King Cakka sedang berdua bersama dengan Sekertaris Istana.
“Apakah CP Bagas, CP Chelsea dan juga P.Rafa sudah selamat tiba di Villa?”
tanya King Cakka.
“Dari yang saya dengar, mereka semua selamat tiba disana, Yang Mulia,”
jawab Sekertaris istana.
“Aku merasa buruk karena lupa akan hari ulang tahun P.Rafa. Untungnya Putra
Mahkota dan Istrinya menemaninya untuk merayakan ulangtahunnya. Itu melegakan
untukku,” ungkap king Cakka.
“Yang Mulia, ada kabar yang beredar di luar istana,” ucap Sekertaris
Istana.
“Katakan saja,” King Cakka mempersilahkan.
“Maaf Yang Mulia. Mereka berkata, posisi Pangeran Rafa jadi semakin
meningkat dimata mereka. Mereka bahkan berkata kalau mereka ingin posisi Putra
Mahkota diganti dengan P.Rafa” ujar Sekertaris Istana.
“Melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini, pantas kalau mereka berpikir
seperti itu. Itu bukan hal yang mengejutkan,” ujar King Cakka.
“Yang Mulia, bukankah kita harus meredam itu semua? Semakin hari, berita
itu semakin menakutkan,” saran Sekertaris Istana kemudian.
“Sekertaris Istana,” panggil Raja.
“Ya, Yang Mulia,” jawab Sekertaris Istana.
“Sejujurnya, aku juga merasa kalau Pangeran Rafa lebih pantas untuk jadi
seorang Pangeran yang akan jadi Raja berikutnya,” ungkap Raja. Sekertaris
Istana memandangi Raja seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Yang Mulia, tak seharusnya Anda berkata seperti itu,” ujar Sekertaris
Istana.
“Aku tahu. Tapi setelah kuamati peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi, aku
selalu berpikir seperti itu,” ujar Raja.
*Di kamar Royal Couple
Chelsea sedang tidur siang di kamar villa’nya dengan Bagas yang baru saja
terbangun dan sekarang tengah duduk di samping Chelsea. Bagas tersenyum
memandangi Chelsea yang tidur.Bagas pun membelai pipi Chelsea dengan lembut. Lalu
Bagas melihat sebuah handycam yang terletak dimeja disisi kasur Chelsea. Karena
penasaran, Bagas mengambil handycam tersebut dan melihat video didalamnya.
Betapa terkejutnya Bagas, rekaman yang ada didalam handycam itu adalah
rekaman sewaktu Bagas tidur tadi, dan Chelsea sedang mengerjainya. Didalam
rekaman video tersebut, Chelsea merias wajah Bagas dengan rambutnya dikucir 2.
Lalu memakaikan lipstick pada bibir Bagas membentuk love dan bulatan dikedua
sisi Bagas, mirip JengKelin. Bagas pun langsung berkaca, melepaskan kuncir pada
rambutnya, dan menghapus lipstick pada bibir dan pipinya dengan tissu. Kesal,
Bagas pun iseng akan merekam Chelsea yang sedang tertidur. Namun ketika melihat
Chelsea yang tertidur, niat itu pun berubah.
Bagas meletakkan handycam tersebut pada sebuah meja. Lalu Bagas
mengatur
posisi handycamnya agar bisa menangkap
angel yang ingin ia rekam. Setelah dirasa cukup pas sudut posisi dan terang,
Bagas menekan tombol ‘rec’ dan kemudian Bagas duduk ditempat tidur, disamping
Chelsea tertidur. Bagas membelai rambut Chelsea yang sedang tertidur pulas dan
kemudian mengecup pipi Chelsea dengan mesra.
*Dilapangan tenis
Angel, Novi dan Marsha sudah berada dilapangan tenis yang berada divilla
tersebut. Marsha dan Angel sedang sedang bertanding main tenis sebagai tunggal
putri. Sedangkan Novi sedang sibuk sendiri membaca komik kesukaannya dipinggir
lapangan.
Sambil bermain tenis, mereka mengobrol. Mereka berkata, mereka senang
sekali bisa menikmati semua kemewahan ini karena jadi teman Yang Mulia Putri
Mahkota, Agatha Chelsea. Obrolan mereka pun penuh canda-tawa.
Tiba-tiba hp Marsha yang berada disamping Novi pun berdering ada telepon.
Novi pun memanggil Marsha memberi tahu bahwa hp’nya berdering. Tanpa menyelesaikan permainannya, Marsha pun
bergegas menuju hp’nya dan mengangkatnya.
Ternyata telpon tersebut dari Rafli, adik Chelsea. Selama ini, memang
dibanding dengan teman-teman Chelsea yang lain, Marsha yang paling dekat dengan
Rafli. Itu karena mereka punya kesamaan selalu mengikuti fashion dunia.
Disamping Marsha yang orangtuanya memiliki butiq terkenal, Rafli pun uptodate
tentang mode fashion baru dan suka membelinya dengan online-shop.
“Sudah kamu temukan yang jual baju yang aku inginkan?” Marsha langsung
bertanya setelah mengangkat telepon dan tahu siapa yang menelponnya.
“Eh... Iya kak,tapi warna yang kakak inginkan belum ada. Ntar kalo dah ada
aku kabarin deh. Ngomong-omong, kakak lagi sama kakakku gak? Dari tadi aku coba
telpon gak bisa...” ujar Rafa
yang awalnya kaget menerima pertanyaan Marsha.
Karena memang tujuan telponnya untuk menelpon Chelsea untuk menanyakan apa dia
boleh meminjam tas ransel milik kakaknya.
“Oh, dari tadi kita juga gak melihatnya...” jawab Marsha yang masih
berteleponan dengan Rafli dan malah jalan menjauh dari teman-temannya.
“Dari siapa?” tanya Angel yang berjalan menuju tempat duduk Novi.
“Entahlah,” jawab Novi singkat sambil masih membaca komiknya.
Tepat saat itu, rombongan Difa, Fattah, Josia dan Chindai berjalan mendekat
lapangan tenis tersebut.
“Hei, ayo kita mampir ketempat para followers Putri Mahkota itu...” ajak
Fattah usil.
“Bukankah kita mau fitnes?” tanya Chindai kemudian.
“Iya, tapi ayo kita mampir kesana dulu...” ajak Fattah dengan sedikit
memaksa. Akhirnya mereka pun menuju Novi yang sedang membaca komik, dan Angel
yang baru saja duduk sambil minum.
“Hei para followers, sedang apa kalian?” ucap Fattah usil. Novi dan juga
Angel hanya melihat kedatangan mereka tanpa menjawab pertanyaan Fattah tadi.
Kemudian mata Fattah fokus tertuju pada Novi, bukan, tapi pada komik yang Novi
bawa.
“Hei, itukan edisi yang terbaru... Kenapa kau sudah punya?” ucap Fattah
kaget sambil bergegas duduk disamping Novi sambil mengganggu Novi yang sedang
membaca, Fattah malah ingin merebut komik yang Novi bawa tersebut.
“Hei... kenapa kau ini?” ujar Novi kesal sambil terus mempertahankan komik
yang ia pegangang.
“Ini kan edisi terbaru? Bagaimana kau sudah punya? Bukankah kemarin ada
masalah dengan peraturan tentang peredaran komik sehingga komik-komik baru
sulit didapat?” celoteh Fattah yang masih ingin meminjam komik Novi. Angel hanya
melihatnya, begitu juga dengan gerombolan Fattah yang terus duduk didekat
Fattah.
“Kau orang kaya, tapi tak uptodate ya... Awal bulan ini kan masalah
peraturan itu sudah kelar,” jawab Novi ketus.
“A, benarkah? Apa sekertaris ibuku sudah membelikanku edisi ini ya? Ah
benar, sudah lama aku gak keruang baca...” Fattah berbicara pada dirinya
sendiri.
“Jadi, kau juga penyuka komik?” tanya Fattah dengan antusias pada Novi. Dan
kemudian Novi dan Fattah malah sibuk ngomongin komik.
“Hey, bagaimana kalau kita main tenis saja? Ini juga olahraga kan...” tawar
Difa yang malas mendengarkan obrolan Novi dan Fattah.
“Ah ya, ayo kita main sebagai ganda campuran! Aku akan berpasangan dengan
dia... ” ujar Fattah dengan bersemangat namun kemudian ketika dia menunjuk Novi
dia ragu karena belum tahu siapa namanya.
“Eh, ngomong-omong siapa namamu?”
tanya Fattah sambil mengulurkan tangannya.
“Hah, siapa yang mau berpasangan denganmu?” ujar Novi kesal karena Fattah
tak tahu namanya.
“Ayolah, kita tunjukan bagaimana kekuatan sesama penyuka manga...” bujuk
Fattah sambil merangkul Novi tapi Novi berusaha melepaskan rangkulan Fattah.
“Tapi kita kelebihan satu couple, bagaimana kalo kalian ber-suit untuk
menentukan siapa yang akan melawan kami?” usul Fattah percaya diri.
“Aku tidak ikut, kalian main saja...” ujar Chindai yang duduk di ujung.
“Kalo begitu aku juga tidak ikut, Difa dengan Angel saja. Aku akan menjadi
wasitnya...” usul Josia.
“Ah itu bagus! Tapi, bagaiman kau tahu nama dia Jo? Aku bahkan tak tahu.
Lalu, siapa nama gadis ini? Dia tidak mau memberitahuku sepertinya,” keluh
Fattah.
“Ah kau ini, kau memang seperti itu. Tak mau menghafal nama orang. Dia
adalah Novi, bukankah orantuanya cukup terkenal? Mereka adalah reporter acara traveling
kan? Dan dia (mengalihkan pandangan pada Angel) adalah Angel, orangtuanya
adalah salah satu pengusaha batubara yang sukses. Lalu dia (menunjuk Marsha
yang masih berteleponan dan duduk jauh dari mereka) bernama Marsha. Orangtuanya
mempunyai butiq yang terkenal,” jelas Josia.
“Waa, bagaiman kau tahu kami dengan begitu baik?” ujar Novi dengan
pandangan kagum pada Josia.
“Hei, sudahlah! Ayo kita main,” ujar Fattah yang langsung menarik Novi
masuk lapangan karena tidak suka Novi dengan pandangan kagumnya pada Josia.
“Baiklah, ayo nona Angel, kita juga main...” ajak Difa yang jalan duluan ke
arena lapangan.
Mereka pun bermain dengan seru. Permainan Difa-Angel lebih serius daripada
Fattah-Novi. Karena Fattah sering menggodai Novi ditengah permainan, membuat
Novi sedikit kesal.
Skore sementara pasangan Difa-Angel lebih unggul namun dengan perbedaan
poin yang tipis. Fattah menangkis bola dengan kencang menuju arena permainan
Difa-Angel. Difa yang menjaga arena belakang dan Angel menjaga arena permainan
depan. Tangkisan bola tersebut seperti akan terjatuh ditengah arena permainan
Difa-Angel. Difa pun sedikit maju akan menangkis bola tersebut, tepat disaat
Angel juga mundur ingin menangkis bola tersebut. Terjadi misscomunikasi pada
team mereka. Tabrakan antara Difa-Angel pun tak terhindarkan. Difa yang lebih
kuat, otomatis mendororong Angel jatuh kedepan tak bisa menstabilkan tubuhnya.
Angel terjatuh membungkuk kedepan, Difa yang juga tertabrak, pun terjatuh
kesamping.
Angel terlihat kesakitan pada kakinya, Difa yang segera bangkit mulai panik
mengkhawatirkan Angel.
“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanya Difa sambil akan membantu Angel
berdiri. Novi-Fattah pun segera berlari menuju dimana Angel terjatuh. Begitu
juga dengan Josia, Chindai dan Marsha yang buru-buru menutup telponnya ketika
melihat Angel jatuh.
“A... a...” gumam Angel kesakitan ketika akan berdiri dengan
meraih tangan
Difa. Difa pun memegang bahu Angel untuk membantunya berdiri. Dan Angel pun
berhasil berdiri. Lalu Novi pun membantu Angel untuk berdiri. Setelah Angel
dibantu berdiri oleh Novi, Difa mulai jongkok dan memegang pergelangan kaki
Angel untuk memeriksannya. Saat Difa memegang kakinya, Angel pun bergumam
kesakitan lagi.
“Sepertinya kakimu sedikit terkilir... Sebaiknya kita bawa masuk dulu,”
ujar Difa sambil ingin memapah Angel.
“Ah, aku bersama Novi juga Marsha saja,” ujar Angel sambil mengulurkan
tangannya apda Marsha yang sudah berada didekat mereka. Angel, Marsha dan Novi
pun masuk kedalam. Difa dan yang lain hanya melihat kepergian mereka.
“Hei, aku jadi merasa bersalah,” ujar Fattah dengan ekspresi sedih sambil
melihat kepergian mereka. Lalu Fattah akan duduk, namun dia melihat komik dan
juga hp Novi dan Angel ditempat duduk pinggir lapangan. Fattah pun lalu
berinisiatif mengejar Angel, Novi dan Marsha sambil membawa barang mereka yang
tertinggal. Difa, Josia dan Chindai pun mengikutinya dengan langkah pelan.
*Dikamar Royal Couple
Chelsea terbangun dari tidurnya. Bagas sudah tak ada dikamar tersebut. Dia memanggil
Bagas tapi tak ada jawaban dari Bagas. Chelsea mengeluh kenapa Bagas pergi
tanpa pamit padanya. Kemudian dia bangun dan menyadari sesuatu yang menarik.
Dia tadi merekam saat dia mendandani Bagas dan dengan penuh semangat dia keluar
dengan membawa handycam itu.
*Diruang tengah
Angel, Novi, Marsha, Fattah, Difa dan Josia sedang berkumpul disana.
Pergelangan kaki Angel telah diperban dan hanya duduk disudut sofa saja. Difa
duduk diamping Angel karena juga merasa bersalah. Novi duduk dibawah masih
sambil membaca komiknya, dan tentu saja Fattah sudah menempel padanya. Fattah
duduk disamping Novi. Sedangkan Marsha duduk didepan sambil memegang kendali remot
tv yang sedang ia tonton. Dan Josia duduk disudut sofa yang lain.
“Apa sekarang kakimu lebih baik?” tanya Difa kepada Angel yang sedang
membaca majalah.
“Ah, iya. Sudah lebih baik,” ujar Angel kaget.
“Maafkan aku, ini juga salahku,” ujar Difa lagi.
“Ah tidak apa-apa, ini kan juga karena aku yang tidak melihat langkahku,”
sanggah Angel yang tak mau menyalahkan Difa.
“Tapi tetap saja...” ujar Difa terpotong karena kedatangan Chelsea yang
bersemangat.
“Hei... aku membawa sesuatu yang menarik...” ujar Chelsea dengan
bersemangat sambil menunjukkan handycam’nya.
“Apa yang akan kita lihat?” tanya Fattah tak sabar.
“Apa itu video yang kamu katakan?” tanya angel kemudian.
“Ah ya, tentu saja,” jawab Chelsea masih ceria. Namun kemudian ia melihat
kaki Angel yang diperban.
“Eh, itu kenapa kakimu Ngel...?” tanya CP Chelsea sambil menghampiri Angel.
“Ah ini, tadi kesleo waktu main tenis. Tapi sudah tidak apa-apa. Ayo cepat
putar videonya saja...” suruh Angel.
“Ah ya, sini Chel...” pinta Marsha yang sudah berada didepan layar tv.
“Kita akan melihat sesuatu yang menarik,” jawab Marsha yang kemudian membantu
Chelsea menyambungkan handycam tersebut ke tv.
“Putri Mahkota akan memperlihatkan video komedi romantis dari keluarga
kerajaan yang ia ambil dari CP Bagas,” jelas Novi yang juga membantu Chelsea
menyambungkan handycam.
“Lucu? Kamu lebih lucu...” ujar Fattah menggoda.
“Hei, sudah semua diam! Video’nya sudah siap,” ujar Marsha.
“Ini dia, ayo kita lihat...” ujar Chelsea.
Rafa yang baru saja masuk keruangan tersebut pun, ikut menonton dari depan
pintu. Begitu juga dengan Chindai yang sedari tadi memang ada diruangan tersabut,
namun memisahkan diri dengan melihat ikan diakuarium disudut ruang, juga ikut
melihat video tersebut.
Chelsea mundur ke belakang agar yang lain bisa menyaksikannya. Tapi dia
kaget saat melihat isi rekaman yang mulai berjalan. Itu bukan film yang
diambilnya.
“Siapa yang merekam ini?” ujar Chelsea panik melihat dirinya yang tidur ada
dalam rekaman tersebut.
“Kenapa? Kalau bukan kau, siapa lagi yang mengambil dan merekam video itu?
Bukankah itu handycam milikmu?” tanya Angel dengan antusias.
“Tidak tahu...” ujar Chelsea masih panik.
Tiba-tiba, Bagas datang dan berteriak dengan panik saat melihat video yang
ada di tv.
“HEI! Handycam itu!!! Ahhhhh~” teriak Bagas. Tapi terlambat. Video itu
sudah sampai ke adegan dimana Bagas mencium pipi Chelsea di atas tempat tidur
dengan mesra. Chelsea malu karena rekamannya tak sesuai yang ada di bayangannya
karena sudah dihapus oleh Bagas. Chelsea berusaha menutupi layar TV, tapi semua
yang ada sudah terlanjur melihat adegan romantis itu.
Chindai kaget melihatnya. Rafa terlihat kecewa karenanya. Yang lain pada
teriak antusias.
“Kenapa kau tunjukkan video itu pada kami semua?” tanya Josia pada Bagas yang
sudah duduk disofa dengan malu.
“Cerita cinta pasangan Royal Couple, kami sudah melihatnya dengan baik,”
ledek Difa. Fattah yang duduk di bawah Difa ikut tertawa geli. Kemudian
semuanya ikut bertepuk tangan.
“Hey! Hey hey hey! Ini bukan seperti itu. Jangan salah sangka. Bukan itu
maksudnya,” ujar Bagas mencoba menutupi rasa malunya. Chelsea merasa malu dan
dia langsung berlari pergi membawa handycamnya, meninggalkan ruangan itu
diiringi tatapan sedih Rafa.
*
Chelsea masuk ke kamanya dan mulai mengatur nafasnya.
“Kenapa dia merekam adegan seperti itu? Apa dia benar-benar brengsek
ataukah karena dia ingin mempermalukanku? Aaa~ semua sudah melihatnya! Ini
sangat memalukan,” keluh Chelsea.
Tapi kemudian dia tiba-tiba tersenyum dan bilang pada dirinya sendiri kalau
dia ingin menonton video itu sekali lagi!
*
Malam itu di Villa di adakan pesta topeng. Semua sudah berkumpul di teras
kebun belakang villa tersebut. Chelsea dan ketiga temannya pergi ke belakang.
Sedangkan yang lain sedang memberikan ucapan selamat ulangtahun kepada P.Rafa.
“Kemana Chelsea pergi?” tanya Bagas tak melihat Chelsea.
Belum ada yang menjawab, Chelsea bersama tiga temannya sudah muncul dengan
kue yang sudah ada lilin menyalanya. Chelsea yang membawa kue tersebut. Chelsea
langsung mendekat ke tempat duduk
Rafa.
“Karena ini pesta ulangtahun, tentunya harus ada kue ulangtahun,” ujar
Chelsea.
“Terimakasih,” jawab Rafa dengan menatap Chelsea penuh arti. Bagas melihat
keduanya dengan tatapan cemburu.
“Apa lagi yang kau tunggu? Ayo tiup lilinnya,” suruh Chelsea. Rafa meniup
lilinnya dan semua bertepuk tangan untuknya termasuk juga Bagas. Mereka
bertepuk tangan sambil mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Rafa lalu kemudian
bersulang. Tapi sebelum sampagne’nya diminum, Rafa memberi sambutan.
“Ini adalah pesta ulang tahun impianku, dimana aku ingin menghabiskan waktu
bersama teman-temanku seperti ini. Saat aku di Inggris, aku tak punya banyak
teman,” ujar Rafa.
“Sekarang kamu mempunyai kami. Benarkan Pangeran Bagas?” ujar Chelsea yang
kini sudah berdiri disamping Bagas. Awalnya Bagas hanya cuek tapi akhirnya dia
mengiyakannya.
“A, ya,” jawab Bagas sekenanya.
“Bagaimanapun juga, Selamat Ulang Tahun,” ucap Bagas kemudian.
“Terimakasih,” balas Rafa sambil bersulang dengan Bagas.
“Untuk kedatanganmu,” lanjut Rafa sambil memandang Chelsea. Bagas melihat
hal itu. Ia kesal, kemudian ia hendak meneguk semua sampagne yang ada
digelasnya. Belum sempat ia minum, Chindai berseru.
“Bagas, jangan minum itu,” ucap Chindai tiba-tiba yang menghentikan Bagas
belum jadi meminumnya. Kemudian Bagas menatap Chindai.
“Ini sampagne peach. Kamu alergi dengan peach,” jelas Chindai.
“Apa ini sampagne peach?” tanya Bagas kepada Fattah yang memegang botol
sampagne tersebut.
“A, ya benar. Ini sampagne peach,” jawab Fattah setelah membaca ingredients
pada botol tersebut.
“A, untunglah,” ujar Bagas. Chelsea hanya diam terlihat kecewa. Karena dia
sama sekali tak tahu akan hal itu, tentang suaminya sendiri.
“Terakhir kali Bagas makan sekaleng buah peach, badannya jadi semerah
wortel. Tapi lucunya, punggung Bagas terdapat bintik-bintik dan bentuknya hampir
menyerupai hati,” cerita Chindai dengan antusia. Semakin terlihat wajah Chelsea
yang kecewa. Bagas yang berdiri disampingnya pun menyadari akan hal tersebut.
“Peristiwa itu sudah lama sekali berlalu,” ujar Bagas dengan kesal. Chelsea
masih berusaha memendam rasa irinya pada Chindai yang tahu banyak hal tentang
Bagas.
“Jika kau minum itu, kau pasti dapat masalah besar,” sindir Chindai.
Chelsea yang kesal karena Chindai yang lebih tahu, langsung meneguk sampagne
dalam gelasnya dalam satu tegukan.
“Oh ya, apa kamu sudah memberitahu Chelsea kalau kamu juga alergi pada
kacang?” lanjut Chindai. Bagas memandang sekilas pada Chelsea yang kesal tepat
saat Chelsea juga memandang Bagas.
“Hah? Belum,” jawab Bagas dengan salah tingkah.
“Kamu tidak bisa makan kacang? Aku suka sekali makan kacang,” ujar Chelsea
yang emosinya sudah memuncak lalu melihat sampagne yang dibawa Bagas.
“Jika ini tak diminum, biarkan aku minum. Aku juga sangat suka buah peach,”
ujar Chelsea yang merebut gelas dipegangan Bagas.
“Hei! Kamu ingin pamer?” Bagas mencoba melarang Chelsea untuk meminum
sampagne’nya.
“Peach? Aku sangat suka sekali dengan buah peach!” ujar Chelsea dengan gaya
imut lalu meneguk sampagne tersebut. Chindai memperhatikan tingkah Chelsea
dengan iri karena perhatian Bagas. Rafa pun memandangi Chelsea dengan kasihan
sekaligus cemburu.
*
Chelsea duduk sendirian di ditaman balkon sambil memandangi bintang disaat Rafa
datang menghampirinya.
“Dari tadi aku mencarimu. Apa yang kamu lakukan?” tanya Rafa yang sudah
duduk disamping Chelsea.
“Hanya disini,” jawab Chelsea malas-malasan.
“Apa semua ini karena Chindai?” tanya Rafa kemudian.
“Chindai tahu banyak hal tentang Bagas daripada aku yang tak tahu apa-apa
tentang Bagas,” jawab Chelsea kemudian.
“Chindai dan Bagas sudah bertemu dan pernah dekat selama 2 tahun. Dan yang
ku dengar, mereka berdua memang sangat dekat. Dua tahun bukanlah waktu yang
singkat,” ujar Rafa.
“Itu memang benar. Tapi, tetap saja aku merasa sangat buruk karena tak tahu
apa-apa tentang Bagas. Apa waktu bisa membuatnya tahu banyak hal tentang Bagas?”
tanya Chelsea dengan sedih.
“Rasanya takkan mungkin semudah itu,” ujar Rafa karena kecewa. Chelsea
mencoba mengendalikan airmatanya. Dia melihat sekelilingnya dan melihat
sesuatu. Dia melihat Chindai dan Bagas yang sedang bicara berdua ditaman bawah.
*
“Mereka bilang mereka akan mendukungku. Tapi sebenarnya yang mereka
inginkan adalah membuatku pergi meninggalkan Palembang,” keluh Chindai yang
berdiri bersandar pada tiang ayunan.
“Jangan khawatir akan hal itu. Meskipun mereka keluarga kerajaan, mereka
tak berhak mengatur hidupmu,” ujar Bagas yang berdiri didepan Chindai.
“Tidak. Aku sudah memikirkannya dengan tenang. Aku tak ingin selalu
bergantung pada guruku. Dukungan ini lebih banyak untuk menggapai mimpiku. Dan
juga, aku sudah menerimanya. Aku berpikir pergi ke luar dari Palembang untuk
belajar, dan kemudian aku berpikir tentang sesuatu. Tak lama lagi kau juga akan
menyusul untuk belajar tentang fotografi dan aku akan belajar biola. Itu
mungkin akan butuh waktu 2-3 tahun lagi. Bukankah kau juga ingin belaja di luar
negeri? Jika itu benar-benar terjadi, jika kita bisa belajar bersama, itu akan
sangat menyenangkan,” ungkap Chindai.
Tanpa mereka tahu, Chelsea yang sudah turun dan berdiri didekat tempat
mereka mengobrol yang hanya terbatas tembok pagar tinggi, mendengar percakapan
itu dan tambah kecewa karenanya.
“Pergi sendirian, aku pasti akan merasa kesepian,” tambah Chindai.
“Aku memang ingin belajar ke luar negeri,” ungkap Bagas.
“Jika kau ingin melebarkan sayapmu dan meraih mimpimu untuk belajar tentang
fotografi di Prancis, kau pasti akan menjadi fotogrfer yang hebat,” ujar
Chindai.
“Ya. Setelah 2-3 tahun, pergi ke Paris adalah masa depanku,” ungkap Bagas.
“Aku tahu kau akan berpikir seperti itu, lalu…” ujar Chindai tapi
kata-katanya dipotong oleh Bagas.
Chelsea terlanjur cemburu, kecewa dan marah Bagas mengobrol berdua dengan
Chindai lagi. Pikirannya sudah kalut dan dengan prasangkanya, Chelsea pergi
meninggalkan mereka dengan perasaan
sedih, marah dan kecewa. Tanpa tahu apa yang Bagas katakan pada Chindai. Rafa
yang sedari tadi mengikuti Chelsea pun, ikut pergi meninggalkan tempat itu
bersama Chelsea.
“Tapi, kupikir, aku punya sesuatu yang lebih baik dari mimpiku yang baru
saja muncul dalam kehidupanku. Jika aku benar-benar akan pergi, aku akan pergi
bersama orang itu,” ungkap Bagas. Chindai terlihat kaget dan kecewa dengan apa
yang baru Bagas katakan. Dia seakan tak percaya akan apa yang baru saja
didengarnya.
“Tapi sekarang, aku tak bisa meninggalkan istana. Ibuku mungkin tak
benar-benar tulus membantumu. Tapi kurasa itu yang terbaik untukmu. Raihlah
mimpimu di Paris,” tambah Bagas lagi.
*
Chelsea duduk lagi bersama Rafa. Matanya sudah mulai memerah dan
berkaca-kaca. Tapi dia mencoba untuk tetap menahan air mata kesedihannya.
“Apa kau tahu apa yang Bagas suka atau tidak?” tanya Rafa.
“Bagas pasti berbeda denganku. Bagas sudah merencanakan masa depannya tanpa
aku. Aku tak seperti itu. Berpikir kalau Bagas tak ada di masa depanku saja
membuat hatiku sakit. Tapi Bagas tak seperti itu. Dia benar-benar berbeda
denganku,” ungkap Chelsea menahan tangisnya.
“Sudah kubilang padamu jangan percaya pada hatinya. Kau dan Bagas memang
tak cocok,” ujar Rafa memanas-manasi.
“Ini membuatku berpikiran buruk, dia seharusnya mengatakan impiannya
tentang belajar ke luar negeri padaku,” keluh Chelsea.
“Tapi mungkin Chindai membuatnya merasa nyaman daripada harus bicara padamu,”
komentar Rafa lagi. Chelsea berusaha menahan tangisnya dengan menggigit
bibirnya sendiri.
*Di kediaman King Cakka dan Queen Agni
**
King Cakka bertemu dengan seseorang di tepi danau. Ternyata yang ditunggunya
adalah P.Shilla. Mereka berjalan berduaan sambil bergandengan tangan dengan
mesra dan tertawa gembira. Lalu keduanya duduk di sebuah bangku taman dan
bercanda. Bahkan King Cakka mencium kening P.Shilla. King Cakka tiba-tiba
terbangun dari tidurnya.
**
Ternyata itu adalah mimpi King Cakka. King Cakka terbangun dan kemudian
duduk di kursi. Queen Agni ikut terbangun juga karena suaminya bangun. Tapi
Queen Agni pura-pura masih tertidur di tempat tidurnya.
“Ada apa dengan mimpiku? Kenapa itu terlihat seperti nyata? Padahal sudah
berlalu lama,” keluh King Cakka.
Queen Agni kemudian bangun dan turun dari tempat tidur lalu mendekati suaminya
dan duduk di depannya.
“Ada apa, Yang Mulia? Apa Anda mimpi buruk?” tanya Queen Agni mengagetkan King
Cakka.
“Maafkan aku, mungkin aku membangunkanmu,” ujar King Cakka mengetahui
istrinya ikut terbangun.
“Aku juga tak nyenyak tidur. Apa yang Yang Mulia impikan?” tanya Queen Agni
lagi.
“A, itu bukan apa-apa,” jawab King Cakka.
“Sudah 25 tahun aku hidup denganmu. Itu adalah waktu yang lama. Selama itu,
aku selalu ada untukmu. Tapi kurasa, aku tak bisa dekat dihatimu,” ungkap Ratu.
“Apa maksudmu Ratu?” tanya King Cakka.
“Aku selalu menunggu sampai hatimu kosong untuk ku tempati. Aku selalu
menunggu dan menunggu. Terkadang aku ingin menyerah, tapi aku tak bisa. Aku
harus melihat sampai anakku jadi Raja. Itu akan jadi hadiah terindah dalam
hidupku yang bisa kau berikan padaku yang sudah selalu menderita disisimu dan
hanya bisa diam saja,” ungkap Queen Agni.
“Ratu, tentang itu…,” ujar King Cakka terpotong.
“Jadi, Yang Mulia, kau harus melindungi Putra Mahkota. Kau harus melakukan
hal itu,” tambah Ratu lagi.
*Di Villa ulang tahun Rafa
Di pesta Rafa, mereka menikmati api unggun sambil berbicara tentang kapan
mereka bisa seperti ini lagi. Pasti akan sulit karena sebentar lagi mereka akan
lulus. Jika mereka lulus, mereka akan berbaur di masyarakat. Mereka akan sulit
untuk bisa menghabiskan waktu seperti ini lagi.
“Kita akan memulai hidup dengan serius. Kapanpun, dimanapun. Kita harus
hidup dengan serius tak peduli dimanapun kita berada,” ujar Chelsea.
“Hei, bebek, kau akan menghabiskan sisa umurmu di dalam istana, jadi
bagaimana kau bisa berkata kalau kita harus hidup dengan serius?” tanya Fattah.
“Aku mungkin akan mendapatkan kebebasanku 2-3 tahun lagi,” jawab Chelsea.
Bagas menatap Chelsea.
“Bagaimana mungkin kau bisa bebas? Apa kau tak ingat siapa kau?” tanya
Difa.
“Bagaimanapun juga aku harus tetap memikirkannya,” jawab Chelsea.
“Kalau begitu, nanti pasti akan muncul berita Sang Putri kabur dari istana,”
ucap Josia.
“Jangan bicara omong kosong tentang Putri yang meninggalkan istana,” timpal
Bagas.
“Aku juga berhak memikirkan masa depanku,” ucap Chelsea. Bagas hanya bisa
menatap Chelsea dengan kecewa.
Chelsea bermain-main dengan lilin yang ada di depannya. Dan tangannya
terluka karena panas. Chelsea berteriak kesakitan karenanya. Marsha dan Angel
langsung panik sambil memegangi tangan Chelsea dan bertanya apa Chelsea tak
apa-apa, kenapa tak hati-hati.
“Aku akan mengambilkan es untukmu,” ujar Rafa panik.
“Tidak perlu, akau akan mengambilnya sendiri,” ucap Chelsea sambil
memegangi tangannya yang kesakitan sambil berjalan akan pergi.
“Baiklah, aku akan menemanimu,” tawar Rafa sambil membukakan pintu untuk
Chelsea. Bagas hanya bisa memandangnya dengan memendam rasa cemburunya.
Ada sebuah bata yang lepas dan bata itu membuat Chelsea jatuh tersandung.
Rafa berusaha menahan tubuh Chelsea agar Chelsea tak terluka. Rafa terjatuh
dengan tangannya yang berada dibawah tubuh Chelsea yang juga terjatuh namun
terlindung oleh tangan Rafa. Bagas memandangi keduanya dengan marah, tapi dia
hanya diam saja.
“Raf... Rafa, apa kamu tidak apa-apa?” ujar Chelsea panik sambil bangun dan
membantu Rafa untuk bangun. Chelsea kaget saat melihat tangan Rafa yang terluka
dan berdarah karena menimpa lampu taman yang pecah tertimpa tubuh Rafa. Yang
lain hanya menatap kedua orang itu dengan bingung tanpa keluar membantu karena
tidak enak dengan Bagas yang terlihat marah namun diam saja.
“Aku tak apa-apa, asal kau tak apa-apa,” ujar Rafa kemudian. Setelah Rafa
berdiri, merekapun pergi dari tempat itu berdua.
*
Chelsea dan Rafa duduk berdua ditaman balkon. Chelsea menempelkan plester
di luka Rafa. Chelsea mengkhawatirkan luka Rafa. Tapi Rafa berkata kalau dia
tak apa-apa. Bukankah Rafa sudah pernah bilang, lebih baik dia yang terluka
daripada melihat Chelsea yang terluka. Dia akan merasa sakit saat melihat
Chelsea terluka.
“Maafkan aku, ini semua salahku,” pinta Chelsea merasa bersalah.
“Jika kau benar-benar minta maaf, maukah kau menerima sebuah hadiah
dariku?” tanya Rafa.
“Hadiah? Tapi hari ini kan ulangtahunmu?” Chelsea malah balik bertanya.
Rafa tersenyum.
“Ada sesuatu yang benar-benar ingin kuberikan padamu,” ungkap Rafa.
“Baiklah,” ucap Chelsea kemudian. Chelsea menunduk. Rafa mendekat dan
kemudian mengecup kening Chelsea. Chelsea kaget karenanya.
“Aku melakukan hal ini bukan sebagai seorang teman, tapi sebagai seorang laki-laki
terhadap seorang wanita,” ucap Rafa serius denganChelsea yang masih kaget.
“Terimakasih karena kamu sudah muncul dalam hidupku dan jadi bagian dari
takdirku,” ungkap Rafa kemudian.
Chelsea yang bingung harus bagaimana, hanya diam. Tapi dia merasa grogi.
Dia mencoba menatap berkeliling, saat itulah dia tersadar, kalau Bagas berdiri
di kejauhan tepat di depan mereka dan menatapnya dengan penuh kemarahan.
Chelsea langsung salah tingkah dengan langsung berdiri tegap. Tapi dia tak tahu
apa yang harus dilakukannya. Chelsea kembali duduk. Bagas menghampiri mereka.
“Bangun,” perintah Bagas dengan dingin kepada Chelsea tanpa menatap mata
Chelsea.
“Aku tak mau,” ucap Chelsea juga tanpa memandang Bagas.
“Aku bilang bangun,” ulang Bagas masih dengan dingin. Kemudian Bagas meraih
tangan Chelsea dan menariknya agar bangun dari duduknya. Tapi Chelsea tetap
menolaknya. Hingga Rafa berdiri dan
menghalangi Bagas.
“Dia bilang tidak mau, jangan paksa dia,” ujar Rafa sambil melepaskan
genggaman tangan Bagas pada tangan Chelsea.
Bagas dengan geram menghempas pegangan tangan Rafa ditangannya.
Lalu
menyeret Chelsea pergi dari tempat itu tanpa berkata apa-apa, dan Chelsea pun hanya
diam diseret Bagas. Rafa memandangi kepergian mereka berdua dengan menahan
amarahnya.
*
Bagas membawa Chelsea pergi ke sudut ruang kamar mereka. Dengan kasar,
Bagas melepaskan tangan Chelsea. Chelsea terus memegangi tangannya yang sakit
karena diseret paksa oleh Bagas.
“Apa tak cukup bagimu untuk jatuh ke pelukan laki-laki lain seperti itu?
Apa kamu sangat menyukainya? Apa kamu memang sangat peduli pada Rafa?” bentak
Bagas.
“Kamu itu bicara apa? Kamu pikir Rafa terluka karena siapa?” balas Chelsea
dengan emosi.
“Bagiku, itu terlihat seperti kesempatan yang kalian berdua tunggu-tunggu.
Bukankah dia melakukannya untuk melamarmu?” teriak Bagas dengan emosi tak
terkendali.
“Berhenti bicara omong kosong. Kenapa kmau tak fokus saja tentang rencana
masa depanmu yang hebat?” ujar Chelsea kesal. Chelsea melangkah pergi
meninggalkan Bagas.
“Kamu itu bicara apa?” ujar Bagas sedikit melunak tak paham. Chelsea
berhenti dan Bagas berjalan menghampirinya.
“Setelah 2-3 tahun, kita akan bercerai dan kamu akan pergi ke luar negeri.
Lebih baik kamu mulai merencanakannya sekarang,” jawab Chelsea dengan mata
berkaca.
“Belajar di luar negeri? Oh itu,” ujar Bagas paham. Bagas berusaha
menjelaskannya, tapi Chelsea tak memberinya kesempatan untuk bicara.
“Aku tak peduli dengan siapa kamu akan pergi belajar ke luar negeri. Saat
itu, aku akan kembali bersama keluargaku. Itulah masa depan yang kuinginkan,”
ungkap Chelsea.
“Jadi masa depan yang kamu inginkan adalah kembali ke rumahmu?” tanya Bagas
kemudian.
“Ya. Jika kamu memikirkannya, pasti semuanya akan berjalan dengan baik. Kamu
bisa pergi untuk meraih mimpimu dan aku bisa memulai hidup baruku dengan
seseorang yang kusukai,” ujar Chelsea.
“Dengan kata lain, kamu akan memulai hidup barumu dengan Rafa?” tanya Bagas
dengan kasar.
“Apa? Kamu benar-benar hanya peduli pada dirimu sendiri. Rafa dan kamu
berbeda. Setidaknya dia jujur padaku. Kamu tak pernah jujur padaku. Jika kamu
jujur, kami tak mungkin bisa sedekat ini sekarang,” marah Chelsea.
Chelsea hendak melangkah pergi. Tapi Bagas menahan tangan Chelsea. Bagas memojokkan
Chelsea dan mencium Chelsea dengan paksa. Chelsea terus saja meronta berusaha melepaskan
dirinya dari cengkraman Bagas yang mencium paksanya.
-TBC-
Spoiler Chap. 4 part 5
“Apa kau berkata seperti itu agar aku merasa nyaman? Saat situasi seperti
ini, tak bisakah kau membuatku merasa nyaman?” ujar Chelsea.
“Aku tak tahu bagaimana caranya. Dan juga, membuatmu nyaman takkan bisa
mengatasi masalah,” ungkap Bagas.
“Orang-orang biasanya saling membuat perasaan orang terdekatnya menjadi
nyaman. Meskipun tak bisa mengatasi masalah, tapi hal itu bisa membuat
perasaanku jadi lebih baik,” timpal Chelsea dengan lantang.
“Hanya dengan bilang, ‘Chelsea apa kau tak apa-apa?’ hanya dengan kalimat
singkat seperti itu. Terkadang aku juga ingin merasa mendapatkan kenyamanan
dari Pangeran Bagas. Tapi, sepertinya, kenyamanan itu aku dapat dari orang lain,”
ungkap Chelsea.
“Jangan bilang padaku…Apa kau dapatkan itu dari Rafa?” tanya Bagas mulai
geram. Chelsea tersenyum sinis dan beranjak pergi.
“Apa yang bisa membuatmu membandingkannya denganku?” seru Bagas sambil
memegangi tangan Chelsea.
“Lepaskan aku,” kata Chelsea.
“Katakan padaku. Setidaknya aku ingin tahu alasannya?” paksa Bagas.
“Setidaknya P.Rafa selalu memperhatikan pikiran dan perasaan orang lain,”
jawab Chelsea.
---
NB: New link address. Wdyt? :D
Give your comment lah...
Give your comment lah...
No comments:
Post a Comment