Sunday 20 April 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 8]

Thanks to @ElfiraEkaputri1 for the picture. ^^

CP Bagas terlihat sangat frustasi. Ia membanting koran yang dipegangnya. CP Chelsea yang melihat Queen Agni meninggalkan kamar CP Bagas dengan marah pun penasaran dan segera pergi menuju kamar CP Bagas kembali.

"Ada apa dengan Ratu?" tanya CP Chelsea dengan heran kenapa Ratu terlihat sangat marah ketika baru membuka pintu kamar CP Bagas.

"Hey, kenapa Ratu bersikap seperti itu?" selidik CP Chelsea sambil mendekati CP Bagas yang masih terdiam mematung. Kemudian CP Chelsea melihat koran yang jatuh dibawah, ia buru-buru mengambilnya dan terlihat akan membacanya.

"Apa yang diberitakan oleh koran ini?" tanya CP Chelsea sebelum melihat foto yang terpasang di koran tersebut. Ketika sudah melihat foto tersebut, CP Chelsea pun ikut mematung dan raut sedih segera menyergap wajahnya.

"Apa ini? Kenapa kalian berdua ada di Jogja? Ini tidak benar, bukan?" tanya CP Chelsea dengan berurutan tanpa jeda. CP Bagas pun segera menarik koran yang dipegang CP Chelsea sambil berkata;

"Apa aku perlu memberi tahumu segalanya?" tanya CP Bagas tanpa melihat kearah CP Chelsea.

"Aku hanya ingin tahu," jawab CP Chelsea cepat.

"Tidak ada yang perlu kamu tahu," potong CP Bagas tak kalah cepat dengan masih tanpa melihat CP Chelsea.

"Apa? Aku tidak dapat menanyaimu pertanyaan seperti ini? Jadi aku tidak punya hak untuk bertanya?" CP Chelsea mulai berbicara dengan anda keras dan intens melihat CP Bagas sambil mulai menahan tangisnya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang hal ini," ujar CP Bagas yang awalnya akan menggunakan nada tingginya, namun tak sengaja melihat raut sedih dimuka CP Chelsea, ia kemudian berujar dengan nada yang lebih rendah.

"Lebih baik kamu menjaga kesehatanmu daripada memikirkan hal bodoh seperti ini," lanjut CP Bagas dengan sedih tanpa melihat CP Chelsea kembali.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku jika aku sakit atau tidak. Aku sangat sehat sekarang. Jadi jangan sok perhatian," ujar CP Chelsea mulai emosi. Kemudian ia berbalik akan meninggalkan kamar CP Bagas. Namun CP Bagas menahannya dengan memegang pergelangan tangan CP Chelsea.

"Kamu bilang kamu sehat? Apa kamu tahu bagaiman kamu sudah membuat semua orang khawatir? Apa yang salah? Apa yang  salah sehingga kamu tidak makan dengan benar?" bentak CP Bagas sambil memegang tangan CP Chelsea dan memandangnya erat-erat.

"Kamu tidak perlu tahu kenapa aku menderita," ujar CP Chelsea dengan berani.

"Apa?" ucap CP Bagas dengan terkejut.

"Kamu tidak membiarkanku bertanya foto apa ini? Jadi janagn memikirkanku apakah aku mati karena menderita atau tidak," ujar CP Chelsea dengan nada keras dan mulai mengelurkan air matanya.

"CHELSEA, KAMU..." bentak CP Bagas.

"Aku sangat bodoh. Tanpa aku tahu kamu sedang asyik berduaan dengan Chindai, Aku... Aku menunggumu tanpa bisa tidur dengan nyenyak. Aku merasa sangat bodoh...," ujar CP Chelsea dengan diiringi derai airmatanya kemudian ia meninggalkan kamar CP Bagas dengan menangis.

CP Bagas yang mendengar ucapan Chelsea sambil menangis hanya terpatung sedih. Terlihat penyesalan diwajahnya. Ia hanya melihat kepergian Chelsea dengan raut muka penuh kesedihan dan penyesalan juga.

*Pagi hari diapartemen Rafa

Kini Rafa dan Putri Shilla telah tinggal disebuah apartemen. Terlihat P.Shilla sedang membaca koran dimeja makan. Dan Rafa menuju kearahnya.

"Pagi, ibu," sapa ramah Rafa ketika menemui Ibunya yang sedang membaca koran diruang makan.
"Pagi sayang," Ibunya sambil mengecup kedua pipi Rafa sebagai sambutan pagi.

"Ibu sedang baca berita apa? Serius sekali," komenatr Rafa samil duduk dikursi makannya.

"Lihatlah, ini sangat menarik. Sepertinya tujuan kita akan lebih cepat terwujud," jawab P.Shilla dengan santai sambil menunjukan berita yang ada dikoran tersebut. Rafa meraih koran yang diberikan ibunya. Ia terkejut dengan foto yang ada difoto tersebut.

"Benarkah ini sudah terpublikasi?" tanya Rafa dengan terkejut.

"Apa maksudmu. Tentu saja. Apa kamu pikir aku mendekati Chindai untuk berlatih yoga denganku tanpa tujuan?" jawab ibunya dengan tersenyum sambil memberikan sebuah amplop coklat besar kepada Rafa.

Rafa pun membuka amplop tersebut. Didalamnya terdapat banyak foto kebersamaan Bagas dan Chindai di Jogja. Dan Rafa semakin shock ketika mendapati foto ketika Chindai mencium bibir Bagas dibandara.



*Dikampus

Berita tentang kebersamaan CP Bagas dengan Chindai di Jogja, telah dimuat dimedia lokal. Ini membuat berita itu semakin menyebar meluas. Termasuk dikampus CP Bagas dan CP Chelsea. Semua mahasiwa disana, sedang intens membicaraka berita tersebut. Situasi ini membuat sebuah gosip baru hubungan CP Bagas dan CP Chelsea yang hanya sebuah sandiwara. Dan hal ini membuat efek citra keluarga Istana menjadi buruk.

"Apa ini berita benar?" tanya seorang mahasiswa dikoridor sambil menunggu kelasnya dimulai.
"Tentu saja, bahkan berita ini didapat dari media di Jogja," komentar yang lain.
"Sejak kapan mereka melakukan ini?" tanya yang lain ketika melihat koran pagi ini yang memuat berita tentang kebersamaan CP Bagas dengan Chindai.

Belum selesai mereka bergosip, Chindai muncul dengan berjalan sendirian dikoridor tersebut. Sepanjang jalan, ia hanya tertunduk mendengar setiap mahasiswa yang ia temui, tengah membawa koran dan membicarakan tentang dirinya dengan CP Bagas. Dan memang mahasiswa lain sedang bergosip tentang dia dan melihatnya dengan muka tak suka.

Pagi itu Chelsea berangkat sendiri kekampus. Selain karena mulai beda jadwal kuliah dengan Bagas, juga karena berita yang muncul pagi ini, yang membuat CP Bagas menjadi pusat pencari berita. Chelsea masuk kedalam kampusnya dengan raut muka lesu. Terlihat Chelsea masih kurang sehat. Dan perjalanan Chelsea menuju kelasnya, selalu teriringi mata-mata dari teman kampusnya yang terlihat saling berbisik ketika Chelsea berjalan didekat mereka.

"Chels, kenapa kamu masuk? Kamu terlihat kurang sehat," komentar Novi, sahabatnya, ketika Chelsea sudah berada didalam kelas.

"Tidak, aku tidak apa-apa kok," jawab Chelsea mencoba tersenyum walau terlihat pucat mukanya.

"Apa kamu yakin kamu baik-baik saja?" tanya Angel dengan serius.

"Apa maksudmu, tentu saja," jawab Chelsea dengan masih tersenyum.

"Apa kamu tidak terganggu dengan pemberitaan CP Bagas dan Chindai?" tanya Marsha mulai penasaran.

"Mereka hanya berteman," jawab Chelsea masih dengan kalem.

"Apa maksudmu dengan hanya berteman? Gadis itu pasti yang merayu Putra Mahkota duluan," ujar Marsha mulai emosi.

"Ya itu benar, walau gadis itu berkata hanya kebetulan bertemu Putra mahkota tanpa sengaja di Jogja," sambung Novi juga dengan amarah. Namun Chelsea masih diam kalem saja mendenagr perkataan teman-temannya. Dan Angel hanya melihatnya dengan prihatin.

"Hey, ada apa dengan wajahmu? Kamu terlihat sangat pucat," ujar Angel dengan iba.

"Aku hanya merasa lelah dan belum makan saja," jawab Chelsea dengan lirih.

"Hubunganmu dengannya...baik-baik saja bukan?" tanya Angel dengan berhati-hati.

"Kapan kami mempunyai hubungan yang baik? Bukankah kami selalu bertengkar," jawab Chelsea dengan santai sambil tersenyum.

Saat itu, Chelsea sedang tidak ada matakuliah, namun ia menunggu kelas berikutnya, Chelsea sendirian berada diloby lt.2 penghubung antara fakultasnya, fak.Seni Rupa, dengan fakultas Chindai, fak.Seni Pertunjukan. Diloby tersebut, Chelsea melamun keluar jendela kaca yang besar. Saat itu, loby terlihat sepi. Hanya segelentir anak yang berlalu lalang disana. Mungkin karena sedang waktunya jam matakuliah lain.

Chelsea hendak pergi dari loby tersebut. Ia menuruni tangga. Di anak tangga bawah terakhir, ia berpapasan dengan Chindai. Mereka sama-sama berhenti dan saling memandang. Chelsea terlihat sangat tidak nyaman dengan pertemuan mereka.

"Hai," sapa Chindai terlebih dahulu sambil tersenyum yang terlihat terpaksa. Adegan ini pun dilihat beberapa anak yang berada disekitar mereka.

"Hai," balas Chelsea dengan kaku.

Kemudian Chindai pun berjalan naik dengan santai meninggalkan Chelsea. Chelsea masih berdiri disana. Ia seperti ragu ingin memanggil Chindai kembali.

"Hey..." panggil Chelsea kepada Chindai. Chindai pun menoleh kearah Chelsea.

"Maukah kau bebincang denganku?" ajak Chelsea.

Mereka pergi keruang musik dimana tempat itu biasannya dipakai CP Bagas dan Chindai bertemu dahulu. Marsha dan Novi berlari menuju kelasnya. Ia mengabarkan pada teman kelasnya, khususnya Angel, bahwa Chelsea sedang ngobrol dengan Chindai.

"Kamu tidak pergi?" tanya Angel dengan panik ketika semua anak sudah berlari keluar kelas namun ternyata Rafa masih duduk saja. Kemudian Rafa pun ikut berlari menuju lokasi Chelsea.

Begitu pula dengan Fattah yang berlari kencang menuju kekelasnya. Ia memberitahukan kepada CP Bagas, Josia dan Difa hal yang sama. Semua jadi panik, dan berlari kelokasi dimana Chelsea menemui Chindai.

"Kau tidak kesana?" tanya Difa yang sudah berdiri dan temannya sudah berlari keluar.

"Tidak," jawab CP Bagas dengan muka bingung tapi masih bersikap dingin.

"Kukira kau akan menghentikan mereka," ujar Difa yang kemudian berlari mengikuti teman-temannya.

Dan Bagas tetap hanya duduk sambil membanting bukunya yang sedari tadi ia baca. Dari raut mukanya, terlihat ia sangat bingung dan merasa bersalah.

Sedangkan diluar ruang piano, sudah banyak orang yang berkerumun disana.

"Kamu pasti sedang dalam posisi yang buruk. Tidakkah orangtuamu mengatakan sesuatu tentang ini?" tanya Chelsea yang berdiri disamping piano dihadapan Chindai dengan muka sangat pucat.

"Kamu hanya bertemu dengannya tanpa sengaja di Jogja. Orang-orang terlalu membesar-besarkan masalah, jadi..." ujar Chelsea yang ditanggapi muka dingin Chindai. Dan ucapan Chelsea terpotong karena teriakan-teriakan Novi, Angel dan Marsha yang mendukung Chelsea dan mengatakan bahwa Chindai yang merayu Pangeran terlebih dahulu. Namun Chindai juga mendapatkan pembelaan dari Fattah yang mendukungnya dengan mengatakan bahwa Chelsea terlalu lemah untuk menang.

"Maaf, teman-temanku hanya salah paham. Jadi yang ingin kukatakan adalah..." lanjut Chelsea yang tidak enak dengan Chindai karena belaan Novi, Angel dan Marsha. Namun hal ini ditanggapi dingin oleh Chindai.

"Teori 'ketidaksengajaan'mu itu salah. Dengan sengaja aku memang pergi ke Jogja untuk menemui Bagas," potong Chindai dengan tanpa bersalah. Chelsea semakin terkejut dengan mukanya yang semakin pucat.

"Disini, kalian  berdua adalah pasangan suami istri yang selalu bersama, jadi aku tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara bebas berdua dengan Bagas," ujar Chindai dengan santai.

"Banyak hal yang ingin aku ungkapkan kepadanya, tapi setelah kalian menikah, ini menjadi sulit untuk kami bertemu," lanjut Chindai masih dengan muka innocent'nya.

"Tapi, kami sudah menikah," ujar Chelsea semakin lemah.

"Kamu mungkin yang ia nikahi. Namun kamu bukan yang pertama menerima lamaran dan dicintainya. Itu aku, Chindai," ujar Chindai dengan dingin.

"Itu sudah berlalu, tapi kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?" tanya Chelsea menguatkan dirinya karena ia semakin terlihat pucat.

"Karena aku tidak ingin dikenal sebagai Chindai yang dulu. Seperti orang bodoh, kehilangan cintanya. Hal semacam itu, cukup terjadi sekali saja dimasalalu. Aku tidak tahu, sejauh mana kalian menjalani ini dengan baik. Namun kelihatannya ia masih menganggap kehadiranku dengan sangat baik," kata Chindai semakin berani.

"Apa yang kamu katakan?" ucap Chelsea sambil menahan emosi dan rasa sakitnya.

"Berbicara seperti ini dihadapanmu, aku merasa seperti selingkuhan," ujar Chindai dengan sinis.

"Apa? Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu? Apa yang kamu bicarakan ini?" tanya Chelsea yang semakin terlihat tidak sanggup lagi menahan berdiri. Ia terlihat semakin pucat dan lemah dengan berpegangan erat pada piano didepannya .

"Aku tidak tertarik dengan posisi sebagai Putri Mahkota. Untukku, aku sudah puas jika memiliki Bagas saja," ujar Chindai dengan ekspresi meremehkan Chelsea.

'Ini aneh, kenapa semuanya terlihat menjadi samar,' batin Chelsea yang menandakan keadaannya semakin buruk. Ia semakin terlihat pucat dengan sesekali memegangi kepalanya.

"Maafkan aku. Kita...berbicara dilain...waktu saja. Sekarang...tubuhku..." ucap Chelsea terpotong-potong yang kemudian ia terjatuh pingsan dihadapan Chindai. Dan dengan raut muka shock,  Chindai pun memegangi Chelsea sebelum jatuh sampai seseorang akan datang menolongnya.

Suara diluar semakin riuh, mereka hanya melihat dari kaca jendela. Semua memanggil CP Chelsea yang telah pingsan. Rafa masuk bermaksud akan membopong Chelsea keluar. Disaat Rafa sudah siap akan membopong Chelsea, Bagas baru saja sampai depan pintu dan ia buru-buru masuk ruang musik tersebut.

"Minggirlah," perintah Bagas kepada Rafa yang semakin membuat shock Chindai yang juga ada disamping Bagas namun Bagas sama sekali tidak melihatnya.

Bagas pun membopong Chelsea keluar ruangan tersebut menuju mobil mereka yang telah siap didepan kampus. Mobil istana itupun bergerak dengan cepat meninggalkan kampus dengan membawa Royal Couple. Rafa dan Chindai masih shock mematung diruang musik yang telah ditinggal orang-orang yang bergerombol didepan ruangan tersebut tadi.

Setelah suasana kembali mulai tenang dengan tidak bergerombolnya para mahasiswa membicarakan gosip yang beredar, Rafa menemui Chindai yang melanjutkan shock dengan diamnya disebuah ruang kelas yang  sepi.

"Bagaimana ini?" tanya Rafa yang membuyarkan lamunan Chindai.

"Bagaimana menjadi orang yang kejam?" tanya Rafa kepada Chindai.

"Julukan sebagai 'Pacar Putra Mahkota' sangat luar biasa, dan sekarang aku sedang menyandangnya," ujar Chindai dengan lemah.

"Apa saja yang telah kamu katakan pada Chelsea?"selidik Rafa dengan dingin.

"Ini karena saudara ipar yang juga mencintainya, namun harus diredam. Aku pikir kamu sekarang sangat membenciku, bukan?," jawab Chindai dengan sedih.

"Jangan sakiti Chelsea," ujar singkat Rafa tanpa melihat Chindai.

"Kamu tidak akan berterimakasih kepadaku?" kata Chindai dengan percaya diri, namun juga tampak kekecewaan diwajahnya.

"Apa?" ucap Rafa dengan terkejut.

"Jika hal semacam ini sering terjadi, maka kamu akan mudah mendapatkan posisimu sebagai Putra Mahkota. Bukankah itu yang kamu inginkan?" tanya Chindai dengan tersenyum sinis.

"Tapi bukan dengan cara itu aku akan mendapatkan posisi itu," jawab Rafa dengan ekspresi flat.

"Aku akan melakukan cara ini lagi dikemudian hari. Baru kali ini, Bagas mencuekkanku dengan tidak mengindahkan kehadiranku. Aku merasa tadi dia sama sekali tidak menganggapku ada disana. Aku merasa sangat gelisah karena ini," ucap Chindai dengan frustasi dan menahan tangisnya.

"Apapun itu, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan," pungkas Rafa dengan percaya diri sambil meninggalkan Chindai yang penasaran apa amksud perkataan Rafa tadi.

*Kediaman Royal Couple

Terlihat Bagas sangat telaten merawat Chelsea yang masih tertidur karena obat yang diberikan dokter istana. CP Bagas membelai wajah Chelsea untuk memastikan panas tubuh Chelsea. Setiap 5 menit sekali, Bagas mengusap wajah Chelsea dengan handuk karena keringat dingin masih keluar dari tubuh Chelsea yang kini tengah berbaring diranjangnya dengan muka yang masih pucat. Dengan setia, Bagas duduk dipinggir ranjang menemaninya dan juga merawat Chelsea. Sesekali dayang Dinda dan Ocha, masuk kedalam kamar CP Chelsea untuk mengganti kain handuk yang digunakan CP Bagas untuk mengelap keringat Chelsea. Selebihnya para dayang ini, menunggui CP Chelsea diluar kamar. Terlihat juga kegelisahan dimuka CP Bagas karena kondisi Chelsea.

*Kediaman King Cakka

King Cakka sudah mendengar insiden yang terjadi dikampus dari para pengawal Royal Couple. King Cakka meminta CP Bagas menghadap padanya. Awalnya CP Bagas tidak mau menghadap King Cakka dulu, karena ia masih ingin menemani CP Chelsea yang belum juga terbangun. Namun karena nasehat Sekertaris Istana, maka CP Bagas meninggalkan CP Chelsea untuk bertemu King Cakka.

CP Bagas diinterogasi oleh King Cakka kenapa hal semacam ini bisa terjadi. CP Bagas tidak bisa menjawab dan mengakui kalau semua ini salahnya. Hal ini semakin membuat murka King Cakka kepada CP Bagas. Queen Agni hanya bisa meminta King Cakka tidak terlalu emosi mengingat kesehatannya yang bisa terpengaruh. Kemudian King Cakka meminta kepada CP Bagas agar ahl semacam ini tidak terulang lagi. Karena bila terulang lagi amka King Cakka akan benar-benar mengalihkan tahta kepada Pangeran Rafa. Hal ini terlihat membuat shock Queen Agni dan CP Bagas.

*Kediaman Royal Couple

Sebentar setelah CP Bagas meninggalkan kediamannya, P.Rafa datang kekedaiman Royal Couple sambil membawa pohon mint untuk CP Chelsea. Dayang Ocha yang menyambut P.Rafa memberi tahu P.Rafa bahwa CP Chelsea masih tertidur dan CP Bagas sedang keluar. P.Rafa pun meminta ijin untuk menunggunya didalam. Kemudian P.Rafa pun menunggu, duduk diruang tengah kediaman Royal Couple.

Setelah Dayang Ocha meninggalkannya, dan sekarang P.Rafa telah sendirian, P.Rafa pun berjalan menuju kamar CP Chelsea. P.Rafa memasuki kamar CP Chelsea. Disana, CP Chelsea tengah tertidur diranjangnya. P.Rafa pun mendekat, menaruh pohon mint dimeja kamar CP Chelsea, kemudian duduk dikursi dekat ranjang CP Chelsea sambil memperhatikannya.

"Ibu...Ibu..." gumam CP Chelsea dalam tidurnya. P.Rafa yang berada disampingnya pun tak tega
mendengar gumaman CP Chelsea. Ia hanya melihatnya dengan iba.

"Ibu... ini sakit..." lagi, CP Chelsea berbicara dalam tidurnya.

P.Rafa yang memperhatikannya sedari tadi, dari raut mukanya terlihat sedih. Ia kasihan pada Chelsea yang seperti terkurung dalam istana tidak bebas menemui keluarganya. Ia ingin membantu Chelsea, namun apa daya, ia tak mempunyai kemampuan.

"Ibu..." pekik Chelsea panjang yang membuatnya tersadar bangun.

Awalnya, Chelsea terlihat akan menangis. Namun ia melihat sesosok pria yang berada disampingnya. Lalu ia memastikan siapa pria ini dengan mengedipkan matanya dalam-dalam.

"Rafa?" ucap Chelsea ketika suah melihat dengan jelas siapa pria itu.

"Kenapa kamu disini?" lanjut Chelsea sambil membangunkan badannya untuk duduk bersandar di sandaran tempat tidur.

"Untuk menjenguk orang sakit," jawab Rafa mencoba tersenyum. Chelsea yang masih terlihat pucat pun memaksakan sunggingan senyuman dibibirnya namun kemudian ia terbatuk-batuk.

"Aku bawa pohon mint. Itu disebut mint apel, baik untuk orang yang terserang flu," jelas Rafa sambil mengambil pohon mint yang ia letakkan dimeja lalu menyerahkannya kepada Chelsea.

"Wah, ini baunay sangat segar," ucap Chelsea sambil menciumi pohon tersebut.

"Apa kamu emrasa baikan sekarang?"tanya Rafa basa-basi yang hanya dijawab dengan anggukan dan senyuman oleh Chelsea.

"Rafa adalah satu-satunya orang yang peduli denganku, terimakasih," ujar Chelsea dengan ramah.

"Ah, disni terasa sesak, aku ingin keluar menghirup udara segar," lanjut Chelsea.

*Dihalaman teras belakang kediaman Royal Couple

Chelsea tenagh berdiri disamping teras sambil membau bunga mawar yang tumbuh disana. Rafa duduk menghadap keluar, melihat tingkah Chelsea sambil tersenyum senang. Tidak ada orang lain selain mereka disitu.

"Ini serasa aku hidup kembali," ujar Chelsea dengan lebih ceria.

"Itu bagus," jawab Rafa singkat.

"Tidur diranjang sepanjang waktu, aku merasa kehilangan kekuatan," ujar Chelsea lagi.

"Jadi jangan sakit lagi. Ketika kamu merasa sakit, aku merasa kesakitan juga," ujar Rafa dengan serius yang membuat Chelsea terdiam seribu bahasa dan sedikit salah tingkah.

Diruang depan, terlihat CP Bagas telah kembali kekediamannya. Ia langsung memasuki kamar CP Chelsea yang ditinggalkan penghuninya. CP Bagas melihat pohon mint yang terletak dimeja CP Chelsea, dan ia langsung bisa memastikan siapa yang telah membawa pergi Cp Chelsea dari kamarnya. Terlihat raut muka marah CP bagas yang kemudian beranjak menuju teraa belakang.

"Kamu disini?" tanya Rafa ketika melihat CP Bagas.

"Kenapa orang yang sedang sakit duduk-duduk diluar disini?" tanya CP Bagas kepada CP Chelsea dan ia mencuekkan P.Rafa yang berada disana.

"Hey Pangeran, siapa yang menyebabkan aku sakit seperti ini? Ini hanya ketidak beruntunganku, hidup bersama kamu. Kamu tidak sekalipun menjengukku... " celoteh Chelsea kepada Bagas.

"Diamlah, lalu siapa yang kamu pikir membopongmu pulang? Kamu tahus eberapa berat kamu?" potong Bagas dengan nada tinggi. Chelsea yang mendengarnya jadi terkejut sekaligus ada rasa senang yang timbul.

"Lepaskan beberapa beratmu ketika kamu mempunyai waktu," seloroh Bagas dengan nada lebih tenang.

"Beneran kamu yang membawaku pulang?" tanya Chelsea dengan malu-malu dan hanya dijawab Bagas dengan berdehem.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya lebih awal?" lanjut Chelsea dengan tersenyum malu sambil berjalan mendekati Bagas.

"Ayo cepat masuk," ajak Bagas dengan menarik lengan Chelsea. Chelsea yang tengah senang karena ternyata Bagas yang membawa pulang dirinya, Chelsea pun pasrah mengikuti Bagas. Hanya sedikit penolakan yang ia lontarkan karena sadar Rafa masih disana.

"Kenapa?" tanya Chelsea dengan sedikit memberontak.

"Obat telah siap. Kamu harus segera meminumnya dan segera beristirahat," jelas Bagas dengan tetap menarik lengan Chelsea.

Chelsea telah masuk kedalam rumah, Bagas menutup pintu yang terbuat dari kaca. Kini, pintu kaca tersebut telah menjadi pembatas antara Chelsea dengan Bagas dan Rafa yang masih berada diluar pintu. Chelsea dengan cemberut dan bersila tangan, masih berdiri sambil terus mencibirkan bibirnya kearah Bagas yang tengah menghadap ke Rafa.

"Ketika mendengar Putri Mahkota jatuh sakit, apa kamu langsung buru-buru datang kesini? Kapan kamu mendengar ini?" tanya Bagas pada Rafa dengan dingin.

"Hey, bolehkah aku bergabung dengan kalian? Aku sudah merasa baikan," ujar Chelsea dengan sedikit membuka pintu kaca.

"Ayo cepat, kamu kembali masuk," ujar Bagas sambil mendorong kepala Chelsea yang keluar dengan kasar. Chelsea meronta kesakitan. Rafa yang melihatnya tidak tega melihatnya dan ingin menolong Chelsea anmun tak bisa. Chelsea pun kembali masuk setelah dipaksa dengan didorong Bagas.

"Dia terlihat belum sehat untuk menerima kunjunganmu," ucap Bagas dengan amsih dingin.

"Dia mungkin terlihat kuat diluar, namun sebenarnya ia merindukan ibunya. Dia selalu memanggil ibunya ketika tertidur," ujar Rafa dengan serius.

"Kamu sepertinya mengambil kesimpulan dari sudut pandangmu saja. Kamu menganggap dia sakit karena aku tidak memperlakukannya dengan baik? Kenapa? Kamu sepertinya khawatir  tentang dia. Jika kamu mengkhawatirkannya sejauh itu, kamu seharusnya tidak membawanya keluar rumah. Kamu seharusnya menjaga dia agar tetap hangat didalam raung," ucap Bagas dengan serius kepada Rafa. Kemudian Bagas masuk kedalam rumah ketika mengetahui Chelsea masih berada didepan pintu dengan bibir manyunnya menghadap kearahnya. Ketika mengetahui Bagas masuk kedalam rumah, Chelsea yang mencibir Bagas pun lari untuk menghindari Bagas.

Rafa hanya terdiam menahan emosi menatap kepergian Bagas dan Chelsea dari pandangannya. Terlihat dengan jelas, Rafa cemburu dengan Bagas dan Chelsea. Dan Rafa sangat terlihat sedang menahan emosinya.

*Sore hari dikediaman Royal Couple

Chelsea tengah tertidur diranjang besarnya. CP Bagas duduk  dikursi dekat ranjang Chelsea sambil membaca buku tebal yang ia bawa. Tiba-tiba dalam tidurnya, Chelsea betuk-batuk dan terbangun. CP Bagas mendekati Chelsea dan duduk dipinggiran ranajng Chelsea. Chelsea berusaha bangun namun kesulitan. CP Bagas pun membantu Chelsea bangun dengan memegangi lengannya.

"Kamu sudah bangun? Bagaimana keadaanmu? Apa ada sesuatu yang ingin kamu makan?" tanya CP Bagas dengan lembut.

"Tidak," ujar Chelsea dengan lemas.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau makan?" tanya CP Bagas sambil menempelkan telapak tangannya ke dahi Chelsea memastikan panas tubuh Chelsea.

"Apa yang harus..." tanya CP Bagas lagi, namun terpotong teredengar keributan diluar dan orangtua Chelsea pun masuk kedalam kamar Chelsea. Chelsea berhambur turun ari ranjangnya dan berlari memeluk orangtuannya yang tak kalah heboh.

"Mama..." teriak Chelsea pada mama'nya sambil berlari kearahnya.

"Chelsea... anakku. Kenapa bisa seperti ini?" ujar mamanya khawatir memeluk putrinya.

"Aku sangat merindukanmu..." ujar Papa Rio tak mau kalah yang kemudian bergantian memeluk putrinya ini.

"Ketika mendengar kamu sakit, kita sangat khawatir. Kudengar kau tidak bernafsu makan dan tidak makan dengan baik," celoteh Papa Rio.

"Dimana Rafli? Apa dia tidak ikut?" tanya Chelsea ketika menyadari tak melihat adiknya.

"Dia sedang ada tugas kelompok, sekarang dia sedang berkumpul dengan teman-temannya," jelas Mama Ify.

Kemudian Chelsea dan kedua orangtuannya ini mengobrol dengan asik dan seperti melupakan bahwa CP Bagas juga berada dikamar tersebut. Maka CP Bagas berpura-pura terbatuk untuk mengingatkan bahwa ada dia dikamar tersebut. Papa sedikit terkejut, Chelsea diam saja melihat suaminya, namun Mama Ify terlihat kurang suka dengan kehadiran CP Bagas.

"Aku akan meninggalkan kalian untuk sementara," pamit CP Bagas yang dijawab "Iya," oleh Papa Rio. Mama Ify masih terlihat dingin pada CP Bagas.

Setelah CP Bagas pergi, Papa Rio dan Mama Ify pun dengan ceria menunjukkan apa yang dibawa mereka. Mereka membawa makanan-makanan favorit Chelsea seperti empek-empek buatan sang ayah. Chelsea pun dengan lahap memakannya.

*Diruang tengah kediaman Royal Couple.

"Begini menantuku... Um, maksudku Putra Mahkota," ujar Papa Rio dengan berhati-hati.

"Aku pikir tidak masalah bila Chelsea ikut kami pulang untuk beberapa hari bukan?" tanya Papa Rio dengan sopan.

"Benar Putra Mahkota. Berkumpul dan beristirahat bersama keluargannya, kurasa akan lebih baik untuk Chelsea," lanjut Mama Ify.

"Maaf, tapi aku rasa itu akan sulit terlaksana," jawab CP Bagas dengan pasti dan membuat kedua orangtua Chelsea bingung.

"Dia mungkin akan mearsa lebih baik setelah pulang dari rumah, tapi jika ia sakit lagi seperti sekarang, bukankah dia akan minta untuk pulang kembali?!" jelas CP Bagas.

"Aku juga bingung, tapi  aku membutuhkannya berada disisiku sekarang," ungkap CP Bagas.

"Tapi Putra Mahkota, bahkan Ratu telah mengijinkannya," bela Mama Ify dengan kesal.

"Chelsea adalah istriku. Kami membuat keputusan kami sendiri," ungkap CP Bagas dengan penuh
penekanan namun sopan.

"Diistana, kami mempunyai teknologi pengobatan yang terbaik, dan orang-orang yang akan menjaganya. Jadi kumohon jangan khawatir," lanjut CP Bagas lebih tenang.

"Mungkin Ayah dan Ibu berpikir aku sangat kejam dan dingin. Namun kedepannya, aku juga akan tetap berkata seperti tadi. Sekarang, wali untuk Chelsea bukan lagi Ayah dan Ibu. Tapi aku, menantumu," jelas CP Bagas.

Chelsea yang sedang berbaring diranjangnya mulai meneteskan airmatanya. Ia merasa benar-benar terpenjara sekarang. Ia dapat mendengar percakapan CP Bagas dengan orangtuannya karena pintu kamarnya tidak tertutup.

CP Bagas yang telah usai berbincang dengan orangtua Chlesea yang telah meninggalkan kediaman mereka pun, masuk kekamar Chelsea dengan santai.

"Permaisuri meminta orangtuamu menemuinya. Sekarang mereka telah pergi untuk menemuinya," ujar Bagas dengan santai kemudian duduk dikursi kamar Chelsea dan melanjutkan membacanya.

Chelsea hanya diam saja dan memalingkan mukannya agar tidak melihat Bagas. Airmatanya mulai keluar lagi sambil menahan emosinya. Namun kemudian ia tak bisa membendung emosinya lagi. Ia beranjak bangun dan melempari Bagas dengan bantal-bantal yang ada diranjangnya.

"Pria jahat," ujar Chelsea pada Bagas yang telah terkena lemparan Bantal tepat mengenai kepalanya.

"Siapa kamu berani berbicara seperti itu kepada oarngtuaku? Mereka memohon kepadamu karena mereka peduli kepadaku. Kenapa kamu berbicara seperti itu?" ucap Chelsea dengan mulai menangis.

"Sesuatu yang tidak mungkin, lebih baik diakhiri sejak awal. Untuk seseorang sepertimu, jika kamu kembali sekali, kamu akan berpikir untuk pulang kembali saat kamu mempunyai waktu yang sulit. Itu hanya akan membuat ku memilki banyak masalah. Itu kenapa aku tidak mengijinkannya," ujar Bagas santai.

"Ijin?" ujar Chelsea dengan meremehkan.

"Kenapa apa yang aku lakukan perlu mendapatkan ijin darimu?" tanya Chelsea dengan airmata yang masih keluar.

"Bukankan kamu hidup sesuai apa yang kamu ingin? Kamu bisa bertemu dengan orang yang ingin kamu temui," lanjut Chelsea kesal.

"Apa kamu bertanya karena kamu benar-benar tidak tahu? Sepertinya kamu salah paham. Kehidupan didalam istana dan diluar istana sangat berbeda. Kehidupan diluar istana lebih bebas dari disini. Disini, kita hidup harus sesuai aturan. Aturan yang sudah membudaya dari leluhur dahulu. Walau terasa kuno, namun kitalah yang wajib melestarikannya. Dan menurut aturan istana, seorang istri harus memetuhi suaminya sepenuhnya, paham?" ujar Bagas dengan mulai sedikit kesal.

"Ingatlah untuk makan tepat waktu," ujar Bagas lebih tenang sambil meninggalkan ruangan Chelsea yang masih menangis.

Chelsea hanya melihat kepergian CP Bagas dengan kesal, namun CP Bagas sedikit tidak enak hati juga melihat Chelsea yang menangis. CP Bagas memutuskan untuk meninggalkan Chelsea sendirian. CP Bagas berhenti didepan pintu kamar Chelsea setelah menutupnya dengan rapat.

"Jika aku mengijinkanmu untuk pergi... kamu pasti akan... tidak mau kembali kesini lagi," ujar CP Bagas dengan sedih didepan pintu Chelsea.

*Dikediaman Rafa dan Putri Shila

"Ibu, sepertinya rencana ibu dengan menyebar foto-foto ini, berjalan terlalu cepat," ujar Rafa pada ibunya, Putri Shila, sambil membawa foto kebersamaan CP Bagas dengan Chindai di Jogja.

"Apa maksudmu?" tanya P.Shilla tak tahu maksud putranya.

"Dengan foto-foto ini, Bagas bisa digeser dari tahtanya saat ini. Aku tidak mau mendapatkan hadiah dengan  cara itu. Ketika foto-foto ini tersebar, maka investigasi tentang foto ini pasti akan dilakukan. Posisi Chindai yang ada disini menjadi tidak ada artinya. Mereka akan mencari siapa yang mengambil dan menyebarkan foto ini. Bila itu terkuak, posisi kita juga akan bahaya," jelas Rafa.

"Kamu berpikiran lebih maju dari ibumu," puji P.Shila pada anaknya.

"Jadi, ibu hentikanlah. Aku akan melakukannya dengan caraku. Dan ketika akusudah melakukannya, ibu tidak bisa menghentikanku," lanjut Rafa.

"Aku senang, kamu juga mempunyai pemikiran sepertiku. Aku pikir, selama ini aku hanya bertarung sendirian," ungkap P.Shilla.

*Pagi hari dikediaman Istana

Chelsea tengah duduk sendirian diteras kamarnya. Bagas masuk kamarnya dan berniat mendekati Chelsea. Namun ternyata Chelsea sedang menelpon.

"Aku sudah baik sekarang. Mama, Chelsea anak tersayangmu sudah mulai sehat sekarang. Aku minum dan mendapatkan perawatan yang terbaik disini. Tapi akan lebih baik bila Mama disisiku sekarang," ujar Chelsea yang bertelepon dengan Mamanya.

"Jika aku dirawat dirumah, aku akan kembali sehat dalam sehari. Tapi disini butuh beberapa hari," lanjutnya.

"Aku benar-benar baik sekarang, ma," yakin Chelsea pada mama'nya.

"Mama juga harus menjaga kesehatan ya. Iya, aku paham,"

"Baiklah, aku akan tutup sekarang. Mama dulu yang menutupnya, bye," tutup Chelsea.
Setelah Chelsea selesai dengan teleponnya, Bagas baru mendekati Chelsea dan duduk disampingnya.

"Kamu terlihat lebih sehat sekarang," Bagas mencoba membuka pembicaraan, namun Chelsea menanggapinya dengan muka marah.

"Aku dengar kamu memanggil-manggil ibumu dalam tidurmu semalam," lanjut Bagas yang membuat raut muka Chelsea sedikit melunak.

"Sekarang, aku seprti menjadikanmu sanderaku. Setiap kamu berpikir ingin kembali kerumah, akupun ingin mengijinkanmu. Tetapi status sebagai Putri Mahkota sangat spesial, jadi aku tidak dapat mengijinkannya. Itu karena aku ingin melindungi posisiku sebagai Putra Mahkota. Setidaknya selama beberapa tahun kedepan, aku tidak ingin tercatat sebagai Putra Mahkota yang tidak berguna," jelas Bagas dengan serius.

"Apa maksudmu? Bebeapa tahun kedepan?" tanya Chelsea mulai penasaran.

"Ini akan memakan dua atau tiga tahun kedepan," ujar Bagas dengan lemah.

"Apa?" tanya Chelsea terkejut.

"Aku akan menyerahkan posisiku sebagai Putra Mahkota," ujar Bagas dengan santai namun lemah.
-TBC-

Spoiler Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 9]

Bagas ingin menyerahkan status Putra Mahkota, dan keluar bebas dari istana. Chelsea terkejut dengan keputusan Bagas tersebut.

Dikediaman Ibu Suri, Ibu Suri bersama Raja, Ratu dan sekertaris istana bersama dayang kepercayaan Ibu Suri, mereka membahas bagaiman menyelesaiakn rumor tentang skandal Putra Mahkota. Karena skandal tersebut, citra keluarga kerajaan juga terpengaruhi. Sekertaris Istana mengusulkan, agar Royal Couple segera emmiliki keturunana. Sehingga citra Royal Couple dan juga Istana, akan membaik dengan sendirinya. Namun Ratu tidak setuju, dan tiba-tiba seorang wanita muncul dan mendukung saran dari Sekertaris Istana.

Semua terkejut dengan kedatangan wanita tersebut, yang ternyata adalah Putri Salma, kakak Bagas.

.....

NB:
Bahayakan, kalau aku kasih spoiler. Lebih penasaran?

One more time, makasih untuk adekku @ElfiraEkaputri1 untuk edit gambarnya.

Yang lain, boleh lho bantu edit foto untuk FanFictionku yang udah selesai atau yang masih nyambung atau bahkan yang belum dibuat biar aku upload. hehe...
Akunya gak ada waktu sih, untuk nulis aja disempet-sempetin ini.
Gambar-gambar selanjutnya ditunggu ya. :))

Untuk part selanjutnya, gak janji akan cepat. (Udah biasakan? -__-")

Comments'nya masih ditunggu dong.

Your comment is oxygen for me to write.
Jadi setiap comment kalian adalah penyemangat untuk aku menulis.
Jangan jadi silent readers ya...

Bisa juga lho, comment di Page aku bitaBeeStory. :)
Makasih sebelumnya. ^^

2 comments:

  1. Hi >_< next dong!!! Ga sabar loh buat baca part chapter 9nya )_(
    please..!! Please!!

    ReplyDelete
  2. Aaaaaa jd pengeb cepet2 lanjut nih:( harusnya ga dikasih spoiler kak:'(( biar ga makin penasaran

    ReplyDelete