Saturday 20 September 2014

Princess Hours versi IC [chapter 4 part 3]



Attentions!!!
Bulan depan, alamat blog ini akan kuganti ya...
Bukan lagi "storyasong.blogspot.com". Untuk info lebih lanjut, silahkan simak pada facebook page-ku "Tsabita Reyna" dan juga twitterku, @bitaBee.




Josia masuk dengan buru-buru ke dalam klub malam itu. Dia mencari seseorang dan begitu melihat Bagas ada di atas, dia naik dengan terburu-buru. Begitu sampai, Josia langsung menarik kerah baju Bagas.

 

“Dasar brengsek. Dimana Chindai?!? Dimana kau menyembunyikan Chindai?” teriak Josia.

 

Fattah dan Difa kembali. Mereka melihat Josia berteriak kepada Bagas. Mereka mencoba melerai keduanya.

 

“Josia, jangan lakukan itu,” teriak Difa.

 

“Apa yang kamu lakukan?” balas Bagas berteriak.

 

“Jangan begitu, kamu akan menodai citramu,” ujar Fattah.

 

“Jangan ganggu kami,” bentak Josia kepada Fattah. Fattah dan Josia pun menyingkir. Bagas duduk diam di bangku sedangkan Josia bersandar di depannya dan mulai bicara.

 

“Bermain-main dengan perasaan orang, apa itu menyenangkan? Aku bertemu Chindai lebih dahulu daripada kau. Tapi aku masih memberikan Chindai padamu. Kupikir itu bisa membuatnya lebih bahagia. Tapi ternyata aku salah. Kau bukanlah seseorang yang bisa memberikan kebahagiaan. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri. Hidup dibawah kemewahan sebagai seorang Putra Mahkota. Sesuatu seperti perasaan orang lain bukanlah hal yang penting, kan? ini benar-benar keterlaluan. Jika itu aku, setidaknya aku takkan melakukan hal itu, meninggalkan seseorang yang kucintai dan menikahi orang lain. Karena tindakan tak bertanggung jawab itu, Chindai lah yang terluka” ceramah Josia.

 

“Sepertinya kau lupa. Aku ini Putra Mahkota negara ini. Dibandingkan dengan orang-orang seperti kalian yang bicara tentang cinta setiap hari, yang aku punya hanyalah tanggung jawab,” ujar Bagas dengan dingin.

 

“Benarkah begitu? Di antara tanggung jawab yang kau miliki, kenapa kau memilih meninggalkan Chindai?” bentak Josia.

 

“Jika aku tak bisa bertanggung jawab sampai akhir, aku takkan memilih untuk melakukan hal itu. Itulah prinsipku. Sebagai seorang teman, ku sarankan padamu, akhiri disini sekarang juga,” balas Bagas. Dia menepuk pundak Josia dan turun ke bawah meninggalkan Josia.