“Setelah 2-3 tahun, kita akan bercerai dan
kamu akan pergi ke luar negeri. Lebih baik kamu mulai merencanakannya sekarang,”
jawab Chelsea dengan mata berkaca.
“Belajar di luar negeri? Oh itu,” ujar
Bagas paham. Bagas berusaha menjelaskannya, tapi Chelsea tak memberinya
kesempatan untuk bicara.
“Aku tak peduli dengan siapa kamu akan pergi
belajar ke luar negeri. Saat itu, aku akan kembali bersama keluargaku. Itulah
masa depan yang kuinginkan,” ungkap Chelsea.
“Jadi masa depan yang kamu inginkan adalah
kembali ke rumahmu?” tanya Bagas kemudian.
“Ya. Jika kamu memikirkannya, pasti
semuanya akan berjalan dengan baik. Kamu bisa pergi untuk meraih mimpimu dan
aku bisa memulai hidup baruku dengan seseorang yang kusukai,” ujar Chelsea.
“Dengan kata lain, kamu akan memulai hidup
barumu dengan Rafa?” tanya Bagas dengan kasar.
“Apa? Kamu benar-benar hanya peduli pada
dirimu sendiri. Rafa dan kamu berbeda. Setidaknya dia jujur padaku. Kamu tak
pernah jujur padaku. Jika kamu jujur, kami tak mungkin bisa sedekat ini
sekarang,” marah Chelsea.
Chelsea hendak melangkah pergi. Tapi Bagas
menahan tangan Chelsea. Bagas memojokkan Chelsea dan mencium Chelsea dengan
paksa. Chelsea meronta berusaha melepaskan dirinya dengan susah payah. Akhirnya
Chelsea berhasil melepaskan diri.
“Apa yang kau lakukan?” teriak Chelsea
ketika sudah terbebas dari cengkraman Bagas.
“Aku hanya ingin kamu tahu, kalau aku ini
suamimu!” tegas Bagas. Chelsea langsung menampar Bagas.
“Kau itu benar-benar brengsek!” ucap
Chelsea menahan tangis marahnya. Chelsea melangkah pergi meninggalkan Bagas.
Bagas kesal sekaligus marah dan memukul tembok di depannya.
*Di kediaman Royal Couple
Mereka sudah kembali kekediamannya setelah
dari pesta Rafa.
Chelsea sedang merenung di kamarnya dan
membayangkan kembali apa yang kemarin telah terjadi antara dirinya dengan
Bagas. Chelsea terus teringat saat Bagas menciumnya. Dia jadi salah tingkah
sendiri. Di kamarnya, Bagas juga sedang merenung. Terbayang peristiwa yang kemarin terjadi saat Chelsea
menamparnya. Dia merasa bersalah pada Chelsea.
Bagas melangkah menuju kamar Chelsea. Bagas
melihat Chelsea sedang termenung. Bagas masuk dan mendekati Chelsea. Bagas kemudian
duduk di depan Chelsea.
“Pergilah. Aku benar-benar sedang tak ingin
melihat wajahmu!” ujar Chelsea ketus tanpa memandang Bagas.
“Aku tahu, ini sedikit memalukan. Ku rasa
aku kehilangan pikiranku waktu itu... Hei, meskipun itu bukan aku, dan seorang
lelaki mengalami saat seperti itu… Tak bisa bisakah kau mengerti aku?” tanya
Bagas dengan membujuk Chelsea dengan tingkah manis. Chelsea masih tetap
bungkam.
“Kamu tahu bagaimana aku kalau aku sedang
marah. Aku tahu itu tak benar. Tapi apa kamu tak bisa melupakannya saja. Aku
berusaha mengatakan seperti ini padamu dan semuanya….” Bagas tak bisa
melanjutkan kata-katanya karena sekali lagi Chelsea meminta agar Bagas pergi
dari kamarnya.
“Apa kamu masih ingin terus bersikap seperti
ini? Aku bilang aku minta maaf,” pinta Bagas.
“Kau hanya berpikir tentang perasaanmu
sendiri. Kau merasa dirimu adalah yang paling baik daripada orang lain. Kau tak
pernah peduli pada perasaan orang lain. Kau tak pernah peduli. Aku ini bukan
mainanmu yang bisa kau permainkan kapanpun saat kau sedih, bahagia atau marah.
Aku tak ingin bermain terus denganmu,” ungkap Chelsea.
“Apa kau tak lelah berkata terus seperti
itu? Berhentilah berkata kalau kau itu mainan ataupun semacamnya,” ucap Bagas
frustasi.
“Aku baru saja mau bicara dan kau minta aku
menghentikannya. Kau itu benar-benar orang yang aneh! Apa kau tahu itu! Kau
selalu seperti itu. Jika kau melakukan kesalahan, tak seorangpun yang akan
menyalahkanmu. Jika aku yang berbuat kesalahan, kau selalu mencoba menangkapku
seperti menangkap tikus. Terutama saat itu berhubungan dengan Chindai. Saat aku
bertanya padamu tentang dia, kau tiba-tiba marah tanpa alasan! Berapa lama lagi
kau akan memperlakukanku seperti itu?” teriak Chelsea marah.
“Bukankah kau yang membuatku marah. Selalu
saja membawa-bawa Chindai saat punya masalah apapun,” Bagas juga berteriak tak
terima disalahkan.
“Bagaimana denganmu? Kenapa saat kusebut
nama Chindai, kau selalu berubah jadi bungkam!” tambah Chelsea masih berteriak.
“Apa? Kau pasti salah mengartikan sesuatu.
Insiden di pesta itu, kau lah yang berbuat salah,” ujar Bagas lagi.
“Jika itu Chindai, yang ada di posisiku,
kau pasti takkan pernah bersikap sekasar ini. Aku ingin sendirian sekarang,”
ucap Chelsea mulai mereda. Bagas tak tahu lagi harus bicara apa. Bagas beranjak
pergi, sampai di pintu masuk, dia berhenti.
“Aku tak bermaksud berbuat kasar padamu.
Hanya saja..., aku tak tahu apa yang harus aku lakukan lagi,” ujar Bagas dengan
menyesal. Chelsea hanya bisa mendesah setelah kepergian Bagas.
*
Chelsea bicara berdua dengan Rafa di taman
Istana.
“Pada awalnya, rencana pernikahan itu
memang untukku juga kamu, bukan?” ujar Chelsea mengawang.
“Tapi sekarang semuanya tak bisa berjalan
seperti itu. Kita tak mungkin membelokkan waktu,” lanjut Chelsea.
“Saat aku berusia sepuluh tahun, aku pulang sekolah. Rumahnya sangat sepi. Yang terdengar hanya suara pintu yang terbuka
saat aku membukanya. Aku tak bisa menemukan ibuku dimanapun. Tapi aku mendengar
suara air mengucur di kamar mandi. Aku melihat ibuku ada di sana. Ibuku ada
di lantai dengan mata terpejam. Aku
berteriak. Aku pikir ibuku akan pergi
meninggalkanku. Bagaimana aku harus hidup? Bagaimana jika ibuku pergi meninggalkanku
seperti ayahku? Aku sangat ketakutan hingga dia ingin mati,” curhat Rafa sedih tentang kisah menyakitkannya. Dan ia takut terluka untuk kehilangan wanita yang ia cintai lagi, Chelsea.
*
Chelsea kembali ke kediamannya. Bagas yang
duduk dikursi ruang depan, sudah menunggunya. Ketika Chelsea baru masuk
kediaman mereka, Bagas memanggil Chelsea
“Putri Mahkota...” panggil Bagas. Tapi Chelsea mengacuhkannya.
“Hei! Apa kau tak dengar?” panggil Bagas
lagi, membuat Chelsea berhenti namun tetap diam.
“Apa kau akan seperti ini selamanya. Kenapa
kau melarikan diri dariku?” tanya Bagas.
“Aku tak melarikan diri,” jawab Chelsea
ketus.
“Jangan bertemu lagi dengan Rafa. Tak
peduli berapa seringnya aku mengatakan hal ini pada Rafa, tapi dia tak pernah
mau mendengarkannya. Ku rasa lebih baik kau berhenti menemuinya,” pinta Bagas.
“Kenapa aku harus melakukan hal itu?” tanya
Chelsea.
“Karena itu menggangguku. Semua hal yang
membuatku marah, semuanya itu salahnya,” ujar Bagas.
“Jangan berpikir bagaimana aku dan Rafa
bersama,” ucap Chelsea.
“Aku ini suamimu. Dan suamimu berkata kalau
dia tak menyukai hal itu. Kenapa kau selalu saja mencarinya?” tanya Bagas mulai
kesal.
“Kau punya segalanya di dunia ini,” jawab
Chelsea menahan emosinya.
“Apa?” tanya Bagas yang tak mengerti maksud
Chelsea.
“Rafa adalah bagian dari keluarga kita. Dia
sudah melewati banyak hal lebih buruk dari yang kau alami. Dia bagian dari
keluarga kita. Jadi kita harus memperhatikannya,” jawab Chelsea.
“Kenapa kau harus melakukan semua itu? Aku
bahkan tak bisa walau hanya berdiri di sampingnya!” ucap Bagas.
“Karena dia bagian dari keluarga kita. Tak
peduli betapa seringnya kau bertengkar dengannya, anggota keluarga itu harus saling
menjaga. Ayah dan Ibuku juga sering berkata seperti itu,” jelas Chelsea.
“Terserahlah. Berapa lama lagi kau akan
terus bersikap seperti itu?” timpal Bagas.
“Aku tak sedang mencoba bersikap seperti
apapun. Aku hanya merasa sedikit aneh. Aku hanya butuh waktu,” jawab Chelsea.
Chelsea pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Bagas yang frustasi.
*
Bagas kembali ke kamarnya. Dia membuka
kotak yang berinisial CG, yang berisi semua hal yang diberikan Chindai untuknya.
Bagas mulai mengenang benda-benda tersebut dan kemudian berpikir tentang
sesuatu lalu menyimpang kotak itu kembali.
*Dikediaman Ibu Suri
Sekertaris Istana menyampaikan kabar
permintaan wawancara dari salah satu stasiun televisi seperti biasanya agar
masyarakat tahu tentang adanya keluarga kerajaan. Sekertaris Istana bertanya
apa mereka akan menyetujuinya.
“Bukankah tak ada masalah dengan interview
itu,” ujar Ibu Suri Ira. Sekertaris Istana menyampaikan pendapatnya, masalahnya
adalah kondisi kesehatan Raja sedang terganggu dan Pangeran bukanlah pembicara
yang hebat. Sekertaris Istana mengusulkan bagaimana kalau mereka membatalkan
saja interview itu.
“Apa kau ingat yang pernah dikatakan oleh
Raja saat makan malam keluarga? Kita ada karena masyarakat dan kita ini bekerja
dengan mereka. Kenapa harus melarikan diri seperti itu. Kirimkan Putra dan
Putri Mahkota untuk pergi interview,” perintah Ibu Suri.
“Yang Mulia, maafkan aku. Tapi Putra
Mahkota belum siap kalau harus melakukan wawancara seperti itu. Dia mungkin
akan gugup dan tak bisa menjawab dengan benar. Dan juga, jika pertanyaan yang
diajukan terlalu sulit. Aku tak tahu apa dia bisa menjawabnya dengan benar
tanpa membuat kesalahan. Terutama yang berhubungan dengan kehidupan. Hal itu
mungkin akan meninggalkan kesan buruk tentang istana. Itulah kenapa aku
bilang…”ujar Dayang Ibu Suri yang berdiri di belakang Ibu Suri.
“Tolong jangan memotong pembicaraan orang
saat orang itu belum selesai bicara. Aku bahkan belum selesai mengatakan apa
yang ingin ku katakan. Hanya karena mereka akan menayangkan secara Live, itu
bukan berarti hal yang menakutkan, kan? Ada banyak pilihan untuk interview
secara live seperti talkshow kan, atau lebih nyaman lagi kalau bertemu langsung
dengan para pemirsanya. Ada banyak hal yang berbeda yang dilakukan saat
wawancara,” ucap Ibu Suri.
“Tapi Yang Mulia, Pangeran belum pernah
mempersiapkan diri untuk interview semacam ini. Apalagi interview-nya akan
didengarkan oleh seluruh dunia,” ujar Sekertaris Istana khawatir.
“Kalian semua benar-benar membuatku
gila.Tinggal siapkan saja dia. Kita tak bisa menekannya dan berdiri di balik
pintu. Putri dan Pangeran akan bisa melalui wawancara itu dengan baik,” timpal
Ibu Suri lagi.
*Dikampus
Di kampus, Chelsea termenung sendirian
berdiri menghadap keluar sendirian didepan kelas. Angel datang menghampiri
Chelsea. Mereka pun berbincang.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan teman
baikku CP Chelsea?” tanya Angel.
“Aku sedang mencoba mencari tahu,” jawab
Chelsea singkat.
“Apa yang sebenarnya kau pikirkan?” tanya
Angel lagi.
“Apa aku melalui hidupku dengan benar? Apa
yang sedang kulakukan sekarang?” jawab Chelsea yang berupa pertanyaan.
“Apa? Itu hal yang gila. Kau akan jadi
sakit kalau kau berpikir seperti itu. Dengan otak sepertimu, memikirkan sesuatu
sesulit ini adalah hal gila. Apa kau ingin mengakhiri sesuatu?” tanya Angel.
Chelsea hanya bisa mendesah.
“Waktu itu di pesta, Bagas dan kau
sepertinya terlihat ada masalah. Tapi dari apa yang kulihat, sepertinya Bagas
benar-benar menyukaimu,” ucap Angel dengan tulus.
“Aku membayangkannya, apa benar dia memang
menyukaiku? Aku bahkan belum pernah mendengarnya mengatakan hal itu. Dan jika
memang dia menyukaiku, itu mungkin karena ikatan yang ada. Setiap hari saling
bertemu saat kami bangun, makan bersama, pergi hampir kemanapun bersama. Jika
kau tak mengenal seseorang dan tiba-tiba harus menghabiskan sepanjang hidupmu
bersamanya, kau mungkin akan merasakan hal seperti ini. Saat aku tak
melihatnya, aku jadi khawatir padanya. Saat dia pergi jauh, aku merasa kesepian
dan ingin pergi untuk mencarinya. Pasti seperti itu,” keluh Chelsea.
“Ini tak seperti dirimu yang biasanya. Ada
apa?” tanya Angel kemudian.
“Aku selalu menangis karena Bagas. Aku
selalu terluka karena Bagas. Aku tak yakin kalau aku berani untuk menghabiskan
hidupku di istana dengan Bagas,” jawab Chelsea.
“Selama ini kau melakukannya dengan baik,”
ucap Angel.
“Apa kau pikir aku bisa melakukannya? Apa
aku cukup berani untuk melakukannya?” tanya Chelsea. Angel hanya bisa menatap
Chelsea dengan sedih.
*Sore hari dikediaman Royal Couple
Bagas menuju ke kamar Chelsea dan membuka
pintu kamar Chelsea. Kedua dayang Chelsea ada di belakang Bagas dan
senyum-senyum.
“Yang Mulia Pangeran. Yang Mulia Pangeran,
apa anda mencari Yang Mulia Putri Mahkota?” tanya mereka. Bagas kaget dan jadi
gugup dan kemudian menutup pintu kamar Chelsea lagi.
“Oh, tidak. Lakukan pekerjaanmu,” perintah
Bagas sambil berlalu meninggalkan kamar Chelsea.
“Kurasa
dia malu mengatakannya...” ujar para dayang ketika CP Bagas sudah pergi.
*
Chelsea ada di atas loteng tempat dulu
Bagas biasa termenung sendirian. Chelsea mengamati tempat itu dan kemudian
merasa sedih dengan peristiwa yang kemarin terjadi. Chelsea berbaring dan air
matanya mengalir.
*Ditempat kerja Raja
Raja sedang berkumpul berempat bersama
P.Salma, Rafa dan juga asisten Rafa. Mereka sedang membicarakan tentang artefak
kebudayaan.
“Mengenai artefak yang hilang di luar
negeri, sudah ada banyak diskusi mengenai hal itu. Hal itu sepertinya akan
menuai banyak keuntungan daripada kerugiannya. Lebih banyak didiskusikan, akan
lebih banyak lagi perhatian yang diberikan oleh masyarakat,” ujar Rafa. Raja
mengiyakan hal itu.
“Mengenai cara pengembalian artefak itu
dari luar negeri, tanggung jawab itu harus kita lakukan dengan baik. Ada satu
hal yang paling penting,” ucap Raja.
“Seperti saat Pangeran George datang
berkunjung waktu itu. Memberikan yang terbaik yang kita punya. Dan kita akan
mendapatkan hasilnya,” usul Rafa.
“Ya tentu saja. Dan yang paling penting
adalah yang terjadi dengan kebudayaan klasik Yunani tentang Parthenon milik
mereka yang ada di museum Inggris. Inggris sebenarnya menolaknya saat pertama
kali, tapi pada akhirnya, mereka akan mengembalikannya. Sampai sekarang saja
aku masih belum bisa mempercayainya,” sahut P.Salma.
“Itulah kenapa, kita harus berusaha lebih
baik dari pada itu. Untuk kasus Belanda dan Jepang... Ini karena determinasi
kedua pemerintahan negara itu. Mereka sudah mengembalikan banyak sekali artefak
pada negara kita,” ujar Raja.
“Mempersembahkannya pada negara kita dan
dimasa depan, hal itu mungkin akan jadi semakin sulit utuk mengembalikan semua
artefak itu,” lanjut Rafa.
“Pengeran Rafa sudah merencanakan itu semua
dengan baik. Rencananya dia akan melakukan perjanjian saling menguntungkan
dengan Perancis. Untuk Rencana Perpustakaan Asing,” lapor Asisten Rafa. Raja senang
sekali mendengar hal itu.
“Pangeran Rafa sudah berusaha dengan baik.
Aku lega sekali mendengar hal itu,” puji Raja. Rafa tersenyum mendengar pujian
itu. Kemudian dia berpamitan pergi pada Raja. Raja bilang agar Rafa sering
menemuinya untuk berdiskusi. Rafa mengiyakan permintaan Raja. P.Salma tersenyum
tipis penuh arti menatap ayahnya.
“Saat
menatap Rafa, ekspresi ayah penuh dengan kebahagiaan. Sangat berbeda sekali saat
ayah menatap Bagas” keluh P.Salma saat P.Rafa sudah pergi bersama asistennya.
“Mengenai pengembalian artefak itu, aku
sudah lama membicarakannya dengan Putra Mahkota. Tapi kau lihat sendiri apa
yang dilakukan oleh Rafa. Mereka berdua sama sekali berbeda menghadapi masalah
seperti itu. Bagaimana aku tak senang melihat Rafa?” jawab Raja.
“Haruskah Bagas jadi khawatir karena hal
ini?” sindir P.Salma. Dia merasa ayahnya lebih sayang pada Rafa daripada Bagas
yang pada kenyataannya adalah putra kandung-nya sendiri.
*
Saat berjalan pergi dari kediaman Raja,
Rafa bertemu dengan Ratu. Ratu bertanya apa Rafa baru saja dari kediaman Raja.
Rafa membenarkan hal itu dan berkata kalau dia baru saja membicarakan tentang
pengembalian artefak dengan Raja. Ratu menyuruh dayangnya yang menemaninya
untuk pergi dulu. Ratu ingin bicara berdua dengan Rafa. Ratu juga memuji
kemampuan mediasi yang dilakukan oleh Rafa dalam upaya pengembalian artefak
milik kerajaan Palembang yang berada di luar negeri. Rafa tersenyum mendengar
pujian Ratu.
“Ku dengar kau berpartisipasi dalam
pertemuan tetua,” kata Ratu
“Ya. Aku selalu ingin menyampaikan salamku
pada para tetua dan itu terjadi di pertemuan tetua. Karena itulah aku pergi,”
jawab Rafa sopan.
“Pangeran Rafa. Kau itu orang kedua setelah
Putra Mahkota. Secara langsung hal ini akan mempengaruhi sebagian besar
perhatian anggota dewan istana. Tolong jangan lupakan hal itu,” ujar Ratu
memperingatkan. Ratu hendak melangkah pergi, tapi langkahnya terhenti oleh
kata-kata Rafa.
“Yang Mulia Ratu, apa maksud Anda, kalau
aku ingin merebut posisi Putra Mahkota dari Bagas?” tebak Rafa.
“Pangeran Rafa! Bagaimana kau bisa berkata
seperti itu dengan mudah dan tanpa tanggungjawab?” seru Ratu.
“Aku merasa kalau Yang Mulia Ratu sangat
salah paham terhadapku. Itulah kenapa aku berkata seperti itu,” jawab Rafa.
“Salah paham?” tanya Ratu tak mengerti.
“Aku hanya melaksanakan tugas yang harus
kulaksanakan. Melakukan sesuatu setelah berpikir dengan hati-hati,” tambah
Rafa.
“Pangeran, berpikirlah dengan lebih hati-hati
dari sebelumnya dan berpikirlah lebih dewasa lagi,” nasehat Ratu.
“Aku akan mengingat apa yang anda ajarkan
padaku Yang Mulia Ratu,” jawab Rafa dengan dingin. Terlihat ekspresi Ratu yang
berusaha menahan kekesalannya.
*Dikampus
Di kampus, Chelsea bersama ketiga
sahabatnya sedang beristirahat sambil mencoba menggambar sketsa baju.
“Kita sudah lama sekali tak membuat hal
seperti ini. Rasanya seperti jadi mahasiswa baru lagi,” kata Chelsea.
“Itu benar. Kau adalah seorang murid.
Sepenuhnya seorang murid, tapi sebagian lagi juga seorang Putri Mahkota,” kata
Angel.
“Apa kau tak bisa bicara yang lainnya?”
keluh Chelsea.
“Kau adalah seorang murid di masa lalu.
Tapi kau tak perlu jadi seorang Putri Mahkota di masa lalu kan?” canda Angel.
“Angel memang temanku tapi…kau itu sangat
pintar,” ujar Chelsea.
“Tapi haruskah seperti ini?” tanya Novi.
“Tentu saja. Pertama kau harus melakukan
pemanasan. Kedua kau harus melakukan pemanasan,” jawab Chelsea.
“Bukan seperti itu. Pertama kau harus
melahirkan seorang anak laki-laki. Kedua, kau harus melahirkan seorang anak
laki-laki. Benar begitu kan?” timpal Marsha. Rafa yang baru saja akan bergabung
dengan Chelsea cs, merasa sedih mendengar hal itu.
“Bagaimana mungkin seperti itu?” tanya Novi.
“Kau benar, pertama, tanyakan dulu pada
Putri Mahkota, bukankah menyenangkan melahirkan seorang anak laki-laki yang
lucu. Untuk meneruskan garis keturunan keluarga Raja?!” nasehat Marsha.
”Seorang bayi laki-laki yang lucu. Chelsea
akan menangis. Berhentilah menggodanya,” ujar Angel.
*
Sementara itu diluar, Bagas bersama
teman-teman sekelasnya sedang memotret ditaman belakang kampusnya. Difa yang
menjadi model memotretnya. Tiba-tiba pengatur cahaya yang dipegang Fattah
berbelok ke arah lain. Tentu saja Bagas marah karena Fatah tak konsentrasi. Fattah
bilang itu karena ada angsa yang mengalihkan pandangannya. Ternyata ketiga
teman Chelsea melihat aktifitas memotretnya dari balkon lantai 3 kampusnya.
Bagas memarahi Fattah yang tak fokus.
Sedangkan Fattah mengeluh, kenapa Bagas harus jadi seorang fotografer. Apa hal
itu bisa terwujud? Bukankah seharusnya Bagas jadi seorang Raja saja. Bagas tak
menghiraukan kata-kata Fattah. Dia menyuruh Fattah untuk fokus ke pengatur
cahayanya saja. Fattah pun hanya bisa mengiyakan permintaan Bagas. Mereka mulai
memotret lagi.
*
Sepulang kampus, Chelsea berjalan bersama
dengan ketiga temannya. Chelsea bilang pada teman-temannya kalau dia lapar.
Lalu dia mengajak teman-temannya makan empek-empek ditempat dulu mereka biasa
menghabiskan waktu bersama.
Tapi sayangnya sepertinya keinginan Chelsea
akan sulit terwujud. Para pengawalnya sudah menhampirinya. Mereka bilang sudah
saatnya Chelsea untuk kembali ke istana. Chelsea mengeluh karenanya. Angel
menyuruh Chelsea untuk menuruti permintaan para pengawalnya. Dan kemudian
mengajak pergi yang lainnya.
Chelsea tentu saja sedih melihat kepergiaan
mereka. Chelsea ingin menyusul mereka. Tapi tentu saja para pengawalnya tak
mengijinkannya. Tapi Chelsea bilang dia hanya akan pergi sebentar saja.
“Aku akan segera kembali. Tujuh menit, ah
tidak 3 menit. Tidak, 1 menit saja,” pintanya. Pengawalnya hanya bisa
memandangi kepergian Chelsea.
Chelsea makan empek-empek dengan lahap. Dia
senang sekali makan bersama teman-temannya. Kemudian Chelsea berseru agar bibi
pemilik kedai membawakan sepiring lagi untuknya. Angel mengeluh kenapa Chelsea
makan sebanyak itu. Apa perut Chelsea
sanggup menampung semua itu. Tanpa mereka berempat sadari, Bagas masuk ke dalam
kedai itu.
“Kau tahu betapa aku sangat ingin memakannya?
Jangan khawatirkan tentang aku, mari kita makan yang banyak,” ujar Chelsea
sambil terus menikmati makanan kegemarannya itu.
“Berhentilah makan,” pinta Marsha yang
hanya melihatnya.
“Hei. Orang-orang bilang, kau seharusnya
tak mengganggu saat seekor kelinci sedang makan. Apa yang kalian lakukan?”
keluh Chelsea.
“Saat kau diwawancarai, wajahmu nanti akan
berubah jadi sebesar bulan” kata Novi.
“Biasanya memang wajah kita akan terlihat
dua kali lebih besar daripada di TV. Aku sangat menginkan memakan semua ini
dengan kalian. Mengeluh dengan kalian. Makan bersama sampai merasa perutku
seakan mau meledak. Aku tak tahu kalau hal seperti ini sangat berharga untukku.
Jadi, tolong jangan menghentikanku kali ini” keluh Chelsea.
“Baiklah. Makan semua yang kau inginkan.
Makan sampai perutmu kenyang tanpa keluhan apapun sebelum kau kembali,” ujar
Angel pasrah. Angel pun dengan senang hati menyuapi Chelsea. Chelsea senang
sekali karenanya. Beberapa saat kemudian, semua makanan di depan mereka ludes.
Chelsea mengeluh. Dia bilang dia merasa seakan kancing bajunya hendak lepas.
Perutnya seakan mau meledak. Chelsea menghentakkan kursinya kebelakang. Dia
minta maaf pada pelanggan yang duduk di belakangnya tanpa tahu kalau Bagas lah
yang sedari tadi duduk di belakangnya.
Angel merasa seakan mengenali siapa yang
duduk di belakang Chelsea. Namun dia tidak yakin siapa orang tersebut. Angel
pun mengucek matanya. Dan sekarang dia bisa yakin siapa yang duduk di belakang
Chelsea. Dengan buru-buru dan mencurigakan Angel mengajak Novi dan Marsha untuk
segara pergi dari kedai itu. Chelsea hanya bisa memandangi kepergian mereka
dengan bingung karena dia masih kesulitan bergerak akibat kekenyangan.
Bagas berdiri dan pindah duduk di depan Chelsea.
Chelsea pun jadi tahu alasan teman-temannya tiba-tiba pergi meninggalkannya
sendirian di kedai itu. Bagas bertanya apa itu enak. Chelsea mengambil
empek-empek yang masih tersisa dan ingin menyuapkannya pada Bagas. Tapi Bagas
bilang, dia tak mau makan makanan seperti itu saat ini.
Chelsea berkata, mereka berdua memang
sangat berbeda. Perbedaannya terlalu banyak. Dan perbedaan itu sepertinya sama
sekali tak bisa dihindari. Seperti seseorang yang terlahir sebagai seorang
Pangeran dan seorang Pengemis. Seorang Pangeran mungkin terkadang bisa jadi
seorang pengemis, tapi tak bisa jadi seorang pangeran yang sesungguhnya.
“Apa bedanya? Hal seperti ini sama sekali
tak berarti,” ucap Bagas.
“Itu dia. Mungkin masalahnya takkan pernah
bisa diatasi,” timpal Chelsea.
“Jika mereka tak bisa mengatasi masalah
itu, tinggal teruskan saja hidup mereka,” ucap Bagas. Tiba-tiba pengawal Bagas
melaporkan kalau para reporter mengurung tempat itu dan meminta Bagas agar
segera pergi.
“Sejak kita selalu berjalan dari Istana ke kampus
dengan tenang, aku tak pernah mengira akan terjadi hal seperti ini,” ujar Bagas.
“Bagaimanapun juga, kita takkan pernah
mendapatkan ketenangan,” keluh Chelsea.
“Para Polisi akan membuka jalan. Tapi pasti
akan ada tekanan dari banyak orang. Sampai kita sampai di mobil, pegang
tanganku dan larilah bersamaku,” ujar Bagas sambil mengulurkan tangannya pada
Chelsea.
“Seberapa lama lagi aku bisa terus
menggenggam tanganmu, ” ucap Chelsea dalam hati.
Mereka pun berlari pergi meninggalkan kedai
itu menuju mobilnya dengan terus berpegangan tangan dengan erat. Mereka terus
berusaha menerobos kerumunan wartawan, hingga akhirnya berhasil masuk ke dalam
mobil dan dan mobil pun melaju tanpa hambatan lagi.
“Apa kau tak apa-apa? Apa ada yang sakit?”
tanya Bagas saat mereka ada di dalam mobil dalam perjalanan menuju ke Istana.
Tapi Chelsea hanya diam saja. Chelsea menatap terus ke arah jalan.
“Apa kau ingin pulang ke rumah?” tanya
Bagas. Chelsea menunduk. Bagas memerintahkan sopirnya untuk berbelok. Menuju
rumahC helsea tentunya. Chelsea menatap Bagas dengan kaget.
*Kediaman Orangtua Chelsea
“Habiskanlah
malammu disini. Aku yang akan bertanggungjawab,” ucap Bagas meyakinkan Chelsea
dengan ekspresi menenangkannya.
“Apa tak apa-apa?” tanya Chelsea ragu-ragu.
“Setelah semua ini, mungkin lain kali akan
lebih sulit lagi,” ucap Bagas.
“Bagas...” panggil Chelsea.
“Dan juga rahasiakan ini dari para tetua,”
lanjut Bagas. Chelsea mengangguk dan tersenyum. Bagas juga tersenyum. Chelsea keluar
dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Setelah Chelsea masuk rumah, rombongan
mobil CP Bagas melaju meninggalkan tempat itu.
*
Chelsea berteriak memanggil Ayahnya.
Ayahnya dan adiknya senang sekali melihat kepulangan Chelsea. Ibunya sangat
terkejut melihat kepulangan Chelsea. Tapi dia juga bahagia melihat putrinya
pulang ke rumah. Ibu Chelsea langsung memeluk putrinya itu. Chelsea bilang dia
kangen pada semuanya, itulah kenapa kemudian dia ingin pulang ke rumah. Ibu
Chelsea bertanya apa Chelsea tak apa-apa pulang ke rumah. Chelsea menenangkan keluarganya
dan bilang kalau Bagas lah yang sudah mengijinkannya untuk pulang ke rumah.
Mereka makan malam bersama. Chelsea makan
masakan rumah favoritnya sepuasnya. Ibunya hanya bisa memandanginya. Ibu
Chelsea meminta Chelsea agar makan pelan-pelan. Chelsea bilang, dia senang
sekali sudah dibelikan mobil oleh ibunya. Dia terus memakai mobil itu kalau
rindu dengan ibunya. Ayahnya tak mau kalah dan bertanya apa Chelsea juga
memikirkan dan merindukan ayahnya. Adiknya juga tak mau kalah. Dia juga ingin
terus dipikirkan oleh Chelsea. Chelsea melerai mereka dan berkata, kalau dia
akan terus memikirkan Ayah, Ibu dan juga adiknya. Karena dia sangat menyayangi
mereka.
Malam harinya, Chelsea tidur berempat
bersama Ayah, Ibu dan adiknya. Chelsea tidur dengan manja di perut ibunya.
Ayahnya terus membelai rambut Chelsea dengan penuh kasih sayang sedangkan Rafli
menempel terus di belakang kakaknya.
Tiba-tiba ibunya bangkit dari tempat
tidurnya dan berkata kalau Chelsea harus kembali ke istana. Bukannya ibunya tak
nerindukannya, hanya saja, sekarang ini Chelsea sudah menjadi bagian dari
keluarga istana dan harus melakukan semua peraturan yang ada di istana. Chelsea
sekarangi ini adalah seorang Putri Mahkota. Jika Chelsea keluar istana dan
tinggal di rumahnya tanpa ijin dari Ratu, pasti akan timbul masalah.
Akhirnya Chelsea dipaksa harus pulang
kembali ke istana. Dengan perasaan sedih Chelsea pulang dengan naik taksi dan
ayahnya terus saja memanggil-manggil namanya. Ibunya juga sedih. Tapi dia pikir
itu yang terbaik untuk putrinya yang sekarang ini bukan hanya putrinya, tapi
juga seorang Permaisuri di Istana.
*Di Istana
Chelsea sampai di istana. Dayang Ratu dan
Dayang Misel menunggu berdua di depan kediamannya. Dayang Misel bilang kalau
Ratu sedang menunggu CP Chelsea. Chelsea terkejut dan juga takut mendengarnya.
Dayang Misel bilang, sepertinya Ratu tahu kalau CP Chelsea pulang ke rumahnya. Dayang
Ratu menambahkan, seharian tadi Ratu mencari-cari CP Chelsea, tapi CP Chelsea
tak ada dimana-mana dan Ratu jadi sangat marah sekarang. Dan karena CP Chelsea
naik taksi dan hal itu diketahui para penjaga, maka penjaga itu pun melapor
pada Ratu. Chelsea ketakutan dan memandangi Dayang Misel. Dayang Misel merasa
kasihan pada CP Chelsea. Tapi dia juga tak tahu harus bagaimana.
*Dikediaman Ratu Agni
Ratu memarahi Chelsea habis-habisan. Sejak
Chelsea menjadi seorang Putri Mahkota, Chelsea harus melupakan keluarganya.
Bagaimana bisa Chelsea terus berpikir untuk kembali ke rumahnya saat ada waktu
luang. Sebagai tambahannya, Chelsea juga sudah melanggar peraturan istana
dengan tidak langsung melapor saat dia pulang ke istana. Kenapa seorang
Permaisuri selalu ingin melanggar peraturan istana.
Chelsea hanya bisa menunduk dan meminta
maaf. Dayang Misel mencoba membela Chelsea.
“CP Chelsea tak bermaksud melanggar
peraturan seperti itu. Karena CP Bagas sudah mengijinkannya pulang, maka CP Chelsea
pun pulang ke rumah untuk mengunjungi keluarganya, Yang Mulia,” bela Dayang
Misel. Ratu tak mau tahu. Dia hanya bertanya bagaimana caranya agar Chelsea
tidak melanggar peraturan yang ada di istana. Kapan Chelsea bisa mengikuti
semua peraturan yang ada di istana. Ratu sangat kecewa melihat kelakuan
Chelsea.
Chelsea hanya bisa meminta maaf. Ratu
berkata, jika hal seperti ini terjadi lagi, maka Ratu takkan segan-segan untuk
menghukum Chelsea. Ratu bilang, dia juga akan menambah jumlah pengawal yang
akan terus mengawasi Chelsea. Ratu mengijinkan Chelsea ke kediamannya, tapi
Ratu meminta Dayang Misel untuk tetap tinggal.
Chelsea keluar dari kediaman Ratu dengan
sedih. Bagas ada di luar sedang duduk sambil terus memandangi Chelsea yang sama
sekali tak mau bicara sepatah katapun padanya. Bagas memandang dengan sedih
kepergian Chelsea.
*
Bagas memberitahu ibunya kalau dialah yang
sudah mengijinkan Chelsea untuk pulang ke rumahnya. Ratu bilang, sekarang ini
bukan saatnya untuk membicarakan tentang Putri Mahkota. Harusnya Bagas membantu
Chelsea untuk mentaati peraturan istana dan bukannya membantu Chelsea untuk
melanggar peraturan istana. Ratu benar-benar tak habis pikir apa yang
sebenarnya ada dalam pikiran Bagas.
Bagas bilang, apa yang dilakukannya
bukanlah untuk membantu Chelsea. Dia hanya ingin agar Chelsea bisa ’bernafas’.
Ratu terkejut mendengar kata-kata Bagas. Ratu bertanya apa maksud kata-kata
Bagas itu
“Dia adalah orang yang bebas dan paling
ceria diantara semua orang yang ku kenal. Orang seperti itu hidup di dalam
istana dengan peraturan yang begitu ketat. Aku merasa kalau dia begitu
menderita. Aku hanya berharap kalau ibu lebih peduli lagi padanya” ungkap
Bagas.
“Tapi itu, yang paling penting adalah
bagaimana caranya agar Bi-gung mengatasi semua itu. Sekali dia kembali ke
keluarganya, akan lebih sulit lagi baginya untuk hidup di dalam istana. Apa kau
sama sekali tak mengerti akan hal itu?” tanya Ratu.
*Dikediaman Royal Couple
Bagas menghampiri Chelsea yang sedang
berdiri termenung di depan kediamannya.
“Dasar gadis bodoh. Kenapa kau tak bisa
melakukan hal seperti itu dengan baik? Jika kau tak berani kembali sendirian,
kau bisa meneleponku dan semuanya akan baik-baik saja. Sekarang ibuku tahu
semuanya dan mengasihaniku,” ucap CP Bagas nada ketus namun bercanda. Maksudnya
agar Chelsea tertawa mendengar Ratu yang mengasihani Bagas, bukannya memarahi
Bagas. Tapi Chelsea sama sekali tak mempedulikan hal itu.
“Apa kau berkata seperti itu agar aku
merasa nyaman? Saat situasi seperti ini, tak bisakah kau membuatku merasa
nyaman?” ujar Chelsea.
“Aku tak tahu bagaimana caranya. Dan juga,
membuatmu nyaman takkan bisa mengatasi masalah,” ungkap Bagas.
“Orang-orang biasanya saling membuat
perasaan orang terdekatnya menjadi nyaman. Meskipun tak bisa mengatasi masalah,
tapi hal itu bisa membuat perasaanku jadi lebih baik,” timpal Chelsea dengan
lantang.
“Hei, haruskah kau berteriak sekuat itu?”
tanya Bagas.
“Hanya dengan bilang, ‘Chelsea apa kau tak
apa-apa?’ hanya dengan kalimat singkat seperti itu. Terkadang aku juga ingin
merasa mendapatkan kenyamanan dari Pangeran Bagas. Tapi, sepertinya, kenyamanan
itu aku dapat dari orang lain,” ungkap Chelsea.
“Jangan bilang padaku…Apa kau dapatkan itu
dari Rafa?” tanya Bagas mulai geram. Chelsea tersenyum sinis dan beranjak
pergi.
“Apa yang bisa membuatmu membandingkannya
denganku?” seru Bagas sambil memegangi tangan Chelsea.
“Lepaskan aku,” kata Chelsea.
“Katakan padaku. Setidaknya aku ingin tahu
alasannya?” paksa Bagas.
“Setidaknya P.Rafa selalu memperhatikan
pikiran dan perasaan orang lain,” jawab Chelsea.
“Jadi itu alasan kenapa kau selalu lari
padanya saat kau punya masalah? Agar Rafa bisa membuatmu nyaman. Benar begitu?”
tanya Bagas.
“Lupakan saja,” ujar Chelsea, berusaha
untuk pergi meninggalkan Bagas.
Bagas masih memegangi tangan Chelsea dan
berkata kalau dia belum selesai bicara. Chelsea bilang dia masih penasaran
bagaimana bisa Bagas menyakiti orang lain dengan begitu mudah. Chelsea beranjak
pergi. Bagas bertanya Chelsea ingin pergi ke mana. Chelsea bilang dia hanya
ingin mencari udara segar.
*
Chelsea keluar istana dengan naik mobil
pemberian ibunya sambil menangis. Rafa baru saja kembali dari luar istana dan
melihat kepergian mobil Chelsea. Rafa langsung memutar mobilnya untuk mengikuti
Chelsea. Chelsea terus saja menangis sepanjang perjalanan. Sampai akhinya dia
berhenti di pinggir sungai Musi yang sepi.
Rafa turun dari mobilnya yang ada di
belakang mobil Chelsea dan mengetuk kaca mobil Chelsea. Mereka duduk berdua di
dalam mobil Rafa. Chelsea berkata kalau
dia selalu saja membuat masalah untuk Rafa. Rafa bertanya apa Chelsea menangis
karena Bagas lagi. Rafa bilang, tiap kali dia melihat Chelsea sedih, dia ikut
sedih karenanya.
Chelsea bilang dia sudah lelah dengan semua
yang sudah terjadi padanya. Tak ada sesuatu yang bisa dia lakukan lagi. Chelsea
senang karena Rafa selalu bisa meminjamkan bahunya untuk membuatnya merasa
nyaman.
Tiba-tiba Rafa berkata agar Chelsea pergi
dari istana dan pergi ke tempat yang diinginkan oleh Chelsea. Chelsea tak
mengerti apa maksud Rafa. Rafa bilang, tak peduli seberapa banyak Chelsea
menyukai Bagas, Bagas takkan bisa membuat Chelsea merasa nyaman. Dan pada
akhirnya hanya rasa sakit yang Chelsea dapatkan. Itulah kenapa, sebelum semua
itu terjadi, lebih baik kalau Chelsea pergi sekarang. Rafa mencoba meraba pipi
Chelsea untuk menghapus airmata Chelsea. Tapi Chelsea merasa tak nyaman dengan
hal itu, jadi dia pun keluar dari mobil. Rafa juga ikut keluar.
“Ini terlalu membingungkan,” ucap Chelsea.
“Hatimu yang akan membebaskanmu dari
kebingungan itu,” jelas Rafa. Chelsea terus berjalan dan Rafa mengikuti di
belakangnya. Lalu beberapa saat kemudian Chelsea kembali lagi menuju mobilnya.
Tapi dia sangat kaget dan berteriak saat dia tak melihat mobilnya yang tadi ada
di depan mobil Rafa.
*Dikediaman Royal Couple
Seorang polisi datang ke istana untuk
mengetahui secara detail lagi tentang mobil Chelsea yang hilang. Polisi itu
bilang, dia akan membantu Chelsea untuk menemukan mobilnya. Polisi itu
berpamitan pergi. Hanya tinggal Chelsea dan Bagas.
“Mobil yang ada bersama dengan mobilmu
waktu itu adalah mobil Rafa kan?” tanya Bagas dengan sinis. Chelsea hanya
terdiam.
“Jadi sekarang
perasaanmu sudah menjadi nyaman lagi. Jangan lupa untuk berpikir bijaksana. Berkencan
dengan seorang sepupu di tengah malam…Hal itu pasti akan membuat orang lain
salah paham,” sindir Bagas. Bagas tersenyum dengan sinis dan pergi meninggalkan
Chelsea yang termenung sendirian menyadari kesalahan apa yang baru saja
dilakukannya.
---TBC---
NB: Jangan tanya kapan next ya!? XD
Comments please...