Wednesday 16 April 2014

20's versi IC [part 1]



Jam alarm berdering cukup keras pagi itu. Jarum jam telah menunjukkan pukul 6 pagi tepat. Seorang gadis masih tertidur dibawah selimut dengan nyenyaknya.

5 menit kemudian, sebuah alarm smarthphone berdering keras dengan nada dering orang berteriak menyuruh bangun. Gadis tersebut mulai terusik. Dengan masih berada dibawah selimut dan mata terpejam, ia mencoba meraih smarthphone'nya yang berada diatas meja samping tempat tidurnya kemudian mematikan alarm tersebut. Dengan hanya sedikit membuka matanya, gadis itu segera melonjak dari tempat tidurnya karena kaget melihat angka pada jam yang tertera pada smartphone'nya.

"Aaa, kenapa sudah jam 6 lebih..." teriak gadis tersebut, kemudian berlari kekamar mandi. Gadis itu segera mandi dan berdandan.

"Aku akan berubah menjadi lebih baik," ucap gadis yang berwajah oriental tersebut didepan cermin riasnya.

"Aku akan berubah. Sungguh!" ujarnya percaya diri.

"Menggunakan maskara adalah cara terbaik untuk menunjukkan perubahan yang dramatis," gadis itu sedang membaca sebuah artikel pada layar smartphone'nya.

"Lakukan dari bawah dengan gaya zig zag. Pada bagian luar bulu mata, usapkan pada sudut bulu mata. Usap dari bawah dan terus diusap, maka... Bulu matamu akan indah seperti boneka Barbie," ujarnya mengulang kalimat yang ia baca tadi sambil berkaca memakai maskara pada bulu matanya.

"HAH?!" teriak gadis tersebut melihat maskara yang menempel dikelopak matanya.

"Kenapa begini? Aku melakukannya sesuai petunjuk," ujarnya dengan panik sambil mengambil cotton but dimeja riasnya.

"Apa-apaan ini? Kenapa seperti ini?" keluh sang gadis semakin panik karena maskara yang ia pakai bukannya bersih malah melebar kesekeliling matanya yang sipit menambah aksen orientalnya.

Ini adalah kali pertama sang gadis yang telah berusia 20 puluh tahun, menggunakan maskara untuk pertama kalinya.

"Namun maskara tidak mengubahku menjadi boneka Barbie tetapi menjadi panda. AHHHHH!" gadis itu semakin histeris.

"Chindai..." teriak sang gadis sambil berlari keluar kamar menuju kamar sahabatnya dengan akan menangis.

"Maskara belepotan di mataku! Bagaimana ini!" cerita sang gadis kepada sahabatnya sambil panik.

"Aku tidak bisa menghapusnya. Pada usia 20 Tahun," lanjutnya.

Dan sahabatnya hanya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah dan rupa sahabatnya ini. Kemudian dengan masih tidak bisa menahan tawanya, Chindai, sahabat sang gadis membantu menghapuskan maskara yang belepotan tersebut.

*

Kini,sang gadis tengah berjalan sendirian dipusat kota dengan rambut terurai rapi, mengenakan baju lengan panjang putih gading yang senada dengan tas kecil yang ia bawa. Dan rok berwarna orange pastel, senada dengan heels yang ia kenakan berwaran orange pula. Heels tersebut memiliki tinggi 9 cm yang membutanya semakin terlihat anggun.

"Hanya lebih tinggi 0,3 cm," ujar lirih sang gadis ketika heels yang ia kenakan mulai tidak nyaman.

Ia mulai melamun dalam pikirannya. Ia mengingat kembali kenapa ia harus tampil cantik hari ini. Ia menetapkan dalam hati, untuk menahan rasa sakit yang dirasakannya. Ia mempunyai kepentingan yang lebih penting dari pada rasa sakit yang ia rasakan sekarang.

Gadis itu masih berjalan dengan anggunnya menuju halte busway. Ketika baru akan memasuki halte, beberapa orang menyerobot untuk masuk dan mendahulunya. Dan ia baru tersadar bahwa bus yang akan ia naiki sudah datang. Karena terdesak-desak orang yang menyelipnya. Ia pun sedikit terjatuh karena keseimbanganya goyah. Ia pun merasa sedikit kesakitan.

Kini sang gadis sudah berada didalam bus. Dan persiapannya dengan tampil cantik, terlihat sedikit sia-sia ketika ia berada didalam bus yang penuh. Ia tiak mendapatkan tempat duduk dan berdiri dengan berdesak-desakan dengan penumpang lain.

"Ya ampun, kenapa begini? Aku merasa seperti akan mati," keluhnya dalam hati dengan muka cemberut.

*

"Oh, Chelsea! Sebelah sini," panggil seseorang kepada sang gadis yang ternyata bernama Agatha Chelsea.

"Kemarilah!" panggil yang lain.

Kini Chelsea telah berada didalam sebuah restora bersama beberapa temannya. Chelsea berdandan sedari pagi tadi, ternyata untuk menghadiri pertemuan rutin dengan komunitas musiknya. Jadi, komunitas tersebut adalah sebauh komunitas beranggotakan belasan mahasiswa suatu universitas terkemuka di Jakarta. Didalam komunitas tersebut, mereka saling sharing tentang menciptakan sebuah lagu dan saling berbagi mengajari alat musik yang bisa mereka mainkan. Namun, Chelsea masuk kekomunitas tersebut, tujuan utamannya adalah lain.

Chelsea masuk kedalam komunitas tersebut, hanya karena kakak senior yang cukup populer dikampusnya merupakan anggota komunitas tersebut. Dan Chelsea menyukai kakak senior tersebut. Kakak seniornya tersebut bernama Karel. Karel merupakan mahasiswa tingkat tiga yang mahir bermain beberapa alat musik. Sehingga banyak gadis yang menggilainya.

"Kapan dia akan datang?" keluh Chelsea dalam hati sambil melamun karena Karel belum juga datang.

"Hei, Chelsea. Apa yang kau lakukan?" panggil Rafa, kakak seniornya dalam komunitas tersebut juga.

"Apa kau tidak dengar yang kukatakan? Aku sudah mengangkat gelasku," lanjut Rafa.

"Ayo kita sama-sama bersulang," lanjut Bella, gadis tercantik dalam komunitas tersebut.

Kemudian Chelsea tersadar dan mengangkat yang terisi penuh minuman bersoda.

"Bersulang!"ucap mereka bersamaan.

Chelsea yang awalnya menolak untuk minum minuman bersoda karena belum sarapan karena sibuk berdandan, namun akhirnya minum juga, ia pun menjadi sakit perut karena meminumnya.

"Pada usia 20 tahun, menahan sakit perutku duduk menyedihkan di sini tanpa kekasih, kenapa aku harus ada di sini..." batin Chelsea dalam hati yang terpotong karena teriakan Rafa.

"Hei Karel!" teriak Rafa yang memanggil Karel yang baru masuk restoran tersebut.

Karel yang melihat komunitasnya, dengan senyuman mautnya ia berjalan menuju arah mereka.

"Kenapa kau datang terlambat?" lanjut Rafa walau Karel belum sampai tempat duduk mereka.

"Hanya ada satu alasan. C-I-N-T-A. Demi percintaanku," batin Chelsea melanjutkan dengan terdiam melihat Karel yang berjalan kearahnya.

-FLASHBACK-

"Hei! Kenapa tiba-tiba kamu memakai maskara sepagi ini? Bukankah acar komunitasmu nanti jam 11?" keluh Chindai sambil membenarkan maskara Chelsea pagi tadi.

"Tataplah bintang-bintang agar mengerti cintaku, demi kak Karel, aku harus tampil cantik hari ini," bela Chelsea yang berada dihadapan Chindai.

"Kau harus berhati-hati. Semua laki-laki sama saja. Jika kau ragu-ragu seperti ini, gadis lain akan merebutnya," nasehat Chindai.

"Hei, jangan mengatakan hal-hal menakutkan seperti itu," bentak Chelsea tiba-tiba membuat maskaranya belepotan kembali.

"Hei..." bentak Chindai kemudian.

"Lalu, apa yang harus kulakukan? Aku bahkan tidak bisa mengakuinya?" uajr Chelsea kembali tenang.

"Tentu saja! Jika kau mengakuinya begitu saja tanpa perencanaan, kau mungkin akan kehilangan apa yang kau miliki sekarang," komentar Chindai.

"Kau harus membuatnya tertarik padamu dulu," lanjut Chindai.

"Tertarik padaku?" ulang Chelsea dengan tertarik.

"Daya tarikmu adalah kecantikanmu. Berubahlah. Cobalah berubah.
Bagus! Dengan penampilan seperti ini, semuanya sempurna," ujar Chindai ketika telah menyelesaikan tugasnya merapikan maskara Chelsea.

-FLASHBACK END-

"Aduh, sepatuku!" ujar Chelsea panik karena heelsnya sedari tadi tidak ai pakai dan ternyata Karel sedang menuju kearahnya.

"Aish.. Kenapa aku tidak bisa memakainya?" keluh Chelsea semakin panik dengan tetap fokus melihat kearah Karel tidak memperhatikan heelsnya dibawah meja.

"Chelsea juga datang," sapa Karel sambil akan duduk dikursi samping Chelsea.

"Kakak, kau baru datang," basa-basi Chelsea mencoba dengan tenang.

"Baiklah! Dan dia duduk di sampingku!" Batin chelsea dengan senang.

"Hei, Karel! karena kau terlambat, kau harus minum 1 botol minuman bersoda ini," perintah Rafa.

"Baik-baiklah padaku hari ini. Aku bisa mati kerena belum sarapan pagi ini..." tolak Karel.

"Benar. Kau sakit perut kemarin. Dia sakit perut dan sedang berada di ruang klub sekolah..." cerita Rafa yang terputus tak terdengar oleh Chelsea.

Chelsea tak mendengar kelanjutan cerita Rafa karena dikedua telinganya telah tertelungkup telapak tangan Karel yang menutupi telingannya. Chelsea yang kaget, mematung diam. Pipinya menjadi merah, dan suhu dingin segera menyergap tubuhnya.

"Kenapa kau menceritakannya? Chelsea ada di sini, itu sedikit memalukan," ujar Karel sambil mengendorkan tangannya yang menutupi kedua telinga Chelsea ketika Rafa sudah selesai bercerita. Namun tangan itu belum beranjak dari kedua telinga Chelsea.

"Aku akan bayar makanan kalian hari ini, jadi berhentilah," lanjut Karel yang tangannya masih berada ditelinga Chelsea.

"Kau serius, kan? Kau yang mentraktir," ucap senang Rafa.

"Karel yang mentraktir hari ini!" teriak Rafa pada teman-temannya. Lalu mereka melanjutkan makannya.

"Ah! Karel! Karel!" teriak yang lain senang.

"Maaf" ucap Karel ketika sadar tangannya masih menutupi telinga Chelsea. Dan ia pun segera melepaskan kedua tangannya dari sisi Chelsea.

"Karena ceritanya sedikit memalukan. Kau tidak mendengar apa-apa kan?" tanya Karel dengan salah tingkah.

"Ya," jawab Chelsea dengan setengah sadar.

"Baguslah," lanjut Karel dengan membelai rambut Chelsea.

Chelsea yang mendapati perlakuan seperti ini, sedikit salah tingkah juga kesal.

*

Chelsea kini sedang cuci tangan di toilet sendirian.

"Apa-apaan ini? Kenapa dia seperti ini? Murahan sekali," ungkap Chelsea kepada cermin dihadapannya dengan muka kesal.

"Menutupi telingaku dengan tangannya? Apa-apaan itu?' lanjutnya masih dengan kesal.

"Kenapa dia membelai-belai rambutku? Sangat membosankan dan murahan" celoteh Chelsea tanpaa da makhlik hidup yang mendengarkannya. Ia hanya berbicara sendiri dengan cermin.

"Aku sangat menyukainya!" batin Chelsea dengan raut muka tersenyum menghadap cermin.

"Bagaimana ini? Aku menyukai hal-hal murahan," lanjut Chelsea sambil berjoget didalam kamar mandi yang sepi.

"Apa benar ada sesuatu yang berubah? Apa dia akhirnya tertarik denganku?" batin Chelsea dengan muka serius namun kemudian kembali tersenyum.

*

Chelsea telah keluar dari toilet restauran dan berjalan kembali kekursinya. Namun ia terhenti ketika melihat Karel tengah asik mengobrol berdua dengan Salsha.

"Tertarik apanya," batin Chelsea dengan kesal.

Ia kemudain duduk dikursinya kembali. Dan tepat dihadapannya ada Karel yang sedang asik mengobrol berdua dengan Bella. Chelsea mencari kesibukan lain dengan meminum kembali minumannya.

Tiba-tiba Karel yang duduk didepan Chelsea, beranjak pergi. Ia seperti mengetik pesan dari smartphonenya. Suara smartphone berdering dimeja tempat Karel duduk tadi.

From : Karel
To: Chelsea
"Apa kau mau jalan-jalan denganku sebentar?
Hanya kita berdua, bagaimana menurutmu?" ||

Pesan yang dikirim karel ternyata untuk Chelsea. Dan Chelsea langsung bangun dari duduknya dengan teriak kegirangan membuat yang lainnya bertanya-tanya.

"Aku mau! Aku mau!" teriak yang lain membuat yang lain kaget.

"Oh, kau mengagetkanku," komentar Rafa yang kini duduk disamping Chelsea.

"Kenapa kau bicara sendirian?"
"Apa kau yang bilang tadi?"
"Benar,"
"Ada apa?" komentar yang lain.

Karel yang masih berdiri tak jauh dari mereka pun, sekilas melihat tingkah Chelsea dengan senyuman maut yang tersungging dibibirnya.

From: Karel
To: Chelsea
Baiklah. Setelah acara ini selesai, kita bertemu di depan.
Kau terlihat sangat cantik hari ini. ||

Tulis Karel tanpa menunggu balasan dari sms Chelsea karena ia telah mendengar teriakan Chelsea. Karel pun berjalan keluar restoran.

"Hari ini... Aku terlihat cantik?" lamunan Chelsea semakin melayang.
"Kurasa asmaraku akhirnya dimulai" lanjutnya dalam hati.

*


"Kau baik-baik saja?" tanya Karel yang melihat Chelsea tidak nyaman berjalannya dengan sepatu heelsnya.

"Ya. aku baik-baik saja," jawab Chelsea singkat.

Kini Chelsea tengah berjalan berdua menyusuri malam disebuah pusat perbelanjaan ditengah kota. Pipi Chelsea selalu terlihat merah ketika Karel berada didekatnya. Dan ai juga tak banyak berbicara.

"Sepatu bagus, baju bagus. Ini saatnya. Aku memang gadis pintar. Indah sekali. Benar-benar indah. Apa dunia seindah ini?" batin Chelsea yang berjalan disamping Karel.

"Chelsea. Kakimu sangat sakit, ya?" tanya Karel membuyarkan lamunan Chelsea.

Ya, sedari tadi Chelsea memang banyak melamunnya karena terlalu senang bisa berjalan berdua dengan pria yang ia sukai.

"Apa kita perlu pergi beristirahat sebentar?" tanya Karel.

"Baiklah," setuju Chelsea yang sedari tadi hanya mengikuti Karel berjalan dan tak tahu arah mereka mau keman.

"M-O-T-E-L" baca Chelsea dalam hati ketika mengeja sebuah nama tempat dihadapannya.

"Apa-apaan ini?" batinya mulai tak enak.

Seorang pria bertubuh besar, telah berdiri dimeja resepsionis menunggu tamu yang datang. Pintu MOTEL tersebut terbuka lebar, sehingga terlihat siapa yang akan masuk. Karel mulai berjalan amsuk menuju meja resepsionis. Sedangkan Chelsea, masih terpatung memikirkan apa maksud Karel mengajaknya beristirahat di MOTEL.

"Di sini tidak terlalu mahal. Bawa masuk temanmu," ujar pria yang berada dibelakang meja resepsionis kepada Karel.

"Chelsea," panggil Karel kepada Chelsea yang masih belum beranjak juga dari tempat berdirinya didepan MOTEL.

Chelsea terlihat sangat ragu untuk masuk kedalam MOTEL tersebut atau tidak. Ia terlihat ketakuatan seperti ada rasa traumatis masalalu yang kembali teringat. Akhirnya, dengan berjalan sangat perlahan, Chelsea mengikuti Karel yang telah berada didepan meja resepsionis.

"Kakak, aku mau pulang," ucap Chelsea perlahan tanpa melihat Karel.

"Kenapa? Kita kan baru datang," tanya Karel dengan lembut, sambil akan merangkul bahu Chelsea.

Namun Chelsea tiba-tiba sudah tak bisa menahan dirinya. Iamenanggkis tangan Karel dan  berlari ketakutan. Ia keluar dari MOTEL tanpa mempedulikan Karel yang memang tidak mengejarnya.

Cuaca cepat berubah. Diluar, sudah mulai turun hujan yang mulai deras. Chelsea berlari dengan menangis tanpa mempedulikan dirinya kehujanan. Ia terus berlari ditrotoar jalan hingga heels yang ia gunakan tiba-tiba terjebak disebuah lubang kecil yang penuh digenangi air ditrotoar tersebut. Chelsea semakin tak bisa menahan tangisnya. Tak ada orang lain yang lewat disana karena hujan sudah turun dengan lebatnya.

"Aku hanya ingin dia memperhatikanku. Aku hanya berharap dia tertarik padaku. Asmaraku di usia 20 tahun berakhir begitu saja," teriak Chelsea yang berjongkok mengambil heelsnya yang ternyata telah patah masih tetap dengan menangis.

*

Siang itu, Chelsea tengah makan mie instan sambil menonton tv diapartemen yang ia sewa bersama sahabatnay sejak kecil, Chindai. Chindai adalah sahabat Chelsea sejak kecil. Namun ketika memasuki masa SMP, mereka terpisah karena oarngtua Chindai yang berpindah tugas keluar kota. Dan baru masa kuliah ini, mereka bertemu lagi dan memutuskan untuk tinggal bersama dengan menyewa apartemen karena orangtua Chindai yang masih stay diluar kota untuk bekerja, sedangkan orangtua Chelsea yang stay diluar negri untuk urusan pekerjaan juga.

Chelsea terlihat tertawa tak karuan ketika melihat acara tv yang ia tonton sambil memakan mie instannya. Chindai yang terlihat arpi akan pergi keluar, terlihat khawatir melihat kondisi temannya ini. Ia mendekati Chelsea yang tak acuh melihat kehadiaran Chindai dan tetap fokus melihat tv.

"Dasar gila. kau menangis selama 3 hari, dan sekarang tertawa seperti orang gila?" komentar Chindai yang sudah berdiri disamping Chelsea yang duduk didepan tv.

"Kau mau kemana?" tanya Chelsea singkat dengan terus melanjutkan melahap mie instannya.

"Hei, keramaslah," perintah Chindai setelah mencium rambut Chelsea yang terlihat sangat kucel.

"Apa kau akan pergi ke sekolah dengan penampilan acak-acakan seperti ini?" tanya Chindai.

"Ya," jawab Chelsea singkat.

"Hei, Dasar gadis gila! Sadarlah," bentak Chindai.

*

Kini Chindai dan Chelsea sudah berada disebuah auditorium yang lauas dengan lighting yang menawan. Mereka sedang berada ditengah-tengah konser musik beberapa penyanyi yang sedang naik daun.

"Kau membawaku ke konser Materpiece?" keluh Chelsea yang telah duduk dikursi penonton tersebut.

"Tentu saja! Menurutmu kemana lagi aku akan membawamu?"jawab Chindai dengan berteriak karena suasana sudah sangat ramai.

"Kau bisa berteriak dengan kencang dan melihat Bagas-ku juga. Hari ini binatng tamunya adalah dia. Makanya sangat ramai kan konser ini? Dia sedang berada ditingkat popularitasnya," lanjut Chindai masih dengan berteriak.

"Aku ingin kau sembuh. Keadaanmu sudah sangat parah," celoteh Chindai pada Chelsea.

"Aku bukannya sembuh, malah akan lebih stres. Karena semua murid SMA ini," balas Chelsea dengan muka yang tak tertarik.

"Hei, kau wanita beruntung karena satu sekolah dengan Bagas-ku saat SMP, kenapa kau tidak dekat dengannya? Kau sangat tidak berguna," ungkap Chindai kepada temannya. Chindai ini memang seorang fans fanatik dari Bagas, seorang penyanyi solo yang sedang naik daun.

"Siapa yang tahu dia akan seterkenal ini?," ujar Chelsea dengan masih cuek.

"Semuanya sudah siap?" teriak seorang MC dengan keras dan disambut pula dengan suara serempak yang lebih keras dari para penonton.

Maka konserpun dimulai. Penonton yang mayoritas adalah anak SMA, yang merupakan fans fanatik dari Bagas pun semakin lantang bersorak dan mengumandangkan nama idolanya tersebut. Konser berjalan dengan meriah. Apalagi ketika Bagas tampil. Seorang penyanyi solo pria yang sedang tenar dan banyak digandrungi oleh kalangan remaja perempuan dan para wanita karena selain suarnya yang merdu, juga penampilannya yang tampan dan berkharisma.

*

"Sebentar lagi dia akan keluar," ujar Chindai pada Chelsea dibelakang gedung konser. Ya, Chindai dan Chelsea dan juga beberapa fans Bagas tengah menunggu Bagas yang akan pulang dari studio dari pintu belakang.

"Kenapa kau menunggunya? kau baru saja melihatnya tadi," komentar Chelsea dengan tidak tertarik sambil memainkan slipper [sandal selop -bit] yang ia copot-kenakan.

"OH! Bukankah itu Bagas?!" teriak seorang fans yang membuat semau fansnya mempunyai satu tujuan yang sama, menyerbu Bagas.

"Hei!" teriak Chelsea ketika slipper'nya tertendang oleh Chindai yang berlari menuju arah Bagas keluar.

"HEI! Ya ampun!" teriak Chelsea lagi karena slipper yang ia mainkan tadi terlepas dan tertendang oleh para fans yang tengah kalap berlari menuju arah Bagas.

Slipper Chelsea terus saja tertendang oleh fanas yang sedang kalap oleh pesona Bagas. Mereka tidak peduli dengan teriakan-teriakan Chelsea. Bahkan untuk mengambil slipper'nya kembali, Chelsea harus sampai merangkak ditengah kerumuna fans yang berloncatan untuk melihat idolanya keluar dari gedung pertunjukan menuju mobilnya.

Slipper Chelsea tertendang hingga berhenti didepan kerumunan para fans. Maka Chelsea semakin merangkak maju hingga depan kerumunan yang dijaga ketat oleh satpam. Dan slipper Chelsea tiba-tiba diambil oleh orang yang berjalan menuju kerumunan fans tersebut. Betapa terkejutnya Chelsea ketika mengetahui siapa orang tersebut. Ia mengambil slipper Chelsea dan melihat Chelsea yang merangkak sampai depan kerumunan para fans.

"Tunggu sebentar. Itu sendalku!" teriak Chelsea ketika sandalnya diangkat oleh orang tersebut. Kemudian, tubuh Chelsea menjadi lemas dan tak bertenaga lagi untuk berteriak.

"Ya ampun," ujar Chelsea lirih dengan menunduk dan melihat kakinya yang kotor karena tak mengenakan alas kakinya. Awalnya Chelsea ingin menyembunyikan wajahnya saja dari pada menampakkan mukanya kepada orang tersebut.

"Bertemu dengannya di saat yang tidak tepat, orang yang digilai Chindai, dialah penyanyi solo yang sedang naik daun, Bagas," keluh Chelsea dalam hati.

"Halo," sapa Chelsea memberanikan diri dengan masih terduduk kepada Bagas.
"Pria yang kukenal saat SMP, Bagas," lanjut batin Chelsea.

"Apa kau ingat padaku?" tanya Chelsea kepada Bagas degan salah tingkah.

-FLASHBACK-

Chelsea sedang melamun melihat keluar jendela dari dalam bus sekolahnya. Bus itu sudah kosong. Hanya tinggal dirinya dengan Bagas yang memang rumah mereka kebetulan juga searah dan lumayan dekat. Chelsea duduk dikursi yang dekat dengan jendela belakang sendiri. Satu telinga Chelsea telah tersumpal oleh sebuah earphone. Dan satu earphone'nya telah menyumpal telinga pria yang duduk disampingnya. Mereka mendengarkan bersama playlist musik dengan sepasang earphone yang sama.

Sang pria yang adalah Bagas, terlihat duduk dengan tidak nyaman sambil sesekali melihat kearah Chelsea. Seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan. Chelsea yang duduk disampingnya, dengan cuek terus saja melihat pemandangan diluar jendela.

Ketika Chelsea menoleh kearah Bagas, tak begitu lama dengan perlahan sebuah bibir telah mendarat dibibirnya.

-FLASHBACK END-

"Ciuman pertamaku," batin Chelsea.

("Tentu saja aku ingat. Bagaimana mungkin aku lupa? Agatha Chelsea," ucap Bagas yang kemudian dengan senyuman menawannya sambil mengambil posisi jongkok untuk memasangakn sebuah sepatu kaca dikaki Chelsea.) -lamunan Chels

"Aaaa~ Bagas," teriakan fans yang membuyarkan lamuanan Chelsea.

"Apa yang kau lakukan?" teriak seorang staf dari dalam mobil Bagas melihat Bagas berdiri terdiam memandangi Chelsea. Kemudian Bagas pun menaruh kembali slipper Chelsea tanpa berucap satu katapun dan langsung menuju mobilnya.

[Jadi kat-kata yang Bagas mengingat Chels dan memakaikan sepatu kaca tadi hanya bayangan Chelsea saja. Padahal Bagas tidak berujar satu katapun langsung meninggalkannya.]

"Aku membayangkannya seperti orang bodoh," ujar lirih Chelsea dengan kecewa sambil memakai slippernya kembali ketika fans Bagas sudah membubarkan diri.

*

"Maaf. Aku minta maaf," ucap Chelsea melalui telepon yang sudah berada didalam bus yang akan mengantarnya menuju apartemennya.

"Tiba-tiba perutku sakit. Aku akan mentraktirmu ayam," janji Chelsea kepada Chindai yang berada diujung telepon.

"Cepat pulanglah," lanjut Chelsea yang mengetahui Chindai juga belum pulang karena masih berkumpul dengan teman-temannya yang sama-sama mengidolakan Bagas.

"Khayalan tentang sendal selop yang kumuh berubah menjadi sepasang sepatu kaca," batin Chelsea yang mengingat pertemuannya kembali dengan Bagas sambil melihat slipper'nya kembali.

"Asmaraku dimulai lagi," batinnya percaya diri.

"Aku bisa gila. Dia bahkan tidak mengenaliku. Sadarlah Agatha Chelsea," ujar dalam hati Chelsea sambil menggelangkan kepalanya.

*

Bagas masih berada didalam mobilnya. Ia terlihat bimbang untuk mengirim sebuah pesan yang sudah ia ketik. Ia ragu untuk mengirimkannya atau tidak. Dan akhirnya, ia pun menekan tombol 'send' pada layar smartphone'nya.

"Kakak, apa kau tahu hal yang paling kubenci di dunia ini?" tanya Bagas tiba-tiba kepada manager'nya yang duduk di jok sampingnya.

"Apa? Tidak punya uang?" jawab sang manager sambil tetap fokus melihat ipad'nya.

"Satu. Di dunia ini,. Yang paling kubenci adalah nomor satu," ujar Bagas dengan serius melihat layar smartphone'nya.

[Maksudnya contact number yang di-save nomor satu. Nomor orang yang paling penting -bit]

*

Chelsea baru saja turun dari busnya dihalte terdekat dari apartemennya. Ia mematung melihat layar smartpone'nya.

From: 08xxxxxx (new number)
To: Chelsea
Lama tidak berjumpa, Agatha Chelsea. -bagasrds ||

Chelsea mematung membaca pesan tersebut.

*

Bagas didalam mobilnya, sangat terkejut ketika smartphonenya berdering yang menandakan pesannya telah terkirim. Bagas tak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika mengetahui Chelsea telah menerima pesananya.

-TBC-

NB :
Thanks to Team @ Viki, especially to Baby-Jenie @ Subscene.

Gimana guys, bingungin gak ceritanya?
Baru kali ini buat alur maju-mundur yang serumit ini.

Comments'nya ditunggu yah.
Makasih ^^

No comments:

Post a Comment