Sunday 16 June 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 1 part 4]

“Kenapa kau tidak bilang saja pada tetua bahwa kau ingin menikahi gadis itu, gadis yang kau sukai,” tanya Chelsea dengan sedikit ragu.

“Kau bertanya begitu dan kau berpura-pura tidak mendengar?” tanya P.Bagas sambil mendekatkan mukanya kemuka Chelsea.

“Aku bukan orang bodoh yang mau mengurung seseorang yang ku cintai didalam peraturan-peraturan istana,” lanjut Bagas yang tetap dengan posisi seperti akan mencium chelsea.

“Lalu, bagaimana denganku?” tanya Chelsea.

“Kau? Kita tidak mempunyai hubungan apapaun, jadi kenapa aku harus memikirkan bagaimana denganmu?!” jawab pangeran bagas sambil berjalan menjauh dari Chelsea.
Nampak dari wajah Chelsea, dia kecewa dengan jawaban P.Bagas.

*Di Istana tempat tinggal CP Bagas

“Pangeran ada tamu spesial yang ingin menemui anda...” ucap  Penasehat Yang Mulia.

“Siapa? Ah, kau....” sambut Pangeran dengan gembira, dan Pangeran pun berpelukkan dengan tamunnya.
“Kenapa selama ini kau baru muncul? Pastinya kau membawa kabar baik bukan?” tanya P.Bagas kepada sepupunya, Pangeran Rafa.
“Tentu saja, dan kau masih seperti foto yang terakhir kau email padaku.” Jawab P.Rafa.
“Kau masih ingat ketika kita terakhir bertemu terakhir kalinya?” tanya P. Rafa melanjutkan.
“Ya, ketika itu kita masih kecil. Pada musim Panas bukan?” jawab p. Bagas.
“Ya, waktu itu kita masih 5 tahun. Waktu itu musim Dingin ketika aku sampai London. Aku yakin itu,” imbuh P.Rafa.

“Oh ya...”ucap P.Bagas tidak yakin.

“Btw, aku dengar kau akan menikah? Seharusnya wanita itu sangat cantik.” Ujar P.Rafa.

“Hah? Cantik?” ucap p.Bagas sambil menghampiri P.Rafa dan mengambil koran yang ada dimeja dan tentu saja dengan headline yang masih foto Chelsea.

“Aku ingin mengubah pikiran wanita itu agar tidak menikah denganmu karena kepribadianmu,” kata P.Rafa mengejek sambil tertawa.
“Jangan khawatir, dia tidak begitu cantik,” sambil memberikan koran tersebut.

Pangeran Rafa mengamati foto dalam koran tersebut, dan dia teringat akan seorang gadis. Benar saja, dia adalah gadis yang menolongnya untuk menemukan dimanakah lokasi kantor TU kemarin siang.

“Dia imut,” jawab P.Rafa.

“Apa imut? Tidak juga. Aku ingin membuat dia kesulitan dengan para tetua, bukankah itu lucu?” ungkap P.Bagas.

Raut muka P. Rafa pun sedikit berubah, seperti tidak senang.

“Oh ya, besok pagi aku akan masuk kekampusmu. Aku mengambil Seni Rupa,” ucap P.Rafa mengalihkan pembicaraan.
“Benarkah? Jurusan apa?” tanya CP Bagas.
“Design, Interior Design,” jawab P.Rafa singkat.
“Suatu kebetulan, bukan? Kau akan sering bertemu dengannya. Gadis itu juga jurusan Design, Fashion Design sih,” jelas CP Bagas.

P.Rafa hanya tersenyum membalasnya.

*Malam hari di rumah Chelsea

Mama Iffy telah mengemas baju dan keperluan Chelsea selama di istana. Dan malam itu, mereka tidur berempat dalam satu ruangan untuk perpisahan.

*Keesokan harinya

“Mama, Papa kalian harus sering-sering menjengukku ya...” pinta Chelsea sebelum masuk mobil jemputan dari Istana dengan berurai air mata.
“Jadi aku tidak perlu menjenguk nenek?” ambek Rafli.
“Tentu saja kamu juga harus ke Istana. Dan sepertinya tanpa undangan pun kamu akan ke Istana, bukan paman?” balas Chelsea.
“Jaga dirimu baik-baik sayang,” ucap Mama Iffy yang tak kalah berurai air mata.
“Kami pasti akan mengunjungimu sayang,”jawab Papa Rio.
“Sekarang cepatlah naik mobil, semakin lama, akan semakin berat kita berpisah, sayang,” lanjut Papa Rio yang mulai berlinang air mata.

*Di Istana

Chelsea sudah berada dikediaman istananya. Baru datang saja, dia sudah mendapat pelajaran persiapan menjadi kelurga istana, dari mulai attitude hingga persiapan pelajaran bahasa.

Chelsea mulai merasa bosan. Hanya Dayang Misel yang setia berada disamping Chelsea selama di Istana. Karena setelah resmi menjadi CP, Dayang Misel akan menjadi asisten pribadi Chelsea.

*Di Kampus

“Rasanya begitu sepi ya tanpa Chelsea,” keluh Marsha.
“Iya, sedang apa ya Chelsea di Istana?” gumam Novi.
“Benar juga, sudah beberapa hari ini kita tanpa Chelsea,” timpal Angel.
“Em, bagaimana kalo kita telephone Chelsea?” ajak Marsah.
“Iya, ide bagus. Ayo cepat...” ujar Novi dengan semangat.

Langsung saja Marsha menghubungi Chelsea dengan handphonenya. Mereka harap-harap cemas, karena tak juga mendapat tanggapan dari seberang, hingga akhirnya telphonenya malah di-reject dan hp Chelsea dimatikan.

“Ah, kenapa Chelsea me-reject panggilan kita?” tanya Novi dengan sedih.
“Sekarang malah mati hp’nya,” celetuk Marsha.
“Sudahlah, pasti Chelsea juga lagi sibuk di Istana...” Angel menenangkan.

*Di Istana kediaman Chelsea

Beberapa hari sudah Chelsea berada di Istana, namun tak sekalipun Pangeran Bagas mengunjunginya. Dan Chelsea tidak bisa kemana-mana selama pendidikan penyesuaian dirinya di Istana belum selesai hingga waktu pernikahannya. Bahkan kekampus pun, Chelsea tidak diijinkan berangkat. Karena memang Chelsea telah diijinkan kampus untuk meliburkan diri hingga acara pernikahannya usai.

Disaat Chelsea sedang belajar dengan mentor Dayang Misel, tiba-tiba hp Chelsea berbunyi. Dan raut muka Chelsea yang dari tadi lesu mengikuti pelajaran dari Dayang Misel, tiba-tiba berubah cerah setelah mengetahui siapa yang sedang menelponnya dari kontak nama yang muncul, sahabatnya, Marsha.

Dengan muka gembira Chelsea akan mengangkat panggilan tersebut,

“Maaf Yang Mulia, sebaiknya Anda mematikan handhone,” perintah Dayang Misel.
“Apa yang kamu maksud? Ini panggilan penting buatku,” jawab Chelsea.
“Tapi Yang Mulia Ratu memerintahkan saya untuk mengawasi yang Mulia agar fokus belajar dahulu. Atau kalau tidak, saya harus memberikan hukuman atas perintah Ratu kepada Yang Mulia,” ancam Dayang Misel.

Kemudian Dayang Misel meminta hp Chelsea, dan mematikannya. Chelsea yang  pasrah tidak mau dihukum dengan menghafal isi sebuah buku dalam satu malam pun, terlihat sedih melihat hp’nya dimatikan. Dia berpikir, nanti saat akan tidur, satu-satuunya waktu luang untuknya, dia akan mengghubungi teman-temannya.

Dayang asisten Chelsea adalah Dayang Dinda dan Dayang Oca. Chelsea mulai sayang dengan kedua Dayangnya ini. Karena setiap kali Chelsea melakukan kesalahan, kedua dayang ini yang selalu mendapatkan hukuman secara fisik oleh Dayang utama Misel.

*Dikediaman P.Bagas

CP Bagas dikamarnya membaca buku dan sedang ditanyai oleh Penasehat Kerajaan yang sekaligus adalah Pengurus Rumah Tangga Kerajaan.

“Apakah Yang Mulia menyukai vitamin yang baru tersebut?” tanya Penasehat Istana.
“Ya, tentu,” jawab P.Bagas deangn acuh.
“Apa terasa nyaman setelah meminum vitamin tersebut?” tanya Penasehat Istana sambil mencatatat jawaban P.Bagas dalam note’nya.
“Benar, aku merasa nyaman,” jawab P.Bagas lagi dengan acuh.
“Baiklah kalau begitu, itu pertanyaan terakhirnya. Saya mohon diri Yang Mulia Putra Mahkota Bagas dan Pangeran Rafa,” pamit Penasehat Kerajaan yang kemudian meninggalkan ruangan itu.

“Sebenarnya itu sama sekali tidak nyaman,” ucap Pangeran Bagas dengan seperti menjawab pertanyaan Penasehat Kerajaan setelah Penasehat kerajaan itu pergi.

Pangeran Rafa yang sedang memainkan proyektor dikamar P.Bagas hanya tersenyum mendengarnya.

“Ayo kita pergi,” ajak P.Bagas yang mulai bangkit dari duduknya.
“Kemana?” tanya P.Rafa.
“Ketempat Princess wanna be, bukankah kalian satu fakultas ? Mungkin kalian akan sering bertemu,” ucap P.Bagas.
“Ah, tidak. Kau harus pergi sendiri,” saran P. Rafa,”Bukankah kau kesana untuk memberi semangat untuknya? Dia mungkin merasa bosan dalam masa penyesuaian ini. Lagian kau belum pernah kesana selama dia sampai istana bukan?”
“Bawakan dia coklat atau permen, itu akan membuatnya bahagia,” saran P.Rafa lagi.
“Perlukah aku begitu?” tanya CP Bagas.
“Tentu saja, setiap perempuan akan menyukainya,” jawab P.Rafa.
“Ah, ini merepotkanku,” ujar CP Bagas sambil berlalu.

*Di kediaman Chelsea

Chelsea terlihat sedang sendiri dan didepannya terdapat banyak tumpukan buku. Itu adalah buku-buku yang harus dibaca Chelsea. Namun Chelsea malah menggambari buku-buku tersebut dengan gambar-gambar sahabatnya Angel, Marsha dan Novi. CP Bagas yang baru saja sampai, tersenyum melihat tingkah Chelsea yang ternyata hanya sibuk menggambar. Chelsea kaget melihat kedatangan CP Bagas.

“Ha, kamu kesini? Kukira tak satupun orang boleh kemari?” ujar Chelsea kaget.
“Aku adalah pengecualiannya,” jawab CP Bagas sambil menyerahkan tas kecil yang ia bawa.
Chelsea senang menerimannya dan ia menemukan banyak coklat dan permen didalamnya.

“Itu dari Rafa,” ucap CP Bagas.
“Rafa? Siapa Rafa?” tanya Chelsea cuek.
“Bukankah kalian satu fakultas? Dia mengatakan wanita akan senann bila dibawakah hal itu,” terang CP Bagas.
“kamu tidak menangis selama disini karena tak bertemu ibumu bukan?” tanya CP Bagas.

Tiba-tiba mood Chelsea hilang, dia terlihat murung. CP Bagas yang melihatnya menyadari dia telah salah bicara.

“Hey, apa ini? Kamu terlihat sedih?” tanyanya.
“Ah, tidak apa-apa,” jawab Chelsea.
“Setelah kita menikah, aku akan meminta tetua untuk mengijinkan kita tinggal di kediaman terluar Istana. Sehingga kita bebas dari pengawasan mereka. Kamu bisa mengunjungi keluargamu tanpa mereka ketahui, lalu apa ya?” ucap P.Bagas sambil mencari sesuatu disakunya. Dan dia mengeluarkan sebuah kertas contekan apa yang harus dikatakannya.
“Kau bisa meminta temanmu datang sesukamu,”

“Cukup,” sela Chelsea.

“Kau bisa mengajak mereka berlibur,” CP Bagas masih melanjutkan, “Berlibur keluar negri malahan, pernahkah kau membayangkan itu?” ucap CP Bagas seperti meremehkan, “Kurasa itu cukup untukmu, ini contekan yang diberikan Rafa untukku,” ujar CP Bagas lagi dengan acuh.

“Kubilang cukup kalau kau ingin menghiburku,” ujar Chelsea.

“Aku akan mengusahakan ini. Aku juga pernah mengalami masa sulit sepertimu, saat aku menjalani pelatihan seperti ini waktu kecil. Aku masih muda, tapi kurasa akan sulit untuk kita bercerai. Jadi, katakan padaku bila kau ingin mati, sehingga aku dapat bercerai darimu,” ucap sakartis CP Bagas.
Chelsea yang mendengarnya terlihat sedih.

*Sore hari di Bandara

Sore itu, P.Rafa berada dibandara. Dia sedang menunggu ibunya yang juga akan pulang ke Palembang setelah hampir 15 tahun berada di London.

Begitupun Chindai, dia juga sedang berada dibandara untuk pergi ke Singapura. Dia akan mengikuti kejuaraan Violinnist sedunia disana. Dia berdiri sambil memegangi handphonenya. Terlihat sekali dia sedang menunggu atau berharap ada telephone masuk.

Tak sengaja, P.Rafa yang sedang mencari ibunya, berjalan mundur dan menabrak Chindai. Hp yang dipegang Chindai-pun terjatuh. Dengan reflek P.Rafa pun mengambilkan hp Chindai yang terjatuh dan ternyata layarnya retak. Namun bukan itu yang menjadi fokus P.Rafa. Dia melihat background hp Chindai yang seperti foto CP Bagas sedang berfoto dengan Chindai. Chindai yang menyadari akan foto tersebut, buru-buru meminta handphone tersebut dan meninggalkan P.Rafa yang masih bengong berpikir. ^kenapa P.Rafa ini suka menabrak orang ya? -_-

*Di Istana kediaman CP Bagas

CP Bagas sedang risau, karena mulai besok upacara pernikahannya akan dilangsungkan. Malam itu dia tidak bisa tidur nyenyak. Dia ingin menelphone Chinda, namun dia ragu.

*Dikamar hotel Chindai

Chindai sedang berada dikamar hotelnya melihat sekitar dari balkonnya. Dia seperti terlihat tak nyaman dan sedang melamun juga. Tiba-tiba dia mendengar suara telephone dari dalam kamarnya. Buru-buru Chindai masuk.

-TBC-

NB:
This is the end of Chapter 1. Let's move on to Chapter 2, "The Wedding". :)
Sorry it will be take a long time. Aku suka drama ini, rencana cuma mau review sebentar, malah terbawa suasana. Jadi maaf ya, klo lama-lama. :)
Kalau aku posting cerita selanjutnya, setiap viewer/reader 1 posting 500 viewer gmn ?
Comment please. Thx. :*

No comments:

Post a Comment