Sunday 6 April 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 7]

*Ditaman belakang Istana

Sore itu, Pangeran George telah meninggalkan istana. Chelsea pun sudah terbebas dari tugasnya, dan tengah bersantai ditaman belakang. Rafa yang melihatnya pun, datang menghampiri.

"Mempunyai teman sepertimu yang tanpa pamrih, aku sangat nyaman," ujar Chelsea ramah.

"Aku bukannya melakukan semua ini tanpa pamrih," ucap Rafa dengan raut sedih dan serius.

"Apa maksudmu?" tanya Chelsea dengan penasaran.

"Walaupun sekarang aku bukan yang menjadi suamimu, namun aku pernah menjadi tunanganmu," ungkap Rafa.

"Tunangan?" ucap Chelsea dengan heran.

"Kamu bukan tipe yang ideal sebagai seorang putri. Aku mencoba melupakanmu berulang kali," ujar Rafa yang kemudian menarik napas panjang.

"Orang pertama yang ditunangkan dengan mu sebenarnya bukan Bagas, tapi aku," ungkap Rafa yang disambut muka kaget Chelsea.

"Ini semua berubah ketika ayahku yang waktu itu merupakan Putra Mahkota meninggal. Namun kuharap kamu dapat mengingat itu, walaupun sekarang hal tersebut tidak mungkin terjadi," lanjut Rafa.

"Jika saja takdir tidak mempermainkan kita, maka seharusnya bukan Bagas yang menjadi suamimu, tapi aku, Rafa," pungkas Rafa.

*Di Jogja

CP Bagas tengah sendirian dikamarnya dan memeriksa handphone-nya ketika Sekertaris Istana masuk. Dan C P Bagas pun buru-buru menaruh hp'nya kedalam saku.

"Yang mulia, besok pagi pukul 7 kita akan meninggalkan hotel," lapor Sekertaris istana.

"Baiklah," jawab Bagas singkat. Namun sekertaris Istana belum pergi juga.

"Apa ada lagi?" tanya CP Bagas lagi.

"Maaf Yang Mulia, apa yang perlu saya persiapkan untuk menjadi oleh-oleh untuk CP Chelsea?" tanya  Sekertaris Istana.

"Terserah kamu saja," ucap CP Bagas singkat sambil berjalan meninggalkan Sekertaris Istana namun kemudian terhenti ketika menyadari ekspresi muka Sekertaris Istana yang tersenyum-senyum.

"Kenapa ekspresimu seperti itu?" tanya CP Bagas.

"Hari ini Putri Mahkota sudah menelepon beberapa kali. Tolong jangan sungkan," ujar Sekertaris Istana.

"Ya, aku tahu," jawab CP Bagas dengan ekspresi muka yang kikuk.
"Lakukan apapun yang terlintas dalam pikiran Anda. Itu adalah jalan terbaik untuk mengekspresikan perasaan Anda," lanjut Sekertaris Istana yang kemudian meninggalkan CP Bagas sendirian.

*Didepan rumah Chindai

Malam itu, Josia mengantar pulang Chindai setelah Chindai dari tempat yoga P.Shilla. Sampai didepan rumah Chindai, Josia dan Chindai berbincang serius.

"Apa kamu sudah mengakhiri perasaanmu kepada Bagas? Kamu dan Bagas... Hubungan diantara kalian berdua..." tanya Josia dengan tiba-tiba ketika mobil baru berhenti tepat didepan rumah Chindai.

"Apa yang ingin kamu coba katakan sekarang?" ujar Chindai mulai kesal sambil melepaskan safetybelt'nya .

"Apa kamu tidak paham? Bukankah kalian berdua sudah melakukan perjalanan perpisahan kalian?" ucap Josia dengan terlihat santai namun serius.

"Perjalanan perpisahan?" tanya Chindai dengan penasaran.

"Ya, benar. Bagas seharusnya juga berpikir seperti ini juga. Dia seharusnya sudah menata hatinya. Teman keluarga atau apalah itu. Aku pikir aku tahu apa tujuanmu. Tapi, aku tidak ingin hidupmu menjadi sangat rumit," ungkap Josia.

"Jadi kamu memberiku peringatan?" tanya Chindai dengan ekspresi meremehkan.

"Ya, sebuah peringatan," jawab Josia dengan lebih serius.
"Bagas sudah menikah. Ini sudah berakhir. Berpikiran seperti kamu akan mendapatkannya kembali, hanya akan membuatmu sakit hati," pungkas Josia karena kemudian Chindai keluar dari mobilnya tanpa pamitan dan masuk kedalam rumahnya.

*Diruang makan Royal Couple

Chelsea tengah makan malam sendirian ditemani dengan dayang Misel, dayang Dinda dan dayang Ocha yang melayaninya. Namun Chelsea terlihat sangat lesu dan malas makan.

"Yang Mulia, apa makanannya tidak cocok dengan selera Anda?" tanya dayang Misel. Dan Chelsea hanya memandang kursi didepannya yang biasa diduduki oleh Bagas namun saat itu kosong.

"Apa ada sesuatu yang ingin Anda makan?" lanjut dayang Misel yang dijawab oleh Chelsea dengan gelengan.

"Aku selesai. Aku sudah kenyang," jawab Chelsea singkat sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Yang Mulia, apa Anda baik-baik saja?" tanya dayang Ocha.

"Aku hanya butuh istirahat, mungkin karena tadi terlalu lelah menamani Pangeran George berkeliling istana," ungkap Chelsea yang kemudian berjalan menuju kamarnya.

*Pagi hari diarena panahan istana

King Cakka tengah berjalan-jalan pagi hanya ditemani oleh para dayangnya yang mengawalnya dari jauh. King Cakka tengah memandangi arena panahan yang terhampar luas didepannya. Tiba-tiba Putri Shilla
menghampirinya.

"Selamat pagi, Yang Mulia," sapa ramah P.Shilla dari belakang dan berjalan mendekat menuju king Cakka. King Cakka pun menoleh kepadanya.

"Kabarmu baik-baik sajakan, Putri Shilla?" sapa King Cakka dengan canggung dan hanya dijawab anggukan oleh P.Shilla.

"Bisakah kita berjalan-jalan bersama, yang Mulia? Pagi ini cuacanya cerah, ayo cari udara segar bersama," ajak P.Shilla kepada King Cakka.

King Cakka bersama P.Shilla telah sampai disebuah gardu pandang tua dikomplek istana. Para dayang menunggu Raja dari kejauhan. Dan King Cakka pun hanya berdua mengobrol dengan P.Shilla.

"Kami semua khawatir denganmu dan juga Pangeran Rafa ketika kalian tidak berada disini. Pasti sulit untuk kalian hidup berdua ditempat yang asing. " ujar King Cakka sambil melihat pemandangan sekitar.

"Apakah, Anda tahu kenapa saya kembali kesini?" tanya P.Shilla dengan serius. King Cakka pun menoleh melihatnya.

"Ini adalah waktunya. Waktunya untuk mengembalikan mahkota kepada pemilik sebenarnya. Tolong kembalikan mahkota tersebut kepada Pangeran Rafa," ucap P.Shilla.

"Mengembalikan?" tanya king Cakka dengan tanpa ekspresi.

"Maksudku adalah untuk menghormati Putra Mahkota yang meninggal sebelum Anda diangkat sebagai penggantinya," jelas P.Shilla dengan tetap serius.

"Apa yang kamu inginkan tersebut, juga merupakan keinginanku yang sudah lama aku pikirkan. Namun hal tersebut sulit untuk dilaksanakan dengan cepat. Membicarakan tentang pengalihan pewaris tahta, adalah hal yang sangat sensitif dan berbau politik. Banyak prosedur yang harus dibahas dengan tetua, hal tersebut tidak dapat kuputuskan sendiri," ujar King Cakka dengan serius dan berjalan berpaling akan meninggalkan P.Shilla.

"Kakak... Maaf kan aku, kakak." panggil P.Shilla dengan tiba-tiba.

"Kakak ipar," ucap King Cakka dengan menyentak sambil berpaling menghadap P.Shilla kembali.

"Tidak, Putri Shilla," ucap King Cakka sambil buru-buru membenarkan panggilannya untuk P.Shilla.
"Tolong jangan begini, Putri Shilla," ujar King Cakka dengan lebih tenang.

"Waktu berlalu dengan cepat dan penuh kebohongan. Sudah berapa banyak pagi dimusim semi yang indah ini datang dan pergi? Untuk semua keinginanku, aku sudah merasakan dihargai, ditekan dan dibuang. Kehidupan bukan digunakan untuk hidup, tapi mereka malah menggunakan untuk menghilang, bukan? Kenapa aku sangat bodoh? Waktu itu... perasaanku untukmu adalah nyata, kak," ungkap P.Shilla dan King Cakka pun hanya terdiam.

King Cakka tengah termenung sendirian digardu pandang tersebut sambil melihat pemandangan ketika Queen Agni datang.

"Yang Mulia, apa yang anda lakukan disini sendirian?" sapa Queen Agni dari belakang. King Cakka yang menghadap ke alam pun berbalik menghadap Queen Agni dan berjalan mendekatinya.

"Oh, Ratu... Ratuku," ucapnya sambil berjalan menuju kepada Queen Agni.

"Ini waktunya Anda meminum obat, aku sudah mencarimu sedari tadi Yang Mulia," ujar Queen Agni dengan ceria.

"Tapi, apa yang Mulia lakukan sendirian  disini?" tanya Queen Agni dengan penasaran.

"Aku hanya berjalan-jalan pagi," jawab King Cakka singkat.

"Ya, ini pagi yang cerah," tambah Queen Agni dengan tersenyum.

King Cakka pun berjalan keluar dari gardu pandang tersebut. Queen Agni terdiam sebentar ketika ia melihat P.Shilla berjalan dikejauhan seperti dari arah gardu pandang. Raut muka Queen Agni pun berubah manjadi cemberut ketika mencurigai bahwa P.Shilla baru dari tempat ini. King Cakka yang baru berjalan beberapa langkah menyadari Queen Agni tidak mengikutinya. King Cakka menoleh dan melihat ekspresi muka Queen Agni yang menoleh. King Cakka pun berbalik dan dapat melihat P.Shilla yang berjalan menjauh dari gardu pandang tersebut. King Cakka pun sadar apa yang membuat raut muka Queen Agni berubah namun ia hanya diam saja.

*Pagi hari dikamar CP Chelsea

CP Chelsea masih dengan selimut yang menutupi tubuhnya, masih terbaring dengan nyenyaknya. Para dayangnya khawatir dengan kondisi CP Chelsea ini. Dayang Misel pun datang ingin memberitahu bahwa sudah saatnya menghadap Ibu Suri Ira untuk melakukan penghormatan pagi hari.

Namun dayang Misel malah mendapati , muka CP Chelsea yang pucat dan sudah terbangun. Dayang Dinda dan Ocha pun membawakan sarapan CP Chelsea kedalam kamarnya. Dayang Misel menemani CP Chelsea yang terlihat pucat dan mencoba makan sarapannya dengan tidak lahap.

Siang harinya, keadaan CP Chelsea lebih membaik. Ia terbangun dari tidurnya dan melihat dua dayangnya, dayang Dinda dan Ocha, juga ikut tertidur dikursi samping tempat tidurnya. Kemudian, CP Chelsea berjalan keluar kamarnya tanpa membangunkan kedua dayangnya. . Ia berada diteras kediamannya termenung sendirian. Tidak begitu lama, ia akan masuk kekediamannya kembali. Namun, ia tiba-tiba berhenti tepat dipintu. Kemudian CP Chelsea menoleh ketika dari luar ada seseorang yang menuju arahnya. Setelah melihat siapa yang berada dibelakangnya yang semakin mendekat, ia pun berbalik kembali dan terdiam.

"Ada apa... apa kamu sakit? Atau, kamu keluar untuk menyambutku kembali kerumah?" tanya lelaki yang mendekat kearahnya tersebut.

"Kalau begitu, biarkan aku mendekat untuk melihat wajahmu," lanjut lelaki itu yang ternyata CP Bagas sambil berjalan mendekati Chelsea.

"Berhenti disana," ujar Chelsea cepat tetap tanpa melihat CP Bagas.

"Tetap disana," lanjut Chelsea dengan suara lebih keras ketika CP Bagas tetap maju menuju arahnya. Chelsea masih belum menoleh untuk melihat CP Bagas, bahkan ia berjalan maju untuk menghindari CP Bagas.

"Jika kamu maju lagi, aku akan memukulmu," ucap Chelsea yang mulai menangis.

"Itu sedikit membuat kecewa," ujar CP Bagas dengan tersenyum dan tetap dibelakang Chelsea.
"Tidak mengijinkan suamimu yang pergi jauh untuk beberapa hari mendekatimu, Tidakkah kamu menonton sinetron? Disaat seperti ini, kamu seharusnya bertanya banyak hal tentang kegiatan suamimu. Penuh rasa curiga dan cemburu ketika suamimu pergi," lajut CP Bagas masih dengan santai dan seperti menggoda Chelsea.

"Melihat kamu membuat nafsu makanku hilang. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, kamu egois. Kamu tidak peduli dengan perasaan orang lain. Kamu orang yang paling memuakkan," ujar Chelsea dengan semakin menangis mengeluarkan emosinya. Chelsea masih membuang muka dari hadapan CP Bagas dan terdiam dengan berdiri. CP Bagas yang ada dibelakangnya hanya tersenyum mendengar ucapan Chelsea. Kemudian ia berjalan maju mendekati Chelsea dan menyentuh bahu Chelsea dari belakang. Lalu menolehkan Chelsea sehingga posisi mereka sekarang berhadapan.

"Aku tahu. Aku pikir, untuk selanjutnya kita harus pergi bersama," ujar CP Bagas menenangkan Chelsea. Lalu CP Bagas pun memeluk Chelsea yang terdiam dan semakin menangis dipelukannya.

Ternyata, dayang Dinda dan Ocha terbangun karena teriakan CP Chelsea tadi. Mereka tersenyum tersipu ketika dengan mengintip dari kamar CP Chelsea akhirnya melihat CP Bagas memeluk CP Chelsea. Dan ternyata tidak hanya dayang Dinda dan Ocha yang melihat pelukan tersebut, dayang Misel dan juga Sekertaris Istana yang tengah berada diruang makan Royal Couple pun ikut tersenyum senang melihat bagaimana CP Bagas menenangkan CP Chelsea.

*Dikamar CP Bagas

CP Bagas tengah berada dimeja kerjanya ketika Sekertaris Istana menghampirinya membuah sebuah kotak kecil yang diletakkan dimeja CP Bagas.

"Apa ini?" tanya CP Bagas denagn cuek.

"Ketika saya mempersiapkan oleh-oleh untuk para tetua, saya juga telah mempersiapkan hadiah sederhana untuk CP Chelsea," jelas Sekertaris Istana.

"Letakkan saja dikamarnya," ujar Bagas dengan sok gak peduli.

"Yang Mulia, Anda harus memberikannya sendiri," saran Sekeertaris Istana dengan tersenyum.

"Kalau Anda pergi sendiri, hanya dengan mengucapkan kata maaf kepada CP Chelsea, maka semua persaan kecewanya akan hialng seperti sebuah asap. Cara ini kan memperbaiki hubungan seorang suami dengan istri," jelas Sekertaris Istana.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan," ujar CP Bagas yang masih pura-pura cuek namun mulai melirik kotak tersebut.

"Baiklah, aku mengerti," lanjut CP Bagas sambil mengambil kota tersebut dan membukanya. Ternyata, isi kotak tersebut adalah sebuah kalung dengan liontin yang berbentuk sebuah bintang yang menempel pada bulan sabit.

*Dikamar CP Chelsea

CP Bagas pun menuju kamar CP Chelsea yang tengah kosong tak berpenghuni. CP Bagas dengan perlahan-lahan masuk kedalam kamar CP Chelsea dan menaruh kotak tersebut diatas tempat tidur CP Chelsea. CP Bagas melangkah dengan hati-hati seperti sedang bersembunyi agar orang lain tidak mengetahui apa yang ia lakukan. Namun kemudian, Bagas mendengar suara berisik dari depan kediaman mereka. Bagas pun menebak suara berisik itu dari suara Chelsea bersama para dayangnya yang akan menuju kediaman mereka. Bagas pun buru-buru keluar dari kamar Chelsea.

Chelsea telah masuk kamarnya sendiri. Ia menuju tempat tidurnya dan ia menemukan sebuah kotak diatas tempat tidurnya. Ia pun mengambilnya dan melihat apa isinya. Ia tersenyum ketika mengetahui isi kotak tersebut yang ternyata adalah sebuah kalung beserta sebuah liontin. Chelsea pun menghambur keluar kamarnya dan langsung menuju kamar Bagas.

Dikamar Bagas, Bagas yang masih menenangkan dirinya karena tadi bertingkah seperti sedang bersembunyi pun kaget dengan kehadiran Chelsea dikamarnya.

"Terimakasih," ucap Chelsea tiba-tiba sambil memperlihatkan kalung tersebut dihadapan Bagas yang tengah duduk dikursi kerjanya.

"Ini sangat cantik, aku suka. Apa liontin ini terbuat dari berlian? Sangat berkilau. Tentunya ini mahal," celoteh Chelsea yang hanya dicuekin Bagas.

"Apa kamu mau memakaikannya?" tanya Chelsea.

"Seharusnya kamau meminta itu kepada Sekertaris Istana," ujar Bagas cuek.

"Kenapa?" tanya Chelsea penasaran.

"Semua hadiah yang aku bawa adalah hadiah-hadiah yang disiapkan oleh sekertaris Istana. Termasuk hadiah-hadiah dari tetua dan hadiahmu itu," ujar Bagas sambil tersenyum.

Chelsea yang mendengarnya pun jadi kesal. Ia memanyunkan bibirnya menghadap Bagas. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, ia meninggalkan Bagas yang hanya tersenyum.

*Disebuah restoran

Siang itu, P.Shilla tengah makan siang dengan editor Sion dan beberapa orang penting dipemerintahan. Dari percakapan mereka, dapat diketahui bahwa orang-orang tersebut adalah sahabat mendiang Crown Prince yang dahulu yang merupakan suami P.Shilla. Dan mereka ingin membantu P.Shilla mendapatkan posisinya sebagai Queen dan Rafa sebagai Crown Prince.

"Aku dengar CP Bagas sudah pulang?" tanya P.Shilla setelah tamu yang lain sudah pergi.

"Benar yang mulia, dan aku ingin menunjukkan foto-foto ini," ujar editor Sion sambil memberikan beberapa foto kepada P.Shilla.

P.Shilla pun menerima foto-foto tersebut dan memperhatikannya. Foto-foto tersebut adalah foto-foto kebersamaan CP Bagas dan Chindai sewaktu di Jogja.

*Malam hari dikamar King & Queen

Malam itu, King Cakka resah tidak dapat tidur. Kemudian king Cakka pun bangun dan hanya duduk diranangnya. Queen Agni yang khawatir pun membuatkan teh untuk suaminya.

"Apa Yang Mulia tidak bisa tidur lagi?" tanya Queen Agni yang hanya dijawab dengan anggukan oleh King Cakka.

"Yang Mulia, bila setiap malam begini terus, Anda hanya akan sakit," ujar Queen Agni menandakan King Cakka tidak hanya malam ini untuk sulit tidur.

"Disetiap malamku, aku selalu merasa bersalah kepada kakakku yang sudah tiada. Aku selalu teringat kepadanya," ungkap King Cakka.

"Yang Mulia, hal itu bukan kesalahan Yang mulia. Mungkin ini sudah takdir untuknya, untuk meninggalkan kita," ucap Queen Agni.

"Walau begitu, aku merasa bersalah sebagai saudaranya, yang tidak bisa melindunginya. Aku bersalah menempati posisinya sebagai Raja," keluh King Cakka.

"Tapi Yang mulia, ini semua sudah sesuai aturan kerajaan kita. Dan walau sekarang Anda yang menjadi raja, namun tetap yang menjadi Raja adalah kakak yang mulia dalam hatimu, bukan?" hibur Queen Agni yang hanya disambut diam King Cakka.

"Dan aku akan selalu disisi Yang Mulia untuk meringankan beban Yang Mulia. Kita hadapai berdua. Bukankah itu lebih baik dari pada Anda hadapi sendiri rasa bersalah tersebut? Semoga yang mulia dapat merasakan kehadiran hamba juga," pungkas Queen Agni dengan nada sedih dan kemudian bersiap kembali tidur.

*Malam hari dikamar CP Bagas

CP Bagas tengah bersantai membaca sebuah novel sambil tiduran ditempat tidurnya. Chelsea dengan perlahan-lahan mengetuk pintu kamar CP Bagas dan kemudian masuk menuju tempat tidur CP Bagas.

"Apa yang kamu lakukan, pangeran? Bukankah malam ini terasa dingin? Walau pun aku sudah meminum obat flu, tetap saja masih terasa dingin," ujar Chelsea yang terpotong karena bersin dan Chelsea pun telah duduk disofa samping ranjang CP Bagas dengan hidungnya yang memerah menandakan ia kedinginan. Bagas yang mendengar Chelsea bersin pun hanya memandangnya sejenak.

"Ruangan mu terasa hangat, tidak seperti kamu," sindir Chelsea.

"Apa kamu kesini hanya untuk menulariku flu-mu?" tanya Bagas dengan jutek.

"Bagaiman kamu berkata seperti itu?" ungkap Chelsea yang kemudian terpotong lagi karena bersinnya.

"Mau naik kesini?" tawar Bagas yang kemudian menggeser posisinya ditempat tidur dan membuka selimutnya untuk tempat Chelsea.

"Apa?" ucap Chelsea kaget.

"Berakting seperti kita tidak pernah tidur satu ranjang saja," celoteh Bagas.

"Dibawah ranjang ini sudah dikasih kasur yang ada penghangatnya, jadi disini hangat," jelas Bagas.

"Tapi tetap saja," tolak Chelsea, "Tapi, bolehkah?" lanjut Chelsea malu-malu.

"A, disini hangat," komentar Chelsea setelah naik keranjang Bagas. Bagas hanya melihatnya dan tersenyum. Chelsea pun memposisikan tidur terlentang dengan selimut disamping Bagas yang hanya duduk bersandar dengan bantal diranjang tersebut.

"Tapi, aku mendengar entah darimana, apa benar seharusnya aku menikah dengan Rafa?" tanya Chelsea tiba-tiba yang mengubah raut muka Bagas.

"Kakekku berjanji akan menjodohkan kamu dengan cucunya yang akan menjadi putra mahkota kemudian akan menjadi Raja waktu itu. Waktu itu, bukan aku cucunya yang akan menjadi Raja, namun Rafa. Kamu hanya akan menjadi calon istrinya pada masa itu saja," jelas Bagas dengan penuh penekanan disetiap kata-katanya.

"Baiklah. Setelah mendengar itu, aku jadi sedikit malu kalau bertemu dengannya," ujar Chelsea yang mulai memejamkan matanya.

"Kenapa? Kamu menyesal sekarang?" ucap Bagas dengan kesal dan menutup bukunya dengan keras.

"Jika kamu menyesal, kenapa kamu tidak~" ujar Bagas dengan nada emosi namun terpotong ketika menoleh kearah Chelsea yang berada disampingnya sudah tertidur.

Bagas pun hanya terdiam memandangi Chelsea yang ternyata sudah tertidur disampingnya. Bagas pun mendekatkan posisi duduknya agar lebih dekat kepada Chelsea. Bagas mulai membelai lembut rambut Chelsea dan semakin mendekatkan posisinya hingga mendekat dengan Chelsea. Bagas melingkarkan tangannya diatas kepala Chelsea dan dia pun mengecup kening Chelsea dan terus memandangi Chelsea yang tengah tertidur.

Hingga suara berisik terdengar diluar. Dan hingga dayang Dinda dan Ocha pun membuka pintu CP Bagas tanpa pemirsi. Dayang Dinda, Ocha dan 2 dayang yang merupakan dayang Queen Agni pun terdiam terkejut melihat posisi tidur CP Bagas yang melingkarkan lengannya diatas CP Chelsea yang tengah tertidur. Dan dari belakang para dayang muncul Queen Agni yang datang dengan raut muka marah, namun kemudian terdiam melihat tingkah anaknya tersebut.

CP Bagas yang tengah terpesona oleh Chelsea yang sedang tidur ikut terkaget melihat banyak orang dipintu kamarnya. Dia pun dengan salah tingkah buru-buru membenarkan posisinya yang menjadi terduduk bersila diatas ranjang dan menyenggol-nyengol Chelsea agar terbangun. Chelsea pun akhirnya terbangun dengan salah tingkah melihat Queen Agni yang sudah berada dikamar CP Bagas. Awalnay Chelsea ingin kabur, namun buru-buru Chelsea membenarkan posisinya yang tadinya terlentang menjadi duduk rapi diatas ranjang CP Bagas.

Setelah terdiam beberapa saat, Queen Agni pun menyuruh para dayangnya meninggalkan mereka. Dan para dayang pun bergegas pergi. Sekarang, hanya tinggal Queen Agni, CP Bagas dan CP Chelsea yang berada didalam kamar tersebut.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Queen Agni.

"Ini bukan seperti itu..." jelas CP Chelsea dengan takut namun terpotong oleh CP Bagas.
"Apa yang Anda maksud dengan apa yang kami lakukan?" ujar CP Bagas memotong ucapan CP Chelsea dengan nada keras.

"Ini merupakan kediaman kami, bagaimana Anda bisa seenaknya masuk kekediaman kami? Walau Anda seorang Ratu, bukankah seharusnya Anda mematuhi tatakrama yanga ada? Dan kami tidak melakukan apa yang Anda pikirkan, jadi janganlah cemas. Yang aku lakukan hanya agar membuatnya hangat" lanjut CP Bagas semakin meninggikan suaranya, Chelsea yang mendengarnya pun merasa takut akan sikap CP Bagas kepada Queen Agni.

"Putra Mahkota, apa kamu pikir kamu mempunyai hak untuk meneriakiku begitu?" bentak Queen Agni dengan keras sambil akan membanting koran yang ia bawa namun diurungkan niatnya setelah menyadari CP Chelsea masih berada dikamar tersebut.

"Putri Mahkota, tolong pergi keluar dulu," perintah Queen Agni sambil mengontrol dirinya.

"Baik," ujar CP Chelsea dengan cepat sambil berlari keluar dari kamar CP Bagas menuju kamarnya.

Setelah memastikan CP Chelsea masuk kamarnya dengan mendengar pintu kamar CP Chelsea tertutup lagi, CP Bagas baru mulai berujar.

"Apa yang ingin Anda bicarakan denganku?" tanya CP Bagas yang masih duduk ditempat tidurnya.

"Ini adalah gosip yang ditulis oleh koran di Jogja," ucap Queen Agni sambil meletakkan koran yang ia pegang sedari tadi dimeja kamar CP Bagas. CP Bagas mulai diam tertegun dan menyadari masalah apa yang akan ia hadapi. CP Bagas mulai beranjak dari tempat tidurnya, berjalan menuju meja dan mengambil koran serta membacanya. Raut mukanya sangat terkejut dengan headline serta foto yang terpampang dikoran tersebut. Ada sebuah foto dari sudut belakang dimana CP Bagas berlari sambil berpegang tangan dengan seorang wanita yang tak nampak wajahnya. Dan headline koran tersebut 'Putra Mahkota B tertangkap kamera sedang berlibur dengan seorang wanita'.

"Apa berita itu benar? Kenapa kamu lakukan ini!? Ini adalah waktunya dimana semua orang memperhatikan gerak-gerikmu. Bagaimana kamu bisa melakukan hal semacam ini?" tanya Queen Agni dengan marah dan frustasi.

"Putra Mahkota, sebaiknya kamu segera menghadap kepada para tetua. Dan jelaskan apa yang terjadi sebenarnya," perinta Queen Agni yang masih kesal sambil meninggalkan kamar CP Bagas.

CP Bagas juga terlihat sangat frustasi. Ia membanting koran yang dipegangnya. CP Chelsea yang melihat Queen Agni meninggalkan kamar CP Bagas dengan marah pun penasaran dan segera pergi menuju kamar CP Bagas kembali.

"Ada apa dengan Ratu?" tanya CP Chelsea dengan heran kenapa Ratu terlihat sangat marah ketika baru membuka pintu kamar CP Bagas.

"Hey, kenapa Ratu bersikap seperti itu?" selidik CP Chelsea sambil mendekati CP Bagas yang masih terdiam mematung. Kemudian CP Chelsea melihat koran yang jatuh dibawah, ia buru-buru mengambilnya dan terlihat akan membacanya.

"Apa yang diberitakan oleh koran ini?" tanya CP Chelsea sebelum melihat foto yang terpasang di koran tersebut. Ketika sudah melihat foto tersebut, CP Chelsea pun ikut mematung dan raut sedih segera menyergap wajahnya.

"Apa ini? Kenapa kalian berdua ada di Jogja? Ini tidak benar, bukan?" tanya CP Chelsea dengan berurutan tanpa jeda. CP Bagas pun segera menarik koran yang dipegang CP Chelsea sambil berkata;

"Apa aku perlu memberi tahumu segalanya?" tanya CP Bagas tanpa melihat kearah CP Chelsea.

"Aku hanya ingin tahu," jawab CP Chelsea cepat.

"Tidak ada yang perlu kamu tahu," potong CP Bagas tak kalah cepat dengan masih tanpa melihat CP Chelsea.

"Apa? Aku tidak dapat menanyaimu pertanyaan seperti ini? Jadi aku tidak punya hak untuk bertanya?" CP Chelsea mulai berbicara dengan nada keras dan intens melihat CP Bagas sambil mulai menahan tangisnya.

"Tidak ada yang perlu khawatirkan tentang hal ini," ujar CP Bagas yang awalnya akan menggunakan nada tingginya, namun tak sengaja melihat raut sedih dimuka CP Chelsea, ia kemudian berujar dengan nada yang lebih rendah.

"Lebih baik kamu menjaga kesehatanmu daripada memikirkan hal bodoh seperti ini," lanjut CP Bagas dengan sedih tanpa melihat CP Chelsea kembali.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku jika aku sakit atau tidak. Aku sangat sehat sekarang. Jadi jangan sok perhatian," ujar CP Chelsea mulai emosi. Kemudian ia berbalik akan meninggalkan kamar CP Bagas. Namun CP Bagas menahannya dengan memegang pergelangan tangan CP Chelsea.

"Kamu bilang kamu sehat? Apa kamu tahu bagaimana kamu sudah membuat semua orang khawatir? Apa yang salah? Apa yang salah sehingga kamu tidak makan dengan benar?" bentak CP Bagas sambil masih memegang tangan CP Chelsea dan memandangnya erat-erat.

"Kamu tidak perlu tahu kenapa aku menderita," ujar CP Chelsea dengan berani.

"Apa?" ucap CP Bagas dengan terkejut.

"Kamu tidak membiarkanku bertanya foto apa ini? Jadi jangan memikirkanku apakah aku mati karena menderita atau tidak," ujar CP Chelsea dengan nada keras dan mulai mengelurkan air matanya.

"CHELSEA, KAMU..." bentak CP Bagas.

"Aku sangat bodoh. Tanpa aku tahu kamu sedang asyik berduaan dengan Chindai, Aku... Aku menunggumu tanpa bisa tidur dengan nyenyak. Aku merasa sangat bodoh...," ujar CP Chelsea dengan diiringi derai airmatanya kemudian ia meninggalkan kamar CP Bagas dengan menangis.

CP Bagas yang mendengar ucapan Chelsea sambil menangis hanya terpatung sedih. Terlihat penyesalan diwajahnya. Ia hanya melihat kepergian Chelsea dengan raut muka penuh kesedihan dan penyesalan juga.

-TBC-

NB : Mianhae, baru nglanjutin :(
Makasih yang sudah setia menunggu. Silahkan dibaca. Dan jangan lupa di comment yah :)

Makasih.;)

No comments:

Post a Comment