Thursday 13 June 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 1 part2]

Di sore yang mulai sepi, Chelsea yang penasaran dengan fakultas P.Bagas, menuju gedung Fak.Seni Media tempat P.Bagas. Disaat dia melewati sebuah kelas di fak.Seni Pertunjukan, sayup-sayup dia mendengar suara obrolan antara laki-laki dan perempuan.

“Haruskah kita menikah?” suara si pria.

Karena penasaran, Chelsea pun mendekati kelas tersebut. Dia mengintip dari kaca pintu. Siapa gerangan yang sedang mengobrol.

Dan ternyata, suara tersebut adalah suara  P.Bagas yang sedang melamar seorang gadis.

“Apa yang kamu maksud?” jawab si perempuan yang membelakangi meja.
“Aku sedang tidak bercanda. Aku melamarmu.” Jawab P.Bagas.
“Apa yang kamu maksud dengan menikah?” ucap sang gadis,”Maafkan aku, kita masih muda dan aku ingin mengejar cita-citaku sebagai violinist profesional. Aku tidak mau terjebak didalam kehidupan istana yang penuh peraturan.” Sang gadis menjelaskan.

Pikiran Chelsea-pun mulai berimajinasi.
“Wah, ini berita besar. P.Bagas sedang melamar teman wanitanya. Ya Tuhan, seorang Pangeran berusia 20tahun melamar teman wanitanya...!” Kemudian Chelsea melanjutkan nguping’nya.

“Tapi tetua di Istana menyuruhku untuk segera menikah. Mereka akan segera memilihkannku seorang gadis. Lebih baik menikah dengan orang yang kita kenal bukan, daripada dengan orang yang sama sekali tidak kita kenal. Bukankah, selama ini kita bisa menjadi teman baik? Berbagi cerita bersama dan kabur berjalan-jalan bersama?”

“Maaf, tapi aku tidak bisa. Kamu tahukan akan impianku?!” Jawab si gadis.

“Dia seperti gadis yang dingin,” pikir Chelsea dan tiba-tiba....

KRINGGGGGGG~

Suara telephone dari hp Chelsea, membuyarkan imajinasinya.

Chelsea begitu panik karena takut ketahuan. Dia me-reject telephone yang masuk, namun berbunyi lagi.

Benar saja, sang Pangeran langsung menuju arah suara hp tersebut. Chelsea buru-buru lari dan P.Bagas hanya bisa melihat sosok Chelsea yang khas dari belakang.

Chelsea memang mempunyai tampilan khas, yaitu menggunakan celana olahraganya dan menggunakan pensilnya untuk menyanggul rambutnya.

Chelsea yang begitu panik, mematikan hp’nya dan berhenti dengan terengah-engah setelah menyadari sang Pangeran tidak mengejarnya.

*pulang sekolah

Setelah kejadian tersebut, karena perkuliahaan juga telah usai, Chelsea  buru-buru pulang. Namun dia tidak langsung pulang. Namun dia mampir ketoko buku terlebih dahulu. Lokasi toko buku itu didekat lampu lalin,dan masih dekat dengan lokasi kampusnya. Disaat Chelsea akan masuk toko buku tersebut, lampu lalin baru menunjukkan lampu merah.

Diantara pengguna kendaraan yang terkena lampu merah itu, ada rombongan Crown Prince (CP) Bagas. CP Bagus baru saja diterangkan oleh Sekertaris Istana akan jadwal-jadwal hariannya melalui laptop dimobilnya. Namun terlihat CP Bagas tidak tertarik. Tanpa sengaja CP Bagas melihat keluar, melihat  kearah Chelsea. Dia ingat betul akan tampilan khas Chelsea. Rambut disanggul ada pensilnya dan memakai rok sekaligus menggunakan celana olahraganya.

Disaat lampu lalin sudah menunjukan lampu hijau, CP Bagas memutuskan untuk menghentikan mobilnya dan menyuruh parkir rombongnnya didepan toko tersebut.

CP Bagas sudah berada dibelakang toko buku tersebut bersama Chelsea. Tentu saja dengan pengawal-pengawalnya yang mengawasi keadaan sekitar tempat mereka berada.

“Kamu berjanji tidak akan mengatakan apapun yang telah kamu lihat kan?” Ucap CP Bagas dengan nada mengancam namun juga dingin.
“Apa maksud Yang Mulia?” jawab Chelsea yang ketakutan.
“Jangan berpura-pura, sejauh mana kamu mendengar percakapanku tadi?” masih dengan dingin CP Bagas berkata kepada Chelsea.
“Tentu saja, saya tidak akan mengatakan apa-apa karena saya tidak mendengar apa-apa.” Jawab Chelsea yang sudah mulai tidak takut lagi.
“Dengan kata lain kamu telah mendengar semua?” kata CP Bagas dengan lebih serius.

Namun tiba-tiba, lampu blitz mengenai mata Chelsea beberapa kali. CP Bagas pun langsung berdiri didepan Chelsea, mendekatkan tubuhnya untuk menutup wajah Chelsea. Para pengawal langsung mengusir beberapa kuli tinta yang sedang stalking mereka.

“Aku akan pergi lebih dulu, dan kamu keluarlah beberapa menit kemudian.” Suruh CP Bagas dengan posisi yang masih mendekatkan tubuhnya kepada Chelsea.

Chelsea yang didepannya hanya bisa mematung.

*Rumah Chelsea

“Apa-apaan anak ini, sedari tadi masih mematikan hp-nya dan belum pulang.” Gerutu Mama Iffy, ibu Chelsea.
“Tenanglah, pasti sebentar lagi dia juga pulang.” Ucap Papa Rio.
“Rafli, coba kamu hubungi teman kakakmu. Tanya dimana kakakmu.” Suruh Mama Iffy kepada Rafli, adik Chelsea.
“Ah mama, gak nyante banget sih. Sebenatr lagi juga pulang dia.” Acuh Rafli.
“Sudah cepat lakukan” bentak Mama Iffy, “kita harus segera memberitahukannya.” Lanjut mama Iffy.

Rafli pun telah menghubungi Marsha, dan Marsha mengatakan mereka semua sudah pulang. Dan tiba-tiba,

"Chelsea pulanggg...” ucap chelsea dipintu depan dengan lesu.

Seluruh keluarga buru-buru menghampiri Chelsea yang baru tiba diruang depan. Mama Iffy dan Papa Rio memberondong Chelsea dengan beberapa pertanyaan;
“Darimana baru pulang?”
“Kenapa tadi mama telphone hp’nya dimatiin?”
“Kenapa kamu lesu begitu?” adalah beberapa pertanyaan yang Chelsea tangkap atau pahami.

Dengan enteng Chelsea menajawab;

“Oh yang telphone tadi Mama, ada apa Ma? Tadi Chelsea mampir toko buku dulu. Chelsea capek...”

“Ah ya, ayo kita pindah diruang tengah.” Ajak Mama Iffy dengan semangat.
“Ada apa sih Ma, kok semangat gitu? Tadi juga ada apa Mama telephone?” tanya Chelsea penasaran.

Dengan arahan Mama Iffy, mereka sudah duduk rapi diruang tengah.

“Chelsea, dengar apa yang akan Mama katakan baik-baik.” Suruh mama dengan serius.
“Ada apa sih ma, bikin penasaran ihh~” rengek Chelsea ingin tahu.
“Tadi sore, waktu mama telephone kamu, sebenarnya... Ah papa aja yang ngomong sih.” Tiba-tiba saja Mama Iffy jadi gugup.
“Kok jadi Papa, tadi kan dah bersepakat Mama saja.” Timpal Papa Rio.

“Ah kalian berdua, biar Rafli aja. Kak, sore tadi ada dua orang yang ngakunya sih utusan dari Kesultanan. Mereka bawa surat ini nih...” ucap Rafli cas-cis-cus sambil menunjukkan secarik surat yang sedari tadi berada di atas meja ruang tengah.

Dengan penasaran dan pelahan Chelsea mengambil surat itu dan membacanya dengan seksama, kemudian;

“Apa ini? Perjodohan? Pernikahan? Dengan Crown Prince....??” teriak Chelsea.
“Pokoknya Chelsea gak mau, titik.”
“Kenapa? Kakak gak asik, nanti kan kakka bisa jadi Ratu.” Timpal Rafli cepat.
“Gak mau ya gak mau!”
“Baik sayang, ini mungkin sulit bagi kamu untuk menerimanya. Tapi pikirkanlah dahulu. Papa beharap kamu tidak salah jalan.” Ucap Papa Rio dengan bijak.
“Iya sayang, Mama beharap kamu lebih dewasa memutuskannya. Kakek kamu dulu, memberikan cincin ini kepada Mama. Kakek bilang, untuk menyimpan ini dan jangan dijual. Cincin ini akan berguna kelak. Dan Mama pun baru tahu apa maksud kakek’mu sekarang.” Kata Mama dengan penuh penghayatan, “Cincin ini adalah sebagai tanda perjanjian perjodohanmu dengan sang Putra Mahkota.”

“Chelsea masih muda ma, Chelsea belum memikirkan tentang pernikahan. Chelsea gak mau.” Jawab Chelsea dengan tegas.

*Di Istana

“Kami telah menghubungi pihak mempelai perempuan. Kita masih menunggu jawaban mereka.” Ucap King Cakka yang sedang berkumpul dan mengobrol dengan Queen Agni dan tentu saja CP Bagas.

“Aku tidak terlalu memikirkannya. Jadi santai saja. Bagaimana bisa hal konyol ini terjadi diabad 21 ini.” Jawab CP Bagas dengan acuh,”Namun tenang saja, aku akan menerimannya karena ini sudah menjadi kewajiban seseorang yang hidupnya akan terus diatur bukan?” lanjut CP Bagas dengan dingin.

“Jaga cara bicara Anda yang Mulia.” Suruh Queen Agni kepada putranya.

“Ya, inilah hal absurd yang tak terbayangkan. Namun ini terjadi. Perjanjian yang telah tersepakati lebih dari 22tahun lalu, antara Raja terdahulu, Kakekmu dengan seorang teman setianya.” Jelas King Cakka.

“Teman setia? Satu hal yang tak terbayangkan lagi. Bagaimana bisa seorang Raja mempunyai seorang teman sejati. Bukankah itu semua berkaitan dengan kedudukan, kekuasaan? Itu yang Ayahanda ucapkan pada saya bukan? Seorang Raja tidak bisa mempercayai seseorang dengan tulus, karena banyak yang megincar kedudukannya.” Terang CP Bagas.

“ Tapi begitulah kenyataannya. Hal ini bisa saja menjadi perkecualian untuk Raja terdahulu, karena kenyataannya beliau mempunyai teman setia. Dan berkat teman tersebut pula, Raja terdahulu terselamatkan nyawanya dari pemberontakan yang terjadi. Dan inilah cara Raja terdahulu untuk membalas budinya.” Ungkap King Cakka.

“Kita juga sudah mendapatkan foto calon mempelai perempuan, mungkin Yang Mulia Pangeran ingin melihatnya?” kata Queen Agni sambil memberikan sebuah foto kepada CP Bagas.

Crown Prince Bagas mengamati dengan seksama wajah difoto tersebut. Ketika dia tersadar sesuatu, dia speechless, tak berkata apapun dan hanya bisa membelalakkan matanya.

-TBC-

NB :
Ditunggu comment-nya. Biar lebih semangat nulisnya. ^^
Bisa comment di twitterku : @bitaBee atau comment dipostingan ini juga Chat Room di blog ini yaa. Makasih.

No comments:

Post a Comment