicara dengan anda keras dan intens melihat CP Bagas sambil mulai menahan tangisnya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang hal ini," ujar CP Bagas yang awalnya akan menggunakan nada tingginya, namun tak sengaja melihat raut sedih dimuka CP Chelsea, ia kemudian berujar dengan nada yang lebih rendah.

"Lebih baik kamu menjaga kesehatanmu daripada memikirkan hal bodoh seperti ini," lanjut CP Bagas dengan sedih tanpa melihat CP Chelsea kembali.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku jika aku sakit atau tidak. Aku sangat sehat sekarang. Jadi jangan sok perhatian," ujar CP Chelsea mulai emosi. Kemudian ia berbalik akan meninggalkan kamar CP Bagas. Namun CP Bagas menahannya dengan memegang pergelangan tangan CP Chelsea.

"Kamu bilang kamu sehat? Apa kamu tahu bagaiman kamu sudah membuat semua orang khawatir? Apa yang salah? Apa yang  salah sehingga kamu tidak makan dengan benar?" bentak CP Bagas sambil memegang tangan CP Chelsea dan memandangnya erat-erat.

"Kamu tidak perlu tahu kenapa aku menderita," ujar CP Chelsea dengan berani.

"Apa?" ucap CP Bagas dengan terkejut.

"Kamu tidak membiarkanku bertanya foto apa ini? Jadi janagn memikirkanku apakah aku mati karena menderita atau tidak," ujar CP Chelsea dengan nada keras dan mulai mengelurkan air matanya.

"CHELSEA, KAMU..." bentak CP Bagas.

"Aku sangat bodoh. Tanpa aku tahu kamu sedang asyik berduaan dengan Chindai, Aku... Aku menunggumu tanpa bisa tidur dengan nyenyak. Aku merasa sangat bodoh...," ujar CP Chelsea dengan diiringi derai airmatanya kemudian ia meninggalkan kamar CP Bagas dengan menangis.

CP Bagas yang mendengar ucapan Chelsea sambil menangis hanya terpatung sedih. Terlihat penyesalan diwajahnya. Ia hanya melihat kepergian Chelsea dengan raut muka penuh kesedihan dan penyesalan juga.

*Pagi hari diapartemen Rafa

Kini Rafa dan Putri Shilla telah tinggal disebuah apartemen. Terlihat P.Shilla sedang membaca koran dimeja makan. Dan Rafa menuju kearahnya.

"Pagi, ibu," sapa ramah Rafa ketika menemui Ibunya yang sedang membaca koran diruang makan.
"Pagi sayang," Ibunya sambil mengecup kedua pipi Rafa sebagai sambutan pagi.

"Ibu sedang baca berita apa? Serius sekali," komenatr Rafa samil duduk dikursi makannya.

"Lihatlah, ini sangat menarik. Sepertinya tujuan kita akan lebih cepat terwujud," jawab P.Shilla dengan santai sambil menunjukan berita yang ada dikoran tersebut. Rafa meraih koran yang diberikan ibunya. Ia terkejut dengan foto yang ada difoto tersebut.

"Benarkah ini sudah terpublikasi?" tanya Rafa dengan terkejut.

"Apa maksudmu. Tentu saja. Apa kamu pikir aku mendekati Chindai untuk berlatih yoga denganku tanpa tujuan?" jawab ibunya dengan tersenyum sambil memberikan sebuah amplop coklat besar kepada Rafa.

Rafa pun membuka amplop tersebut. Didalamnya terdapat banyak foto kebersamaan Bagas dan Chindai di Jogja. Dan Rafa semakin shock ketika mendapati foto ketika Chindai mencium bibir Bagas dibandara.

Saturday 19 April 2014

20's versi IC [part 2]



Chelsea terbangun dengan situasi yang aneh. Ia terduduk bersandar di sofa apartemennya dengan Bagas yang sudah berada dihadapannya. Ia lupa dengan apa yang terjadi semalam.

Ada apa ini? Apa yang sedang kulakukan dengannya?” batin Chelsea dengan kebingungan melihat sekeliling dan menghindari eyecontact dengan Bagas yang tepat berada dihadapannya.

“Sepertinya, dia akan menciumku atau semacamnya,” Chelsea mencoba menerjemahkan apa yang sedang terjadi dengan bibir Bagas yang tepat mengarah kepada bibirnya.

“Aish! Apa-apaan ini? Apa aku harus menampar dan mendorongnya untuk menghindari situasi ini?” pikir Chelsea dengan keras.

“Atau, aku harus menciumnya?” batin Chelsea kemudian yang mulai berani melihat mata Bagas.

“Apa yang harus kulakukan agar dia tidak menyebutku gila atau bodoh?” Chelsea yang masih berpikir.

“Biarkan kupikirkan lagi. Coba kuingat apa yang terjadi kemarin,” Chelsea dengan memalingkan wajahnya mengulur waktu agar Bagas tidak segera menciumnya.

“Kemarin sekitar jam 8 malam. Bagas tiba-tiba muncul. 3 jam sebelumnya.Untuk melupakan kak Karel, aku mengeritingi rambutku,” ingat Chelsea.

---FLASHBACK---

Disaat Chelsea berada disalon untuk mengeriting rambutnya, smartphone’nya berdering menandakan ada pesan masuk.

From: Bagas
To: Chelsea
Apa yang sedang kau lakukan?
Aku bosan dan sedih. ||

“Apa lagi ini?,” ujar Chelsea yang didengar hairstylist’nya.

Seminggu sebelumnya. Terjadi pertemuan memalukan yang membuat Chelsea malu.

From: Bagas
To: Chelsea
Lama tidak berjumpa, Agatha Chelsea. ||

Dan semenjak pesan itu dikirim oleh Bagas, Bagas memang mulai menjalin kotak kembali dengan Chelsea. Namun Chelsea masih terlihat cuek dengan Bagas. Ia masih menganggap Bagas sebagai teman masa remajanya.

Dan disaat Chelseas sedang mengeriting rambutnya disalaon, Bagas mengirimi Chelsea pesan seolah mereka sudah dekat kembali seperti sewaktu SMP dulu. Sejenak Chelsea berpikir untuk segera membalas pesan tersebut atau tidak. Kemudian ia melihat sebuah iklan di tv salon tersebut, yang bintang iklannya adalah Bagas. Chelsea tersenyum melihatnya.

To: Bagas
From: Chelsea
Aku sedang mengeriting rambut. ||

Chelsea pun membalas pesan dari Bagas dengan cepat. Chelsea segera mengembalikan ponselnya kemeja depannya. Bahkan sebelum Chelsea melepaskan ponselnya yang akan ia letakkan, ponselnya sudah berdering 2X kembali yang menandakana ada 2 pesan masuk.

From: Bagas
To: Chelsea
Kenapa kau mengeritingi rambut? ||

From: Bagas
To: Chelsea
Apa terjadi sesuatu? ||

Belum selesai Chelsea membaca pesan kedua, beberapa pesan baru sudah masuk kembali.

From: Bagas
To: Chelsea
Dimana salonnya? Di Thamrin? sekitar kampus’mu? Dimana? ||

From: Bagas
To: Chelsea
Beritahu aku. Aku akan mengirimimu pesan sampai kau memberitahuku. Ayo! Beritahu aku. ||

“Kenapa dia seperti ini?” ujar Chelsea kesal.

“Pacar?” tanya hairstylist yang mendengar ujaran Chelsea dan mendengar begitu banyak pesan masuk.

“Temui dia secepatnya. Dia mengawasimu dengan ketat,” lanjut sang hairstylist tanpa menunggu jawaban dari Chelsea.

“Dia bukan pacarku,” ujar Chelsea santai.

~~~ All I wanna do is find a way back into love.
I can't make it through without a way back into love.
And if I open my heart again,
I guess I'm hoping you'll be there for me in the end!~~

Lagu lama berjudul ‘A Way Back Into Love’ ost. Music and Lyrics yang dinyanyikan secara duet Hugh Grant dan Heley Bennett tiba-tiba mencuri perhatian Chelsea. Lagu yang sedang diputar di tv salaon tersebut, seperti mampu membaca pikiran Chelsea yang sedang kehilangan cintanya dan bertemu dengan Bagas yang dulu mencuri ciuman pertamanya.

To: Bagas
From: Chelsea
Di salon "Kecantikan Rambut" depan kampusku,
Sudah ya? Sekarang. tidur sianglah. ||

Balas Chelsea yang dengan tersenyum yang tidak ingin membuat Bagas terus bertanya dimana dia berada.

Setelah membalas pesan dari Bagas, Chelsea membuka salah satu media sosial yang ia miliki lewat smartphone’nya. Ia men-scroll down layar’nya. Dan ia menemukan sebuah foto yang membuat nya penasaran. Foto Karel yang selfie mesra dengan seorang wanita. Kemudian Chelsea men-zoom foto tersebut. Betapa terkejutnya Chelsea, foto tersebut adalah foto Karel bersama Salsha, teman satu komunitas musiknya. Dari foto tersebut, Chelsea dapat menarik kesimpulan, bahwa Karel sedang mempunyai hubungan sepesial dengan Salsha. Dan ini membuat Chelsea semakin terluka.

“Sekarang, dengan Salsha?” ujar Chelsea dengan shock yang belum bisa melupakan kejadian malam itu, Karel yang mengajaknya ke MOTEL.

Chelsea pun kemudian men-zoom out foto tersebut. Namun kesalahan dialkukan Chelsea. Chelsea dengan media sosialnya, tidak sengaja memencet tombol panggil untuk Karel.

“Ah! Bagaimana ini? Ah, Dasar bodoh! Aku bisa gila!” ucap Chelsea dengan heboh.

“Tolong jangan bicara padaku. Tolong jangan bicara padaku,” doa Chelsea dengan sangat berharap agar Karel mengtidak acuhkan panggilannya. Namun kemudian smartphone Chelsea berdering dan sebuah pesan datang.

Karel’s said:
Lama tidak berjumpa Chelsea.
Kenapa kau tidak datang latihan akhir-akhir ini? ||

Pesan kedua datang bahkan sebelum Chelsea membalasnya.
Karel’s said:
Chelsea, begini... ||

Dan lagi,
Karel’s said:
Soal kejadian waktu itu. Aku minta maaf. ||

Karel’s said:
Dan. Jangan... ||

Pesan Karel yang terpotong-potong membuat Chelsea panik. Ia takut akan pesan Karel selanjutnya. Chelsea berpikir, mungkin Karel bersama Salsha hanya untuk pelarian. Dan Karel kecewa dengan sikap Chelsea malam itu.

“Tolong jangan katakan hal itu! Kumohon,” doa Chelsea sebelum pesan selanjutnya ia terima.

Karel’s said:
Bisakah kau merahasiakannya dari Salsha? ||

Karel’s said:
Dia bisa salah paham. ||

Karel’s said:
Maaf. ^^ ||

Pesan Karel yang hanya memintanya untuk merahasiakan apa yang dilakukan Karel kepada Chelsea, membuat Chelsea kecewa. Memang Chelsea bukan pacar Karel. Dan malam itu juga tidak terjadi apa-apa. Hanya Karel yang sudah lancang mengajak Chelsea kesebuah MOTEL, dan Chelsea berhasil kabur duluan ketika sampai didepan MOTEL tersebut.

“Dengan semudah itu dia minta maaf dan memintaku merahasiakannya. Jadi aku tidak penting sama sekali...” keluh Chelsea sedih.

Kini sudah malam. Chelsea sedang berjalan sendirian menuju apartemennya dengan pikirannya sendiri tanpa memperdulikan sekitar. Chelsea berjalan sambil makan camilan dan soft drink yang ia beli sebelumnya.

“Ai, benar-benar...” ujar Chelsea mulai kesal dan menumpahkannya dengan mulai menangis.

“Kenapa aku tidak punya hak untuk marah?” keluh Chelsea dengan frustasi.

“Aku sangat marah! Kenapa?!” teriak Chelsea dengan kesal. Jalanan itu sudah mulai sepi, sehingga juga tidak ada yang memperdulikan Chelsea yang berjalan dengan pikirannya.

“Lelaki itu...” teriak Chelsea dengan kesal kembali.

Kemudian Chelsea akan minum soft drink’nya kembali. Namun ternyata kaleng soft drink’nya telah kosong. Dengan tanpa memperhatikan kantong plastik yang ia bawa, Chelsea bermaksud menyimpan kaleng soft yang telah kososng tersebut kedalam kantong plastik. Tetapi, kaleng tersebut terjatuh dan menggelinding kebelakang. Kaleng tersebut berhenti menggelinding ketika menabrak seorang pria yang berjalan dibaliknya. Tanpa melihat siapa yang ditabrak kaleng tersebut, Chelsea akan memungut kaleng tersebut.

“Aku tidak bermaksud membuang. Maaf,” ujar Chelsea membungkuk akan mengambil kalengnya tanpa melihat siapa yang didepannya.

“Waktu itu sendal, sekarang kaleng soft drink? Ceroboh sekali,” komentar orang yang ditabrak kaleng tersebut.

“Ini aku,” lanjut orang tersebut yang membuat Chelsea mendongak melihat siapa orang tersebut.

“Bagas,” ujar Bagas dengan percaya diri dan tersenyum ceria.

“Ada apa? Apa kau tidak bisa mengenaliku karena aku terlalu tampan?” canda Bagas sambil membuka topi yang ia kenakan.

“Aku bertanya-tanya kapan kau akan berbalik. Aku sudah mengikutimu sejak setengah jam yang lalu,” ujar Bagas.

Chelsea yang baru mengetahui Bagas mengikutinya sedari tadi, merasa lebih frustasi karena senyuman Bagas yang masih sama seperti dulu, menghangatkan. Chelsea sedang patah hati. Dia jadi ingat, dulu pun ia pernah sakit hati karena Bagas. Maka, Chelsea semakin tidak bisa membendung air matanya.

“Apa kau... menangis?” selidik Bagas melihat air mata Chelsea.

“Chelsea...” ujar Bagas mulai panik karena air mata Chelsea semakin deras keluar.

“Apa kau benar-benar menangis?” tanya Bagas sekali lagi semakin panik.

“Benar, aku menangis. Kalau bukan menangis, apa lagi namanya? Aku menangis. Aku bilang aku menangis!” teriak Chelsea masih dengan menangis kesal dengan pertanyaan Bagas. Chelsea pun berbalik dan berjalan meninggalkan Bagas.

“Hei! Kenapa tiba-tiba kau menangis?” tanya Bagas sambil berjalan mencoba menghentikan Chelsea yang terus berjalan.

“Apa karena waktu itu aku tidak berpamitan dan langsung pergi? Atau karena aku tidak meneleponmu tapi hanya mengirimimu pesan akhir-akhir ini?” celoteh Bagas masih mencoba menghentikan langkah Chelsea.

“Jadwalku padat! Aku benar-benar sibuk. Aku tidak bohong,” jelas Bagas yang mengira Chelsea menangis karena dirinya yang lama telah meninggalkan Chelsea setelah insiden ciuman tersebut.

Ucapan-ucapan Bagas tersebut, membuat Chelsea mengingatkan sikap Bagas dahulu.

-FLASHBACK-

Waktu itu, Chelsea dan Bagas sedang berdua menunggu jemputan bus sekolahnya.

“Chelsea, apa kau marah karena aku berjanji untuk menjemputmu tapi aku tidak datang menjemputmu?” ujar Bagas ketika Chelsea mencuekkan dirinya waktu itu.

-FLASHBAK END-

“Sama seperti saat dia berusia 16 tahun, dia mengakui sendiri hal-hal yang dia pikir kesalahan yang dilakukannya,” pikir Chelsea.

“Bodoh. Kenapa kau sama persis seperti yang dulu? Aku tidak menangis karenamu,” ungkap Chelsea sambil menghapus air matanya.

Saat itu, Bagas dan Chelsea berhenti tepat didepan sebuah minimarket yang buka 24 jam. Bagas yang tanpa penutup kepala sangat mudah dikenali. Ternyata didalam minimarket tersebut, ada beberapa fangirl’nya yang melihat Bagas dari dalam minimarket yang berdinding kaca. Mereka mengenali Bagas dan akan mendekatinya. Bagas yang menyadari sedang diperhatikan dari dalam minimarket pun menoleh dan semakin sadar bahwa fangirl tersebut mulai histeris dan akan menuju arahnya.

“Lari!” teriak Bagas sambil menggandeng Chelsea dan menyeretnya untuk berlari. Chelsea yang belum siap pun menjatuhkan kantong palstik yang ia bawa.

“Bagas! Berhenti!” teriak fans Bagas yang masih mengenakan seragam SMA’nya. Dan fans Bagas yang amsih sekolah ini memang terkenal dengan kegilaannya dalam mengejar Bagas.

“Berhenti, berhenti!” teriak yang lain.

Chelsea dan Bagas semakin kencang berlari masih dengan bergandengan erat. Sambil berlari, chelsea melihat wajah Bagas yang terlihat serius dalam berlari. Ini membuat Chelsea kembali mengingat masalalu.

-FLASHBACK-

Sehabis pulang sekolah, Chelsea dan Bagas berlari bergandengan erat dengan tersenyum riang. Bedanya waktu itu, Chelsea dan Bagas berlari untuk menghindari gerimis yang semakin deras. Dan mereka menikmati larian mereka dengan riang tanpa panik dikejar.

“Wow, menyenangkan rasanya~” teriak Bagas dengan masih berlari dan mulai menikmati guyuran hujan.

“Menyenangkan, kan?” tanya Bagas dengan tersenyum riang.
“Ya!” jawab Chelsea yang tak kalah senang karena hujan-hujan.

-FLASHBACK END-

“Cepat kejar!” teriak fans Bagas yang masih mengejar.
“Lewat mana mereka?” tanya yang lain.

“Lewat sini, lewat sini, lewat sini,” ujar si fans yang lari terdepan.

“Sial, seharusnya aku memfoto mereka!” keluh yang lain.

Akhirnya Bagas dan Chelsea berhasil mengelabuhi fansnya dengan bersembunyi dirimbunan pohon pagar. Chelsea masih memandangi Bagas yang melihat sekitar dan terlihat kelelahan.

“Dia ini terlihat seperti bintang idola Bagas Rahman Dwi Saputra dan juga, Bagas sahabat baik yang kukenal dulu,” ujar Chelsea dalam hati masih melihat Bagas dengan intens sambil tersenyum bahagia.

“Ada apa? Kenapa kau tersenyum?” tanya Bagas membalas pandangan aneh Chelsea ketika sadar Chelsea memandanginya denagn tersenyum.

“Tidak kenapa-kenapa,” jawab Chelsea masih dengan tersenyum. Dan Bagas tak memikirkannya karena Bagas lebih merasakan kelelahannya.

Akhirnya Bagas mengantar Chelsea sampai diapartemannya. Awalnya Chelsea melarang Bagas untuk mampir masuk kedalam apartemnnya. Namun Bagas berhasil membuat alasan ingin minta minum karena haus setelah berlari tadi. Akhirnya Chelsea mengijinkan Bagas untuk amsuk, namun setelah ia minum, ia harus segera pergi.

“Chinda~” teriak Chelsea mencari roomate’nya ketika sudah masuk kedalam apartemnnya.

Chelsea mencari Chindai dikamarnya, namun kamar itu kosong. Chelsea berniat mengirim pesan menanyakan keberadaan sahabatnya ini. Namun ia teringat bahwa setiap hari Sabtu, seperti hari ini, Chindai akan telat pulang karena berkumpul dengan teman-temannya dahulu. Chelsea pun mengurungkan niatnay untuk mengirim pesan. Ia kembali ke ruang depan dimana Bagas berada.

“Oh, jadi kau dan temanmu tinggal bersama? Rumah ini bagus sekali,” komentar Bagas sambil melihat-lihat apartemen Chelsea.

“Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang kau hanya boleh mampir sebentar,” ujar Chelsea yang masih melihat Bagas diapartemnnya.

“Jangan kejam begitu. Minumannya sudah terbuka. Aku akan pergi setelah selesai meminumnya. Kau juga duduklah,” ajak Bagas yang sudah duduk dikursi tamu aparteman Chelsea sambil membawa kaleng soft drink yang sudah terbuka yang ia ambil sendiri di almari es di dapur Chelsea.

“Tidak perlu,” ucap Chelsea kesal. Namun kemudian Chelsea duduk juga dengan jarak yang jauh dari tempat duduk Bagas.

“Rasanya canggung duduk bersamanya, duduk berdua saja,” batin Chelsea.

“Hei, apa... Apa itu?” tanya Bagas yang membuyarkan lamunan Chelsea sambil menunjuk keluar balkon, tempat jemuran pakaian dalam Chelsea dan Chindai.

“Jangan lihat. Aku akan membunuhmu kalau kau melihatnya!” ujar Chelsea denagn marah sambil berlari menutup balkon.

“Warna merah,” teriak Bagas mengoda Chelsea.

“Apa yang belang-belang itu milikmu?” teriak Bagas lagi denagn tertawa melihat tingkah Chelsea.

“Apa-apaan. Memalukan sekali,” batin Chelsea sambil memunguti jemurannya.

“Chelsea, Aku...” ujar Bagas melihat Chelsea dengan jemurannya menuju kamarnya.

“Kau, pulanglah. Sebentar lagi pasti Chindai pulang. Kau juga harus segera pulang” ujar Chelsea kesal.

Chelsea pun masuk kekamarnya dan melipat jemurannya. Ketiak memasukkan jemurannya kedalam alamari, Chelsea menemukan album foto almamater lamanya di rak buku dekat almari bajunya. Chelsea mengambil album foto tersebut dan melihat-lihatnya. Ia menemukan fotonya bersama Bagas. Chelsea memandangi foto tersebut dengan tersenyum.

Setelah selesai dengan urusannya dikamar, Chelsea pun keluar kamar untuk memastikan Bagas pergi belum.

“Apa? Apa dia benar-benar sudah pergi?” ujar Chelsea lirih dengan sedih karena tidak menemukan Bagas diruang tamunya.

“Chelsea,” panggil suara laki-laki yang dapat ia pastikan bahwa itu adalah Bagas.

Chelsea pun tersenyum dan kemudian menyembunyikannya ketika menoleh dan melihat Bagas didalam kamar mandinya.

“Aku mau mandi. Aku tidak tahan karena banyak berkeringat,” lanjut Bagas yang sudah berada masuk kamar mandi dan sekarng telah dipintu kamar mandi.

“Hei, apa-apan kamu! Beraninya kau mandi di rumah orang? Cepat keluar!” suruh Chelsea dengan keras.

“Kau mau aku keluar?” jawab Bagas enteng.

“Aku sudah melepas semua pakaianku,” lanjut Bagas yang memang terlihat hanya memakai handuk saja sebatas pinggangnya hingga lututnya.

“Awas kalau kau keluar, Gas! Kau akan menyesal seumur hidupmu!” teriak Chelsea sambil menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya.

“Senang sekali mendengarmu memanggilku ‘Gas’ setelah sekian lama,” komentar Bagas dengan ringan sambil masuk lagi kekamar mandi.

“Kupikir dia sudah pergi, tapi aku senang berjumpa dengannya lagi. Konyol sekali,” batin Chelsea sambil tersenyum.

“Dia berisik sekali...” komentar Chelsea yang kini tengah duduk menunggu Bagas diruang tamunya mendengar bagas menyanyi dikamarmandi.

“Lagu itu...” ujar Chelsea lirih mendengar lagu yang dinyanyikan Bagas.

“Benar,”
“itu lagu saat semuanya begitu rumit,” batin Chelsea melanjutkan dengan sedih.

“Sialan,” batin Chelsea dengan semakin sedih.

Karena nyanyian Bagas tersebut, Chelsea jadi teringat akan ciuman pertamanya dengan Bagas 4 tahun yang lalu.

-FLASHBACK-

Chelsea dan Bagas duduk dikursi belakang bus sekolah yang kosong. Mereka mendengarkan bersama sebuah lagu yang mereka dengarkan dengan sebuah earphone. Chelsea menikmati lagu dengan sibuk mengamati pemabdanagn luar. Sedangkan Bagas, terlihat duduk tidak nyaman dan kaku sambil sesekali memanadangi Chelsea.

Chelsea menoleh kearah Bagas, dan tiba-tiba sebuah ciuman mendarat dibibir Chelsea. Chelsea yang terkejut hanay terdiam. Lagu yang mereka dengarkan pun terus mengalun.

~~~ jika aku bukan jalanmu
ku berhenti mengharapkanmu
jika aku memang tercipta untukmu
ku kan memilikimu
jodoh pasti bertemu

andai engkau tahu betapa ku mencinta
ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya ~~~

Chelsea mulai tersadar ketika merasakan sesuatu menyentuh dadanya ketika Bagas menciumnya. Chelsea melepaskan sentuhan bibirnya. Kemudian melihat kebawah dan melihat tanagn Bagas yang sedikit menyenggol dada Chelsea.

“Uh... aku tidak bermaksud seperti itu...” bantah Bagas menyadari apa yang dipikirkan Chelsea.

Chelsea tanpa kata-kata meninggalkan Bagas dan meminta berhenti kepada supir bus. Bagas memanggil-manggil Chelsea, namun Chelsea tidak mengacuhkannya dan tetap turun tanpa sekalipun memandang Bagas lagi. Setelah bus melaju dari tempat Chelsea turun, dan Bagas tidak mengikutinya untuk turun, Chelsea melihat bus itu pergi dan mulai menangis. Chelsea hanay bisa memaki Bagas dalam hati.

-FLASHBACK END-

“Itu saat terburuk dalam hidupku. Itulah adalah akhir dariku dan Bagas, sahabat SMP’ku,” Chelsea mengingat dan mulai menangis kembali.

~~~ andai engkau tahu betapa ku mencinta
ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya ~~~

Chelsea terus menghindar dari Bagas setelah kejadian itu. Dan itulah mengapa Chelsea dan Bagas bisa terpisah.

“Begitulah kami terpisah. Cinta pertamaku juga berakhir,” batin Chelsea dan air matanya semakin deras keluar.

Kini Chelsea duduk lesehan di ruang tamunya sambil meminum soft drinknya. Sudah ada beberapa kaleng soft drink yang kososng dihadapannya. Dan airmata Chelsea yang keluar semakin dears keluar.

“Oh, sekarang aku merasa segar,” ujar Bagas dengan ceria yang sudah memakai kembali bajaunya keluar dari kamar mandi.

“Hari ini, aku...” ucapan Bagas terpotong ketika sebuah kaleng soft drink mengenai tubuhnya.

“Dasar brengsek,” ujar Chelsea dengan lemah dan masih menangis.

“Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau melakukannya padaku? Cinta pertamaku... Ciuman pertama yang kutunggu. Kau menghancurkan semuanya, dasar mesum,” celoteh Chelsea mengeluarkan unek-uneknya dengan marah dan menangis.

“Maafkan aku, Chelsea,” ujar Bagas menyesal dan langsung berlutut dihadapan Chelsea tahu apa yang sedang dibicarakan Chelsea.

“Aku salah. Kita masih sangat muda waktu itu. Bahkan sebelum aku menyadari kalau... Itu salah,” aku Bagas dengan raut muka sangat menyesal.

“aku tidak...bermaksud menyakitimu,” ujar Bagas dengan terbata-bata menyesal.

“Aku sungguh minta maaf,”pinta Bagas dengan sangat memohon.

“Pergi! Pergi brengsek! Pergi,” suruh Chelsea dengan memukul-mukul dada Bagas yang sekarang berada sejajar dihadapannya.

“Maafkan aku. Sungguh. Maafkan aku karena tidak turun dari bus untuk mengejarmu. Maafkan aku karena tidak meneleponmu setelah kejadian itu. Dan baru mengatakannya setelah sekian lama. Aku sungguh minta maaf,” ujar Bagas lirih dengan muka menyesal.

Bagas tetap tidak meninggalkan Chelsea walau Chelsea menyuruhnya untuk pergi. Bagas masih meminta maaf pada Chelsea hingga ratusan kali walau Chelsea hanya mencuekkannya dan masih menangis. Sesekali Bagas menghibur Chelsea dan lama-lama Bagas menggoda Chelsea yang masih menangis. Dan lama-kelamaan, Chelsea mulai luluh dan mulai tersenyum menikmati candaan Bagas.

Tiba-tiba ponsel Chelsea berdering, ada pesan masuk disana. Saat itu, Bagas sudah duduk tertidur disampingnya. Chelsea pun sebenarnya sudah terdtidur dan dengan hanya setengah sadar membuka pesan yang baru saja masuk.

From: Chindai
To: Chelsea
Tadi sore Bagas........ ||

---FLASHBACK END---

“Aku hanya ingat sampai disitu. Kupikir Chindai membicarakan Bagas,” Chelsea mengingat dan sesekali melihat pria yang tepat dihadapannya.

“Ingatanku... Aku yakin dengan apa yang kulihat. Aku berusaha mengingatnya. Ingatlah. Kau pasti bisa mengingatnya,” batin Chelsea sangat berusaha menyakinkan dirinya untuk mengingat apa yang terjadi semalam.

“Tadi sore, Bagas pingsan tadi sore,” Chelsea ingat akan pesan yang ditulis Chindai.

“Apa? Pingsan?” teriak Chelsea dlam hati.

Bagas semakin mendekatkan wajahnya kepada wajah Chelsea. Ia hendak mencium Chelsea. Namun dengan tiba-tiba, Chelsea berujar yang menghentikan langkah Bagas.

“Tunggu. Tunggu sebentar,” ujar Chelsea tiba-tiba yang mengagetkan Bagas.

Bagas pun menghentikan wajahnya yang semakin mendekati wajah Chelsea. Chelsea kemudian menarik lengan tangan kiri Bagas. Ia menjulurkan lengan Bagas dan melihat siku atas Bagas yang terdapat sebuah perban kecil penutup suntikan.

“Ini bekas suntikan jarum, kan? Seharusnya kau berada di rumah sakit? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Chelsea tanpa henti dan dengan khawatir.

“Kenapa kau kemari menemuiku?” belum juga dijawab, Chelsea sudah bertanya lagi masih dengan khawatir. Namun Bagas yang ditanya hanya tersenyum melihat tingkah Chelsea yang khawatir padanya.

“Apa-apaan ini? Kenapa dia malah tertawa?” batin Chelsea mulai curiga.

“Apa kau tahu kau sudah menanyakannya dua kali?” jawab Bagas dengan wajah senang.

“Aku baru saja menjawabnya,” lanjutnya

“Hah?” ekspresi Chelsea yang bingung.

“Aish! Apa aku menanyakannya saat aku tidur setengah sadar semalam?” keluh Chelsea mengutuki dirinya.

“Kudengar kau mengeritingi rambutmu. Kupikir terjadi sesuatu. Aku khawatir,” ujar Bagas yang dengan mulai khawatir dengan Chelsea.

“Hei. Khawatirkan saja dirimu sendiri,” jawab Chelsea mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Kau ingin tanya kenapa aku mengkhawatirkanmu?” ujar Bagas dengan teduh dan memegang jemari Chelsea yang duduk dihadapannya.

“Karena aku menyukaimu,” lanjut Bagas dengan serius yang membuat Chelsea terkejut dan mematung.

“Aku menyukaimu. Ya, Hanya Kamu,” Bagas mengulanginya sekali lagi meyakinkan apa yang didengar Chelsea adalah nyata.

“Aku ingin datang menemuimu sebelumnya tapi, aku tidak punya keberanian,” aku Bagas kepada Chelsea dengan intens memandangi amat Chelsea.

Chelsea masih membisu mendengar pengakuan Bagas. Ia masih mematung dengan pikirannya. Chelsea mulai ingat apa yang terjadi. Ia mulai tersadar.

“Kurasa sekarang aku mengerti, apa yang terjadi,” batin chelsea.

“Ada lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Bagas dengan ceria setelah melihat wajah Chelsea tidak lagi kebingungan.

“Apa kau yakin?” goda Bagas pada Chelsea.

Dan mereka pun melanjutkan adegan yang tertunda tadi. Bagas mulai mendekatkan bibirnya kembali pada bibir Chelsea. Bagas mulai mencium Chelsea dengan lembut. Dan Chelsea pun menerima dan membalas ciuman Bagas yang lembut itu.

“Aku ingin mengingat setiap momen ini,” batin Chelsea dengan gembira.

*

“Ahh, aku pasti sudah gila! Bagas-ku sakit tetapi aku malah pergi dugem,” keluh Chindai didepan apartemannya yang pagi itu baru pulang.

“Besok, aku akan datang menjengukmu di rumah sakit,” lanjut Chindai sambil menekan password pintu apartemennya.

Sedangkan yang didalam sana, masih asik berpanggutan bibir.

-TBC-

NB:
Thanks to Team @ Viki, especially Baby-Jenie @ Subscene. J

Membingungkan gak?
Kan dah diperingatin, alurnya maju-mundur.
Dan didalam part ini, ada 2 flashback singkat, didalam sebuah flashback panjang.
Waspadalah! Waspadalah! :D

Comments’nya masih ditunggu ya.
Makasih ^^

Wednesday 16 April 2014

20's versi IC [part 1]



Jam alarm berdering cukup keras pagi itu. Jarum jam telah menunjukkan pukul 6 pagi tepat. Seorang gadis masih tertidur dibawah selimut dengan nyenyaknya.

5 menit kemudian, sebuah alarm smarthphone berdering keras dengan nada dering orang berteriak menyuruh bangun. Gadis tersebut mulai terusik. Dengan masih berada dibawah selimut dan mata terpejam, ia mencoba meraih smarthphone'nya yang berada diatas meja samping tempat tidurnya kemudian mematikan alarm tersebut. Dengan hanya sedikit membuka matanya, gadis itu segera melonjak dari tempat tidurnya karena kaget melihat angka pada jam yang tertera pada smartphone'nya.

"Aaa, kenapa sudah jam 6 lebih..." teriak gadis tersebut, kemudian berlari kekamar mandi. Gadis itu segera mandi dan berdandan.

"Aku akan berubah menjadi lebih baik," ucap gadis yang berwajah oriental tersebut didepan cermin riasnya.

"Aku akan berubah. Sungguh!" ujarnya percaya diri.

"Menggunakan maskara adalah cara terbaik untuk menunjukkan perubahan yang dramatis," gadis itu sedang membaca sebuah artikel pada layar smartphone'nya.

"Lakukan dari bawah dengan gaya zig zag. Pada bagian luar bulu mata, usapkan pada sudut bulu mata. Usap dari bawah dan terus diusap, maka... Bulu matamu akan indah seperti boneka Barbie," ujarnya mengulang kalimat yang ia baca tadi sambil berkaca memakai maskara pada bulu matanya.

"HAH?!" teriak gadis tersebut melihat maskara yang menempel dikelopak matanya.

"Kenapa begini? Aku melakukannya sesuai petunjuk," ujarnya dengan panik sambil mengambil cotton but dimeja riasnya.

"Apa-apaan ini? Kenapa seperti ini?" keluh sang gadis semakin panik karena maskara yang ia pakai bukannya bersih malah melebar kesekeliling matanya yang sipit menambah aksen orientalnya.

Ini adalah kali pertama sang gadis yang telah berusia 20 puluh tahun, menggunakan maskara untuk pertama kalinya.

"Namun maskara tidak mengubahku menjadi boneka Barbie tetapi menjadi panda. AHHHHH!" gadis itu semakin histeris.

"Chindai..." teriak sang gadis sambil berlari keluar kamar menuju kamar sahabatnya dengan akan menangis.

"Maskara belepotan di mataku! Bagaimana ini!" cerita sang gadis kepada sahabatnya sambil panik.

"Aku tidak bisa menghapusnya. Pada usia 20 Tahun," lanjutnya.

Dan sahabatnya hanya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah dan rupa sahabatnya ini. Kemudian dengan masih tidak bisa menahan tawanya, Chindai, sahabat sang gadis membantu menghapuskan maskara yang belepotan tersebut.

*

Kini,sang gadis tengah berjalan sendirian dipusat kota dengan rambut terurai rapi, mengenakan baju lengan panjang putih gading yang senada dengan tas kecil yang ia bawa. Dan rok berwarna orange pastel, senada dengan heels yang ia kenakan berwaran orange pula. Heels tersebut memiliki tinggi 9 cm yang membutanya semakin terlihat anggun.

"Hanya lebih tinggi 0,3 cm," ujar lirih sang gadis ketika heels yang ia kenakan mulai tidak nyaman.

Ia mulai melamun dalam pikirannya. Ia mengingat kembali kenapa ia harus tampil cantik hari ini. Ia menetapkan dalam hati, untuk menahan rasa sakit yang dirasakannya. Ia mempunyai kepentingan yang lebih penting dari pada rasa sakit yang ia rasakan sekarang.

Gadis itu masih berjalan dengan anggunnya menuju halte busway. Ketika baru akan memasuki halte, beberapa orang menyerobot untuk masuk dan mendahulunya. Dan ia baru tersadar bahwa bus yang akan ia naiki sudah datang. Karena terdesak-desak orang yang menyelipnya. Ia pun sedikit terjatuh karena keseimbanganya goyah. Ia pun merasa sedikit kesakitan.

Kini sang gadis sudah berada didalam bus. Dan persiapannya dengan tampil cantik, terlihat sedikit sia-sia ketika ia berada didalam bus yang penuh. Ia tiak mendapatkan tempat duduk dan berdiri dengan berdesak-desakan dengan penumpang lain.

"Ya ampun, kenapa begini? Aku merasa seperti akan mati," keluhnya dalam hati dengan muka cemberut.

*

"Oh, Chelsea! Sebelah sini," panggil seseorang kepada sang gadis yang ternyata bernama Agatha Chelsea.

"Kemarilah!" panggil yang lain.

Kini Chelsea telah berada didalam sebuah restora bersama beberapa temannya. Chelsea berdandan sedari pagi tadi, ternyata untuk menghadiri pertemuan rutin dengan komunitas musiknya. Jadi, komunitas tersebut adalah sebauh komunitas beranggotakan belasan mahasiswa suatu universitas terkemuka di Jakarta. Didalam komunitas tersebut, mereka saling sharing tentang menciptakan sebuah lagu dan saling berbagi mengajari alat musik yang bisa mereka mainkan. Namun, Chelsea masuk kekomunitas tersebut, tujuan utamannya adalah lain.

Chelsea masuk kedalam komunitas tersebut, hanya karena kakak senior yang cukup populer dikampusnya merupakan anggota komunitas tersebut. Dan Chelsea menyukai kakak senior tersebut. Kakak seniornya tersebut bernama Karel. Karel merupakan mahasiswa tingkat tiga yang mahir bermain beberapa alat musik. Sehingga banyak gadis yang menggilainya.

"Kapan dia akan datang?" keluh Chelsea dalam hati sambil melamun karena Karel belum juga datang.

"Hei, Chelsea. Apa yang kau lakukan?" panggil Rafa, kakak seniornya dalam komunitas tersebut juga.

"Apa kau tidak dengar yang kukatakan? Aku sudah mengangkat gelasku," lanjut Rafa.

"Ayo kita sama-sama bersulang," lanjut Bella, gadis tercantik dalam komunitas tersebut.

Kemudian Chelsea tersadar dan mengangkat yang terisi penuh minuman bersoda.

"Bersulang!"ucap mereka bersamaan.

Chelsea yang awalnya menolak untuk minum minuman bersoda karena belum sarapan karena sibuk berdandan, namun akhirnya minum juga, ia pun menjadi sakit perut karena meminumnya.

"Pada usia 20 tahun, menahan sakit perutku duduk menyedihkan di sini tanpa kekasih, kenapa aku harus ada di sini..." batin Chelsea dalam hati yang terpotong karena teriakan Rafa.

"Hei Karel!" teriak Rafa yang memanggil Karel yang baru masuk restoran tersebut.

Karel yang melihat komunitasnya, dengan senyuman mautnya ia berjalan menuju arah mereka.

"Kenapa kau datang terlambat?" lanjut Rafa walau Karel belum sampai tempat duduk mereka.

"Hanya ada satu alasan. C-I-N-T-A. Demi percintaanku," batin Chelsea melanjutkan dengan terdiam melihat Karel yang berjalan kearahnya.

-FLASHBACK-

"Hei! Kenapa tiba-tiba kamu memakai maskara sepagi ini? Bukankah acar komunitasmu nanti jam 11?" keluh Chindai sambil membenarkan maskara Chelsea pagi tadi.

"Tataplah bintang-bintang agar mengerti cintaku, demi kak Karel, aku harus tampil cantik hari ini," bela Chelsea yang berada dihadapan Chindai.

"Kau harus berhati-hati. Semua laki-laki sama saja. Jika kau ragu-ragu seperti ini, gadis lain akan merebutnya," nasehat Chindai.

"Hei, jangan mengatakan hal-hal menakutkan seperti itu," bentak Chelsea tiba-tiba membuat maskaranya belepotan kembali.

"Hei..." bentak Chindai kemudian.

"Lalu, apa yang harus kulakukan? Aku bahkan tidak bisa mengakuinya?" uajr Chelsea kembali tenang.

"Tentu saja! Jika kau mengakuinya begitu saja tanpa perencanaan, kau mungkin akan kehilangan apa yang kau miliki sekarang," komentar Chindai.

"Kau harus membuatnya tertarik padamu dulu," lanjut Chindai.

"Tertarik padaku?" ulang Chelsea dengan tertarik.

"Daya tarikmu adalah kecantikanmu. Berubahlah. Cobalah berubah.
Bagus! Dengan penampilan seperti ini, semuanya sempurna," ujar Chindai ketika telah menyelesaikan tugasnya merapikan maskara Chelsea.

-FLASHBACK END-

"Aduh, sepatuku!" ujar Chelsea panik karena heelsnya sedari tadi tidak ai pakai dan ternyata Karel sedang menuju kearahnya.

"Aish.. Kenapa aku tidak bisa memakainya?" keluh Chelsea semakin panik dengan tetap fokus melihat kearah Karel tidak memperhatikan heelsnya dibawah meja.

"Chelsea juga datang," sapa Karel sambil akan duduk dikursi samping Chelsea.

"Kakak, kau baru datang," basa-basi Chelsea mencoba dengan tenang.

"Baiklah! Dan dia duduk di sampingku!" Batin chelsea dengan senang.

"Hei, Karel! karena kau terlambat, kau harus minum 1 botol minuman bersoda ini," perintah Rafa.

"Baik-baiklah padaku hari ini. Aku bisa mati kerena belum sarapan pagi ini..." tolak Karel.

"Benar. Kau sakit perut kemarin. Dia sakit perut dan sedang berada di ruang klub sekolah..." cerita Rafa yang terputus tak terdengar oleh Chelsea.

Chelsea tak mendengar kelanjutan cerita Rafa karena dikedua telinganya telah tertelungkup telapak tangan Karel yang menutupi telingannya. Chelsea yang kaget, mematung diam. Pipinya menjadi merah, dan suhu dingin segera menyergap tubuhnya.

"Kenapa kau menceritakannya? Chelsea ada di sini, itu sedikit memalukan," ujar Karel sambil mengendorkan tangannya yang menutupi kedua telinga Chelsea ketika Rafa sudah selesai bercerita. Namun tangan itu belum beranjak dari kedua telinga Chelsea.

"Aku akan bayar makanan kalian hari ini, jadi berhentilah," lanjut Karel yang tangannya masih berada ditelinga Chelsea.

"Kau serius, kan? Kau yang mentraktir," ucap senang Rafa.

"Karel yang mentraktir hari ini!" teriak Rafa pada teman-temannya. Lalu mereka melanjutkan makannya.

"Ah! Karel! Karel!" teriak yang lain senang.

"Maaf" ucap Karel ketika sadar tangannya masih menutupi telinga Chelsea. Dan ia pun segera melepaskan kedua tangannya dari sisi Chelsea.

"Karena ceritanya sedikit memalukan. Kau tidak mendengar apa-apa kan?" tanya Karel dengan salah tingkah.

"Ya," jawab Chelsea dengan setengah sadar.

"Baguslah," lanjut Karel dengan membelai rambut Chelsea.

Chelsea yang mendapati perlakuan seperti ini, sedikit salah tingkah juga kesal.

*

Chelsea kini sedang cuci tangan di toilet sendirian.

"Apa-apaan ini? Kenapa dia seperti ini? Murahan sekali," ungkap Chelsea kepada cermin dihadapannya dengan muka kesal.

"Menutupi telingaku dengan tangannya? Apa-apaan itu?' lanjutnya masih dengan kesal.

"Kenapa dia membelai-belai rambutku? Sangat membosankan dan murahan" celoteh Chelsea tanpaa da makhlik hidup yang mendengarkannya. Ia hanya berbicara sendiri dengan cermin.

"Aku sangat menyukainya!" batin Chelsea dengan raut muka tersenyum menghadap cermin.

"Bagaimana ini? Aku menyukai hal-hal murahan," lanjut Chelsea sambil berjoget didalam kamar mandi yang sepi.

"Apa benar ada sesuatu yang berubah? Apa dia akhirnya tertarik denganku?" batin Chelsea dengan muka serius namun kemudian kembali tersenyum.

*

Chelsea telah keluar dari toilet restauran dan berjalan kembali kekursinya. Namun ia terhenti ketika melihat Karel tengah asik mengobrol berdua dengan Salsha.

"Tertarik apanya," batin Chelsea dengan kesal.

Ia kemudain duduk dikursinya kembali. Dan tepat dihadapannya ada Karel yang sedang asik mengobrol berdua dengan Bella. Chelsea mencari kesibukan lain dengan meminum kembali minumannya.

Tiba-tiba Karel yang duduk didepan Chelsea, beranjak pergi. Ia seperti mengetik pesan dari smartphonenya. Suara smartphone berdering dimeja tempat Karel duduk tadi.

From : Karel
To: Chelsea
"Apa kau mau jalan-jalan denganku sebentar?
Hanya kita berdua, bagaimana menurutmu?" ||

Pesan yang dikirim karel ternyata untuk Chelsea. Dan Chelsea langsung bangun dari duduknya dengan teriak kegirangan membuat yang lainnya bertanya-tanya.

"Aku mau! Aku mau!" teriak yang lain membuat yang lain kaget.

"Oh, kau mengagetkanku," komentar Rafa yang kini duduk disamping Chelsea.

"Kenapa kau bicara sendirian?"
"Apa kau yang bilang tadi?"
"Benar,"
"Ada apa?" komentar yang lain.

Karel yang masih berdiri tak jauh dari mereka pun, sekilas melihat tingkah Chelsea dengan senyuman maut yang tersungging dibibirnya.

From: Karel
To: Chelsea
Baiklah. Setelah acara ini selesai, kita bertemu di depan.
Kau terlihat sangat cantik hari ini. ||

Tulis Karel tanpa menunggu balasan dari sms Chelsea karena ia telah mendengar teriakan Chelsea. Karel pun berjalan keluar restoran.

"Hari ini... Aku terlihat cantik?" lamunan Chelsea semakin melayang.
"Kurasa asmaraku akhirnya dimulai" lanjutnya dalam hati.

*


"Kau baik-baik saja?" tanya Karel yang melihat Chelsea tidak nyaman berjalannya dengan sepatu heelsnya.

"Ya. aku baik-baik saja," jawab Chelsea singkat.

Kini Chelsea tengah berjalan berdua menyusuri malam disebuah pusat perbelanjaan ditengah kota. Pipi Chelsea selalu terlihat merah ketika Karel berada didekatnya. Dan ai juga tak banyak berbicara.

"Sepatu bagus, baju bagus. Ini saatnya. Aku memang gadis pintar. Indah sekali. Benar-benar indah. Apa dunia seindah ini?" batin Chelsea yang berjalan disamping Karel.

"Chelsea. Kakimu sangat sakit, ya?" tanya Karel membuyarkan lamunan Chelsea.

Ya, sedari tadi Chelsea memang banyak melamunnya karena terlalu senang bisa berjalan berdua dengan pria yang ia sukai.

"Apa kita perlu pergi beristirahat sebentar?" tanya Karel.

"Baiklah," setuju Chelsea yang sedari tadi hanya mengikuti Karel berjalan dan tak tahu arah mereka mau keman.

"M-O-T-E-L" baca Chelsea dalam hati ketika mengeja sebuah nama tempat dihadapannya.

"Apa-apaan ini?" batinya mulai tak enak.

Seorang pria bertubuh besar, telah berdiri dimeja resepsionis menunggu tamu yang datang. Pintu MOTEL tersebut terbuka lebar, sehingga terlihat siapa yang akan masuk. Karel mulai berjalan amsuk menuju meja resepsionis. Sedangkan Chelsea, masih terpatung memikirkan apa maksud Karel mengajaknya beristirahat di MOTEL.

"Di sini tidak terlalu mahal. Bawa masuk temanmu," ujar pria yang berada dibelakang meja resepsionis kepada Karel.

"Chelsea," panggil Karel kepada Chelsea yang masih belum beranjak juga dari tempat berdirinya didepan MOTEL.

Chelsea terlihat sangat ragu untuk masuk kedalam MOTEL tersebut atau tidak. Ia terlihat ketakuatan seperti ada rasa traumatis masalalu yang kembali teringat. Akhirnya, dengan berjalan sangat perlahan, Chelsea mengikuti Karel yang telah berada didepan meja resepsionis.

"Kakak, aku mau pulang," ucap Chelsea perlahan tanpa melihat Karel.

"Kenapa? Kita kan baru datang," tanya Karel dengan lembut, sambil akan merangkul bahu Chelsea.

Namun Chelsea tiba-tiba sudah tak bisa menahan dirinya. Iamenanggkis tangan Karel dan  berlari ketakutan. Ia keluar dari MOTEL tanpa mempedulikan Karel yang memang tidak mengejarnya.

Cuaca cepat berubah. Diluar, sudah mulai turun hujan yang mulai deras. Chelsea berlari dengan menangis tanpa mempedulikan dirinya kehujanan. Ia terus berlari ditrotoar jalan hingga heels yang ia gunakan tiba-tiba terjebak disebuah lubang kecil yang penuh digenangi air ditrotoar tersebut. Chelsea semakin tak bisa menahan tangisnya. Tak ada orang lain yang lewat disana karena hujan sudah turun dengan lebatnya.

"Aku hanya ingin dia memperhatikanku. Aku hanya berharap dia tertarik padaku. Asmaraku di usia 20 tahun berakhir begitu saja," teriak Chelsea yang berjongkok mengambil heelsnya yang ternyata telah patah masih tetap dengan menangis.

*

Siang itu, Chelsea tengah makan mie instan sambil menonton tv diapartemen yang ia sewa bersama sahabatnay sejak kecil, Chindai. Chindai adalah sahabat Chelsea sejak kecil. Namun ketika memasuki masa SMP, mereka terpisah karena oarngtua Chindai yang berpindah tugas keluar kota. Dan baru masa kuliah ini, mereka bertemu lagi dan memutuskan untuk tinggal bersama dengan menyewa apartemen karena orangtua Chindai yang masih stay diluar kota untuk bekerja, sedangkan orangtua Chelsea yang stay diluar negri untuk urusan pekerjaan juga.

Chelsea terlihat tertawa tak karuan ketika melihat acara tv yang ia tonton sambil memakan mie instannya. Chindai yang terlihat arpi akan pergi keluar, terlihat khawatir melihat kondisi temannya ini. Ia mendekati Chelsea yang tak acuh melihat kehadiaran Chindai dan tetap fokus melihat tv.

"Dasar gila. kau menangis selama 3 hari, dan sekarang tertawa seperti orang gila?" komentar Chindai yang sudah berdiri disamping Chelsea yang duduk didepan tv.

"Kau mau kemana?" tanya Chelsea singkat dengan terus melanjutkan melahap mie instannya.

"Hei, keramaslah," perintah Chindai setelah mencium rambut Chelsea yang terlihat sangat kucel.

"Apa kau akan pergi ke sekolah dengan penampilan acak-acakan seperti ini?" tanya Chindai.

"Ya," jawab Chelsea singkat.

"Hei, Dasar gadis gila! Sadarlah," bentak Chindai.

*

Kini Chindai dan Chelsea sudah berada disebuah auditorium yang lauas dengan lighting yang menawan. Mereka sedang berada ditengah-tengah konser musik beberapa penyanyi yang sedang naik daun.

"Kau membawaku ke konser Materpiece?" keluh Chelsea yang telah duduk dikursi penonton tersebut.

"Tentu saja! Menurutmu kemana lagi aku akan membawamu?"jawab Chindai dengan berteriak karena suasana sudah sangat ramai.

"Kau bisa berteriak dengan kencang dan melihat Bagas-ku juga. Hari ini binatng tamunya adalah dia. Makanya sangat ramai kan konser ini? Dia sedang berada ditingkat popularitasnya," lanjut Chindai masih dengan berteriak.

"Aku ingin kau sembuh. Keadaanmu sudah sangat parah," celoteh Chindai pada Chelsea.

"Aku bukannya sembuh, malah akan lebih stres. Karena semua murid SMA ini," balas Chelsea dengan muka yang tak tertarik.

"Hei, kau wanita beruntung karena satu sekolah dengan Bagas-ku saat SMP, kenapa kau tidak dekat dengannya? Kau sangat tidak berguna," ungkap Chindai kepada temannya. Chindai ini memang seorang fans fanatik dari Bagas, seorang penyanyi solo yang sedang naik daun.

"Siapa yang tahu dia akan seterkenal ini?," ujar Chelsea dengan masih cuek.

"Semuanya sudah siap?" teriak seorang MC dengan keras dan disambut pula dengan suara serempak yang lebih keras dari para penonton.

Maka konserpun dimulai. Penonton yang mayoritas adalah anak SMA, yang merupakan fans fanatik dari Bagas pun semakin lantang bersorak dan mengumandangkan nama idolanya tersebut. Konser berjalan dengan meriah. Apalagi ketika Bagas tampil. Seorang penyanyi solo pria yang sedang tenar dan banyak digandrungi oleh kalangan remaja perempuan dan para wanita karena selain suarnya yang merdu, juga penampilannya yang tampan dan berkharisma.

*

"Sebentar lagi dia akan keluar," ujar Chindai pada Chelsea dibelakang gedung konser. Ya, Chindai dan Chelsea dan juga beberapa fans Bagas tengah menunggu Bagas yang akan pulang dari studio dari pintu belakang.

"Kenapa kau menunggunya? kau baru saja melihatnya tadi," komentar Chelsea dengan tidak tertarik sambil memainkan slipper [sandal selop -bit] yang ia copot-kenakan.

"OH! Bukankah itu Bagas?!" teriak seorang fans yang membuat semau fansnya mempunyai satu tujuan yang sama, menyerbu Bagas.

"Hei!" teriak Chelsea ketika slipper'nya tertendang oleh Chindai yang berlari menuju arah Bagas keluar.

"HEI! Ya ampun!" teriak Chelsea lagi karena slipper yang ia mainkan tadi terlepas dan tertendang oleh para fans yang tengah kalap berlari menuju arah Bagas.

Slipper Chelsea terus saja tertendang oleh fanas yang sedang kalap oleh pesona Bagas. Mereka tidak peduli dengan teriakan-teriakan Chelsea. Bahkan untuk mengambil slipper'nya kembali, Chelsea harus sampai merangkak ditengah kerumuna fans yang berloncatan untuk melihat idolanya keluar dari gedung pertunjukan menuju mobilnya.

Slipper Chelsea tertendang hingga berhenti didepan kerumunan para fans. Maka Chelsea semakin merangkak maju hingga depan kerumunan yang dijaga ketat oleh satpam. Dan slipper Chelsea tiba-tiba diambil oleh orang yang berjalan menuju kerumunan fans tersebut. Betapa terkejutnya Chelsea ketika mengetahui siapa orang tersebut. Ia mengambil slipper Chelsea dan melihat Chelsea yang merangkak sampai depan kerumunan para fans.

"Tunggu sebentar. Itu sendalku!" teriak Chelsea ketika sandalnya diangkat oleh orang tersebut. Kemudian, tubuh Chelsea menjadi lemas dan tak bertenaga lagi untuk berteriak.

"Ya ampun," ujar Chelsea lirih dengan menunduk dan melihat kakinya yang kotor karena tak mengenakan alas kakinya. Awalnya Chelsea ingin menyembunyikan wajahnya saja dari pada menampakkan mukanya kepada orang tersebut.

"Bertemu dengannya di saat yang tidak tepat, orang yang digilai Chindai, dialah penyanyi solo yang sedang naik daun, Bagas," keluh Chelsea dalam hati.

"Halo," sapa Chelsea memberanikan diri dengan masih terduduk kepada Bagas.
"Pria yang kukenal saat SMP, Bagas," lanjut batin Chelsea.

"Apa kau ingat padaku?" tanya Chelsea kepada Bagas degan salah tingkah.

-FLASHBACK-

Chelsea sedang melamun melihat keluar jendela dari dalam bus sekolahnya. Bus itu sudah kosong. Hanya tinggal dirinya dengan Bagas yang memang rumah mereka kebetulan juga searah dan lumayan dekat. Chelsea duduk dikursi yang dekat dengan jendela belakang sendiri. Satu telinga Chelsea telah tersumpal oleh sebuah earphone. Dan satu earphone'nya telah menyumpal telinga pria yang duduk disampingnya. Mereka mendengarkan bersama playlist musik dengan sepasang earphone yang sama.

Sang pria yang adalah Bagas, terlihat duduk dengan tidak nyaman sambil sesekali melihat kearah Chelsea. Seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan. Chelsea yang duduk disampingnya, dengan cuek terus saja melihat pemandangan diluar jendela.

Ketika Chelsea menoleh kearah Bagas, tak begitu lama dengan perlahan sebuah bibir telah mendarat dibibirnya.

-FLASHBACK END-

"Ciuman pertamaku," batin Chelsea.

("Tentu saja aku ingat. Bagaimana mungkin aku lupa? Agatha Chelsea," ucap Bagas yang kemudian dengan senyuman menawannya sambil mengambil posisi jongkok untuk memasangakn sebuah sepatu kaca dikaki Chelsea.) -lamunan Chels

"Aaaa~ Bagas," teriakan fans yang membuyarkan lamuanan Chelsea.

"Apa yang kau lakukan?" teriak seorang staf dari dalam mobil Bagas melihat Bagas berdiri terdiam memandangi Chelsea. Kemudian Bagas pun menaruh kembali slipper Chelsea tanpa berucap satu katapun dan langsung menuju mobilnya.

[Jadi kat-kata yang Bagas mengingat Chels dan memakaikan sepatu kaca tadi hanya bayangan Chelsea saja. Padahal Bagas tidak berujar satu katapun langsung meninggalkannya.]

"Aku membayangkannya seperti orang bodoh," ujar lirih Chelsea dengan kecewa sambil memakai slippernya kembali ketika fans Bagas sudah membubarkan diri.

*

"Maaf. Aku minta maaf," ucap Chelsea melalui telepon yang sudah berada didalam bus yang akan mengantarnya menuju apartemennya.

"Tiba-tiba perutku sakit. Aku akan mentraktirmu ayam," janji Chelsea kepada Chindai yang berada diujung telepon.

"Cepat pulanglah," lanjut Chelsea yang mengetahui Chindai juga belum pulang karena masih berkumpul dengan teman-temannya yang sama-sama mengidolakan Bagas.

"Khayalan tentang sendal selop yang kumuh berubah menjadi sepasang sepatu kaca," batin Chelsea yang mengingat pertemuannya kembali dengan Bagas sambil melihat slipper'nya kembali.

"Asmaraku dimulai lagi," batinnya percaya diri.

"Aku bisa gila. Dia bahkan tidak mengenaliku. Sadarlah Agatha Chelsea," ujar dalam hati Chelsea sambil menggelangkan kepalanya.

*

Bagas masih berada didalam mobilnya. Ia terlihat bimbang untuk mengirim sebuah pesan yang sudah ia ketik. Ia ragu untuk mengirimkannya atau tidak. Dan akhirnya, ia pun menekan tombol 'send' pada layar smartphone'nya.

"Kakak, apa kau tahu hal yang paling kubenci di dunia ini?" tanya Bagas tiba-tiba kepada manager'nya yang duduk di jok sampingnya.

"Apa? Tidak punya uang?" jawab sang manager sambil tetap fokus melihat ipad'nya.

"Satu. Di dunia ini,. Yang paling kubenci adalah nomor satu," ujar Bagas dengan serius melihat layar smartphone'nya.

[Maksudnya contact number yang di-save nomor satu. Nomor orang yang paling penting -bit]

*

Chelsea baru saja turun dari busnya dihalte terdekat dari apartemennya. Ia mematung melihat layar smartpone'nya.

From: 08xxxxxx (new number)
To: Chelsea
Lama tidak berjumpa, Agatha Chelsea. -bagasrds ||

Chelsea mematung membaca pesan tersebut.

*

Bagas didalam mobilnya, sangat terkejut ketika smartphonenya berdering yang menandakan pesannya telah terkirim. Bagas tak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika mengetahui Chelsea telah menerima pesananya.

-TBC-

NB :
Thanks to Team @ Viki, especially to Baby-Jenie @ Subscene.

Gimana guys, bingungin gak ceritanya?
Baru kali ini buat alur maju-mundur yang serumit ini.

Comments'nya ditunggu yah.
Makasih ^^