Saturday 19 April 2014

20's versi IC [part 2]



Chelsea terbangun dengan situasi yang aneh. Ia terduduk bersandar di sofa apartemennya dengan Bagas yang sudah berada dihadapannya. Ia lupa dengan apa yang terjadi semalam.

Ada apa ini? Apa yang sedang kulakukan dengannya?” batin Chelsea dengan kebingungan melihat sekeliling dan menghindari eyecontact dengan Bagas yang tepat berada dihadapannya.

“Sepertinya, dia akan menciumku atau semacamnya,” Chelsea mencoba menerjemahkan apa yang sedang terjadi dengan bibir Bagas yang tepat mengarah kepada bibirnya.

“Aish! Apa-apaan ini? Apa aku harus menampar dan mendorongnya untuk menghindari situasi ini?” pikir Chelsea dengan keras.

“Atau, aku harus menciumnya?” batin Chelsea kemudian yang mulai berani melihat mata Bagas.

“Apa yang harus kulakukan agar dia tidak menyebutku gila atau bodoh?” Chelsea yang masih berpikir.

“Biarkan kupikirkan lagi. Coba kuingat apa yang terjadi kemarin,” Chelsea dengan memalingkan wajahnya mengulur waktu agar Bagas tidak segera menciumnya.

“Kemarin sekitar jam 8 malam. Bagas tiba-tiba muncul. 3 jam sebelumnya.Untuk melupakan kak Karel, aku mengeritingi rambutku,” ingat Chelsea.

---FLASHBACK---

Disaat Chelsea berada disalon untuk mengeriting rambutnya, smartphone’nya berdering menandakan ada pesan masuk.

From: Bagas
To: Chelsea
Apa yang sedang kau lakukan?
Aku bosan dan sedih. ||

“Apa lagi ini?,” ujar Chelsea yang didengar hairstylist’nya.

Seminggu sebelumnya. Terjadi pertemuan memalukan yang membuat Chelsea malu.

From: Bagas
To: Chelsea
Lama tidak berjumpa, Agatha Chelsea. ||

Dan semenjak pesan itu dikirim oleh Bagas, Bagas memang mulai menjalin kotak kembali dengan Chelsea. Namun Chelsea masih terlihat cuek dengan Bagas. Ia masih menganggap Bagas sebagai teman masa remajanya.

Dan disaat Chelseas sedang mengeriting rambutnya disalaon, Bagas mengirimi Chelsea pesan seolah mereka sudah dekat kembali seperti sewaktu SMP dulu. Sejenak Chelsea berpikir untuk segera membalas pesan tersebut atau tidak. Kemudian ia melihat sebuah iklan di tv salon tersebut, yang bintang iklannya adalah Bagas. Chelsea tersenyum melihatnya.

To: Bagas
From: Chelsea
Aku sedang mengeriting rambut. ||

Chelsea pun membalas pesan dari Bagas dengan cepat. Chelsea segera mengembalikan ponselnya kemeja depannya. Bahkan sebelum Chelsea melepaskan ponselnya yang akan ia letakkan, ponselnya sudah berdering 2X kembali yang menandakana ada 2 pesan masuk.

From: Bagas
To: Chelsea
Kenapa kau mengeritingi rambut? ||

From: Bagas
To: Chelsea
Apa terjadi sesuatu? ||

Belum selesai Chelsea membaca pesan kedua, beberapa pesan baru sudah masuk kembali.

From: Bagas
To: Chelsea
Dimana salonnya? Di Thamrin? sekitar kampus’mu? Dimana? ||

From: Bagas
To: Chelsea
Beritahu aku. Aku akan mengirimimu pesan sampai kau memberitahuku. Ayo! Beritahu aku. ||

“Kenapa dia seperti ini?” ujar Chelsea kesal.

“Pacar?” tanya hairstylist yang mendengar ujaran Chelsea dan mendengar begitu banyak pesan masuk.

“Temui dia secepatnya. Dia mengawasimu dengan ketat,” lanjut sang hairstylist tanpa menunggu jawaban dari Chelsea.

“Dia bukan pacarku,” ujar Chelsea santai.

~~~ All I wanna do is find a way back into love.
I can't make it through without a way back into love.
And if I open my heart again,
I guess I'm hoping you'll be there for me in the end!~~

Lagu lama berjudul ‘A Way Back Into Love’ ost. Music and Lyrics yang dinyanyikan secara duet Hugh Grant dan Heley Bennett tiba-tiba mencuri perhatian Chelsea. Lagu yang sedang diputar di tv salaon tersebut, seperti mampu membaca pikiran Chelsea yang sedang kehilangan cintanya dan bertemu dengan Bagas yang dulu mencuri ciuman pertamanya.

To: Bagas
From: Chelsea
Di salon "Kecantikan Rambut" depan kampusku,
Sudah ya? Sekarang. tidur sianglah. ||

Balas Chelsea yang dengan tersenyum yang tidak ingin membuat Bagas terus bertanya dimana dia berada.

Setelah membalas pesan dari Bagas, Chelsea membuka salah satu media sosial yang ia miliki lewat smartphone’nya. Ia men-scroll down layar’nya. Dan ia menemukan sebuah foto yang membuat nya penasaran. Foto Karel yang selfie mesra dengan seorang wanita. Kemudian Chelsea men-zoom foto tersebut. Betapa terkejutnya Chelsea, foto tersebut adalah foto Karel bersama Salsha, teman satu komunitas musiknya. Dari foto tersebut, Chelsea dapat menarik kesimpulan, bahwa Karel sedang mempunyai hubungan sepesial dengan Salsha. Dan ini membuat Chelsea semakin terluka.

“Sekarang, dengan Salsha?” ujar Chelsea dengan shock yang belum bisa melupakan kejadian malam itu, Karel yang mengajaknya ke MOTEL.

Chelsea pun kemudian men-zoom out foto tersebut. Namun kesalahan dialkukan Chelsea. Chelsea dengan media sosialnya, tidak sengaja memencet tombol panggil untuk Karel.

“Ah! Bagaimana ini? Ah, Dasar bodoh! Aku bisa gila!” ucap Chelsea dengan heboh.

“Tolong jangan bicara padaku. Tolong jangan bicara padaku,” doa Chelsea dengan sangat berharap agar Karel mengtidak acuhkan panggilannya. Namun kemudian smartphone Chelsea berdering dan sebuah pesan datang.

Karel’s said:
Lama tidak berjumpa Chelsea.
Kenapa kau tidak datang latihan akhir-akhir ini? ||

Pesan kedua datang bahkan sebelum Chelsea membalasnya.
Karel’s said:
Chelsea, begini... ||

Dan lagi,
Karel’s said:
Soal kejadian waktu itu. Aku minta maaf. ||

Karel’s said:
Dan. Jangan... ||

Pesan Karel yang terpotong-potong membuat Chelsea panik. Ia takut akan pesan Karel selanjutnya. Chelsea berpikir, mungkin Karel bersama Salsha hanya untuk pelarian. Dan Karel kecewa dengan sikap Chelsea malam itu.

“Tolong jangan katakan hal itu! Kumohon,” doa Chelsea sebelum pesan selanjutnya ia terima.

Karel’s said:
Bisakah kau merahasiakannya dari Salsha? ||

Karel’s said:
Dia bisa salah paham. ||

Karel’s said:
Maaf. ^^ ||

Pesan Karel yang hanya memintanya untuk merahasiakan apa yang dilakukan Karel kepada Chelsea, membuat Chelsea kecewa. Memang Chelsea bukan pacar Karel. Dan malam itu juga tidak terjadi apa-apa. Hanya Karel yang sudah lancang mengajak Chelsea kesebuah MOTEL, dan Chelsea berhasil kabur duluan ketika sampai didepan MOTEL tersebut.

“Dengan semudah itu dia minta maaf dan memintaku merahasiakannya. Jadi aku tidak penting sama sekali...” keluh Chelsea sedih.

Kini sudah malam. Chelsea sedang berjalan sendirian menuju apartemennya dengan pikirannya sendiri tanpa memperdulikan sekitar. Chelsea berjalan sambil makan camilan dan soft drink yang ia beli sebelumnya.

“Ai, benar-benar...” ujar Chelsea mulai kesal dan menumpahkannya dengan mulai menangis.

“Kenapa aku tidak punya hak untuk marah?” keluh Chelsea dengan frustasi.

“Aku sangat marah! Kenapa?!” teriak Chelsea dengan kesal. Jalanan itu sudah mulai sepi, sehingga juga tidak ada yang memperdulikan Chelsea yang berjalan dengan pikirannya.

“Lelaki itu...” teriak Chelsea dengan kesal kembali.

Kemudian Chelsea akan minum soft drink’nya kembali. Namun ternyata kaleng soft drink’nya telah kosong. Dengan tanpa memperhatikan kantong plastik yang ia bawa, Chelsea bermaksud menyimpan kaleng soft yang telah kososng tersebut kedalam kantong plastik. Tetapi, kaleng tersebut terjatuh dan menggelinding kebelakang. Kaleng tersebut berhenti menggelinding ketika menabrak seorang pria yang berjalan dibaliknya. Tanpa melihat siapa yang ditabrak kaleng tersebut, Chelsea akan memungut kaleng tersebut.

“Aku tidak bermaksud membuang. Maaf,” ujar Chelsea membungkuk akan mengambil kalengnya tanpa melihat siapa yang didepannya.

“Waktu itu sendal, sekarang kaleng soft drink? Ceroboh sekali,” komentar orang yang ditabrak kaleng tersebut.

“Ini aku,” lanjut orang tersebut yang membuat Chelsea mendongak melihat siapa orang tersebut.

“Bagas,” ujar Bagas dengan percaya diri dan tersenyum ceria.

“Ada apa? Apa kau tidak bisa mengenaliku karena aku terlalu tampan?” canda Bagas sambil membuka topi yang ia kenakan.

“Aku bertanya-tanya kapan kau akan berbalik. Aku sudah mengikutimu sejak setengah jam yang lalu,” ujar Bagas.

Chelsea yang baru mengetahui Bagas mengikutinya sedari tadi, merasa lebih frustasi karena senyuman Bagas yang masih sama seperti dulu, menghangatkan. Chelsea sedang patah hati. Dia jadi ingat, dulu pun ia pernah sakit hati karena Bagas. Maka, Chelsea semakin tidak bisa membendung air matanya.

“Apa kau... menangis?” selidik Bagas melihat air mata Chelsea.

“Chelsea...” ujar Bagas mulai panik karena air mata Chelsea semakin deras keluar.

“Apa kau benar-benar menangis?” tanya Bagas sekali lagi semakin panik.

“Benar, aku menangis. Kalau bukan menangis, apa lagi namanya? Aku menangis. Aku bilang aku menangis!” teriak Chelsea masih dengan menangis kesal dengan pertanyaan Bagas. Chelsea pun berbalik dan berjalan meninggalkan Bagas.

“Hei! Kenapa tiba-tiba kau menangis?” tanya Bagas sambil berjalan mencoba menghentikan Chelsea yang terus berjalan.

“Apa karena waktu itu aku tidak berpamitan dan langsung pergi? Atau karena aku tidak meneleponmu tapi hanya mengirimimu pesan akhir-akhir ini?” celoteh Bagas masih mencoba menghentikan langkah Chelsea.

“Jadwalku padat! Aku benar-benar sibuk. Aku tidak bohong,” jelas Bagas yang mengira Chelsea menangis karena dirinya yang lama telah meninggalkan Chelsea setelah insiden ciuman tersebut.

Ucapan-ucapan Bagas tersebut, membuat Chelsea mengingatkan sikap Bagas dahulu.

-FLASHBACK-

Waktu itu, Chelsea dan Bagas sedang berdua menunggu jemputan bus sekolahnya.

“Chelsea, apa kau marah karena aku berjanji untuk menjemputmu tapi aku tidak datang menjemputmu?” ujar Bagas ketika Chelsea mencuekkan dirinya waktu itu.

-FLASHBAK END-

“Sama seperti saat dia berusia 16 tahun, dia mengakui sendiri hal-hal yang dia pikir kesalahan yang dilakukannya,” pikir Chelsea.

“Bodoh. Kenapa kau sama persis seperti yang dulu? Aku tidak menangis karenamu,” ungkap Chelsea sambil menghapus air matanya.

Saat itu, Bagas dan Chelsea berhenti tepat didepan sebuah minimarket yang buka 24 jam. Bagas yang tanpa penutup kepala sangat mudah dikenali. Ternyata didalam minimarket tersebut, ada beberapa fangirl’nya yang melihat Bagas dari dalam minimarket yang berdinding kaca. Mereka mengenali Bagas dan akan mendekatinya. Bagas yang menyadari sedang diperhatikan dari dalam minimarket pun menoleh dan semakin sadar bahwa fangirl tersebut mulai histeris dan akan menuju arahnya.

“Lari!” teriak Bagas sambil menggandeng Chelsea dan menyeretnya untuk berlari. Chelsea yang belum siap pun menjatuhkan kantong palstik yang ia bawa.

“Bagas! Berhenti!” teriak fans Bagas yang masih mengenakan seragam SMA’nya. Dan fans Bagas yang amsih sekolah ini memang terkenal dengan kegilaannya dalam mengejar Bagas.

“Berhenti, berhenti!” teriak yang lain.

Chelsea dan Bagas semakin kencang berlari masih dengan bergandengan erat. Sambil berlari, chelsea melihat wajah Bagas yang terlihat serius dalam berlari. Ini membuat Chelsea kembali mengingat masalalu.

-FLASHBACK-

Sehabis pulang sekolah, Chelsea dan Bagas berlari bergandengan erat dengan tersenyum riang. Bedanya waktu itu, Chelsea dan Bagas berlari untuk menghindari gerimis yang semakin deras. Dan mereka menikmati larian mereka dengan riang tanpa panik dikejar.

“Wow, menyenangkan rasanya~” teriak Bagas dengan masih berlari dan mulai menikmati guyuran hujan.

“Menyenangkan, kan?” tanya Bagas dengan tersenyum riang.
“Ya!” jawab Chelsea yang tak kalah senang karena hujan-hujan.

-FLASHBACK END-

“Cepat kejar!” teriak fans Bagas yang masih mengejar.
“Lewat mana mereka?” tanya yang lain.

“Lewat sini, lewat sini, lewat sini,” ujar si fans yang lari terdepan.

“Sial, seharusnya aku memfoto mereka!” keluh yang lain.

Akhirnya Bagas dan Chelsea berhasil mengelabuhi fansnya dengan bersembunyi dirimbunan pohon pagar. Chelsea masih memandangi Bagas yang melihat sekitar dan terlihat kelelahan.

“Dia ini terlihat seperti bintang idola Bagas Rahman Dwi Saputra dan juga, Bagas sahabat baik yang kukenal dulu,” ujar Chelsea dalam hati masih melihat Bagas dengan intens sambil tersenyum bahagia.

“Ada apa? Kenapa kau tersenyum?” tanya Bagas membalas pandangan aneh Chelsea ketika sadar Chelsea memandanginya denagn tersenyum.

“Tidak kenapa-kenapa,” jawab Chelsea masih dengan tersenyum. Dan Bagas tak memikirkannya karena Bagas lebih merasakan kelelahannya.

Akhirnya Bagas mengantar Chelsea sampai diapartemannya. Awalnya Chelsea melarang Bagas untuk mampir masuk kedalam apartemnnya. Namun Bagas berhasil membuat alasan ingin minta minum karena haus setelah berlari tadi. Akhirnya Chelsea mengijinkan Bagas untuk amsuk, namun setelah ia minum, ia harus segera pergi.

“Chinda~” teriak Chelsea mencari roomate’nya ketika sudah masuk kedalam apartemnnya.

Chelsea mencari Chindai dikamarnya, namun kamar itu kosong. Chelsea berniat mengirim pesan menanyakan keberadaan sahabatnya ini. Namun ia teringat bahwa setiap hari Sabtu, seperti hari ini, Chindai akan telat pulang karena berkumpul dengan teman-temannya dahulu. Chelsea pun mengurungkan niatnay untuk mengirim pesan. Ia kembali ke ruang depan dimana Bagas berada.

“Oh, jadi kau dan temanmu tinggal bersama? Rumah ini bagus sekali,” komentar Bagas sambil melihat-lihat apartemen Chelsea.

“Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang kau hanya boleh mampir sebentar,” ujar Chelsea yang masih melihat Bagas diapartemnnya.

“Jangan kejam begitu. Minumannya sudah terbuka. Aku akan pergi setelah selesai meminumnya. Kau juga duduklah,” ajak Bagas yang sudah duduk dikursi tamu aparteman Chelsea sambil membawa kaleng soft drink yang sudah terbuka yang ia ambil sendiri di almari es di dapur Chelsea.

“Tidak perlu,” ucap Chelsea kesal. Namun kemudian Chelsea duduk juga dengan jarak yang jauh dari tempat duduk Bagas.

“Rasanya canggung duduk bersamanya, duduk berdua saja,” batin Chelsea.

“Hei, apa... Apa itu?” tanya Bagas yang membuyarkan lamunan Chelsea sambil menunjuk keluar balkon, tempat jemuran pakaian dalam Chelsea dan Chindai.

“Jangan lihat. Aku akan membunuhmu kalau kau melihatnya!” ujar Chelsea denagn marah sambil berlari menutup balkon.

“Warna merah,” teriak Bagas mengoda Chelsea.

“Apa yang belang-belang itu milikmu?” teriak Bagas lagi denagn tertawa melihat tingkah Chelsea.

“Apa-apaan. Memalukan sekali,” batin Chelsea sambil memunguti jemurannya.

“Chelsea, Aku...” ujar Bagas melihat Chelsea dengan jemurannya menuju kamarnya.

“Kau, pulanglah. Sebentar lagi pasti Chindai pulang. Kau juga harus segera pulang” ujar Chelsea kesal.

Chelsea pun masuk kekamarnya dan melipat jemurannya. Ketiak memasukkan jemurannya kedalam alamari, Chelsea menemukan album foto almamater lamanya di rak buku dekat almari bajunya. Chelsea mengambil album foto tersebut dan melihat-lihatnya. Ia menemukan fotonya bersama Bagas. Chelsea memandangi foto tersebut dengan tersenyum.

Setelah selesai dengan urusannya dikamar, Chelsea pun keluar kamar untuk memastikan Bagas pergi belum.

“Apa? Apa dia benar-benar sudah pergi?” ujar Chelsea lirih dengan sedih karena tidak menemukan Bagas diruang tamunya.

“Chelsea,” panggil suara laki-laki yang dapat ia pastikan bahwa itu adalah Bagas.

Chelsea pun tersenyum dan kemudian menyembunyikannya ketika menoleh dan melihat Bagas didalam kamar mandinya.

“Aku mau mandi. Aku tidak tahan karena banyak berkeringat,” lanjut Bagas yang sudah berada masuk kamar mandi dan sekarng telah dipintu kamar mandi.

“Hei, apa-apan kamu! Beraninya kau mandi di rumah orang? Cepat keluar!” suruh Chelsea dengan keras.

“Kau mau aku keluar?” jawab Bagas enteng.

“Aku sudah melepas semua pakaianku,” lanjut Bagas yang memang terlihat hanya memakai handuk saja sebatas pinggangnya hingga lututnya.

“Awas kalau kau keluar, Gas! Kau akan menyesal seumur hidupmu!” teriak Chelsea sambil menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya.

“Senang sekali mendengarmu memanggilku ‘Gas’ setelah sekian lama,” komentar Bagas dengan ringan sambil masuk lagi kekamar mandi.

“Kupikir dia sudah pergi, tapi aku senang berjumpa dengannya lagi. Konyol sekali,” batin Chelsea sambil tersenyum.

“Dia berisik sekali...” komentar Chelsea yang kini tengah duduk menunggu Bagas diruang tamunya mendengar bagas menyanyi dikamarmandi.

“Lagu itu...” ujar Chelsea lirih mendengar lagu yang dinyanyikan Bagas.

“Benar,”
“itu lagu saat semuanya begitu rumit,” batin Chelsea melanjutkan dengan sedih.

“Sialan,” batin Chelsea dengan semakin sedih.

Karena nyanyian Bagas tersebut, Chelsea jadi teringat akan ciuman pertamanya dengan Bagas 4 tahun yang lalu.

-FLASHBACK-

Chelsea dan Bagas duduk dikursi belakang bus sekolah yang kosong. Mereka mendengarkan bersama sebuah lagu yang mereka dengarkan dengan sebuah earphone. Chelsea menikmati lagu dengan sibuk mengamati pemabdanagn luar. Sedangkan Bagas, terlihat duduk tidak nyaman dan kaku sambil sesekali memanadangi Chelsea.

Chelsea menoleh kearah Bagas, dan tiba-tiba sebuah ciuman mendarat dibibir Chelsea. Chelsea yang terkejut hanay terdiam. Lagu yang mereka dengarkan pun terus mengalun.

~~~ jika aku bukan jalanmu
ku berhenti mengharapkanmu
jika aku memang tercipta untukmu
ku kan memilikimu
jodoh pasti bertemu

andai engkau tahu betapa ku mencinta
ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya ~~~

Chelsea mulai tersadar ketika merasakan sesuatu menyentuh dadanya ketika Bagas menciumnya. Chelsea melepaskan sentuhan bibirnya. Kemudian melihat kebawah dan melihat tanagn Bagas yang sedikit menyenggol dada Chelsea.

“Uh... aku tidak bermaksud seperti itu...” bantah Bagas menyadari apa yang dipikirkan Chelsea.

Chelsea tanpa kata-kata meninggalkan Bagas dan meminta berhenti kepada supir bus. Bagas memanggil-manggil Chelsea, namun Chelsea tidak mengacuhkannya dan tetap turun tanpa sekalipun memandang Bagas lagi. Setelah bus melaju dari tempat Chelsea turun, dan Bagas tidak mengikutinya untuk turun, Chelsea melihat bus itu pergi dan mulai menangis. Chelsea hanay bisa memaki Bagas dalam hati.

-FLASHBACK END-

“Itu saat terburuk dalam hidupku. Itulah adalah akhir dariku dan Bagas, sahabat SMP’ku,” Chelsea mengingat dan mulai menangis kembali.

~~~ andai engkau tahu betapa ku mencinta
ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya ~~~

Chelsea terus menghindar dari Bagas setelah kejadian itu. Dan itulah mengapa Chelsea dan Bagas bisa terpisah.

“Begitulah kami terpisah. Cinta pertamaku juga berakhir,” batin Chelsea dan air matanya semakin deras keluar.

Kini Chelsea duduk lesehan di ruang tamunya sambil meminum soft drinknya. Sudah ada beberapa kaleng soft drink yang kososng dihadapannya. Dan airmata Chelsea yang keluar semakin dears keluar.

“Oh, sekarang aku merasa segar,” ujar Bagas dengan ceria yang sudah memakai kembali bajaunya keluar dari kamar mandi.

“Hari ini, aku...” ucapan Bagas terpotong ketika sebuah kaleng soft drink mengenai tubuhnya.

“Dasar brengsek,” ujar Chelsea dengan lemah dan masih menangis.

“Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau melakukannya padaku? Cinta pertamaku... Ciuman pertama yang kutunggu. Kau menghancurkan semuanya, dasar mesum,” celoteh Chelsea mengeluarkan unek-uneknya dengan marah dan menangis.

“Maafkan aku, Chelsea,” ujar Bagas menyesal dan langsung berlutut dihadapan Chelsea tahu apa yang sedang dibicarakan Chelsea.

“Aku salah. Kita masih sangat muda waktu itu. Bahkan sebelum aku menyadari kalau... Itu salah,” aku Bagas dengan raut muka sangat menyesal.

“aku tidak...bermaksud menyakitimu,” ujar Bagas dengan terbata-bata menyesal.

“Aku sungguh minta maaf,”pinta Bagas dengan sangat memohon.

“Pergi! Pergi brengsek! Pergi,” suruh Chelsea dengan memukul-mukul dada Bagas yang sekarang berada sejajar dihadapannya.

“Maafkan aku. Sungguh. Maafkan aku karena tidak turun dari bus untuk mengejarmu. Maafkan aku karena tidak meneleponmu setelah kejadian itu. Dan baru mengatakannya setelah sekian lama. Aku sungguh minta maaf,” ujar Bagas lirih dengan muka menyesal.

Bagas tetap tidak meninggalkan Chelsea walau Chelsea menyuruhnya untuk pergi. Bagas masih meminta maaf pada Chelsea hingga ratusan kali walau Chelsea hanya mencuekkannya dan masih menangis. Sesekali Bagas menghibur Chelsea dan lama-lama Bagas menggoda Chelsea yang masih menangis. Dan lama-kelamaan, Chelsea mulai luluh dan mulai tersenyum menikmati candaan Bagas.

Tiba-tiba ponsel Chelsea berdering, ada pesan masuk disana. Saat itu, Bagas sudah duduk tertidur disampingnya. Chelsea pun sebenarnya sudah terdtidur dan dengan hanya setengah sadar membuka pesan yang baru saja masuk.

From: Chindai
To: Chelsea
Tadi sore Bagas........ ||

---FLASHBACK END---

“Aku hanya ingat sampai disitu. Kupikir Chindai membicarakan Bagas,” Chelsea mengingat dan sesekali melihat pria yang tepat dihadapannya.

“Ingatanku... Aku yakin dengan apa yang kulihat. Aku berusaha mengingatnya. Ingatlah. Kau pasti bisa mengingatnya,” batin Chelsea sangat berusaha menyakinkan dirinya untuk mengingat apa yang terjadi semalam.

“Tadi sore, Bagas pingsan tadi sore,” Chelsea ingat akan pesan yang ditulis Chindai.

“Apa? Pingsan?” teriak Chelsea dlam hati.

Bagas semakin mendekatkan wajahnya kepada wajah Chelsea. Ia hendak mencium Chelsea. Namun dengan tiba-tiba, Chelsea berujar yang menghentikan langkah Bagas.

“Tunggu. Tunggu sebentar,” ujar Chelsea tiba-tiba yang mengagetkan Bagas.

Bagas pun menghentikan wajahnya yang semakin mendekati wajah Chelsea. Chelsea kemudian menarik lengan tangan kiri Bagas. Ia menjulurkan lengan Bagas dan melihat siku atas Bagas yang terdapat sebuah perban kecil penutup suntikan.

“Ini bekas suntikan jarum, kan? Seharusnya kau berada di rumah sakit? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Chelsea tanpa henti dan dengan khawatir.

“Kenapa kau kemari menemuiku?” belum juga dijawab, Chelsea sudah bertanya lagi masih dengan khawatir. Namun Bagas yang ditanya hanya tersenyum melihat tingkah Chelsea yang khawatir padanya.

“Apa-apaan ini? Kenapa dia malah tertawa?” batin Chelsea mulai curiga.

“Apa kau tahu kau sudah menanyakannya dua kali?” jawab Bagas dengan wajah senang.

“Aku baru saja menjawabnya,” lanjutnya

“Hah?” ekspresi Chelsea yang bingung.

“Aish! Apa aku menanyakannya saat aku tidur setengah sadar semalam?” keluh Chelsea mengutuki dirinya.

“Kudengar kau mengeritingi rambutmu. Kupikir terjadi sesuatu. Aku khawatir,” ujar Bagas yang dengan mulai khawatir dengan Chelsea.

“Hei. Khawatirkan saja dirimu sendiri,” jawab Chelsea mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Kau ingin tanya kenapa aku mengkhawatirkanmu?” ujar Bagas dengan teduh dan memegang jemari Chelsea yang duduk dihadapannya.

“Karena aku menyukaimu,” lanjut Bagas dengan serius yang membuat Chelsea terkejut dan mematung.

“Aku menyukaimu. Ya, Hanya Kamu,” Bagas mengulanginya sekali lagi meyakinkan apa yang didengar Chelsea adalah nyata.

“Aku ingin datang menemuimu sebelumnya tapi, aku tidak punya keberanian,” aku Bagas kepada Chelsea dengan intens memandangi amat Chelsea.

Chelsea masih membisu mendengar pengakuan Bagas. Ia masih mematung dengan pikirannya. Chelsea mulai ingat apa yang terjadi. Ia mulai tersadar.

“Kurasa sekarang aku mengerti, apa yang terjadi,” batin chelsea.

“Ada lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Bagas dengan ceria setelah melihat wajah Chelsea tidak lagi kebingungan.

“Apa kau yakin?” goda Bagas pada Chelsea.

Dan mereka pun melanjutkan adegan yang tertunda tadi. Bagas mulai mendekatkan bibirnya kembali pada bibir Chelsea. Bagas mulai mencium Chelsea dengan lembut. Dan Chelsea pun menerima dan membalas ciuman Bagas yang lembut itu.

“Aku ingin mengingat setiap momen ini,” batin Chelsea dengan gembira.

*

“Ahh, aku pasti sudah gila! Bagas-ku sakit tetapi aku malah pergi dugem,” keluh Chindai didepan apartemannya yang pagi itu baru pulang.

“Besok, aku akan datang menjengukmu di rumah sakit,” lanjut Chindai sambil menekan password pintu apartemennya.

Sedangkan yang didalam sana, masih asik berpanggutan bibir.

-TBC-

NB:
Thanks to Team @ Viki, especially Baby-Jenie @ Subscene. J

Membingungkan gak?
Kan dah diperingatin, alurnya maju-mundur.
Dan didalam part ini, ada 2 flashback singkat, didalam sebuah flashback panjang.
Waspadalah! Waspadalah! :D

Comments’nya masih ditunggu ya.
Makasih ^^

No comments:

Post a Comment