Tuesday 5 November 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 5]



Chelsea ragu-ragu untuk memeluk punggung Bagas. Namun kemudian, dia memberanikan diri untuk memeluknya. Dan beberapa saat kemudian, Chelsea baru bisa benar-benar tertidur.

Tak lama setelah Chelsea tertidur dipunggung Bagas, Bagas yang terlebih dahulu telah berhasil tidur, tiba-tiba terbangun. Ia menoleh kebelakang dan menemukan Chelsea yang memeluk punggungnya. Bagas hanya tersenyum.

Kemudian, dengan perlahan Bagas membalikkan tubuhnya yang membuatnya dapat dengan jelas memandang wajah Chelsea. Untuk beberapa saat, Bagas hanya memandang wajah Chelsea. Selanjutnya, Bagas dengan sedikit ragu ingin membelai wajah Chelsea. Hingga pada akhirnya, Bagas memberanikan diri membelai wajah Chelsea dengan lembut dan kemudian mengecup kening Chelsea. Bagas pun tersenyum bahagia.

Bagas pun kembali melanjutkan tidurnya. Namun kali ini dengan posisi Bagas dan Chelsea saling berhadapan dan juga dengan saling berpelukan.

*Di mobil Josia

"Royal Couple yang baru pertamakali akan bermalam diluar istana, tepatnya dikediaman Putri Mahkota ini akan dijadwalkan kembali keistana besuk lusa. Hari ini, Royal Couple baru sampai dikediaman Putri Mahkota dengan mendapatkan sambutan hangat tidak hanya dari kedua orangtua Putri Mahkota namun juga warga sekitar yang banyak terlihat antusias menunggu kehadiran Royal couple disekitaran rumah Putri Mahkota sedari sore tadi. Direncanakan mereka akan menghabiskan waktu selama weekend ini......." suara berita diradio dimobil Josia.

"Apa aku harus mematikannya?" tanya Josia kepada Chindai yang terlihat mematung tak nyaman mendengar berita tersebut.

Chindai pun menganggukkan kepalanya sambil membuang pandangannya keluar jendela.

"Ini menguras perhatiaanmu bukan? Saat kamu ingin melupakan, berita terbaru tentang Royal Couple selalu muncul. Semua akan baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu, semua akan menjadi lebih baik," ujar Josia.

Chindai masih mematung melihat keluar jendela. Terlihat air mata tertahan dipelupuk sudut matanya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Josia.
Chindai yang masih terlihat shock, hanya merespon pertanyaan dari Josia dengan menganggukan kepalanya lagi.

"Ah, tidak. Sejujurnya aku tidak baik. Pada awalnya, aku pikir aku akan baik-baik saja. Namun seiring berjalannya waktu, aku merasa seperti dineraka," ungkap Chindai.

"Antar aku ketempat guru biolaku saja. Aku ingin berlatih disana," pinta Chindai kepada Josia yang masih mematung mendengar pengakuan Chindai.

*Pagi hari dikediaman Chelsea

"Tok.tok.tok" suara ketukan pintu yang semakin lama rithmenya semakin cepat dengan diselingi panggilan "kakak" yang terdengar suara Rafli.

Rafli yang diperintahkan oleh Mamanya untuk memanggilkan kakaknya untuk membantu memasak tersebut, terus saja mengetuk pintu kamar kakaknya.

Chelsea yang mendengarnya, dengan masih terkantuk berusaha membuka matanya. Dengan gerak yang terbatas karena Bagas masih lelap tidur dihadapannya, Chelsea yang tak menyadari akan posisi tidurnya saat ini, dengan polos mengucek-ucek matanya agar mau terbuka.

Tersenggol oleh gerakan tangan Chelsea yang mengucek matanya, membuat Bagas terbangun. Chelsea yang mulai sadar ada seseorang yang ada didekatnya, dengan reflek membuka matanya lebar-lebar. Tepat disaat Bagas juga membuka matanya dengan perlahan. Chelsea yang kaget dengan kehadiran Bagas diawal buka matanya hari ini, membuatnya dengan reflek berteriak.

Bagas yang ikut terkaget dengan teriakan Chelsea pun dengan reflek ikut teriak. Dan mereka saling dorong dari tempat tidur yang mengakibatkan mereka berdua jatuh tersungkur dibawah tempat tidur mungil tersebut.

"Aaaaa~ aduh.." teriak Chelsea yang sudah terjatuh dari tempat tidur. Chelsea pun berusaha untuk bangun.

"Kakak, kakak, ada apa?" teriak Rafli dari luar yang mendengar kakaknya berteriak.

"Heh, apa yang kamu lakukan? Sakit tahu..." celoteh Bagas yang masih malas-malasan sambil berusaha untuk berdiri.

"Apa? Apa yang aku lakukan? Apa yang kamu lakukan?" bentak Chelsea dengan mengeraskan suaranya.

"Apa maksudmu dengan apa yang aku lakukan? Seharusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan?" Bagas melanjutkan.

"Kenapa tanganmu bisa ada disini?" lanjut Chelsea dengan kesal  sambil memegangi punggungnya.

"Hah? Hey, ingat... Siapa yang memulai duluan? Bukannya kamu duluan yang memeluk sini?" jawab Bagas dengan menggoda namun masih sebal sambil memegangi punggungnya.

"Aku ini juga lelaki biasa tahu..." ujar Bagas dengan suara lirih dan tersipu malu.

Chelsea yang mulai mengingat kejadian semalam, ingat akan dia yang memeluk punggung Bagas duluan pun akhirnya bungkam dengan wajah memerah.

"Kakak, ada apa?" teriak Rafli dari luar yang tak bisa membuka pintu karena dikunci dari dalam.

"Sayang, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Mama Ify dari luar yang tak kalah heboh.

Teriakan-teriakan dari luar itu pun membuyarkan kekakuan antara Bagas dan Chelsea.

"Aa, iya Ma... Gak apa-apa kok.," jawab Chelsea dari dalam.

"O ya udah, buruan keluar. Ayo bantu mama menyiapkan makanan Chel..." ajak mama Ify.

"Oh, iya Ma. Sebentar lagi Chelsea keluar..." ujar Chelsea.

*Didapur

"A, ini terlihat sangat enak sayang. Cobalah..." ucap Papa Rio yang menyuapkan kuah Pindang Patin kepada Mama Ify.

"A...a... ya, ini sudah cukup," puji Mama Ify yang sedang mempersiapkan peralatan untuk makan.

Tanpa mereka ketahui, CP Bagas telah berada dibelakang mereka. CP Bagas haru melihat kemesraan yang terjadi antara Papa Rio dan Mama Ify. Ya, karena di istana hal semacam ini tidak pernah atau bahkan tak akan pernah terlihat.

Kemudian, Chelsea yang telah bersiap akan membantu mamanya, datang dibelakang CP Bagas. Dengan suara berisiknya, Chelsea bertanya pada Mama'nya apa yang harus ia bantu walau belum sampai dapur. Hal ini menyadarkan Mama dan Papa bahawa CP Bagas ada didekat mereka. Mereka pun salah tingkah.

"A, Pangeran. Apakah Anda sudah lapar hingga mengantar Anda kedapur?" tanya lugu Papa Rio.

Chelsea yang baru sampai dapur pun mengomenatri kehadiran Bagas yang berada didapur.

"Apa yang kamu lakukan disini?"tanya Chelsea dengan santai tanpa memikirkan mereka berada dimana.

"Hey, apa yang kamu katakan? Dia ini seorang Putra Mahkota sekaligus suamimu. Bersikaplah yang lebih sopan," tegur Mama Ify.

"Apa yang mama bicarakan? Sama sajakan status kami dengan Papa Mama? Lagian ini bukan diistana..."bantah Chelsea.

"Ishhh, anak ini. Maafkan perlakuan putri kami Pangeran. Oh ya, makanan hampir sudah siap. Lebih baik Pangeran menunggu sambil menonton tv saja," saran Mama Ify.

"Baiklah, ayo kita nonton tv saja..."ajak Chelsea dengan tetap santai.

"Hey, mau kemana kamu? Kamu bantu siapin meja sana. Ini tolong ditata dimeja makan,"perintah Mama Ify kepada Chelsea sambil menyerahkan setumpuk piring.

Bagas yang berada didekat Chelsea pun merebut piring-piring tersebut untuk ia bawa;
"Biarkan aku saja yang membawa Ma. Disini aku bukan sebagai Pangeran, namun sebagai menantu kalian," ujar Bagas yang membuat Mama Ify dan Papa Rio merinding hingga terdiam mendengarnya.

Bagas pun membawakan piring-piring tersebut kemeja makan. Dan Chelsea pun mambantu CP Bagas untuk mengatur meja serta perlengkapan makan lainnya.

Disaat makan, Papa dan Mama menunjukan kemesraan mereka lagi dan ini membuat iri Bagas karena orangtuannya, King Cakka dan Queen Agni, tidak pernah menunjukkan kemesraan yang seperti ini didepan Bagas.

*

Setelah makan, Mama Ify mengajak Chelsea untuk membantunya membuat empek-empek. Papa Rio dan Rafli pun ikut membantu. Dan Bagas yang belum pernah membuat empek-empek sendiri, akhirnya ikut membantu.

Tugas dibagi. Papa Rio dan CP Bagas diberi tugas yang mudah. Membuat kuahnya. Membuat kuah cuka pempek cukup simpel, didihkan air bersama gula merah lalu masukan bawang putih dan cabe rawit yang sudah dihaluskan di tambah cuka dan garam. Saring dan sisihkan.

Sedangkan Mama Ify, Chelsea dan Rafli membuat adonan untuk empek-empek. Tentunya hanya Mama yang akan mencampur adonan seperti daging ikan yang telah digiling, air es, penyedap rasa, garam, dan tepung sagu yang diuleni terlebih dahulu. Setelah adonan rata, barulah Chelsea dan Rafli membantu Mama yang siap membentuk empek-empek tersebut.

Papa Rio dan CP Bagas telah selesai terlebih dahulu. Kemudian mereka pun membantu untuk membentuk empek-empek. Sekali lagi, CP Bagas merasakan kehangatan pada keluarga barunya ini. CP Bagas terlihat sangat menikmati kebersamaan dengan keluarga barunya ini.

Awalnya, Chelsea tanpa sadar mengusap dahinya dengan tangannya yang ada adonan tepungnya. Sehingga adonan tepung tersebut terkena didahi Chelsea. Rafli yang melihat hal tersebut pun tertawa. Chelsea yang tak terima ditertawai oleh adiknya, mencolekkan adonan dan mengenaikannya pada pipi Rafli. Bagas yang melihat tingkah kakak dan adek ini pun ikut tertawa. Chelsea yang masih kesal dengan Rafli yang menertawainya, kembali kesal mendengar tawa Bagas. Maka Chelsea juga mencoret wajah Bagas dengan adonan. CP Bagas yang tidak terima membalas dengan mengenai adonan pada pipi Chelsea. Rafli pun ikut-ikutan sehingga terjadilah perang adonan.

Mama yang telah repot membuat adonan tersebut tidak terima dengan perlakuaan anak-anaknya yang memainkan adonanannya pun tersulut emosi,
"Sudahhhh... Apa yang kalian lakukan? Apa adonan ini masih bisa digunakan? Ayo lanjutkan..." teriak dan bentak Mama Ify.

Ketigannya pun langsung terdiam dan melanjutkan membentuk empek-empek kembali dengan wajah belepotan adonan tepung.

*

Siang itu, setelah membuat empek-empek selesai, mereka menikmati empek-empek tersebut untuk makan siang. Kehangatan yang selalu terjadi dirumah Chelsea, kembali membuat CP Bagas iri dan merasa betah untuk tinggal dirumah Chelsea.

Selesai makan, Chelsea mengajak mereka untuk bermain kartu bersama. Dan yang kalah harus dihukum dicoret tepung. Awalnya mereka bermain semua, namun kemudian Mama mengajak Chelsea untuk menyiapakan buah. Sehingga yang bermain pun hanya Papa Rio, CP Bagas dan Rafli.

Setelah selesai menyiapkan buah, Mama dan Chelsea kembali keruang tengah. Sekarang yang bermain kartu tinggal Papa dan CP Bagas karena Rafli telah kalah. Mama dan Rafli memberikan semangat kepada Papa dan memberi saran untuk permainannya. Begitu juga dengan Chelsea, dia memberikan dukungan dan saran untuk suaminya.

Papa Rio ingin memakan buah yang telah disiapkan Mama dan Chelsea, namun ia tengah berkonsentrasi dalam permainan kartunya. Sehingga Mama pun menyuapi Papa. Chelsea pun begitu, ia menyuapi buah tersebut kepada CP Bagas yang tengah sibuk bermain kartu.

CP Bagas kalah, saatnya hukuman. Namun Papa Rio tidak berani memberi hukuman kepada menantunya yang seorang Pangeran tersebut. Akhirnya Chelsea yang maju, ia mencoret muka CP Bagas dengan tepung. CP Bagas yang tidak terima, membalas Chelsea dengan tepung. Perang tepung pun kembali terjadi. Papa, Mama dan Rafli yang sungkan melihat kemesraan yang terjadi ini pun menggeloyor pergi tanpa disadari Chelsea dan CP Bagas.

*Dikediaman Guru Chindai dan digaleri yoga P.Shilla

"Ndai, ayo kita pergi sekarang. Seorang teman lamaku ingin bertemu denganmu,"ajak sang guru.

Mereka pun pergi kegaleri yoga dan bertemu dengan teman lama sang guru yang ternyata adalah P.Shilla, ibu Raffa.

"Selamat datang. Aku dengar, kamu satu sekolah dengan anakku bukan?"sapa P.Shilla dengan ramah.

"A, benar yang mulia," jawab Chindai.

"Ah ya, Putri Shilla ini dulunya adalah patner berlatihku saat masih sekolah dulu. Dia sangat hebat dalam bermain biola. Dan ia mendengar tentangmu, makanya ia ingin bertemu dengan kamu," ujar guru Chindai.

"Ya, kudengar beberapa waktu lalu kamu baru saja memenangkan sebuah turnament internasional bukan? Selamat ya..."ucap P.Shilla.

"Aduh, sepertinya aku harus meninggalkan kalian. Maaf sekali, aku harus segera pergi. Ada hal yang harus aku kerjakan,"pamit guru Chindai.

"Ah, baiklah, lain kali kamu harus lebih lama mampir disini,"ujar P.Shilla.

"Hha... Baiklah. Chindai, guru pergi dulu ya..."pamit gurunya yang dibalas Chindai dengan tersenyum.

*Sore hari

Setelah capek membuat empek-empek dilanjutkan bermain kartu, CP Bagas pun tertidur dikamar Chelsea. Chelsea yang juga lelah, akhirnya juga tertidur diruang keluarga.
Pukul 5pm CP Bagas terbangun. Dia pun keluar kamar dan mendapati Chelsea tengah tertidur disofa. CP Bagas pun membangunkan Chelsea.

"Hey tukang tidur, bangun. Kenapa rumah sangat sepi?"ucap CP Bagas sambil menggoyangkan tangan Chelsea.

"Ahhh, aku masih mengantuk. Mungkin mereka baru ada dikamar utama,"jawab Chelsea yang masih setengah sadar.

"Tapi sepertinya dirumah tidak ada orang," ujar CP Bagas.

Akhirnya Chelsea pun dengan malas-malasan bangun. Chelsea pun mengambil air dikulkas dan mendapati sebuah note yang tertempel dipintu kulkas.

"Chels, Papa dan Mama ada pertemuan dengan teman lama. Mungkin nanti pulang larut malam. Dan sepertinya tidak bisa menyiapkan makan malam untuk kalian. Rafli tadi juga ijin mau keluar dengan temannya menonton pertandingan bola," tulis Mama yang dibaca Chelsea.

CP Bagas ternyata juga mengikuti Chelsea dan juga mengambil air dan mendengar yang dibaca Chelsea.

"Pergi kemana mereka?" gerutu Cp Bagas.

"Ini bukan kesengajaankan?"lanjutnya.

Chelsea yang baru menyadari ini pun hanya terdiam.

*Di galeri yoga P.Shilla.

Chindai masih berada di galeri yoga P.Shilla. Mereka baru saja melakukan yoga bersama.

"Saat yoga tadi, sepertinya kamu terlihat tegang. Apa kamu sedang menghadapi sebuah masalah?" tanya P.Shilla.

"A, tidak. Mungkin karena akan menghadapi ujian saja,"jawab Chindai.

"Ngomong-omong, bagaimana kehidupan di Inggris, Yang Mulia?"tanya Chindai.

"Ah, kamu tidak usah berbicara terlalu formal denganku. Kehidupan disana sangat nyaman untukku dan
Raffa. Disana masyarakatnya sangat memperhatikan kehidupan kerajaan,"ungkap P.Shilla.

"Seperti disini ya.."tambah Chindai.

"Ya benar. Beberapa tahun yang lalu, keluarga kerajaan sempat mengalami krisis kepercayaan oleh rakyat. Yang diakibatkan oleh pernikahan P.Cherles dengan Camilla," mulai cerita P.Shilla.

"Jauh sebelum P.Charles menikah dengan P.Diana, Camilla adalah teman baik P.Charles. Benih cinta pun sudah tumbuh. Namun karena adat keluarga kerajaan, P.Charles tidak bisa menikahi Camilla dan
harus menikah dengan P.Diana. Walau begitu, Camilla masih hadir dalam kehidupan P.Charles. Dia menjadi sahabat Royal Couple tersebut. Camilla sudah seperti saudara bagi P.Charles. Camilla adalah teman curhatnya, bahkan ketika P.Charles akan bercerai dari P.Diana. Dengan kesabaran berpuluh-puluh tahun, akhirnya Camilla dapat menikah dengan P.Charless. P.Diana pernah berkata,'ada 3 orang yang bermasalah dalam hubungan mereka. P.Diana, P.Cherles dan Camilla'. Sebuah cinta segitiga diantara mereka bertiga," kompor P.Shilla.

*flashback

Disebuah restoran P.Shilla bertemu dengan editor Sion. Editor Sion menyerahkan hasil foto-foto yang ia dapat. Termasuk foto kebersamaan CP Bagas dan Chindai saat ulangtahun CP.Bagas beberapa waktu yang lalu.

"Siapa gadis ini?"tanya P.Shilla.

"Saya belum mendapatkan info lengkapnya Yang Mulia. Namun sepertinya gadis ini kuliah disatu tempat yang sama dengan CP Bagas,"jawab editor Sion.

"Baiklah, cari tahu info lengkap gadis ini. Dan setelah tahu, beri info kepadaku,"perintah P.Shilla.

*esok harinya

"Yang Mulia, gadis ini bernama Chindai. Dia adalah teman sekampus CP Bagas. Dan ada rumor yang mengatakan, gadis ini pernah dilamar oleh CP Bagas, namun gadis ini menolaknya,"ucap editor Sion.

"A, bagus sekali,"jawab P.Shilla.

"Ini data lengkapnya yang Mulia,"lanjut editor Sion sambil memberikan sebuah amplop berisi data Chindai.

Dan diketahui, bahwa ternyata Chindai adalah anak didik temannya sewaktu masih bermain biola tersebut.

P.Shilla pun meminta bantuan temannya tersebut, yang merupakan guru Chindai, untuk mempertemukannya dengan Chindai dengan alasan ia ingin berbagi ilmu juga. Walau yang sebenarnya, P.Shilla ingin memanfaatkan Chindai untuk menghancurkan keluarga Raja.

*Flashback end.

*Dimobil Josia

Chindai diantar pulang oleh Josia. Ketika sampai depan rumahnya, Chindai tidak langsung turun.

"Tidak turun? Ingin kesuatu tempat?"tanya Josia.

"Aku tidak dapat menyerah seperti ini,"ujar chindai tiba-tiba.

"Menyerah untuk apa? Apa yang kamu katakan?" tanya Josia bingung.

"Dia tidak pantas untuk Bagas. Bagas membutuhkanku untuk disisinya,"ucap Chindai.

Josia hanya diam saja. Chindai baru keluar dari mobil Josia namun terhenti sejenak sebelum menutup pintu mobil.

"Tolong bantu aku untuk mendapatkan Bagas kembali,"pinta Chindai yang tidak menunggu jawaban dari Josia langsung menutup pintu mobil Josia.

*Dikediaman Chelsea

Chelsea sedang menyibukan diri nonton tv diruang keluarga dan CP Bagas sedang sibuk membaca buku dengan earphone dikupingnya disamping Chelsea.

"Hey, aku lapar. Tidak adakah sesuatu yang bisa dimakan?" tanya CP Bagas tiba-tiba.

"Bagaimana dengan nasi goreng. Apa kamu bisa memasakannya?"lanjut CP Bagas lagi.

Chelsea yang sedari tadi gugup karena mengingat kejadian semalam mereka tidur bersama, dan sekarang mereka hanya berdua dirumah, membuatnya hanya membisu dan menggangguk untuk menjawab pertanyaan CP Bagas.

*Malam hari

Chelsea tengah didapur mengiris bahan-bahan untuk nasi gorengnya. Namun tiba-tiba,
"Auwww..."jerit Chelsea sambil memegangi jari kirinya.

CP Bagas yang sedang didepan tv pun berlari khawatir menghampiri Chelsea.

"Hey kenapa? Ada apa dengan jarimu?"tanya CP Bagas sambil menarik dan melihat jari kanan Chelsea yang berdarah.

Kemudian CP Bagas pun segera menyedot darah yang keluar pada ibu jari kiri Chelsea dengan khawatir. Chelsea yang ada didepannya hanya terdiam mematung melihat tingkah suaminya ini. Dan CP Bagas menyadari keheningan yang terjadi. Ia pun melihat kearah Chelsea dan melepas kan jari Chelsea yang sudah tidak berdarah dari bibirnya.

"Biarkan aku saja yang memasak,"ujar CP Bagas.

"Tidak usah, lukanya juga tidak dalam kok,"jawab Chelsea.

"Sudah, biar aku saja," kekeuh CP Bagas,

"Aku saja, aku masih bisa kok," bentak Chelsea yang membuat CP Bagas terdiam dan kembali menonton tv namun tetap memperhatikan Chelsea yang tengah didapur.

*

Nasi gorengpun telah tersaji. CP Bagas dengan lahap menghabiskannya.

"Ah, aku kenyang..." ucap CP Bagas.

"kamu sudah menghabiskannya?"tanya Chelsea sambil melihat kepiring CP Bagas yang bersih tanpa sisa.

"Nasi goreng buatanmu enak juga," puji CP Bagas sambil akan minum.

Chelsea yang mendengarnya hanya tersenyum malu.

"Aku nanti yang akan mencuci piring,"ujar CP Bagas.

"Kamu? Bagaimana bisa?" ujar Chelsea sambil membereskan piring diatas meja.

"Kenapa? Kamu pikir aku tidak bisa?"tanya CP Bagas.

"Aku pernah menjadi anggota Pramuka,"bela CP Bagas sambil merebut merapikan meja dan membawa piring ketempat cuci piring.

"Pergilah menonton tv, dan jangan ganggu aku," ujar CP Bagas.

Chelsea pun terdiam melihat CP Bagas pergi membawa piring-piring tersebut. Akhirnya Chelsea memutus untuk mengikuti CP Bagas yang akan mencuci piring.

"Sudah lah, lupakan saja. Biarkan aku yang mencuci,"sela Chelsea.

"Aku bilang, pergilah nonton tv,"bentak CP Bagas pada Chelsea.

Chelsea yang kaget pun memutuskan untuk pergi dan berhenti didepan pintu dapur. Ia berhenti dan berbalik, melihat CP Bagas yang terlihat kaku untuk mencuci piring. Namun fokus Chelsea bukan pada tingkah kaku CP Bagas. Titik fokus Chelsea adalah punggung CP Bagas, dimana semalam ia bersandar.

*

CP Bagas sudah berada dikamar Chelsea sendirian. Ia mengotak-atik meja belajar Chelsea. Ia menemukan foto-foto Chelsea. Foto-foto semenjak Chelsea bayi, kanak-kanak, sampai foto-foto Chelsea dengan Angel, Marsha dan Novi. Dan CP Bagas banyak tersenyum melihat-lihat foto tersebut.
Diruang keluarga, Chelsea masih nonton televisi sambil menunggu orangtuanya dan juga Rafli pulang.

Tepat jam menunjukkan pukul 10pm, Chelsea masih didepan televisi dan sudah tertidur. Namun terdengar pintu depan terbuka, dan Mama, Papa juga Rafli mengendap-endap masuk.

"Apa mereka sudah tidur?" tanya Papa Rio denagn bisik-bisik.

"Entahlah, tapi masih ada suara televisi menyala," jawab Mama Ify dengan berbisik-bisik pula.

"Ahh, kenapa kita mengendap-endap gini dirumah sendiri. Seperti mau maling saja.."komentar Rafli yang juga berbisik namun termasuk keras.

"hussttt... diam. Nanti mereka bangun..." potong Mama Ify.

Dan benar saja, Chelsea terbangun dan menyambut mereka walau masih mengantuk.

"Kalian dari mana saja? Kenapa baru pulang?"teriak Chelsea.
Mama,Papa dan Rafli yang masih berjalan mengendap-endap pun terkejut. CP Bagas yang memang belum tidur dikamar pun, keluar dari kamar karena teriakan Chelsea.

"Aaa, maaf. Tadi kami kena macet, dan kebetulan ketemu Rafli didepan tadi..."jawab Mama Ify dengan tergagap.

"Kalian menyebalkan. Pokoknya malam ini aku ingin tidur dengan kalian. Kalian tahukan, besuk pagi kami harus sudah kembali ke istana..."ambek Chelsea.

"A, tapi...tapi bagaimana dengan suamimu?"tanya Mama Ify yang belum menyadari CP Bagas telah berada didepan pintu kamar Chelsea.

"Tidak apa-apa. Mungkin kita bisa tidur bersama diruangan ini,"saran CP Bagas yang membuat keluarga Chelsea terdiam kagum dengan sikap CP Bagas.

Akhirnya, malam itu pun CP Bagas, Papa Rio, Chelsea, Mama Ify dan Rafli tidur bersama diruang keluarga dengan kasur yang dipasang disana. Selama tidur, Chelsea selalu memeluk ibunya dengan erat.

Sedangkan CP Bagas sulit tidur karena Papa Rio yang tidur disampingya mendengkur keras. Dan ia heran, kenapa yang lain bisa tidur dengan suara tersebut. Namun, ia kembali terharu dengan kehangatan yang ia rasakan kembali.

*Pagi hari

Pagi itu Chelsea dengan Bagas kembali ke istana. Dan Chelsea senang kembali bertemu dayang asistennya, dayang Dinda dan Oca. Chelsea membawakan mereka oleh-oleh berupa  tempoyak yang khusus dibuat oleh Mama Ify.

CP Bagas langsung menuju kamarnya dan ia mengambil setumpuk kartu yang ia bawa dari rumah Chelsea. Ia tersenyum mengingat kehangatan yang ia terima dirumah tersebut.

*Makan siang dikediaman Royal Couple

Disaat makan siang, Chindai menelepon Bagas. Namun Chindai bukan ingin berbicara dengan Bagas, melainkan dengan Chelsea.

Melalui telepon CP Bagas, Chindai mengundang Chelsea untuk datang bersama Bagas berkumpul dengan klub berkuda mereka. Chelsea yang bingung mau jawab pun akhirnya menyetujui. CP Bagas pun heran dengan sikap Chindai tersebut.

*Peternakan Kuda

Sore harinya, Raffa tengah berada dipinggir lapangan kuda untuk melihat orang-orang yang sedang berlatih. Chindai mendekatinya.

"Terimakasih," ucap Chindai.

"Untuk apa? Aku suka berkuda,"ujar Raffa.

"Aku tahu apa yang kau inginkan," ucap Chindai lagi.

"Apa yang kau maksud? Apa yang aku inginkan? Kenapa kau berkata seperti itu?"tanya Raffa bingung.

"Apa yang kau inginkan adalah sama dengan apa yang aku inginkan. Aku tahu keinginamu sebagai pewaris tahta. Bagas seharusnya sudah capek dengan posisi tersebut. Bahkan dia harus menikahi wanita yang tidak ia cintai. Kau bukannya akan mencuri posisi tersebut, namun kau akan membantu Bagas untuk lepas dari posisi tersebut,"jelas Chindai.

"Aku tahu apa yang kau maksud. Namun itu akan sulit dilakukan oleh Bagas tanpa persetujuan tetua. Sepertinya Royal Couple sudah sampai,"potong Rafa.

Terlihat dari kejauhan, mobil Royal couple memang telah sampai area peternakan. Dan dari mobil keluar CP Bagas dan juga CP Chelsea. CP Bagas mendapatkan sambutan hangat dari teman-temannya, Difa, Josia dan Fattah.

"Ini sudah lama, apa kabar? Putri Mahkota terlihat lebih cantik sekarang..."ujar Fattah.

"Dia berpakain seksi bukan? Siapa yang mendandani memakai baju itu?" tanya Bagas yang mengomentari baju berkuda Chelsea.

"Apa? Dayang istana yang mempersiapka baju ini. Lagian aku bukan bernampilan begini untuk kamu..."celoteh Chelsea yang terhenti melihat ekspresi diam CP Bagas melihat suatu sudut.

Chelsea mengikuti sudut dimana yang membuat CP Bagas terdiam. Dan Chelsea mendapati bahwa Bagas sedang memandang Chinda bersama dengan Raffa yang datang dari luar juga.

"Apa kabar Yang Mulia? Putri Mahkota juga datang.." sapa ramah Chindai.

Chelsea pun hanya membalas tersenyum.Athmosphere diruang tersebut berubah menjadi beku.

*Diarea kandang kuda

CP Bagas tengah sendirian berada dikandang kuda untuk mengambil kudanya. Chindai yang mengetahui ini pun tidak menyia-nyiakan kesempatan.

"Ini sudah lama bukan kita tidak sedekat ini. Biasanya kita hanya dapat memandang dari kejauhan.Kita terlihat saling tidak mengenal dari kejauhan.Saling tidak menyapa disaat bertemu. Kamu selalu bersikap dingin kepadaku. Kamu sangat berubah,"ujar Chindai yang nyamperin Bagas.

"Jadi seharusnya kamu menerimaku ketika aku melamarmu dulu. Sekarang, kamu hanya merasa menyesal dan bersalah bukan? Ini karena dia yang menjadi Putri Mahkota, jadi kamu terganggu. Sekarang semuanya menjadi tidak enak bukan? Aku merasa sangat beruntung,"ucap CP Bagas yang kemudian pergi dengan kudannya meninggalkan Chindai sendirian.

*Dibalkon atas

Chelsea sedang bersama Raffa melihat orang yang sedang berlatih kuda dilapangan. Dari balkon inipun dapat terlihat kandang kuda dan tentu saja, dari sini Chelsea dan Rafa baru saja melihat Bagas dan Chindai yang mengobrol.

"Sebenarnya ada apa dengan mereka? Mereka tidak berkuda. Hanya saling melihat dengan sangat dingin,"ujar CP Chelsea dengan lesu.

"Jangan terlalu berharap pada Bagas. Harapan yang terlalu tinggi bisa menjadi kekecewaan yang besar juga. Dia kadang-kadang akan memperlakukanmu secara baik. Namun yang benar-benar ia cintai hanya Chinda. Dia tidak mungkin bisa mencintaimu, hatinya sudah berada ditempat lain," Rafa memanas-manasi yang membuat Chelsea bungkam.

Dan ternyata, dari jauh Bagas dengan raut muka marah dapat melihat kebersamaan Chelsea dan Raffa tersebut.

-TBC-

NB : Maaf jarang update ini FF.
KENAPA???

1. Aku gak mau asal-asalan buat cerita. Apalagi dengan cerita yang nyangkut ada adatnya gni. Jadi biasanya untuk ngrampungin satu part PH ini, aku butuh beberapa refrensi. Semisal dari part ini, aku butuh refrensi untuk makanan tradisional/khas Palembang. Kan gak seru kalo cuma fiktif. Juga cara buat empek-empek. lumayan nambah pengetahuan juga kan :)

2. Yang dah pasti dan jelas, kesibukan pribadi.

Jadi maklumin ya kalau lama updatenya...
Emh, masih sangat ditunggu komentar dan sarannya lho ya ditwitter @bitaBee, Chat Box atau comment di page ini :))
Terimakasih sudah sempet mampir :)

Sunday 3 November 2013

Hujan, Pelangi dan Degup Jantung (part 2 final)



"Kak Chelsea, ini Angel. Apa kabar kakak?" tanya Angel kepada Chelsea lewat telepone.

"Kakak, ayo kita bertemu. Angel kangen kakak sih,"rajuk Angel.

"Iya, aku sekarang juga dah pulang ke Indonesia kok Kak. Aku cuti,"ungkap Angel.

"Ah kakak, apa-apaan sih. Ikut marah-marah kaya' kak Bagas aja,"gerutu Angel kepada orang yang disebrang telephone.

"Ya udah, besuk sore kakak harus dateng ya. Besuk adalah hari kita. Oke? Ntar alamatnya ku text aja. C U tommorow kakak,"potong Angel ditelephone.

***

Disiang yang mendung itu, Chelsea dan Angel pun telah berada direstoran yang sama ketika dulu pertama Bagas melihat Chelsea. Barang belanjaan yang mereka bawa pun sudah menumpuk banyak, menandakan mereka sudah berkeliling belanja diarea pertokoan tersebut.

"Kak, ayo kita ketemu kakakku. Aku panggil dia kesini aja ya..." tawar Angel.

"Terserah kamu aja sih," jawab Chelsea cuek.

"Jadi kakak setujukan kalau aku comblangin sama kakakku?" ujar Angel dengan ceria dan bersiap akan menelepon kakaknya.

"Eh,eh.. apa-apan kamu. Memang aku se'jones itu apa? Pake dicomblangin sgala..." gerutu Chelsea sambil merebut handpone Angel.

"Ah kakak, kakak kn juga jomblo kan? Jangan bilang kakak masih sama si Bryan cowok gak bener itu ya..." selidik Angel kepada orang yang duduk dihadapannya ini.

"Apaan sih kamu. Enggak lah, Bryan mah kesalahan, udah masa lalu," jelas Chelsea dengan malas.

"Nah kan, kak Chelsea jomblo, kakakku juga masih jomblo kok kak... Coba ketemu dulu. Kan asik kalo kak Chelsea sama kakakku. Ntar kalo aku dimarahin, kan aku bisa berlindung sma kakak... Hhaaa..." rayu Angel dengan muka imutnya.

"Aishhh~ kamu..." kata Chelsea dengan kesal yang terpotong oleh ucapan Angel selanjutnya.

"Eh kak, kayaknya gak perlu telephone kakakku deh. Tuh dia datang...." potong Angel yang fokus melihat entrance restaurant tersebut.

Chelsea yang tidak jadi melanjutkan perkataanya pun ikut melihat pintu masuk seperti yang dilakukan oleh Angel.

***

"Iya kak, itu kakakku yang ku maksud. Kak Bagaasss...." teriak Angel pada orang yang baru saja masuk kerestoran tersebut.

Orang-orang yang ada didalam restoran itu pun jadi memandang Angel karena teriakannya. Angel yang lebih fokus melihat kearah kakaknya dan melambaikan tangannnya, hanya cuek tak mempedulikan pandangan orang.

Bagas yang baru saja masuk, terkejut dengan suara seseorang memanggil namanya. Bagas pun mencari sumber suara tersebut dan menemukan disebuah bangku restoran dua orang gadis yang familiar baginya, sedang memandang kearahnya. Seorang gadis sambil melambaikan tangannya kearahnya, yang satu hanya terdiam melihatnya.

Bagas  yang kaget pun terdiam dan mematung karena mengetahui siapa yang tengah bersama adiknya yang juga hanya terdiam melihatnya.

Bagas pun segera berlalu dan menuju kasir. Dia mencoba untuk cuek.

***

"Ah, apa-apaan sih kak Bagas itu... Aku mau kesana dulu kak,"gerutu Angel yang bersiap meninggalkan kursinya menuju kearah Bagas.

"Eh, disini saja. Mungki dia cuma akan memesan dulu," larang Chelsea.

Setelah dari tadi awan mendung menyelimuti, akhirnya hujan pun turun. Cukup deras siang itu hujan turun.

Setelah Bagas memesan minuman di kasir, benar saja, dia menuju kursi dua gadis yang ia kenali tadi.

"Heh, malu-maluin aja. Pake teriak segala..." gerutu Bagas kepada Angel.

"Ah kakak, itukan udah kebiasaanku,jangan protes," omel Angel.

Chelsea yang berada di didepan Angel hanya menyimak dan berpura sibuk dengan minumannya.

"Oh ya kak, kenalin, ini Kak Chelsea, kakak angkatanku sekaligus kakakku di Ausie. Dan Kak Chelsea, ini kakak tersayangku, kak Bagas," Angel mengenalkan.

Chelsea hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Bagas. Bagas yang duduk diantara Chelsea dan Angel pun menerima jabatan tangan Chelsea.

"Chelsea, kita bertemu lagi," kenal Chelsea dengan ramah.

"Apa? Kalian pernah bertemu? Kapan?" sela Angel dengan tidak sabar.

"Iya, kita pernah bertemu sekali sewaktu kamu kerumahku bersama Difa bukan?" ujar Chelsea.

"Bagas, iya. Satu minggu yang lalu,aku bersama Difa kerumahnya untuk bertemu dosen kami," jelas Bagas.

'"Hah? Cuma sekali?" batin Bagas kesal.'

"Apa? Dengan kak Difa juga? Kok aku gak tahu?" keluh Angel.

"Buat apa kamu tahu, anak kecil?" tanya Bagas kepada Angel.

"Ish, aku bukan anak kecil." keluh Angel.

"Jadi, kakak Bagas ini muridnya Eyang Kak Chelsea ya?" tanya Angel.

"Iya, ternyata dunia sempit, bukan," ujar Bagas.

"Lalu, apa hubungan kalian berdua?" tanya Bagas.

"Jadi, kak Chelsea ini kakak angkatanku di universitas kak. Kak Chelsea ini banyak membantuku waktu di Ausie, apalagi ternyata kak Chelsea ini teman dari kecilnya kak  Difa. Tapi aku gak tahu kalau Eyang kak Chelsea dosen kakak dulu," jelas Angel dengan diakhiri muka manyunnya.

"Lha, kamu kan udah tahu kalau Eyangku dosennya kak Difa?" Chelsea memastikan.

"Iya sih, tapi aku gak ngeh kalau kakakku yang pintar ini juga mahasiswanya Eyang kakak. Hha.." elak Angel.

"Ish, dasar," komentar Bagas.

"Kak Bagas, pinjem handphone kakak sih. Hp'ku lowbat," pinta Angel.

Bagas pun memberikan handphone'nya kepada Angel. Kemudian Angel memencet-mencet keypad hp Bagas.

Handphone Chelsea berbunyi. Chelsea buru-buru mengambil handphonenya. Sebelum Chelsea menemukan Hp'nya di tas, handphone Chelsea sudah tidak berbunyi.

"Kak, itu nomer Kak Bagas. Disave ya," ucap Angel.

"Kak Bagas, ini nomer Kak Chelsea aku save ya. Contact Name'nya Chelsea," ucap Angel kepada Bagas.

"Ishhh," desis Bagas merebut hp'nya namun tidak berhasil.

Angel pun mengembalikan hp Bagas setelah berhasil menyimpan contact number Chelsea di hp Bagas.

"Ishh, sapa tahu kakak butuh nomer kak Chelsea diwaktu darurat. Waktu kakak ingin menghubungi Eyang kak Chelsea namun gak bisa mungkin," celoteh Angel.

Mereka pun melanjutkan obrolan ringannya. Dari kehidupan Angel dan Chelsea di Ausie, hingga background pendidikan Bagas dan juga kesibukan Bagas.

Dari percakapan singkat mereka, diketahui kalau Bagas telah menyelesaikan S2'nya di Inggris jurusan advokasi tahun kemarin. Dan sekarang Bagas sedang sibuk membantu mengembangkan perusahaan orangtuanya dibidang arsitektur bangunan. Sebenarnya, Ayah Bagas mengiginkan Bagas meneruskan kuliah dibidang arsitektur, namun malah dibidang advokasi. Sehingga Angel yang menjadi tumpuan harapan orangtua dibidang arsitektur. Padahal passion Angel ada di jurusan design fashion.

Sedangkan Chelsea, adalah cucu satu-satunya prof.Gustav. Ayah Chelsea adalah putra satu-satunya prof.Gustav yang juga berprofesi sebagai pengacara. Prof.Gustav sebenarnya menginginkan Chelsea untuk berprofesi yang sama. Namun passion Chelsea ada di arsitektur bangunan, sama seperti mamanya, Mama Ify. Karena cucu satu-satunya, sehingga apapun mau Chelsea dituruti, namun Eyang Chelsea menginginkan Chelsea tetap menikah dengan seorang yang berprofesi sebagai advokat, begitulah penggalan penjelasan yang diujarkan Angel.

Obrolan mereka berakhir, ketika Bagas mendapatkan telephone untuk segera kembali kekantor. Chelsea dan Angel pun memutuskan untuk pulang juga, lagian hujan juga mulai reda.

###

Malam itu, dikamar Bagas, Bagas terlihat tidak bisa tidur. Dia terus saja uring-uringan memandangi layar handphone'nya.

"Aahhh, bagaimana ini. Aku sudah mendapatkan nomernya. Apa yang harus kulakukan," gerutu Bagas dalam hati dengan tetap menatap nomer yang tampil dilayar hp'nya.

"Apa aku harus menghubunginya? Tapi dengan alasan apa?"

"Salah kirim? Ah, kekanak-kanakan sekali. Lalu apa?"

"Lagian, apa-apaan dia. Apa dia lupa? Direstoran saat hujan, kejadian dilift, dirumahnya, dan tadi. Itukan pertemuan keempat... huh,"

Tiba-tiba handphone yang sedari tadi Bagas pegang berbunyi menandakan ada telephone. Bagas pun terkejut. Dan ternyata orang kantor yang menelepone Bagas untuk membicarakan urusan kantor.

***

Dikamar Chelsea, Chelsea juga tak kalah uring-uringan.

"Apa dia menyadarinya? Tadikan pertemuan ketiga kami. Aaa... memalukan..."

###

Disaat Dies Natalis.

"Gas, elo masih dirumah kan? Gue minta tolong banget sama elo, tolong jemput Prof.Gustav ya. Ini ada sedikit masalah disini, gak sempet ada yang jemput ini, rumah elo kan searah kan," pinta Difa dengan tergesa-gesa melalui telephone.

"Oh yaudah, gue ntar jemput deh,"jawab Bagas.

"Diusahain maximal pas acara mulai aja ya elo nyampenya, tapi jangan telat juga. Ntar elo hubungi dulu Prof.Gustav ya..." perintah Difa.

"Oke.oke," jawab Bagas lagi diseberang telephone.

"Oke, gue percaya elo. Ntar kalo dah jalan, hubungi gue ya. Thx Gas," ucap Difa.

"Yo, sama-sama," balas Bagas sambil memutuskan telephone.

"Hemh, kesempatan nih," batin Bagas.

***

Prof.Gustav pun sudah bersiap dan menunggu Bagas didepan gerbang rumahnya sedari Bagas meneleponnya bahwa dirinya telah berada didekat rumah Profesor. Namun, Prof.Gustav tidak menunggu sendirian didepan rumah.

"Yang jemput kok lama sih, eYang?" tanya Chelsea.

"Sabar, ini juga baru 5menitan kita menunggu kok," komentar Eyang Chelsea, prof.Gustav, sambil melihat jam tangannya yang berwarna putih terbuat dari marmer tersebut.

"Ah, akhirnya Eyang mau memakai jam tangan yang ku berikan juga..."ungkap Chelsea senang sambil memeluk lengan Eyang'nya.

"Bukan begitu, kamu tahu sendirikan, jam tangan yang Eyang pakai selama ini kenang-kenangan dari almarhumah Eyang Putri kamu. Karena dah tua, ya sudah sewajarnya lah dimusiumkan," jelas Eyang dengan sedikit menyesal sedih.

Tak begitu lama, akhirnya yang ditunggu pun datang.

"Eh profesor, maaf menunggu," sapa Bagas sambil turun dari mobilnya ketika sudah sampai.

Bagas pun membukakan pintu belakang mobilnya untuk profesor.

"Eh, Chelsea mau ikut juga kah?" ujar Bagas ketika mendapati Chelsea akan ikut menaiki mobilnya.

"Iya Gas, tadi saya paksa. Gak pa-pa kan Gas?" tanya Prof.Gustav.

"Oh iya prof, tidak apa-apa kok," jawab Bagas salah tingkah.

"Yaudah Chel, kamu depan aja. Kasian Bagas, masa' dia kayak supir, sendirian didepan," seloroh Eyang Chelsea.

"Hhe.. Gak usah prof., gak pa-pa kok," tolak Chelsea.

Mereka telah berada didalam mobil, dan Chelsea sudah duduk disamping Bagas.

"Ngomong-ngomong, kamu sudah kenal Chelsea ya Gas? Tadi kok sudah mengenali namanya?" tanya Prof.Gustav dikursi belakang.

"Oh iya prof., baru-baru ini saja saya baru tahu, Chelsea ini ternyata teman adik saya yang kuliah di Australia," jawab Bagas.

"Benarkah? Jurusan apa adik kamu?" tanya prof.Gustav lagi.

"Sama seperti Chelsea, dia adik angkatan Chelsea Eyang..." potong Chelsea menjelaskan.

"Oh... Sebenarnya Eyang pengennya Chelsea nerusin profesi Eyangnya ini juga ayahnya, jadi advokat. Tapi dianya malah kaya' ibunya yang ingin jadi arsitek..." curhat Prof.Gustav.

"Oh, begitu ya prof.," komentar Bagas singkat.

"Makanya ni, saya pengennya Chelsea ini dapet suami yang profesinya sama seperti saya. Jadi, diajak sekalian saja kan ketemu mahasiswanya Eyangnya dulu. Hha... Kamu sendiri, udah ada pasangan belum Gas?" tanya prof.Gustav yang tersirat.

"Eyanggggg~" teriak Chelsea.

Bagas hanya tersenyum, dan Prof.Gustav pun malah tertawa melihat cucu kesayangannya marah.

***

Sesampainya, digedung DiesNatalis.

"Gas, nanti yang nganter kita pulang kamu lagi kan?" tanya Prof.Gustav.

"Oh, iya prof,." Jawab Bagas secara reflek.

"Bagus kalau gitu. Kamu Chel, kamu belum kenal siapa-siapa disini kan? Kamu tunggu Eyang dideket Bagas aja ya. Jangan kemana-kemana," perintah Eyang Gustav.

"Ah kakek, kan ada kak Difa juga," protes Chelsea.

"Sepertinya Difa sibuk. Gak apa-apa kan Gas kalo Chelsea sama kamu?" tanya Prof.Gustav sambil melihat Difa yang sibuk didalam gedung.

"Oh ya, tidak apa-apa Prof.," jawab Bagas.

"Yaudah Gas, saya titip Chelsea dulu ya," ujar Prof.Gustav sambil masuk gedung.

Dan akhirnya sepanjang acara, Chelsea pun didekat Bagas terus. Begitu pula saat Bagas tengah mengobrol dengan teman-teman lamanya. Disaat ditanya siapa gadis yang berada disampingnya, Bagas selalu jawab hanya kenalannya. Ya, karena Chelsea melarang Bagas untuk mengungkapkan bahwa dirinya cucu dosen mereka.

***

Diakhir acara, Difa baru sempat bertemu dengan Bagas.

"Gas, thx ya. Elo emang penyelamat gue," ungkap Difa yang dengan tiba-tiba menghampiri Bagas.

"Eh, ada Chelsea juga. Dari tadi disini sama siapa Chel?" tanay Difa kepada Chelsea.

"Eh kak Difa, iya kak. Dari tadi sama kak Bagas aja," jawab Chelsea.

"Selamet ya bro, sukses acaranya," ucap Bagas.

"Iya, thx juga, berkat bantuan loe juga ini. Eh, kenapa Chelsea ada disini?" tanya Difa bisik-bisik kepada Bagas.

"Tadi profesor ngajak dia, terus dititipin ke gue," jawab Bagas polos.

"Wah pertanda ni, sikat Gas. Profesor dah ngasih restu tuh... Hha..." goda Difa.

"Apaan sih loe..." jawab Bagas yang sudah tahu maksud Difa.

Bagas pun mengantar profesor dan Chelsea kerumah mereka. Dan semenjak saat itu, hubungan Chelsea dan Bagas pun semakin dekat. Dari awalnya hanya sekedar menanyakan kabar hingga bercerita tentang kejadian sehari-hari.

###

Awal bulan ke 10 pada tahun 2021

Hari Sabtu pada Minggu kedua dibulan ini, akhirnya Chelsea akan melaksanakan graduation ceremony'nya. Selama 2 bulan inipun, Chelsea telah tinggal diapartemennya dikota Brisbane kembali. Selama kuliah dinegri kangguru ini, Chelsea memang hidup mandiri diapartemenya.

Awalnya, Chelsea tinggal diasrama kampus. Setelah menginjak tahun kedua, Chelsea memutuskan untuk tinggal diapartemennya sendiri. Diapartemennya pun, Chelsea tinggal sendiri. Tidak ada yang membantunya hanya sekedar untuk membersihkan rumah. Semuannya Chelsea lakukan sendiri, dari membersihkan rumah hingga memasak. Namun karena Chelsea anak tunggal, maka Mamanya, mama Ify sering mengunjunginya.

Sore itu diapartemen Chelsea, 3 hari sebelum graduation ceremony, Chelsea tengah bersantai dikamarnya merapikan buku-buku yang mulai dia pack untuk dibawa ke Indonesia. Karena memang setelah graduation ceremony, Chelsea memutuskan segera kembali ke Indonesia. Selain karena keluarganya di Indonesia, Chelsea sudah mendirikan bisnis dibidang arsitektur di Indonesia bersama beberapa kawannya.

Chelsea yang tengah asik menyimpan buku-bukunya, harus berhenti sejenak, karena bel apartemenya berbunyi, menandakan ada tamu didepan pintu apartemennya.

"Lho kak Bagas, kok gak ngasih kabar dulu kalau mau kesini?" tanya Chelsea yang terkejut ketika membuka pintunya.

"Apakah harus?" canda seseorang yang Chelsea panggil kakak tersebut sambil masuk apartemen Chelsea.

"Ya enggak sih, tapi untungnya aku baru gak pergikan," jelas Chelsea.

"Ya aku cari info dulu dong sebelum kesini, aku tadi tanya Angel, apa dia pergi sama kamu? Dia malah memberitahu kalo kamu mau packing barang. Memang, mau kapan barang-barangnya dikirim pulang?" tanya Bagas.

"Umh, besuk sih mau dikirim. Kan dua hari setelah ceremony, aku dah langsung balik ke Indonesia," jawab Chelsea.

"Kok semalem gak ngasih tahu sekalian? Kan bisa ku bantu..." ungkap Bagas.

"Gak terlalu repot juga kok ini kak..." jawab Chelsea.

'Yaudah, mumpung aku udah disini juga, apa ni yang bisa ku bantu?" tawar Bagas yang sudah bersiap membantu chelsea.

"Em, yadah deh. Tolong masukin semua buku yang disitu ya kak..." pinta Chelsea dengan manis.

"Beres..." jawab Bagas dengan semangat.

Bagas pun membantu Chelsea memasukkan buku-buku yang akan Chelsea kirim pulang. Setelah selesai, Chelsea pun mengajak Bagas untuk bersantai di balkon apartemennya yang kebetulan ada tamannya.

"Udah selesaikan kak, ayo kita ngobrol-ngobrol ditaman balkon dulu ya..."saran Chelsea.

"oke," jawab Bagas singkat.

***

Mereka telah berada digasebo taman tersebut. Apartemen Chelsea memang unik. Apartemen tersebut hanya mempunyai ruang tertutup berupa kamar yang luas, dengan kamar mandi dan dapur. Ruang tertutup itu hanya bertipe 36. Yang membuat unik adalah adanya balkon yang menjadi taman dilengkapi dengan adannya gazebo ditaman tersebut. Taman dibalkon tersebut bisa dibilang cukup luas, bisa dikatakan ukuran tamannya seluas ruang tertutup yang ada.

"Urusan pindah jurusan Angel sudah selesai kah kak?" tanya Chelsea yang baru datang membawakan minuman untuk Bagas.

"Belum, besuk harus kekampus lagi," jawab Bagas yang tengah bersantai digazebo.

"Terus, sekarang dimana Angel?" tanya Chelsea yang sekarang sudah duduk digazebo juga.

"Katanya sih mau hang out bareng temennya. Memang banyak ya, temen Angel disini?" tanya Bagas.

"Eits, bukan hanya sekedar temen. Cowok-cowok juga banyak yang ngejar dia kali..." jelas Chelsea.

"Lalu, kenapa dia masih ngejar-ngejar Difa ya...?"selidik Bagas.

###

Ditempat lain, dipusat perbelanjaan dipusat kota, Angel tengah duduk bersama seorang lelaki.

Dikursi lain, terlihat seorang lelaki tengah duduk sendirian dan memandang kearah Angel dan lelaki tersebut.

Disaat lelaki yang bersama Angel tersebut ke toilet, pria yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka, mengikuti sang pria ke toilet. Dan didalam toilet, ternyata sang pria menerima telepon dan berbincang hangat. Dari perbincangan tersebut, hanya dengan menerkanya saja, dapat diketahui bahwa sang pria sedang berbincang dengan wanitanya. Dan dari perbincangan telepon tersebut diketahui bahwa sang pria hanya memanfaatkan kekayaan Angel.

Mendengar hal tersebut, sang pria yang sedari tadi menguntitnya pun, terbakar emosinya. Si penguntit pun menghajar sang pria yang kebetulan juga berwajah melayu tersebut. Keributan pun terjadi hingga depan toilet.

Angel yang mendengar keributan tersebut dan curiga yang berkelahi sang pria yang bersamanya tadi, memutuskan untuk mendekat kelokasi perkelahian tersebut.

Betapa terkejutnya Angel ketika mendapati bahwa yang berkelahi adalah pria yang bersamannya tadi dan... Difa. Angel pun memisahkan mereka dan menanyakan ada apa. Difa pun menjelaskan. Walau terharu, Angel sedikit kesal dengan Difa hingga seorang wanita menghampiri mereka dan  mengaku sebagai kekasih sang pria yang bersama Angel tadi. Sang wanita pun terkejut ketika tahu bahwa sang pria sudah mempermaikan mereka. Mereka berdua pun menampar sang pria dan meninggalkannya.

Angel mengobati luka Difa yang tidak begitu parah didepan sebuah apotek.

"Kakak, kenapa ada disini?" tanya Angel.

"Aku mendapat cuti seminggu, dan aku memutuskan untuk kesini,"jawab Difa singkat.

"Kenapa kemari dan kenapa tadi bisa berantem sih?"tanya Angel lagi.

"Selain untuk menghadiri wisuda Chelsea, aku rindu kamu dan aku khawatir tentang kamu," jawab Difa dengan malu.

Dan jawaban Difa itu, cukup membungkam Angel untuk tidak bertanya lagi. Akhirnya dia tahu, bahwa Difa juga menyukainya, dan cintanya bukan cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta pertamanya yang telah tumbuh dan ia jaga hampir 8 tahun ini, akhirnya mendapatkan hasil yang positif.

###

"Lalu, kenapa dia masih ngejar-ngejar Difa ya...?"selidik Bagas.

"Hemh, namanya juga cinta pertama. Selagi masih ada kesempatan, kejar terus dong... hhaaa..."seloroh Chelsea.

"Ishhh, lalu bagaimana dengan cinta pertamamu?"tanya Bagas yang membuat Chelsea memandangnya sejenak.

Tiba-tiba gerimis mulai turun dikota tersebut. Memang sedari tadi mendung sudah mulai menyelimuti kota tersebut.

"Ah, hujan...,"ucap Chelsea mengalihakan pembicaraan.

"Apa kamu suka hujan?" tanya Bagas.

"Hujan, aku suka. Suara gemuruhnya meraimakan halaman luar. Waktu kecil, aku berpikir suasana rumah jadi rame, dan aku merasa tidak sendirian lagi bila hujan turun. Dan suasana jadi sejuk, dan juga hmmm...aroma tanah yang tersapu hujan adalah salah satu aroma favoritku, selain aroma masakan mamaku tentunya,"ujar Chelsea yang merupakan seorang anak tunggal.

"Aroma hujan? Kamu tahu apa yang menyebabkan aroma khas itu muncul?" tanya Bagas.

Chelsea hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku pernah baca bahwa ada sebuah senyawa bernama 'petrichor' dengan bau dan aroma khas yang keluar dari tanah, ilalang dan rerumputan lain sesaat setelah hujan. Dan senyawa ini menjadi semacam 'aromaterapi' yang mampu menghadirkan ketenangan,"jelas Bagas.

"Wiihhh, pengetahuan kakak luas juga,"puji Chelsea.

"Bagaimana kamu bisa disebut fans hujan bila hal seperti itu saja tidak tahu?"heran Bagas.

"Aishhh, lalu bagaimana dengan kakak? Apa kakak juga penyuka hujan?"tanya Chelsea.

"Kondisional saja sih kalo aku. Pada dasarnya gak terlalu suka hujan. Hujan itu seperti air mata kesedihan. Apalagi bila sedang mau pergi, tiba-tiba hujan turun. Jalanan pasti macet. Bikin jengkel saja,"keluh Bagas.

"Tapi aku juga suka suasana setelah hujan. Jadi sejuk, apalagi kalau sedang musim panas gini. Apa lagi bila mendapatkan bonus sebuah pelangi,"lanjut Bagas.

"Aishh, realistis banget jawabannya..."komentar Chelsea.

"Hidup itu harus realistiskan...  Btw, ini belum waktunya hujan bukan? Bukankah kalau disini, hujan turun pada bulan November-Februari?"potong Bagas.

"Emm,  iya sih. Tapi semenjak aku tinggal disini, hujan memang selalu datang tidak tepat waktu," jawab Chelsea.

"Pemanasan Global yang semakin mengkhawatirkan," komentar Bagas.

"Eh, kak. Itu pelangi ya?"tanya Chelsea sambil menunjuk sudut timur yang masih kelabu namun sudah tidak lagi hujan tersebut.

"Eh iya. Seperti kehidupan, setelah kesedihan akan muncul kebahagiaan,"komentar Bagas.

"Emh, kamu beneran yakin kita pertama bertemu ketika aku sama Difa kerumah kamu?" tanya Bagas tiba-tiba.

"Ummhhh, sepertinya iya..."jawab Chelsea seperti menutupi sesuatu.

"Kamu yakin?" tanya Bagas sekali lagi dengan merayu setelah melihat raut muka Chelsea yang seperti menutupi sesuatu.

"Apaan sih, yakinlah," ujar Chelsea meyakinkan dengan salah tingkah.

"Lalu ini, kamu lupa?" tanya Bagas dengan menunjukkan sebuah gelang berumbai ditangannya.

"Aa, apa-apaan sih kak. Kakak, dapet ini dari mana?" ujar Chelsea sambil merebut dan menyembunyikan gelang berumbai yang dahulu terjerat dengan tali sepatu Bagas tersebut.

"Hhaaa... Kamu ingat bukan. Waktu itu kita bertemu di gedung firma Eyang kamu, terus ada seorang gadis lugu mengribetkan gelangnya dengan tali sepatu seseorang," Bagas mengingatkan.

"Aishhh, udah lupain aja sih. Itu aib kak..."bentak Chelsea dengan cemberut.

"Oke.oke. Tapi itu sebenarnya bukan pertemaun pertama kita. Kita pernah bertemu, disaat hujan juga. Kamu berteduh dipayung restoran, dan aku melihat kamu didalam restoran tersebut. Kita juga sempat bertatap hingga Angel menutup mataku," terang Bagas.

"Oh ya? Kapan dan dimana itu? Kakak yakin itu aku?" tanya Chelsea.

"Aku yakin. Beberapa hari setelah Angel balik dari sini akhir tahun kemarin. Oh ya, restoran rainbow, yang biasa kita datangi dengan Angel itu," ujar Bagas yakin.

"Angel pulang? Kalau tidak salah sekitar bulan September bukan? Dia mengabariku setelah beberapa bulan pulang karena liburan dulu... Iuhhh,"ungkap Chelsea.

"Ya, hujan dibulan September..."kata Bagas.

Chelsea seperti terhenyak sejenak mengingat sesuatu. Ia teringat akan sebuah kejadian.

*flashback

"Hujan, aku suka... Tapi ini bukan waktu yang tepat,"gumam Chelsea sambil berlari dijejeran pertokoan.

Akhirnya Chelsea pun berteduh pada payung didepan sebuah restorant. Hingga tanpa sengaja Chelsea memandang sudut didalam restoran tersebut.

"Apa ini? Kenapa degup jantungku sangat cepat? Siapa dia? Tuhan, tolong bangunkan aku bila...,"batin Chelsea yang ketika matanya menangkap tatapan dalam seorang cowok didalam restoran tersebut.

"Ah, cuma fatamorgana..."gumam Chelsea ketika melihat seorang wanita menutup mata lelaki didalam restoran tersebut.

Lalu Chelsea pun memutuskan untuk masuk kerestoran tersebut sembari menunggu hujan reda.

*flashback end.

"Ah, benarkah itu kamu dan wanita yang menutup mata kamu itu Angel?" kata Chelsea tiba-tiba.
"Aa, benar juga. Wanita itu mirip Angel walau wajahnya tertutupi topi," lanjutnya.

"Kamu sudah ingat?" tanya Bagas dengan antusias.

"Lupa-lupa ingat sih... Hhe..."jawab Chelsea dengan muka imut.

"Setidaknya kamu sudah ingat," ungkap Bagas senang.

"Emh, kamu tahu apa penyebab terjadinya pelangi?" tanya Bagas.

"Uummm..." gumam Chelsea sambil terlihat berpikir.

"Hey, ini bukan pertanyaan yang sulit seperti pertanyaan semalem yang belum kamu jawab bukan?" goda Bagas.

"Ishhh..." komentar Chelsea sambil memukul lengan Bagas.

"Auw..." rengek Bagas yang berpura-pura kesakitan.

*Flashback

"Chel, selama ini kita memang belum ada kata berpacaran. Namun dari apa yang kita jalani bersama selama ini, aku tahu perasaan kita sama. Dari segala tingkah dan perhatian yang saling kita berikan, aku tahu kita saling membutuhkan dan melengkapi. Dan yang paling penting, keluarga kita sudah saling mendukung. Jadi, maukah kamu menikah denganku, Chel?" lamar Bagas ketika dinner bareng Chelsea semalam di restoran dengan memberikan sebuah cincin.

Chelsea yang masih terkejut hanya diam bingung mau menjawab.

"Oke Chel, aku belum butuh jawaban kamu malam ini. Kamu bisa memikirkannya dulu. Tapi aku yakin, kamu akan menjawab iya..."goda Bagas.

*Flashback end.

Mendengar raungan Bagas yang kesakitan, Chelsea tahu kalau Bagas hanya berpura-pura. Maka Chelsea pun memukul lengan Bagas kembali.

"Auww, sakit tahu..."erangan Bagas lagi yang kali ini beneran kesakitan.

"Makanya jangan akting..."komentar Chelsea.

"Pelangi ada karena terjadinya pembiasan cahaya matahari oleh butiran-butiran air. Nah, butiran air hujan ini yang menjadi objek pembias sehingga terjadialh spektrum warna cahaya matahari ini. Kurang lebih begitu. Benarkan? Itukan pertanyaan matapelajaran IPA jaman sekolah dulu," jawab Chelsea.

"Oke, kamu memang pandai,"puji Bagas.
"Lalu untuk jawaban pertanyaan semalam?"goda Bagas lagi.

"Ishhh..."gumam Chelsea sambil menatap Bagas.

Bagas yang tak mau kalah, memberanikan diri menatap mata Chelsea dalam-dalam. Chelsea yang merasa terintimidasi dengan tatapan Bagas pun mulai hilang nyali untuk menatap Bagas.

"Kamu akan menikah dengan ku bukan?" tanya Bagas lagi sambil mendekatkan mukannya kemuka Chelsea.

"Hey, apa yang kamu lakukan?" tanya Chelsea yang jantungnya mulai berdegup kencang.

"Aku akan mencium kamu... Kalo kamu tidak menjawab dalam hitungan kelima," ucap Bagas dengan santai dan dengan semakin memajukan wajahnya..

Chelsea yang berada didepannyapun semakin membelakangkan mukannya dan memiringkannya.

"1....2....3.....4.....Liiii...." hitung Bagas yang semakin dekat dengan Chelsea.

"Iya.iya...."jawab Chelsea dengan cepat.

"Iya apa? Liat aku dan ucapkan sekali lagi dengan lebih jelas," pinta Bagas memastikan dengan posisi duduk yang masih mendekatkan wajahnya ke wajah Chelsea.

 "Baiklah-baiklah. Iya, aku akan menikah dengan kamu. Apa kamu tuli"jawab Chelsea lagi dengan kesal dan menghadap kemuka Bagas.

Bagas tersenyum dan  masih mendekatkan wajahnya hendak mencium Chelsea.

"Hey, apa yang kakak lakukan? Bukankah sudah kujawab iya..."protes Chelsea.

"Aku hanya akan melakukan apa yang dilakukan oleh pasangan,"jawab Bagas santai.

Bagas pun semakin mendekatkan wajahnya, Chelsea yang semakin terjepitpun akhirnya pasrah.

Pelangi masih jelas terlihat dilangit timur walau gerimis kecil mulai turun kembali. Dan degup jantung mereka kembali semakin berpacu cepat seiring panggutan bibir mereka.


NB : yip.yip.hore... Terimaksih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.
       Bagaimana dengan Cerbung kali ini?
       Ceritanya ngebosenin gak?
       Mudah ditebak gak?
       Kurangnya apa?
       Ditunggu comentar kalian di twitterku @bitaBee, chatRoom dan juga comment page di page ini ya... makasih ^^

Tergantung setiap individu bagaimana mereka berpikir sebuah kejadian tsbt. Semisal Chelsea merasakan kebahagiaan bila hujan turun karena ia berpikir positif. Suara hujan adalah temannya dalam kesepian. Sedangkan Bagas, sebal bila hujan terjadi. Hujan membuat ruang geraknya sempit,gak bebas mau kemana. Karena disini Bagas menggap hujan adalah musuhnya. Namun semau berpendapat sama, setelah hujan pergi, kebahagiaan (terus) muncul. Dari sekedar aroma khas setelah hujan yang ternyata juga sebuah aromaterapai, hingga kejadian alam yang selalu mengagumkan, pelangi.

Jadi, mindset adalah kunci sebuah kehidupan yang bahagia didapatkan. Jangan merasakan sebuah kesulitan itu terlalu sulit, pasti ada jalan keluarnya. Berpikir saja bagaimana bisa menghasilkan sebuah hasil yang membahagiakan dari kesulitan tersebut. Pasti semau akan dibawa seneng kalau sudah berpikir tentang hasil yang membahagiakan. :)

Saturday 2 November 2013

Hujan, Pelangi dan Degup Jantung (part 1)

Cast : Chelsea (21thn)
         Bagas (25thn)
         Angel (20thn)
         Difa (25thn)
         

Setting Time : September  2020 - Oktober 2021
Setting Place : Indonesia - Brisbane, Australia

Inspired by: A Gentleman's Dignity
                  Reply 1997

Happy reading ^^



Hujan, Pelangi dan Degup Jantung

Akhir bulan September 2020.

Disebuah toko dipusat perbelanjaan, terlihat seorang gadis yang tengah asik memilih-milih barang yang akan ia beli. Gadis tersebut bernama Chelsea, seorang mahasiswi tingkat akhir disebuah universitas dengan jurusan arsitektur.

"Nona,  tolong saya ingin melihat yang ini," ucap Chelsea kepada penjaga toko sambil menunjuk sebuah jam tangan berwarna gelap itu.

"Wah, Anda memilih dengan sangat jeli nona. Ini merupakan jam tangan yang sangat indah. Pasti Anda membelinya untuk kekasaih Anda ya?" seloroh penjaga toko dengan ramah.

Chelsea hanya tersenyum menanggapinya.

"Ini merupakan jam tangan yang terbuat dari marmer, sehingga tidak akan menimbul alergi pada pemakainya dan sangat nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu lama. Modelnya pun, model yang terbaru. Bagaimana nona?" jelas sang penjaga toko.

"Apa ada yang berwarna putih?" Tanya Chelsea.

"Maaf nona, ini tinggal satu-satunya yang tersedia. Namun bila Anda memesan terlebih dahulu, kami akn mengusahakannya," ucap penjaga took.

"Kalau saya memesan, berapa lama barang akan tersedia?" tanya Chelsea lagi.

"Sekitar 1 hingga 3 bulan. Karena kami memesan dulu dari pabriknya di New Zealand. Namun bila dirasa terlalu lama, ada model lain yang berwarna putih nona. Apa Anda ingin melihatnya?" penjaga toko kembali menawarkan.

"Aaa, tidak. Baiklah, saya akan memesan yang ini berwarna putih tapi," setuju Chelsea untuk memesan jam tangan tersebut.

*** 

Chelsea keluar dari toko tersebut dengan hati yang riang. Ia berjalan menyusuri jalan setapak yang ada diarea pusat pertokoan tersebut. Area pusat pertokoan tersebut memang merupakan area yang free-car. Sehingga, setiap orang yang berbelanja di area tersebut harus berjalan kaki sepanjang area tersebut. Suasana nyaman yang ada diarea tersebut, bias melupakan rasa lelah ketika berjalan kaki.

Namun tiba-tiba, turun hujan yang deras pada siang itu.  Memang beberapa hari belakang, hujan sudah mulai sering turun yang menandakan mulainya musim penghujan yang memang sudah terlambat datangnya. Menurut para ahli geografis dan meteorology sih karena efek rumah kaca yang semakin menjadi.

Chelsea yang masih berjalan menuju area parkir pun berlari menuju sebuah emperan restoran untuk berteduh. Restoran tersebut mempunyai area outdoor dengan paying. Sehingga, Chelsea pun berteduh disalah satu payung tersebut.

*** 

Seorang pria tengah duduk santai didalam sebuah restoran yang dekat dengan jendela. Sebuah buku ada ditangannya juga secangkir coklat hangat serta laptop yang meyala dimeja depannya. Sejenak pria tersebut menghentikan aktifitas bacanya dan mendongak kelangit yang nampak kelabu dan tengah meneteskan butiran air dengan interval yang cukup cepat.

Pria tersebut secara tidak sengaja melihat seorang wanita muda tengah membersihkan butiran air yang menyiprat kebajunya, tepat disaat sang wanita secara tak sengaja juga melihat kearah sang pria tersebut.

Beberapa detik serasa terhenti ketika mereka bertatapan antara mata dengan mata yang hanya terhalang oleh sebuah kaca. Karena memang, sang wanita tengah berada diluar balik kaca restoran tepat didepannya.

Degupan jantung keduanya pun seirama berpacu cepat. Seprti dunia tanpa suara lain. Yang terdengar antara keduannya, hanya deguban jantung masing-masing saja.

Aliran listrik seperti muncul pada tatapan mereka hingga seorang wanita lain datang dari belakang, menutup mata sang pria.

*** 

Disaat sang pria telah terhanyut dalam tatapan dalamnya menatap sesosok wanita diluar kaca yang juga tengah memandangnya, tiba-tiba seorang wanita lain yang datang dengan topi yang menutupi wajahnya menutup kedua mata sang pria dengan kedua telapak tangannya. Hingga membuat sang pria tidak dapat melihat wanita yang diluar lagi.

"Tebak, aku siapa?" sapa sang wanita yang baru datang kepada sang pria.

Sang pria yang sedang fokus melihat kearah wanita diluar sana pun terkejut dan buru-buru menangkis tangan wanita itu agar tidak menutupi wajahnya. Ketika tangan sang wanita telah berhasil ia alihkan, sang pria buru-buru melihat kedepannya lagi, tepat dimana sang wanita tadi berada.

Namun sayang sang wanita yang tadi berada diluar telah menghilang.

"Bukankah kita akan bertemu 1 jam lagi? Aku masih sibuk saat ini," ucap sang pria.

"Ah kakak, apa kakak benar-benar sudah tidak ada waktu untuk aku sekarang?" ucap sang wanita sambil melepaskan topi yang ia kenakan.

"Buat apa aku menyediakan waktu khusus untuk kamu?" ucap ketus sang pria.

"Tapi kan kita sudah lama tidak bertemu kakak?" rengek sang wanita.

"Sudah, cepat duduk dan pesan apa yang kamu mau,"perintah sang pria dengan masih sedikit ketus.

Perintah itu segera dituruti sang wanita yang buru-buru duduk didepan sang pria dan segera memesan makanan.

*** 

Sekarang terlihat lagi, dimana wanita yang diluar tadi berada. Sang wanita yang tak lain tak bukan adalah Chelsea, yang tadi sedang berteduh dipayung diluar restoran, kini telah duduk manis disalah satu meja didalam restoran yang berada didepan kasir.

Chelsea tengah menikmati secangkir coklat hangat yang ia pesan tadi, setelah kedinginan kehujanan. Sembari menunggu hujan reda dan menghabiskan minumannya, Chelsea sibuk mengotak-atik handponenya tanpa memerhatikan sekitarnya.

Sang pria bersama wanitanya tengah membayar dikasir. Sembari menunggu sang kasir mengembalikan credit card'nya, sang pria memperhatikan sekitar hingga raut muka terkejut muncul ketika melihat disuatu sudut didalam restoran tersebut. Ya, sudut dimana Chelsea berada. Sudut diaman wanita yang tadinya ia pandangi diluar restoran, kini sudah berada didalam restoran tepat dihadapannya tanpa ada penghalang kaca lagi.

"Kak Bagas, ayo buruan pulang. Ini credit card'nya, kok malah bengong gitu?" ajak sang gadis yang sedari tadi bersamanya.

Ya, pria tersebut memang bernama Bagas. Pria yang masih terpatung terkejut melihat sosok Chelsea yang tengah berada didepannya.

Akhirnya sang gadis tadi pun menarik Bagas untuk segera meninggalkan restoran tersebut walau masih sedikit gerimis. Bagas yang tanpa daya pun terseret keluar bersama sang gadis.

*** 

"Ngel, kamu jalan kemobil duluan aja gih ada barangku yang tertinggal direstoran itu tadi," ucap Bagas kepada Angel dengan tiba-tiba sembari berlari kembali menuju restoran tadi.

Angel, nama sang gadis yang sewaktu datang tadi menutup mata Bagas. Dan Angel pun hanya bisa menggerutu karena Bagas segera meninggalkannya tanpa memberinya kesempatan untuk menjawab.

Bagas terus berlari menuju restoran tadi. Sudah ada 8 toko yang ia lalui setelah dari restoran tadi. Namun tetap saja Bagas nekat lari ditengah gerimis hujan yang masih turun.

*** 

"Selamat datang, Selamatナ A, tuan yang tadi? Ada yang bias kami Bantu?" sapa ramah sang penerima tamu direstoran tadi.

Tanpa memperdulikan si penerima tamu, mata Bagas langsung tertuju dimana sang gadis yang diluar tadi berada. Ia pun melihat sekeliling ketika tak ditemukannya sosok sang gadis yang ia cari. Dan hasilnyapun zonx. Sang gadis yang ia cari sudah tidak ada direstoran tersebut.

Bagas dengan napas yang masih memburu, hanya tersenyum dan memberikan jawaban kepada sang penerima tamu;
 "em, tidak ada," ucap Bagas sambil kembali keluar dari restoran tersebut. 

Memang, sosok Chelsea sudah tidak berada didalam restoran tersebut. Tidak begitu lama setelah Bagas dan Angel keluar, Chelsea yang juga memutuskan untuk segera pulang karena hujan sudah tidak begitu deras pun memutuskan untuk segera  meninggalkan restoran tersebut.

### 

3 bulan berlalu setelah kejadian tersebut.

Hari ini, adalah hari terakhir pada tahun 2020. Orang-orang mulai sibuk mempersiapkan malam tahun barunya. Hari terakhir kantor-kantor buka pada tahun ini.

Sore itu, Chelsea tengah berada disebuah lift dan akan menuju lantai 8 pada gedung bertingkat 20 tersebut. Didalam gedung tersebut, terdapat beberapa kantor. Salahsatunya kantor firma hukum yang berada dari lantai 7 dan 8. Kantor tersebut merupakan kantor firma hukum yang bergerak sebagai lembaga yang membantu masyarakat dengan atau tanpa biaya. Karena firma hukum ini kebanyakan karyawannya merupakan mahasiswa hukum yang masih magang. Ataupun karyawan teteapnya, pasti memiliki usaha lain. Sehingga firma hukum ini tidak memungut biaya.
Awalnya, Chelsea sendirian ketika akan masuk lift tersebut. Namun kemudian berbondong2 orang ikut masuk lift tersebut. Posisi Chelsea dalam lift pun berada dipojok belakang dengan 2 orang lainnya, karena memang lift tersebut terisi maksikmal 8 pengguna.

Chelsea yang menggunakan celana panjang dengan baju kasual serta dandanan yang sangat girly, terlihat sekali bila dia adalah seorang pengunjung, bukan karyawan di perusahaan yang ada digedung tersebut.

Orang-orang yang berada didalam lift tersebut hampir semua terlihat sibuk dengan gadget masing-masing. Termasuk seorang lelaki  disampingnya, didepannya dan hampir semua yang didalam lift tersebut.

Chelsea tengah mencari sesuatu didalam tasnya namun tidak ketemu-ketemu. Hingga tanpa sengaja ia menjatuhkan kunci mobilnya. Chelsea pun berjongkok untuk mengambil kunci mobilnya yang terjatuh diarea sempit tersebut.

Sial ataupun takdir (keberuntungan) tengah menimpa Chelsea. Gelang berumbai-rumbai yang tengah dikenakan Chelsea tersangkut pada tali sepatu pria yang ada disampingnya. Padahal sang pria sudah bersiap akan turun dilantai sealnjutnya, lantai 6.

Chelsea yang malu akan insident tersebut hanya diam dan tetap jongkok sekaligus tetap berusaha melepaskan kekusutan sangkutan antara rumbaian gelangnya deang tali sepatu pria yang ada disampingnya.

Hingga, hingga sang pria berniat untuk melangkah keluar lift mengikuti beberapa orang lainnya namun ia tersadar akan sesuatu. Kemudian sang pria pun menghadap kebawah dan benar saja, Chelsea yang masih berjongkok, menahan sang pria agar tidak keluar. Sang pria pun melihat bila tali sepatunya tersangkut oleh rumbaian gelang yang dipakai Chelsea. Sang pria pun hanay menarik napas panjang dan mengikuti Chelsea untuk jongkok.

"Dari lantai berapa ini terjadi?" tanya sang pria yang sudah berjongkok dengan berbisik sambil mencoba melepaskan kekusutan antara tali sepatunya dengan gelang Chelsea.

"Baru saja kok..." jawab Chelsea dengan tak enak hati.

"Lepaskan saja gelangmu, nanti kita selesaikan di rooftop. Disana pasti sepi, apalagi sore-sore habis hujan begini. Kalau tidak salah disana juga ada taman didalam rumah kaca," sarn sang pria yang kemuadia berdiri lagi.

"Baiklah," jawab Chelsea yang melepaskan gelangnya lalu ikut berdiri. Tak lupa ia mengambil kunci mobilnya juga.

*** 

Tidak ada moment yang mereka hanya tinggal berdua didalam lift. Karena lift selalu ada saja silih berganti pengguna yang masuk atau keluar. Hingga akhirnya, Chelsea dan sang pria pun sampai di rooftop.

Mereka telah masuk kedalam rumah kaca. Chelsea pun terhenyak diam ketika mendapati dirinya sedang menghadap kearah timur dan melihat pelangi yang begitu indah.

Sang pria yang mengikutinya dari belakang, ikut menikmati pemandangan indah didepan mereka.

"Kita beruntung..." ucap Chelsea.

"Kenapa beruntung? Karena dapat melihat pelangi? Lalu dengan sepatu dan gelang ini? Terlebih rasa malu walau tidak ada yang menyadari saat di lift tadi," celoteh sang pria.

"Ya, sepatu dan gelang itu jalannya, takdir..." ucapan tentang takdir ini membungkam Chelsea agar tidak ngelantur lagi.

"Hah, takdir..." ulang sang pria dengan remeh.

"Sudah, sekarang cepat lepaskan gelangku," pinta Chelsea dengan sedikit salah tingkah.

Sang pria pun segera menelusur tali sepatu dan rumbai gelang yang masih kusut. Tak sampai 5 menit, gelang pun berhasil lepas dari tali sepatu.

"Ini. Lain kali lebih hati-hati dong,"tegur sang pria sambil berlalu menuju lift.

"Aa, maaf dan trimakasih," ucap Chelsea yang terpatung menerima gelangnya kembali.

Sang pria pun hanya tersenyum dengan hati yang sedari tadi berdegup kencang, dan ia mengira bahwa Chelsea mengikutinya untuk naik lift. Sehingga ia tidak menoleh kebelakan sedikitpun. Ia terbawa oleh pikirannya sendiri.

Ketika telah berada didepan lift, baru sang pria menoleh kebelakang dan ternyata Chelsea tidak ada. Ia kembali ke rumah kaca, dan Chelsea telah pergi. Ia menduga Chelsea lewat tangga darurat.

Sang pria ingin mengejar Chelsea lewat tangga darurat, namun diurungkannya niat tersebut ketika ia mendengar seseorang menyebut namanya.

"Bagas... Gas, elo ngapaen disini?" suara itu menghentika langkah Bagas.

*** 

"Gas, ngapaen elo disini? Lama gak liat elo..." sapa lawan bicara sang pria aka Bagas dengan sedikit terkejut.

"Eh, elo Fa. Apa kabar loe? Elo sendiri ngapain disini? Gw tersesat ni, mau nemuin temen gw dikantornya," ungkap Bagas yang juga dengan terkejut.

"Lah, emang kantor apa? Lante?? Gw sih kerja digedung ini. Kantor Firma kampus kan pindah kegedung ini," jelas sang lawan bicara yang bernama Difa.

"Oh, elo masih kerja di Firma Kampus? Kantor properti, lante 6. Udah tahu sih. Tapi tadi rame banget, gak bisa keluar. Ya udah nyesat aja sampa rooftop... haha," elak Bagas.

"Iya, gw masih, tp jg ada job lain tentunya. Ya udah, elo temenin gue dulu aja. Pengen ngadem gue. Sekalian nyesatnya kan loe... haha," pinta Difa sambil menggiring Bagas untuk duduk ditaman rumah kaca.

"Oke.oke. Btw, ada kabar baru apa ni?" tanya Bagas.

"Oh ya, 2 bulan lagi kn DiesNatalis (ultah jurusan) prodi kita, gabung ya loe..." ajak Difa.

"Kapan? Ya besuklah, atur jadwal dulu gue... hha," jawab Bagas.

"Dasar, sok sibuk loe," timpal Difa.

*** 

Chelsea telah sampai diruang kantor dilantai 8. Diruang tersebut, tidak ada orang. Chelsea pun meninggalkan kota kecil yang berisikan jam tangan putih yang terbuat dari marmer beserta sebuah note yang diletakkan dibawahnya.

Chelsea menulis ucapan dalam note tersebut;

"Selamat ulang tahun orang terkasihku.
 Semoga sehat selalu, diberi umur panjang, dan semua diberi kelancaran ya Yang...

                                                                                      Your Lovely,
                                                                                          Chelsea :* "

Setelah selesai mengatur letak dan kertas ucapannya, Chelsea buru-buru keluar dari ruang tersebut.

### 

1 bulan kemudian.

"Gas, elo ikut gw kerumah Prof. Gustav ya sore ntar. Gak ada acara kan loe?" ajak sekaligus Tanya Difa kepada Difa melalui jaringan telephone.

"Prof. Gustav dosen sekaligus dekan kita dulu?" balas tanya Bagas.

"Iye, elo dulukan mahasiswa kesayangannya tuh. Dah ditanyain beliau tuh elo..." jawab Difa.

"Lah, elo kan satu kantor sama beliau kan?" tanya Bagas lagi.

"Iya, tapi ini bukan urusan kantor. Gk enak ngomongin dikantor. Dah, elo ntar jemput gue aja ye dikantor..."perintah Difa.

"Oke deh, bisalah ntar," jawab Bagas.

*** 

~tintung.tintung~
Suara bel rumah Prof.Gustav nyaring berbunyi.

"Chel, Chel... Tolong bukain pintunya dong sayang...," teriak Mama Ify, mama Chelsea, didapur.

"Iya Ma..." balas Chelsea dengan berteriak juga.

"Emang Mang Wawan sama teh May kemana Ma?" tanya Chelsea saat melewati dapur menuju pintu depan.

"Tadi pagi mereka ijin pulang, anaknya sakit masuk RS," jelas Mama Ify.

*** 

~greeeekkk~
Suara gerbang depan terbuka.

"Eh kak Difa, masuk kak. Mau ketemu Eyang ya?" tanya Chelsea dengan ekspresi kaget melihat siapa yang bersama Difa.

Bags yang bersama Difa pun tak kalah terkejutnya. Dia hanya diam menyimak apa yang dibicarakan. Tingkah Chelsea pun terbilang cuek kepadanya.

"Iya, ada kan Eyang?" tanya Difa sembari masuk diikuti oleh Bagas.

"Iya ada, ditaman belakang tuh. Langsung kesana aja ya kak..."saran Chelsea.

"Tante, masak apa tant?"sapa Difa ketika melewati dapur.

"Eh Difa, lama gak main kamu. Mau ketemu Eyang ya? Tuh samperin aja ditaman." suruh Mama Ify.

"Iya tant, mari tant..." balas Difa.

*** 

"Itu tadi sapa Fa?" tanya Bagas yang dari tadi kaya' obat nyamuk, dikacangin.

"Yang cewek tadi cucu'nya Prof.Gustav, temen masa kecil gue. Namanya Chelsea. Cucu satu-satunya tuh, tapi sayangnya gak mau jadi advokat dia. Malah kuliah arsitektur nyampe negri kangguru. Sekarang dah tinggal graduating papper aja dia. Nah, kalo yang didapur tadi Mama Chelsea, menantunya profesor," jelas Difa.

"Oh, jadi anak prof.bokap cewek tadi ya? Yang katanya jadi advokat di Singapore itu?" tanya Bagas kepo.

"Nah tuh, pinter loe habis pulang dari Amrik. Haha..." celoteh Difa.

*** 

"Sore prof..." sapa Difa dan Bagas kepada prof.Gustav yang sedang sibuk merapikan tamannya.

"Eh Difa, ada Bagas juga. Apa kabar Gas? Lama gak ada kabarnya..."tanya prof.Gustav.

"Baik, prof. Profesor sendiri bagaimana? Keliatan tetap bugar saja profesor ini," balas Bagas.

"Bisa aja kamu, kamu sendiri, kabarnya habis pulang dari Amrik ya? Studi'nya dah slese?" tanya prof.Gustav lagi.

"Oh iya prof, sudah," jawab Bagas singkat.

"Terus, sekarang sibuknya apa? Mau nerusin S3?" sekali lagi prof.Gustav bertanya.

"Ah belum prof. Pengen nerapin ilmunya dulu. Sekalian bantu-bantu Papi di perusahaannya," ungkap Bagas.

"Lha, perusahaan Papi'mu bukan advokasi kan? Bantu-bantu kita di Firma aja kya' Difa ni," ujar prof Gustav.

"Oh ya Dif, gimana? Mau ngomongin Dies Natalis ya..." tanya prof.Gustav pada Difa.

"Iya prof. Jadi kami kesini mau mengundang profesor jadi pembicara. Acaranya masih 1 bulan lagi..bla..bla..bla," Difa menjelaskan.

*** 

"Tahu gak Dif, Ditahun 2020 kemarin, gue bertemu dengan dua orang wanita yang bisa membuat hati gw berdegup kencang. Namun gue kehilangan kesempatan untuk mendekati kedua gadis tersebut," ungkap Bagas tiba-tiba ketika dalam perjalanan pulang mereka.

"Serius loe? Ada kejadian apa di Amrik sampe elo insaf gini?" ejek Difa.

"Ishhh... Pada awal musin hujan kemarin, aku melihatnya dari balik kaca sebuah restoran. Saat aku ingin mengenalnya lebih jauh, dia sudah tidak ada, yang kedua disebuah rooftop akhir tahun kemarin," ucap Bagas.

"Ahh, di rooftop saat kita ketemu itu kah?" potong Difa.

"Iya itu, gw kehilangan kesempatan karena ada elo. Waktu itu entah takdir atau apa, tapi kami bertemu dengan cara yang tak wajar. Gelang tangannya nyangkut di tali sepatu gw saat dia nunduk mau ambil kunci mobilnya yang jatuh. Dan saat sudah gw kembalikan, kembali lagi gw tidak ada nyali. Saat gw kembali untuk menemuinya dengan nyali yang ada, dia sudah pergi lewat tangga darurat. Gue mau ngejar, elo muncul... Ishh," terang Bagas kesal.

"Haha... sori deh sorii..." ujar Difa.

"Yang pertama juga gegara Angel muncul tiba-tiba. Entah apa yang dia pikirin deh ttg gw," celoteh Bagas.

"Jadi Angel juga dah pulang skrng?" tanya Difa tiba-tiba.

"Ah elo, gw belum kelar," protes Bagas.

"Dan hari ini gue baru nyadar, ternyata dua perempuan yang membuat jantungku berdegup dengan cepat tahun 2020 kemarin adalah 1 gadis yang sama," lanjut Bagas.

"What??  Hebat banget tuh cewek. Loe baru inget itu 1 cewek karena loe pikirin terus ye?" tanya Difa.

"Mungkin, tapi yang pasti karena hari ni gue bertemu sama gadis itu," ungkap Bagas.

"Siapa? Gue tahu sapa gak?" tanya Difa kepo.

"Haha... Kepo bgd loe," jawab Bagas belum mau memberitahu.

### 

"Kak Chelsea, ini Angel. Apa kabar kakak?" tanya Angel kepada Chelsea lewat telepone.

"Kakak, ayo kita bertemu. Angel kangen kakak sih,"rajuk Angel.

"Iya, aku sekarang juga dah pulang ke Indonesia kok Kak. Aku cuti,"ungkap Angel.

"Ah kakak, apa-apaan sih. Ikut marah-marah kaya' kak Bagas aja,"gerutu Angel kepada orang yang disebrang telephone.

"Ya udah, besuk sore kakak harus dateng ya. Besuk adalah hari kita. Oke? Ntar alamatnya ku text aja. C U tommorow kakak,"potong Angel ditelephone.


-TBC-

NB: Nahlo, kok Angel kenal Chelsea? Ada hubungan apa ya antara Chelsea, Angel, Bagas dan Difa?
Ini cuma cerbung 2 parts, besuk simak lagi yah. Makasih. Comment msh ditunggu lho... Bisa di twitter @bitaBee :))

Next Part 2 (Final)