Tuesday 14 October 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 4 part 4]



King Cakka sedang berdua bersama dengan Sekertaris Istana.

“Apakah CP Bagas, CP Chelsea dan juga P.Rafa sudah selamat tiba di Villa?” tanya King Cakka.


“Dari yang saya dengar, mereka semua selamat tiba disana, Yang Mulia,” jawab Sekertaris istana.


“Aku merasa buruk karena lupa akan hari ulang tahun P.Rafa. Untungnya Putra Mahkota dan Istrinya menemaninya untuk merayakan ulangtahunnya. Itu melegakan untukku,” ungkap king Cakka.


“Yang Mulia, ada kabar yang beredar di luar istana,” ucap Sekertaris Istana.


“Katakan saja,” King Cakka mempersilahkan.


“Maaf Yang Mulia. Mereka berkata, posisi Pangeran Rafa jadi semakin meningkat dimata mereka. Mereka bahkan berkata kalau mereka ingin posisi Putra Mahkota diganti dengan P.Rafa” ujar Sekertaris Istana.


“Melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini, pantas kalau mereka berpikir seperti itu. Itu bukan hal yang mengejutkan,” ujar King Cakka.


“Yang Mulia, bukankah kita harus meredam itu semua? Semakin hari, berita itu semakin menakutkan,” saran Sekertaris Istana kemudian.


“Sekertaris Istana,” panggil Raja.


“Ya, Yang Mulia,” jawab Sekertaris Istana.


“Sejujurnya, aku juga merasa kalau Pangeran Rafa lebih pantas untuk jadi seorang Pangeran yang akan jadi Raja berikutnya,” ungkap Raja. Sekertaris Istana memandangi Raja seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya.


“Yang Mulia, tak seharusnya Anda berkata seperti itu,” ujar Sekertaris Istana.


“Aku tahu. Tapi setelah kuamati peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi, aku selalu berpikir seperti itu,” ujar Raja.



*Di kamar Royal Couple


Chelsea sedang tidur siang di kamar villa’nya dengan Bagas yang baru saja terbangun dan sekarang tengah duduk di samping Chelsea. Bagas tersenyum memandangi Chelsea yang tidur.Bagas pun membelai pipi Chelsea dengan lembut. Lalu Bagas melihat sebuah handycam yang terletak dimeja disisi kasur Chelsea. Karena penasaran, Bagas mengambil handycam tersebut dan melihat video didalamnya.


Betapa terkejutnya Bagas, rekaman yang ada didalam handycam itu adalah rekaman sewaktu Bagas tidur tadi, dan Chelsea sedang mengerjainya. Didalam rekaman video tersebut, Chelsea merias wajah Bagas dengan rambutnya dikucir 2. Lalu memakaikan lipstick pada bibir Bagas membentuk love dan bulatan dikedua sisi Bagas, mirip JengKelin. Bagas pun langsung berkaca, melepaskan kuncir pada rambutnya, dan menghapus lipstick pada bibir dan pipinya dengan tissu. Kesal, Bagas pun iseng akan merekam Chelsea yang sedang tertidur. Namun ketika melihat Chelsea yang tertidur, niat itu pun berubah.


Bagas meletakkan handycam tersebut pada sebuah meja. Lalu Bagas 
mengatur posisi  handycamnya agar bisa menangkap angel yang ingin ia rekam. Setelah dirasa cukup pas sudut posisi dan terang, Bagas menekan tombol ‘rec’ dan kemudian Bagas duduk ditempat tidur, disamping Chelsea tertidur. Bagas membelai rambut Chelsea yang sedang tertidur pulas dan kemudian mengecup pipi Chelsea dengan mesra.


*Dilapangan tenis


Angel, Novi dan Marsha sudah berada dilapangan tenis yang berada divilla tersebut. Marsha dan Angel sedang sedang bertanding main tenis sebagai tunggal putri. Sedangkan Novi sedang sibuk sendiri membaca komik kesukaannya dipinggir lapangan.


Sambil bermain tenis, mereka mengobrol. Mereka berkata, mereka senang sekali bisa menikmati semua kemewahan ini karena jadi teman Yang Mulia Putri Mahkota, Agatha Chelsea. Obrolan mereka pun penuh canda-tawa.


Tiba-tiba hp Marsha yang berada disamping Novi pun berdering ada telepon. Novi pun memanggil Marsha memberi tahu bahwa hp’nya berdering.  Tanpa menyelesaikan permainannya, Marsha pun bergegas menuju hp’nya dan mengangkatnya.


Ternyata telpon tersebut dari Rafli, adik Chelsea. Selama ini, memang dibanding dengan teman-teman Chelsea yang lain, Marsha yang paling dekat dengan Rafli. Itu karena mereka punya kesamaan selalu mengikuti fashion dunia. Disamping Marsha yang orangtuanya memiliki butiq terkenal, Rafli pun uptodate tentang mode fashion baru dan suka membelinya dengan online-shop.


“Sudah kamu temukan yang jual baju yang aku inginkan?” Marsha langsung bertanya setelah mengangkat telepon dan tahu siapa yang menelponnya.


“Eh... Iya kak,tapi warna yang kakak inginkan belum ada. Ntar kalo dah ada aku kabarin deh. Ngomong-omong, kakak lagi sama kakakku gak? Dari tadi aku coba telpon gak bisa...” ujar Rafa 
yang awalnya kaget menerima pertanyaan Marsha. Karena memang tujuan telponnya untuk menelpon Chelsea untuk menanyakan apa dia boleh meminjam tas ransel milik kakaknya.


“Oh, dari tadi kita juga gak melihatnya...” jawab Marsha yang masih berteleponan dengan Rafli dan malah jalan menjauh dari teman-temannya.


“Dari siapa?” tanya Angel yang berjalan menuju tempat duduk Novi.


“Entahlah,” jawab Novi singkat sambil masih membaca komiknya.

Tepat saat itu, rombongan Difa, Fattah, Josia dan Chindai berjalan mendekat lapangan tenis tersebut.


“Hei, ayo kita mampir ketempat para followers Putri Mahkota itu...” ajak Fattah usil.


“Bukankah kita mau fitnes?” tanya Chindai kemudian.


“Iya, tapi ayo kita mampir kesana dulu...” ajak Fattah dengan sedikit memaksa. Akhirnya mereka pun menuju Novi yang sedang membaca komik, dan Angel yang baru saja duduk sambil minum.


“Hei para followers, sedang apa kalian?” ucap Fattah usil. Novi dan juga Angel hanya melihat kedatangan mereka tanpa menjawab pertanyaan Fattah tadi. Kemudian mata Fattah fokus tertuju pada Novi, bukan, tapi pada komik yang Novi bawa.


“Hei, itukan edisi yang terbaru... Kenapa kau sudah punya?” ucap Fattah kaget sambil bergegas duduk disamping Novi sambil mengganggu Novi yang sedang membaca, Fattah malah ingin merebut komik yang Novi bawa tersebut.


“Hei... kenapa kau ini?” ujar Novi kesal sambil terus mempertahankan komik yang ia pegangang.


“Ini kan edisi terbaru? Bagaimana kau sudah punya? Bukankah kemarin ada masalah dengan peraturan tentang peredaran komik sehingga komik-komik baru sulit didapat?” celoteh Fattah yang masih ingin meminjam komik Novi. Angel hanya melihatnya, begitu juga dengan gerombolan Fattah yang terus duduk didekat Fattah.


“Kau orang kaya, tapi tak uptodate ya... Awal bulan ini kan masalah peraturan itu sudah kelar,” jawab Novi ketus.


“A, benarkah? Apa sekertaris ibuku sudah membelikanku edisi ini ya? Ah benar, sudah lama aku gak keruang baca...” Fattah berbicara pada dirinya sendiri.


“Jadi, kau juga penyuka komik?” tanya Fattah dengan antusias pada Novi. Dan kemudian Novi dan Fattah malah sibuk ngomongin komik.


“Hey, bagaimana kalau kita main tenis saja? Ini juga olahraga kan...” tawar Difa yang malas mendengarkan obrolan Novi dan Fattah.


“Ah ya, ayo kita main sebagai ganda campuran! Aku akan berpasangan dengan dia... ” ujar Fattah dengan bersemangat namun kemudian ketika dia menunjuk Novi dia ragu karena belum tahu siapa namanya.


“Eh, ngomong-omong siapa namamu?”  tanya Fattah sambil mengulurkan tangannya.


“Hah, siapa yang mau berpasangan denganmu?” ujar Novi kesal karena Fattah tak tahu namanya.


“Ayolah, kita tunjukan bagaimana kekuatan sesama penyuka manga...” bujuk Fattah sambil merangkul Novi tapi Novi berusaha melepaskan rangkulan Fattah.


“Tapi kita kelebihan satu couple, bagaimana kalo kalian ber-suit untuk menentukan siapa yang akan melawan kami?” usul Fattah percaya diri.


“Aku tidak ikut, kalian main saja...” ujar Chindai yang duduk di ujung.


“Kalo begitu aku juga tidak ikut, Difa dengan Angel saja. Aku akan menjadi wasitnya...” usul Josia.


“Ah itu bagus! Tapi, bagaiman kau tahu nama dia Jo? Aku bahkan tak tahu. Lalu, siapa nama gadis ini? Dia tidak mau memberitahuku sepertinya,” keluh Fattah.


“Ah kau ini, kau memang seperti itu. Tak mau menghafal nama orang. Dia adalah Novi, bukankah orantuanya cukup terkenal? Mereka adalah reporter acara traveling kan? Dan dia (mengalihkan pandangan pada Angel) adalah Angel, orangtuanya adalah salah satu pengusaha batubara yang sukses. Lalu dia (menunjuk Marsha yang masih berteleponan dan duduk jauh dari mereka) bernama Marsha. Orangtuanya mempunyai butiq yang terkenal,” jelas Josia.


“Waa, bagaiman kau tahu kami dengan begitu baik?” ujar Novi dengan pandangan kagum pada Josia.


“Hei, sudahlah! Ayo kita main,” ujar Fattah yang langsung menarik Novi masuk lapangan karena tidak suka Novi dengan pandangan kagumnya pada Josia.


“Baiklah, ayo nona Angel, kita juga main...” ajak Difa yang jalan duluan ke arena lapangan.


Mereka pun bermain dengan seru. Permainan Difa-Angel lebih serius daripada Fattah-Novi. Karena Fattah sering menggodai Novi ditengah permainan, membuat Novi sedikit kesal.


Skore sementara pasangan Difa-Angel lebih unggul namun dengan perbedaan poin yang tipis. Fattah menangkis bola dengan kencang menuju arena permainan Difa-Angel. Difa yang menjaga arena belakang dan Angel menjaga arena permainan depan. Tangkisan bola tersebut seperti akan terjatuh ditengah arena permainan Difa-Angel. Difa pun sedikit maju akan menangkis bola tersebut, tepat disaat Angel juga mundur ingin menangkis bola tersebut. Terjadi misscomunikasi pada team mereka. Tabrakan antara Difa-Angel pun tak terhindarkan. Difa yang lebih kuat, otomatis mendororong Angel jatuh kedepan tak bisa menstabilkan tubuhnya. Angel terjatuh membungkuk kedepan, Difa yang juga tertabrak, pun terjatuh kesamping.


Angel terlihat kesakitan pada kakinya, Difa yang segera bangkit mulai panik mengkhawatirkan Angel.


“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanya Difa sambil akan membantu Angel berdiri. Novi-Fattah pun segera berlari menuju dimana Angel terjatuh. Begitu juga dengan Josia, Chindai dan Marsha yang buru-buru menutup telponnya ketika melihat Angel jatuh.


“A... a...” gumam Angel kesakitan ketika akan berdiri dengan 
meraih tangan Difa. Difa pun memegang bahu Angel untuk membantunya berdiri. Dan Angel pun berhasil berdiri. Lalu Novi pun membantu Angel untuk berdiri. Setelah Angel dibantu berdiri oleh Novi, Difa mulai jongkok dan memegang pergelangan kaki Angel untuk memeriksannya. Saat Difa memegang kakinya, Angel pun bergumam kesakitan lagi.


“Sepertinya kakimu sedikit terkilir... Sebaiknya kita bawa masuk dulu,” ujar Difa sambil ingin memapah Angel.


“Ah, aku bersama Novi juga Marsha saja,” ujar Angel sambil mengulurkan tangannya apda Marsha yang sudah berada didekat mereka. Angel, Marsha dan Novi pun masuk kedalam. Difa dan yang lain hanya melihat kepergian mereka.


“Hei, aku jadi merasa bersalah,” ujar Fattah dengan ekspresi sedih sambil melihat kepergian mereka. Lalu Fattah akan duduk, namun dia melihat komik dan juga hp Novi dan Angel ditempat duduk pinggir lapangan. Fattah pun lalu berinisiatif mengejar Angel, Novi dan Marsha sambil membawa barang mereka yang tertinggal. Difa, Josia dan Chindai pun mengikutinya dengan langkah pelan.


*Dikamar Royal Couple


Chelsea terbangun dari tidurnya. Bagas sudah tak ada dikamar tersebut. Dia memanggil Bagas tapi tak ada jawaban dari Bagas. Chelsea mengeluh kenapa Bagas pergi tanpa pamit padanya. Kemudian dia bangun dan menyadari sesuatu yang menarik. Dia tadi merekam saat dia mendandani Bagas dan dengan penuh semangat dia keluar dengan membawa handycam itu.


*Diruang tengah


Angel, Novi, Marsha, Fattah, Difa dan Josia sedang berkumpul disana. Pergelangan kaki Angel telah diperban dan hanya duduk disudut sofa saja. Difa duduk diamping Angel karena juga merasa bersalah. Novi duduk dibawah masih sambil membaca komiknya, dan tentu saja Fattah sudah menempel padanya. Fattah duduk disamping Novi. Sedangkan Marsha duduk didepan sambil memegang kendali remot tv yang sedang ia tonton. Dan Josia duduk disudut sofa yang lain.


“Apa sekarang kakimu lebih baik?” tanya Difa kepada Angel yang sedang membaca majalah.


“Ah, iya. Sudah lebih baik,” ujar Angel kaget.


“Maafkan aku, ini juga salahku,” ujar Difa lagi.


“Ah tidak apa-apa, ini kan juga karena aku yang tidak melihat langkahku,” sanggah Angel yang tak mau menyalahkan Difa.


“Tapi tetap saja...” ujar Difa terpotong karena kedatangan Chelsea yang bersemangat.


“Hei... aku membawa sesuatu yang menarik...” ujar Chelsea dengan bersemangat sambil menunjukkan handycam’nya.


“Apa yang akan kita lihat?” tanya Fattah tak sabar.


“Apa itu video yang kamu katakan?” tanya angel kemudian.


“Ah ya, tentu saja,” jawab Chelsea masih ceria. Namun kemudian ia melihat kaki Angel yang diperban.


“Eh, itu kenapa kakimu Ngel...?” tanya CP Chelsea sambil menghampiri Angel.


“Ah ini, tadi kesleo waktu main tenis. Tapi sudah tidak apa-apa. Ayo cepat putar videonya saja...” suruh Angel.


“Ah ya, sini Chel...” pinta Marsha yang sudah berada didepan layar tv.


“Kita akan melihat sesuatu yang menarik,” jawab Marsha yang kemudian membantu Chelsea menyambungkan handycam tersebut ke tv.


“Putri Mahkota akan memperlihatkan video komedi romantis dari keluarga kerajaan yang ia ambil dari CP Bagas,” jelas Novi yang juga membantu Chelsea menyambungkan handycam.


“Lucu? Kamu lebih lucu...” ujar Fattah menggoda.


“Hei, sudah semua diam! Video’nya sudah siap,” ujar Marsha.


“Ini dia, ayo kita lihat...” ujar Chelsea.


Rafa yang baru saja masuk keruangan tersebut pun, ikut menonton dari depan pintu. Begitu juga dengan Chindai yang sedari tadi memang ada diruangan tersabut, namun memisahkan diri dengan melihat ikan diakuarium disudut ruang, juga ikut melihat video tersebut.


Chelsea mundur ke belakang agar yang lain bisa menyaksikannya. Tapi dia kaget saat melihat isi rekaman yang mulai berjalan. Itu bukan film yang diambilnya.


“Siapa yang merekam ini?” ujar Chelsea panik melihat dirinya yang tidur ada dalam rekaman tersebut.


“Kenapa? Kalau bukan kau, siapa lagi yang mengambil dan merekam video itu? Bukankah itu handycam milikmu?” tanya Angel dengan antusias.


“Tidak tahu...” ujar Chelsea masih panik.


Tiba-tiba, Bagas datang dan berteriak dengan panik saat melihat video yang ada di tv.


“HEI! Handycam itu!!! Ahhhhh~” teriak Bagas. Tapi terlambat. Video itu sudah sampai ke adegan dimana Bagas mencium pipi Chelsea di atas tempat tidur dengan mesra. Chelsea malu karena rekamannya tak sesuai yang ada di bayangannya karena sudah dihapus oleh Bagas. Chelsea berusaha menutupi layar TV, tapi semua yang ada sudah terlanjur melihat adegan romantis itu.


Chindai kaget melihatnya. Rafa terlihat kecewa karenanya. Yang lain pada teriak antusias.


“Kenapa kau tunjukkan video itu pada kami semua?” tanya Josia pada Bagas yang sudah duduk disofa dengan malu.


“Cerita cinta pasangan Royal Couple, kami sudah melihatnya dengan baik,” ledek Difa. Fattah yang duduk di bawah Difa ikut tertawa geli. Kemudian semuanya ikut bertepuk tangan.


“Hey! Hey hey hey! Ini bukan seperti itu. Jangan salah sangka. Bukan itu maksudnya,” ujar Bagas mencoba menutupi rasa malunya. Chelsea merasa malu dan dia langsung berlari pergi membawa handycamnya, meninggalkan ruangan itu diiringi tatapan sedih Rafa.


*


Chelsea masuk ke kamanya dan mulai mengatur nafasnya.


“Kenapa dia merekam adegan seperti itu? Apa dia benar-benar brengsek ataukah karena dia ingin mempermalukanku? Aaa~ semua sudah melihatnya! Ini sangat memalukan,” keluh Chelsea.


Tapi kemudian dia tiba-tiba tersenyum dan bilang pada dirinya sendiri kalau dia ingin menonton video itu sekali lagi!


*


Malam itu di Villa di adakan pesta topeng. Semua sudah berkumpul di teras kebun belakang villa tersebut. Chelsea dan ketiga temannya pergi ke belakang. Sedangkan yang lain sedang memberikan ucapan selamat ulangtahun kepada P.Rafa.


“Kemana Chelsea pergi?” tanya Bagas tak melihat Chelsea.


Belum ada yang menjawab, Chelsea bersama tiga temannya sudah muncul dengan kue yang sudah ada lilin menyalanya. Chelsea yang membawa kue tersebut. Chelsea langsung mendekat ke tempat duduk 
Rafa.


“Karena ini pesta ulangtahun, tentunya harus ada kue ulangtahun,” ujar Chelsea.


“Terimakasih,” jawab Rafa dengan menatap Chelsea penuh arti. Bagas melihat keduanya dengan tatapan cemburu.


“Apa lagi yang kau tunggu? Ayo tiup lilinnya,” suruh Chelsea. Rafa meniup lilinnya dan semua bertepuk tangan untuknya termasuk juga Bagas. Mereka bertepuk tangan sambil mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Rafa lalu kemudian bersulang. Tapi sebelum sampagne’nya diminum, Rafa memberi sambutan.


“Ini adalah pesta ulang tahun impianku, dimana aku ingin menghabiskan waktu bersama teman-temanku seperti ini. Saat aku di Inggris, aku tak punya banyak teman,” ujar Rafa.


“Sekarang kamu mempunyai kami. Benarkan Pangeran Bagas?” ujar Chelsea yang kini sudah berdiri disamping Bagas. Awalnya Bagas hanya cuek tapi akhirnya dia mengiyakannya.


“A, ya,” jawab Bagas sekenanya.


“Bagaimanapun juga, Selamat Ulang Tahun,” ucap Bagas kemudian.


“Terimakasih,” balas Rafa sambil bersulang dengan Bagas.


“Untuk kedatanganmu,” lanjut Rafa sambil memandang Chelsea. Bagas melihat hal itu. Ia kesal, kemudian ia hendak meneguk semua sampagne yang ada digelasnya. Belum sempat ia minum, Chindai berseru.


“Bagas, jangan minum itu,” ucap Chindai tiba-tiba yang menghentikan Bagas belum jadi meminumnya. Kemudian Bagas menatap Chindai.


“Ini sampagne peach. Kamu alergi dengan peach,” jelas Chindai.


“Apa ini sampagne peach?” tanya Bagas kepada Fattah yang memegang botol sampagne tersebut.


“A, ya benar. Ini sampagne peach,” jawab Fattah setelah membaca ingredients pada botol tersebut.


“A, untunglah,” ujar Bagas. Chelsea hanya diam terlihat kecewa. Karena dia sama sekali tak tahu akan hal itu, tentang suaminya sendiri.


“Terakhir kali Bagas makan sekaleng buah peach, badannya jadi semerah wortel. Tapi lucunya, punggung Bagas terdapat bintik-bintik dan bentuknya hampir menyerupai hati,” cerita Chindai dengan antusia. Semakin terlihat wajah Chelsea yang kecewa. Bagas yang berdiri disampingnya pun menyadari akan hal tersebut.


“Peristiwa itu sudah lama sekali berlalu,” ujar Bagas dengan kesal. Chelsea masih berusaha memendam rasa irinya pada Chindai yang tahu banyak hal tentang Bagas.


“Jika kau minum itu, kau pasti dapat masalah besar,” sindir Chindai. Chelsea yang kesal karena Chindai yang lebih tahu, langsung meneguk sampagne dalam gelasnya dalam satu tegukan.


“Oh ya, apa kamu sudah memberitahu Chelsea kalau kamu juga alergi pada kacang?” lanjut Chindai. Bagas memandang sekilas pada Chelsea yang kesal tepat saat Chelsea juga memandang Bagas.


“Hah? Belum,” jawab Bagas dengan salah tingkah.


“Kamu tidak bisa makan kacang? Aku suka sekali makan kacang,” ujar Chelsea yang emosinya sudah memuncak lalu melihat sampagne yang dibawa Bagas.


“Jika ini tak diminum, biarkan aku minum. Aku juga sangat suka buah peach,” ujar Chelsea yang merebut gelas dipegangan Bagas.


“Hei! Kamu ingin pamer?” Bagas mencoba melarang Chelsea untuk meminum sampagne’nya.


“Peach? Aku sangat suka sekali dengan buah peach!” ujar Chelsea dengan gaya imut lalu meneguk sampagne tersebut. Chindai memperhatikan tingkah Chelsea dengan iri karena perhatian Bagas. Rafa pun memandangi Chelsea dengan kasihan sekaligus cemburu.


*


Chelsea duduk sendirian di ditaman balkon sambil memandangi bintang disaat Rafa datang menghampirinya.


“Dari tadi aku mencarimu. Apa yang kamu lakukan?” tanya Rafa yang sudah duduk disamping Chelsea.


“Hanya disini,” jawab Chelsea malas-malasan.


“Apa semua ini karena Chindai?” tanya Rafa kemudian.


“Chindai tahu banyak hal tentang Bagas daripada aku yang tak tahu apa-apa tentang Bagas,” jawab Chelsea kemudian.


“Chindai dan Bagas sudah bertemu dan pernah dekat selama 2 tahun. Dan yang ku dengar, mereka berdua memang sangat dekat. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat,” ujar Rafa.


“Itu memang benar. Tapi, tetap saja aku merasa sangat buruk karena tak tahu apa-apa tentang Bagas. Apa waktu bisa membuatnya tahu banyak hal tentang Bagas?” tanya Chelsea dengan sedih.


“Rasanya takkan mungkin semudah itu,” ujar Rafa karena kecewa. Chelsea mencoba mengendalikan airmatanya. Dia melihat sekelilingnya dan melihat sesuatu. Dia melihat Chindai dan Bagas yang sedang bicara berdua ditaman bawah.


*


“Mereka bilang mereka akan mendukungku. Tapi sebenarnya yang mereka inginkan adalah membuatku pergi meninggalkan Palembang,” keluh Chindai yang berdiri bersandar pada tiang ayunan.


“Jangan khawatir akan hal itu. Meskipun mereka keluarga kerajaan, mereka tak berhak mengatur hidupmu,” ujar Bagas yang berdiri didepan Chindai.


“Tidak. Aku sudah memikirkannya dengan tenang. Aku tak ingin selalu bergantung pada guruku. Dukungan ini lebih banyak untuk menggapai mimpiku. Dan juga, aku sudah menerimanya. Aku berpikir pergi ke luar dari Palembang untuk belajar, dan kemudian aku berpikir tentang sesuatu. Tak lama lagi kau juga akan menyusul untuk belajar tentang fotografi dan aku akan belajar biola. Itu mungkin akan butuh waktu 2-3 tahun lagi. Bukankah kau juga ingin belaja di luar negeri? Jika itu benar-benar terjadi, jika kita bisa belajar bersama, itu akan sangat menyenangkan,” ungkap Chindai.


Tanpa mereka tahu, Chelsea yang sudah turun dan berdiri didekat tempat mereka mengobrol yang hanya terbatas tembok pagar tinggi, mendengar percakapan itu dan tambah kecewa karenanya.


“Pergi sendirian, aku pasti akan merasa kesepian,” tambah Chindai.


“Aku memang ingin belajar ke luar negeri,” ungkap Bagas.


“Jika kau ingin melebarkan sayapmu dan meraih mimpimu untuk belajar tentang fotografi di Prancis, kau pasti akan menjadi fotogrfer yang hebat,” ujar Chindai.


“Ya. Setelah 2-3 tahun, pergi ke Paris adalah masa depanku,” ungkap Bagas.


“Aku tahu kau akan berpikir seperti itu, lalu…” ujar Chindai tapi kata-katanya dipotong oleh Bagas.


Chelsea terlanjur cemburu, kecewa dan marah Bagas mengobrol berdua dengan Chindai lagi. Pikirannya sudah kalut dan dengan prasangkanya, Chelsea pergi meninggalkan  mereka dengan perasaan sedih, marah dan kecewa. Tanpa tahu apa yang Bagas katakan pada Chindai. Rafa yang sedari tadi mengikuti Chelsea pun, ikut pergi meninggalkan tempat itu bersama Chelsea.


“Tapi, kupikir, aku punya sesuatu yang lebih baik dari mimpiku yang baru saja muncul dalam kehidupanku. Jika aku benar-benar akan pergi, aku akan pergi bersama orang itu,” ungkap Bagas. Chindai terlihat kaget dan kecewa dengan apa yang baru Bagas katakan. Dia seakan tak percaya akan apa yang baru saja didengarnya.


“Tapi sekarang, aku tak bisa meninggalkan istana. Ibuku mungkin tak benar-benar tulus membantumu. Tapi kurasa itu yang terbaik untukmu. Raihlah mimpimu di Paris,” tambah Bagas lagi.


*


Chelsea duduk lagi bersama Rafa. Matanya sudah mulai memerah dan berkaca-kaca. Tapi dia mencoba untuk tetap menahan air mata kesedihannya.


“Apa kau tahu apa yang Bagas suka atau tidak?” tanya Rafa.


“Bagas pasti berbeda denganku. Bagas sudah merencanakan masa depannya tanpa aku. Aku tak seperti itu. Berpikir kalau Bagas tak ada di masa depanku saja membuat hatiku sakit. Tapi Bagas tak seperti itu. Dia benar-benar berbeda denganku,” ungkap Chelsea menahan tangisnya.


“Sudah kubilang padamu jangan percaya pada hatinya. Kau dan Bagas memang tak cocok,” ujar Rafa memanas-manasi.


“Ini membuatku berpikiran buruk, dia seharusnya mengatakan impiannya tentang belajar ke luar negeri padaku,” keluh Chelsea.


“Tapi mungkin Chindai membuatnya merasa nyaman daripada harus bicara padamu,” komentar Rafa lagi. Chelsea berusaha menahan tangisnya dengan menggigit bibirnya sendiri.


*Di kediaman King Cakka dan Queen Agni


**

King Cakka bertemu dengan seseorang di tepi danau. Ternyata yang ditunggunya adalah P.Shilla. Mereka berjalan berduaan sambil bergandengan tangan dengan mesra dan tertawa gembira. Lalu keduanya duduk di sebuah bangku taman dan bercanda. Bahkan King Cakka mencium kening P.Shilla. King Cakka tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

**


Ternyata itu adalah mimpi King Cakka. King Cakka terbangun dan kemudian duduk di kursi. Queen Agni ikut terbangun juga karena suaminya bangun. Tapi Queen Agni pura-pura masih tertidur di tempat tidurnya.


“Ada apa dengan mimpiku? Kenapa itu terlihat seperti nyata? Padahal sudah berlalu lama,” keluh King Cakka.


Queen Agni kemudian bangun dan turun dari tempat tidur lalu mendekati suaminya dan duduk di depannya.


“Ada apa, Yang Mulia? Apa Anda mimpi buruk?” tanya Queen Agni mengagetkan King Cakka.


“Maafkan aku, mungkin aku membangunkanmu,” ujar King Cakka mengetahui istrinya ikut terbangun.


“Aku juga tak nyenyak tidur. Apa yang Yang Mulia impikan?” tanya Queen Agni lagi.


“A, itu bukan apa-apa,” jawab King Cakka.


“Sudah 25 tahun aku hidup denganmu. Itu adalah waktu yang lama. Selama itu, aku selalu ada untukmu. Tapi kurasa, aku tak bisa dekat dihatimu,” ungkap Ratu.


“Apa maksudmu Ratu?” tanya King Cakka.


“Aku selalu menunggu sampai hatimu kosong untuk ku tempati. Aku selalu menunggu dan menunggu. Terkadang aku ingin menyerah, tapi aku tak bisa. Aku harus melihat sampai anakku jadi Raja. Itu akan jadi hadiah terindah dalam hidupku yang bisa kau berikan padaku yang sudah selalu menderita disisimu dan hanya bisa diam saja,” ungkap Queen Agni.


“Ratu, tentang itu…,” ujar King Cakka terpotong.


“Jadi, Yang Mulia, kau harus melindungi Putra Mahkota. Kau harus melakukan hal itu,” tambah Ratu lagi.


*Di Villa ulang tahun Rafa


Di pesta Rafa, mereka menikmati api unggun sambil berbicara tentang kapan mereka bisa seperti ini lagi. Pasti akan sulit karena sebentar lagi mereka akan lulus. Jika mereka lulus, mereka akan berbaur di masyarakat. Mereka akan sulit untuk bisa menghabiskan waktu seperti ini lagi.


“Kita akan memulai hidup dengan serius. Kapanpun, dimanapun. Kita harus hidup dengan serius tak peduli dimanapun kita berada,” ujar Chelsea.


“Hei, bebek, kau akan menghabiskan sisa umurmu di dalam istana, jadi bagaimana kau bisa berkata kalau kita harus hidup dengan serius?” tanya Fattah.


“Aku mungkin akan mendapatkan kebebasanku 2-3 tahun lagi,” jawab Chelsea. Bagas menatap Chelsea.


“Bagaimana mungkin kau bisa bebas? Apa kau tak ingat siapa kau?” tanya Difa.


“Bagaimanapun juga aku harus tetap memikirkannya,” jawab Chelsea.


“Kalau begitu, nanti pasti akan muncul berita Sang Putri kabur dari istana,” ucap Josia.


“Jangan bicara omong kosong tentang Putri yang meninggalkan istana,” timpal Bagas.


“Aku juga berhak memikirkan masa depanku,” ucap Chelsea. Bagas hanya bisa menatap Chelsea dengan kecewa.


Chelsea bermain-main dengan lilin yang ada di depannya. Dan tangannya terluka karena panas. Chelsea berteriak kesakitan karenanya. Marsha dan Angel langsung panik sambil memegangi tangan Chelsea dan bertanya apa Chelsea tak apa-apa, kenapa tak hati-hati.


“Aku akan mengambilkan es untukmu,” ujar Rafa panik.


“Tidak perlu, akau akan mengambilnya sendiri,” ucap Chelsea sambil memegangi tangannya yang kesakitan sambil berjalan akan pergi.


“Baiklah, aku akan menemanimu,” tawar Rafa sambil membukakan pintu untuk Chelsea. Bagas hanya bisa memandangnya dengan memendam rasa cemburunya.


Ada sebuah bata yang lepas dan bata itu membuat Chelsea jatuh tersandung. Rafa berusaha menahan tubuh Chelsea agar Chelsea tak terluka. Rafa terjatuh dengan tangannya yang berada dibawah tubuh Chelsea yang juga terjatuh namun terlindung oleh tangan Rafa. Bagas memandangi keduanya dengan marah, tapi dia hanya diam saja.


“Raf... Rafa, apa kamu tidak apa-apa?” ujar Chelsea panik sambil bangun dan membantu Rafa untuk bangun. Chelsea kaget saat melihat tangan Rafa yang terluka dan berdarah karena menimpa lampu taman yang pecah tertimpa tubuh Rafa. Yang lain hanya menatap kedua orang itu dengan bingung tanpa keluar membantu karena tidak enak dengan Bagas yang terlihat marah namun diam saja.


“Aku tak apa-apa, asal kau tak apa-apa,” ujar Rafa kemudian. Setelah Rafa berdiri, merekapun pergi dari tempat itu berdua.


*


Chelsea dan Rafa duduk berdua ditaman balkon. Chelsea menempelkan plester di luka Rafa. Chelsea mengkhawatirkan luka Rafa. Tapi Rafa berkata kalau dia tak apa-apa. Bukankah Rafa sudah pernah bilang, lebih baik dia yang terluka daripada melihat Chelsea yang terluka. Dia akan merasa sakit saat melihat Chelsea terluka.


“Maafkan aku, ini semua salahku,” pinta Chelsea merasa bersalah.


“Jika kau benar-benar minta maaf, maukah kau menerima sebuah hadiah dariku?” tanya Rafa.


“Hadiah? Tapi hari ini kan ulangtahunmu?” Chelsea malah balik bertanya. Rafa tersenyum.


“Ada sesuatu yang benar-benar ingin kuberikan padamu,” ungkap Rafa.


“Baiklah,” ucap Chelsea kemudian. Chelsea menunduk. Rafa mendekat dan kemudian mengecup kening Chelsea. Chelsea kaget karenanya.


“Aku melakukan hal ini bukan sebagai seorang teman, tapi sebagai seorang laki-laki terhadap seorang wanita,” ucap Rafa serius denganChelsea yang masih kaget.


“Terimakasih karena kamu sudah muncul dalam hidupku dan jadi bagian dari takdirku,” ungkap Rafa kemudian.

Chelsea yang bingung harus bagaimana, hanya diam. Tapi dia merasa grogi. Dia mencoba menatap berkeliling, saat itulah dia tersadar, kalau Bagas berdiri di kejauhan tepat di depan mereka dan menatapnya dengan penuh kemarahan. Chelsea langsung salah tingkah dengan langsung berdiri tegap. Tapi dia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Chelsea kembali duduk. Bagas menghampiri mereka.


“Bangun,” perintah Bagas dengan dingin kepada Chelsea tanpa menatap mata Chelsea.


“Aku tak mau,” ucap Chelsea juga tanpa memandang Bagas.


“Aku bilang bangun,” ulang Bagas masih dengan dingin. Kemudian Bagas meraih tangan Chelsea dan menariknya agar bangun dari duduknya. Tapi Chelsea tetap menolaknya. Hingga Rafa berdiri dan 
menghalangi Bagas.


“Dia bilang tidak mau, jangan paksa dia,” ujar Rafa sambil melepaskan genggaman tangan Bagas pada tangan Chelsea.

Bagas dengan geram menghempas pegangan tangan Rafa ditangannya. 

Lalu menyeret Chelsea pergi dari tempat itu tanpa berkata apa-apa, dan Chelsea pun hanya diam diseret Bagas. Rafa memandangi kepergian mereka berdua dengan menahan amarahnya.


*


Bagas membawa Chelsea pergi ke sudut ruang kamar mereka. Dengan kasar, Bagas melepaskan tangan Chelsea. Chelsea terus memegangi tangannya yang sakit karena diseret paksa oleh Bagas.


“Apa tak cukup bagimu untuk jatuh ke pelukan laki-laki lain seperti itu? Apa kamu sangat menyukainya? Apa kamu memang sangat peduli pada Rafa?” bentak Bagas.


“Kamu itu bicara apa? Kamu pikir Rafa terluka karena siapa?” balas Chelsea dengan emosi.


“Bagiku, itu terlihat seperti kesempatan yang kalian berdua tunggu-tunggu. Bukankah dia melakukannya untuk melamarmu?” teriak Bagas dengan emosi tak terkendali.


“Berhenti bicara omong kosong. Kenapa kmau tak fokus saja tentang rencana masa depanmu yang hebat?” ujar Chelsea kesal. Chelsea melangkah pergi meninggalkan Bagas.


“Kamu itu bicara apa?” ujar Bagas sedikit melunak tak paham. Chelsea berhenti dan Bagas berjalan menghampirinya.


“Setelah 2-3 tahun, kita akan bercerai dan kamu akan pergi ke luar negeri. Lebih baik kamu mulai merencanakannya sekarang,” jawab Chelsea dengan mata berkaca.


“Belajar di luar negeri? Oh itu,” ujar Bagas paham. Bagas berusaha menjelaskannya, tapi Chelsea tak memberinya kesempatan untuk bicara.


“Aku tak peduli dengan siapa kamu akan pergi belajar ke luar negeri. Saat itu, aku akan kembali bersama keluargaku. Itulah masa depan yang kuinginkan,” ungkap Chelsea.


“Jadi masa depan yang kamu inginkan adalah kembali ke rumahmu?” tanya Bagas kemudian.


“Ya. Jika kamu memikirkannya, pasti semuanya akan berjalan dengan baik. Kamu bisa pergi untuk meraih mimpimu dan aku bisa memulai hidup baruku dengan seseorang yang kusukai,” ujar Chelsea.


“Dengan kata lain, kamu akan memulai hidup barumu dengan Rafa?” tanya Bagas dengan kasar.


“Apa? Kamu benar-benar hanya peduli pada dirimu sendiri. Rafa dan kamu berbeda. Setidaknya dia jujur padaku. Kamu tak pernah jujur padaku. Jika kamu jujur, kami tak mungkin bisa sedekat ini sekarang,” marah Chelsea.


Chelsea hendak melangkah pergi. Tapi Bagas menahan tangan Chelsea. Bagas memojokkan Chelsea dan mencium Chelsea dengan paksa. Chelsea terus saja meronta berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Bagas yang mencium paksanya.

-TBC-

Spoiler Chap. 4 part 5

“Apa kau berkata seperti itu agar aku merasa nyaman? Saat situasi seperti ini, tak bisakah kau membuatku merasa nyaman?” ujar Chelsea.

“Aku tak tahu bagaimana caranya. Dan juga, membuatmu nyaman takkan bisa mengatasi masalah,” ungkap Bagas.

“Orang-orang biasanya saling membuat perasaan orang terdekatnya menjadi nyaman. Meskipun tak bisa mengatasi masalah, tapi hal itu bisa membuat perasaanku jadi lebih baik,” timpal Chelsea dengan lantang.

“Hanya dengan bilang, ‘Chelsea apa kau tak apa-apa?’ hanya dengan kalimat singkat seperti itu. Terkadang aku juga ingin merasa mendapatkan kenyamanan dari Pangeran Bagas. Tapi, sepertinya, kenyamanan itu aku dapat dari orang lain,” ungkap Chelsea.

“Jangan bilang padaku…Apa kau dapatkan itu dari Rafa?” tanya Bagas mulai geram. Chelsea tersenyum sinis dan beranjak pergi.

“Apa yang bisa membuatmu membandingkannya denganku?” seru Bagas sambil memegangi tangan Chelsea.

“Lepaskan aku,” kata Chelsea.

“Katakan padaku. Setidaknya aku ingin tahu alasannya?” paksa Bagas.
“Setidaknya P.Rafa selalu memperhatikan pikiran dan perasaan orang lain,” jawab Chelsea.
---
 
NB: New link address. Wdyt? :D
Give your comment lah...

No comments:

Post a Comment