Tuesday 4 November 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 4 part 5]




“Setelah 2-3 tahun, kita akan bercerai dan kamu akan pergi ke luar negeri. Lebih baik kamu mulai merencanakannya sekarang,” jawab Chelsea dengan mata berkaca.


“Belajar di luar negeri? Oh itu,” ujar Bagas paham. Bagas berusaha menjelaskannya, tapi Chelsea tak memberinya kesempatan untuk bicara.


“Aku tak peduli dengan siapa kamu akan pergi belajar ke luar negeri. Saat itu, aku akan kembali bersama keluargaku. Itulah masa depan yang kuinginkan,” ungkap Chelsea.


“Jadi masa depan yang kamu inginkan adalah kembali ke rumahmu?” tanya Bagas kemudian.


“Ya. Jika kamu memikirkannya, pasti semuanya akan berjalan dengan baik. Kamu bisa pergi untuk meraih mimpimu dan aku bisa memulai hidup baruku dengan seseorang yang kusukai,” ujar Chelsea.


“Dengan kata lain, kamu akan memulai hidup barumu dengan Rafa?” tanya Bagas dengan kasar.


“Apa? Kamu benar-benar hanya peduli pada dirimu sendiri. Rafa dan kamu berbeda. Setidaknya dia jujur padaku. Kamu tak pernah jujur padaku. Jika kamu jujur, kami tak mungkin bisa sedekat ini sekarang,” marah Chelsea.


Chelsea hendak melangkah pergi. Tapi Bagas menahan tangan Chelsea. Bagas memojokkan Chelsea dan mencium Chelsea dengan paksa. Chelsea meronta berusaha melepaskan dirinya dengan susah payah. Akhirnya Chelsea berhasil melepaskan diri.


“Apa yang kau lakukan?” teriak Chelsea ketika sudah terbebas dari cengkraman Bagas.


“Aku hanya ingin kamu tahu, kalau aku ini suamimu!” tegas Bagas. Chelsea langsung menampar Bagas.


“Kau itu benar-benar brengsek!” ucap Chelsea menahan tangis marahnya. Chelsea melangkah pergi meninggalkan Bagas. Bagas kesal sekaligus marah dan memukul tembok di depannya.


*Di kediaman Royal Couple


Mereka sudah kembali kekediamannya setelah dari pesta Rafa.


Chelsea sedang merenung di kamarnya dan membayangkan kembali apa yang kemarin telah terjadi antara dirinya dengan Bagas. Chelsea terus teringat saat Bagas menciumnya. Dia jadi salah tingkah sendiri. Di kamarnya, Bagas juga sedang merenung. Terbayang  peristiwa yang kemarin terjadi saat Chelsea menamparnya. Dia merasa bersalah pada Chelsea.


Bagas melangkah menuju kamar Chelsea. Bagas melihat Chelsea sedang termenung. Bagas masuk dan mendekati Chelsea. Bagas kemudian duduk di depan Chelsea.


“Pergilah. Aku benar-benar sedang tak ingin melihat wajahmu!” ujar Chelsea ketus tanpa memandang Bagas.


“Aku tahu, ini sedikit memalukan. Ku rasa aku kehilangan pikiranku waktu itu... Hei, meskipun itu bukan aku, dan seorang lelaki mengalami saat seperti itu… Tak bisa bisakah kau mengerti aku?” tanya Bagas dengan membujuk Chelsea dengan tingkah manis. Chelsea masih tetap bungkam.


“Kamu tahu bagaimana aku kalau aku sedang marah. Aku tahu itu tak benar. Tapi apa kamu tak bisa melupakannya saja. Aku berusaha mengatakan seperti ini padamu dan semuanya….” Bagas tak bisa melanjutkan kata-katanya karena sekali lagi Chelsea meminta agar Bagas pergi dari kamarnya.


“Apa kamu masih ingin terus bersikap seperti ini? Aku bilang aku minta maaf,” pinta Bagas.


“Kau hanya berpikir tentang perasaanmu sendiri. Kau merasa dirimu adalah yang paling baik daripada orang lain. Kau tak pernah peduli pada perasaan orang lain. Kau tak pernah peduli. Aku ini bukan mainanmu yang bisa kau permainkan kapanpun saat kau sedih, bahagia atau marah. Aku tak ingin bermain terus denganmu,” ungkap Chelsea.


“Apa kau tak lelah berkata terus seperti itu? Berhentilah berkata kalau kau itu mainan ataupun semacamnya,” ucap Bagas frustasi.


“Aku baru saja mau bicara dan kau minta aku menghentikannya. Kau itu benar-benar orang yang aneh! Apa kau tahu itu! Kau selalu seperti itu. Jika kau melakukan kesalahan, tak seorangpun yang akan menyalahkanmu. Jika aku yang berbuat kesalahan, kau selalu mencoba menangkapku seperti menangkap tikus. Terutama saat itu berhubungan dengan Chindai. Saat aku bertanya padamu tentang dia, kau tiba-tiba marah tanpa alasan! Berapa lama lagi kau akan memperlakukanku seperti itu?” teriak Chelsea marah.


“Bukankah kau yang membuatku marah. Selalu saja membawa-bawa Chindai saat punya masalah apapun,” Bagas juga berteriak tak terima disalahkan.


“Bagaimana denganmu? Kenapa saat kusebut nama Chindai, kau selalu berubah jadi bungkam!” tambah Chelsea masih berteriak.


“Apa? Kau pasti salah mengartikan sesuatu. Insiden di pesta itu, kau lah yang berbuat salah,” ujar Bagas lagi.


“Jika itu Chindai, yang ada di posisiku, kau pasti takkan pernah bersikap sekasar ini. Aku ingin sendirian sekarang,” ucap Chelsea mulai mereda. Bagas tak tahu lagi harus bicara apa. Bagas beranjak pergi, sampai di pintu masuk, dia berhenti.


“Aku tak bermaksud berbuat kasar padamu. Hanya saja..., aku tak tahu apa yang harus aku lakukan lagi,” ujar Bagas dengan menyesal. Chelsea hanya bisa mendesah setelah kepergian Bagas.


*


Chelsea bicara berdua dengan Rafa di taman Istana.


“Pada awalnya, rencana pernikahan itu memang untukku juga kamu, bukan?” ujar Chelsea mengawang.


“Tapi sekarang semuanya tak bisa berjalan seperti itu. Kita tak mungkin membelokkan waktu,” lanjut Chelsea.


“Saat aku berusia sepuluh tahun, aku pulang sekolah. Rumahnya sangat sepi. Yang terdengar hanya suara pintu yang terbuka saat aku membukanya. Aku tak bisa menemukan ibuku dimanapun. Tapi aku mendengar suara air mengucur di kamar mandi. Aku melihat ibuku ada di sana. Ibuku ada di  lantai dengan mata terpejam. Aku berteriak. Aku  pikir ibuku akan pergi meninggalkanku. Bagaimana aku harus hidup? Bagaimana jika ibuku pergi meninggalkanku seperti ayahku? Aku sangat ketakutan hingga dia ingin mati,” curhat Rafa sedih tentang kisah menyakitkannya. Dan ia takut terluka untuk kehilangan wanita yang ia cintai lagi, Chelsea.


*


Chelsea kembali ke kediamannya. Bagas yang duduk dikursi ruang depan, sudah menunggunya. Ketika Chelsea baru masuk kediaman mereka, Bagas memanggil Chelsea


“Putri Mahkota...” panggil Bagas.  Tapi Chelsea mengacuhkannya.


“Hei! Apa kau tak dengar?” panggil Bagas lagi, membuat Chelsea berhenti namun tetap diam.


“Apa kau akan seperti ini selamanya. Kenapa kau melarikan diri dariku?” tanya Bagas.


“Aku tak melarikan diri,” jawab Chelsea ketus.


“Jangan bertemu lagi dengan Rafa. Tak peduli berapa seringnya aku mengatakan hal ini pada Rafa, tapi dia tak pernah mau mendengarkannya. Ku rasa lebih baik kau berhenti menemuinya,” pinta Bagas.


“Kenapa aku harus melakukan hal itu?” tanya Chelsea.


“Karena itu menggangguku. Semua hal yang membuatku marah, semuanya itu salahnya,” ujar Bagas.


“Jangan berpikir bagaimana aku dan Rafa bersama,” ucap Chelsea.


“Aku ini suamimu. Dan suamimu berkata kalau dia tak menyukai hal itu. Kenapa kau selalu saja mencarinya?” tanya Bagas mulai kesal.


“Kau punya segalanya di dunia ini,” jawab Chelsea menahan emosinya.


“Apa?” tanya Bagas yang tak mengerti maksud Chelsea.


“Rafa adalah bagian dari keluarga kita. Dia sudah melewati banyak hal lebih buruk dari yang kau alami. Dia bagian dari keluarga kita. Jadi kita harus memperhatikannya,” jawab Chelsea.


“Kenapa kau harus melakukan semua itu? Aku bahkan tak bisa walau hanya berdiri di sampingnya!” ucap Bagas.


“Karena dia bagian dari keluarga kita. Tak peduli betapa seringnya kau bertengkar dengannya, anggota keluarga itu harus saling menjaga. Ayah dan Ibuku juga sering berkata seperti itu,” jelas Chelsea.


“Terserahlah. Berapa lama lagi kau akan terus bersikap seperti itu?” timpal Bagas.


“Aku tak sedang mencoba bersikap seperti apapun. Aku hanya merasa sedikit aneh. Aku hanya butuh waktu,” jawab Chelsea. Chelsea pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Bagas yang frustasi.


*


Bagas kembali ke kamarnya. Dia membuka kotak yang berinisial CG, yang berisi semua hal yang diberikan Chindai untuknya. Bagas mulai mengenang benda-benda tersebut dan kemudian berpikir tentang sesuatu lalu menyimpang kotak itu kembali.


*Dikediaman Ibu Suri


Sekertaris Istana menyampaikan kabar permintaan wawancara dari salah satu stasiun televisi seperti biasanya agar masyarakat tahu tentang adanya keluarga kerajaan. Sekertaris Istana bertanya apa mereka akan menyetujuinya.


“Bukankah tak ada masalah dengan interview itu,” ujar Ibu Suri Ira. Sekertaris Istana menyampaikan pendapatnya, masalahnya adalah kondisi kesehatan Raja sedang terganggu dan Pangeran bukanlah pembicara yang hebat. Sekertaris Istana mengusulkan bagaimana kalau mereka membatalkan saja interview itu.



“Apa kau ingat yang pernah dikatakan oleh Raja saat makan malam keluarga? Kita ada karena masyarakat dan kita ini bekerja dengan mereka. Kenapa harus melarikan diri seperti itu. Kirimkan Putra dan Putri Mahkota untuk pergi interview,” perintah Ibu Suri.



“Yang Mulia, maafkan aku. Tapi Putra Mahkota belum siap kalau harus melakukan wawancara seperti itu. Dia mungkin akan gugup dan tak bisa menjawab dengan benar. Dan juga, jika pertanyaan yang diajukan terlalu sulit. Aku tak tahu apa dia bisa menjawabnya dengan benar tanpa membuat kesalahan. Terutama yang berhubungan dengan kehidupan. Hal itu mungkin akan meninggalkan kesan buruk tentang istana. Itulah kenapa aku bilang…”ujar Dayang Ibu Suri yang berdiri di belakang Ibu Suri.



“Tolong jangan memotong pembicaraan orang saat orang itu belum selesai bicara. Aku bahkan belum selesai mengatakan apa yang ingin ku katakan. Hanya karena mereka akan menayangkan secara Live, itu bukan berarti hal yang menakutkan, kan? Ada banyak pilihan untuk interview secara live seperti talkshow kan, atau lebih nyaman lagi kalau bertemu langsung dengan para pemirsanya. Ada banyak hal yang berbeda yang dilakukan saat wawancara,” ucap Ibu Suri.



“Tapi Yang Mulia, Pangeran belum pernah mempersiapkan diri untuk interview semacam ini. Apalagi interview-nya akan didengarkan oleh seluruh dunia,” ujar Sekertaris Istana khawatir.


“Kalian semua benar-benar membuatku gila.Tinggal siapkan saja dia. Kita tak bisa menekannya dan berdiri di balik pintu. Putri dan Pangeran akan bisa melalui wawancara itu dengan baik,” timpal Ibu Suri lagi.


*Dikampus


Di kampus, Chelsea termenung sendirian berdiri menghadap keluar sendirian didepan kelas. Angel datang menghampiri Chelsea. Mereka pun berbincang.


“Apa yang sebenarnya terjadi dengan teman baikku CP Chelsea?” tanya Angel.


“Aku sedang mencoba mencari tahu,” jawab Chelsea singkat.


“Apa yang sebenarnya kau pikirkan?” tanya Angel lagi.


“Apa aku melalui hidupku dengan benar? Apa yang sedang kulakukan sekarang?” jawab Chelsea yang berupa pertanyaan.



“Apa? Itu hal yang gila. Kau akan jadi sakit kalau kau berpikir seperti itu. Dengan otak sepertimu, memikirkan sesuatu sesulit ini adalah hal gila. Apa kau ingin mengakhiri sesuatu?” tanya Angel. Chelsea hanya bisa mendesah.


“Waktu itu di pesta, Bagas dan kau sepertinya terlihat ada masalah. Tapi dari apa yang kulihat, sepertinya Bagas benar-benar menyukaimu,” ucap Angel dengan tulus.



“Aku membayangkannya, apa benar dia memang menyukaiku? Aku bahkan belum pernah mendengarnya mengatakan hal itu. Dan jika memang dia menyukaiku, itu mungkin karena ikatan yang ada. Setiap hari saling bertemu saat kami bangun, makan bersama, pergi hampir kemanapun bersama. Jika kau tak mengenal seseorang dan tiba-tiba harus menghabiskan sepanjang hidupmu bersamanya, kau mungkin akan merasakan hal seperti ini. Saat aku tak melihatnya, aku jadi khawatir padanya. Saat dia pergi jauh, aku merasa kesepian dan ingin pergi untuk mencarinya. Pasti seperti itu,” keluh Chelsea.



“Ini tak seperti dirimu yang biasanya. Ada apa?” tanya Angel kemudian.


“Aku selalu menangis karena Bagas. Aku selalu terluka karena Bagas. Aku tak yakin kalau aku berani untuk menghabiskan hidupku di istana dengan Bagas,” jawab Chelsea.


“Selama ini kau melakukannya dengan baik,” ucap Angel.


“Apa kau pikir aku bisa melakukannya? Apa aku cukup berani untuk melakukannya?” tanya Chelsea. Angel hanya bisa menatap Chelsea dengan sedih.


*Sore hari dikediaman Royal Couple


Bagas menuju ke kamar Chelsea dan membuka pintu kamar Chelsea. Kedua dayang Chelsea ada di belakang Bagas dan senyum-senyum.


“Yang Mulia Pangeran. Yang Mulia Pangeran, apa anda mencari Yang Mulia Putri Mahkota?” tanya mereka. Bagas kaget dan jadi gugup dan kemudian menutup pintu kamar Chelsea lagi.


“Oh, tidak. Lakukan pekerjaanmu,” perintah Bagas sambil berlalu meninggalkan kamar Chelsea.


“Kurasa dia malu mengatakannya...” ujar para dayang ketika CP Bagas sudah pergi.



*


Chelsea ada di atas loteng tempat dulu Bagas biasa termenung sendirian. Chelsea mengamati tempat itu dan kemudian merasa sedih dengan peristiwa yang kemarin terjadi. Chelsea berbaring dan air matanya mengalir.


*Ditempat kerja Raja


Raja sedang berkumpul berempat bersama P.Salma, Rafa dan juga asisten Rafa. Mereka sedang membicarakan tentang artefak kebudayaan.


“Mengenai artefak yang hilang di luar negeri, sudah ada banyak diskusi mengenai hal itu. Hal itu sepertinya akan menuai banyak keuntungan daripada kerugiannya. Lebih banyak didiskusikan, akan lebih banyak lagi perhatian yang diberikan oleh masyarakat,” ujar Rafa. Raja mengiyakan hal itu.



“Mengenai cara pengembalian artefak itu dari luar negeri, tanggung jawab itu harus kita lakukan dengan baik. Ada satu hal yang paling penting,” ucap Raja.


“Seperti saat Pangeran George datang berkunjung waktu itu. Memberikan yang terbaik yang kita punya. Dan kita akan mendapatkan hasilnya,” usul Rafa.


“Ya tentu saja. Dan yang paling penting adalah yang terjadi dengan kebudayaan klasik Yunani tentang Parthenon milik mereka yang ada di museum Inggris. Inggris sebenarnya menolaknya saat pertama kali, tapi pada akhirnya, mereka akan mengembalikannya. Sampai sekarang saja aku masih belum bisa mempercayainya,” sahut P.Salma.



“Itulah kenapa, kita harus berusaha lebih baik dari pada itu. Untuk kasus Belanda dan Jepang... Ini karena determinasi kedua pemerintahan negara itu. Mereka sudah mengembalikan banyak sekali artefak pada negara kita,” ujar Raja.


“Mempersembahkannya pada negara kita dan dimasa depan, hal itu mungkin akan jadi semakin sulit utuk mengembalikan semua artefak itu,” lanjut Rafa.


“Pengeran Rafa sudah merencanakan itu semua dengan baik. Rencananya dia akan melakukan perjanjian saling menguntungkan dengan Perancis. Untuk Rencana Perpustakaan Asing,” lapor Asisten Rafa. Raja senang sekali mendengar hal itu.


“Pangeran Rafa sudah berusaha dengan baik. Aku lega sekali mendengar hal itu,” puji Raja. Rafa tersenyum mendengar pujian itu. Kemudian dia berpamitan pergi pada Raja. Raja bilang agar Rafa sering menemuinya untuk berdiskusi. Rafa mengiyakan permintaan Raja. P.Salma tersenyum tipis penuh arti menatap ayahnya.


“Saat menatap Rafa, ekspresi ayah penuh dengan kebahagiaan. Sangat berbeda sekali saat ayah menatap Bagas” keluh P.Salma saat P.Rafa sudah  pergi bersama asistennya.


“Mengenai pengembalian artefak itu, aku sudah lama membicarakannya dengan Putra Mahkota. Tapi kau lihat sendiri apa yang dilakukan oleh Rafa. Mereka berdua sama sekali berbeda menghadapi masalah seperti itu. Bagaimana aku tak senang melihat Rafa?” jawab Raja.


“Haruskah Bagas jadi khawatir karena hal ini?” sindir P.Salma. Dia merasa ayahnya lebih sayang pada Rafa daripada Bagas yang pada kenyataannya adalah putra kandung-nya sendiri.


*


Saat berjalan pergi dari kediaman Raja, Rafa bertemu dengan Ratu. Ratu bertanya apa Rafa baru saja dari kediaman Raja. Rafa membenarkan hal itu dan berkata kalau dia baru saja membicarakan tentang pengembalian artefak dengan Raja. Ratu menyuruh dayangnya yang menemaninya untuk pergi dulu. Ratu ingin bicara berdua dengan Rafa. Ratu juga memuji kemampuan mediasi yang dilakukan oleh Rafa dalam upaya pengembalian artefak milik kerajaan Palembang yang berada di luar negeri. Rafa tersenyum mendengar pujian Ratu.



“Ku dengar kau berpartisipasi dalam pertemuan tetua,” kata Ratu


“Ya. Aku selalu ingin menyampaikan salamku pada para tetua dan itu terjadi di pertemuan tetua. Karena itulah aku pergi,” jawab Rafa sopan.


“Pangeran Rafa. Kau itu orang kedua setelah Putra Mahkota. Secara langsung hal ini akan mempengaruhi sebagian besar perhatian anggota dewan istana. Tolong jangan lupakan hal itu,” ujar Ratu memperingatkan. Ratu hendak melangkah pergi, tapi langkahnya terhenti oleh kata-kata Rafa.


“Yang Mulia Ratu, apa maksud Anda, kalau aku ingin merebut posisi Putra Mahkota dari Bagas?” tebak Rafa.

 

“Pangeran Rafa! Bagaimana kau bisa berkata seperti itu dengan mudah dan tanpa tanggungjawab?” seru Ratu.


“Aku merasa kalau Yang Mulia Ratu sangat salah paham terhadapku. Itulah kenapa aku berkata seperti itu,” jawab Rafa.


“Salah paham?” tanya Ratu tak mengerti.


“Aku hanya melaksanakan tugas yang harus kulaksanakan. Melakukan sesuatu setelah berpikir dengan hati-hati,” tambah Rafa.



“Pangeran, berpikirlah dengan lebih hati-hati dari sebelumnya dan berpikirlah lebih dewasa lagi,” nasehat Ratu.


“Aku akan mengingat apa yang anda ajarkan padaku Yang Mulia Ratu,” jawab Rafa dengan dingin. Terlihat ekspresi Ratu yang berusaha menahan kekesalannya.



 *Dikampus


Di kampus, Chelsea bersama ketiga sahabatnya sedang beristirahat sambil mencoba menggambar sketsa baju.


“Kita sudah lama sekali tak membuat hal seperti ini. Rasanya seperti jadi mahasiswa baru lagi,” kata Chelsea.


“Itu benar. Kau adalah seorang murid. Sepenuhnya seorang murid, tapi sebagian lagi juga seorang Putri Mahkota,” kata Angel.


“Apa kau tak bisa bicara yang lainnya?” keluh Chelsea.


“Kau adalah seorang murid di masa lalu. Tapi kau tak perlu jadi seorang Putri Mahkota di masa lalu kan?” canda Angel.



“Angel memang temanku tapi…kau itu sangat pintar,” ujar Chelsea.


“Tapi haruskah seperti ini?” tanya Novi.


“Tentu saja. Pertama kau harus melakukan pemanasan. Kedua kau harus melakukan pemanasan,” jawab Chelsea.


“Bukan seperti itu. Pertama kau harus melahirkan seorang anak laki-laki. Kedua, kau harus melahirkan seorang anak laki-laki. Benar begitu kan?” timpal Marsha. Rafa yang baru saja akan bergabung dengan Chelsea cs, merasa sedih mendengar hal itu.



“Bagaimana mungkin seperti itu?” tanya Novi.


“Kau benar, pertama, tanyakan dulu pada Putri Mahkota, bukankah menyenangkan melahirkan seorang anak laki-laki yang lucu. Untuk meneruskan garis keturunan keluarga Raja?!” nasehat Marsha.


”Seorang bayi laki-laki yang lucu. Chelsea akan menangis. Berhentilah menggodanya,” ujar Angel.


*


Sementara itu diluar, Bagas bersama teman-teman sekelasnya sedang memotret ditaman belakang kampusnya. Difa yang menjadi model memotretnya. Tiba-tiba pengatur cahaya yang dipegang Fattah berbelok ke arah lain. Tentu saja Bagas marah karena Fatah tak konsentrasi. Fattah bilang itu karena ada angsa yang mengalihkan pandangannya. Ternyata ketiga teman Chelsea melihat aktifitas memotretnya dari balkon lantai 3 kampusnya.



Bagas memarahi Fattah yang tak fokus. Sedangkan Fattah mengeluh, kenapa Bagas harus jadi seorang fotografer. Apa hal itu bisa terwujud? Bukankah seharusnya Bagas jadi seorang Raja saja. Bagas tak menghiraukan kata-kata Fattah. Dia menyuruh Fattah untuk fokus ke pengatur cahayanya saja. Fattah pun hanya bisa mengiyakan permintaan Bagas. Mereka mulai memotret lagi.


*


Sepulang kampus, Chelsea berjalan bersama dengan ketiga temannya. Chelsea bilang pada teman-temannya kalau dia lapar. Lalu dia mengajak teman-temannya makan empek-empek ditempat dulu mereka biasa menghabiskan waktu bersama.


Tapi sayangnya sepertinya keinginan Chelsea akan sulit terwujud. Para pengawalnya sudah menhampirinya. Mereka bilang sudah saatnya Chelsea untuk kembali ke istana. Chelsea mengeluh karenanya. Angel menyuruh Chelsea untuk menuruti permintaan para pengawalnya. Dan kemudian mengajak pergi yang lainnya.



Chelsea tentu saja sedih melihat kepergiaan mereka. Chelsea ingin menyusul mereka. Tapi tentu saja para pengawalnya tak mengijinkannya. Tapi Chelsea bilang dia hanya akan pergi sebentar saja.


“Aku akan segera kembali. Tujuh menit, ah tidak 3 menit. Tidak, 1 menit saja,” pintanya. Pengawalnya hanya bisa memandangi kepergian Chelsea.



Chelsea makan empek-empek dengan lahap. Dia senang sekali makan bersama teman-temannya. Kemudian Chelsea berseru agar bibi pemilik kedai membawakan sepiring lagi untuknya. Angel mengeluh kenapa Chelsea makan sebanyak itu.  Apa perut Chelsea sanggup menampung semua itu. Tanpa mereka berempat sadari, Bagas masuk ke dalam kedai itu.



“Kau tahu betapa aku sangat ingin memakannya? Jangan khawatirkan tentang aku, mari kita makan yang banyak,” ujar Chelsea sambil terus menikmati makanan kegemarannya itu.


“Berhentilah makan,” pinta Marsha yang hanya melihatnya.


“Hei. Orang-orang bilang, kau seharusnya tak mengganggu saat seekor kelinci sedang makan. Apa yang kalian lakukan?” keluh Chelsea.



“Saat kau diwawancarai, wajahmu nanti akan berubah jadi sebesar bulan” kata Novi.


“Biasanya memang wajah kita akan terlihat dua kali lebih besar daripada di TV. Aku sangat menginkan memakan semua ini dengan kalian. Mengeluh dengan kalian. Makan bersama sampai merasa perutku seakan mau meledak. Aku tak tahu kalau hal seperti ini sangat berharga untukku. Jadi, tolong jangan menghentikanku kali ini” keluh Chelsea.



“Baiklah. Makan semua yang kau inginkan. Makan sampai perutmu kenyang tanpa keluhan apapun sebelum kau kembali,” ujar Angel pasrah. Angel pun dengan senang hati menyuapi Chelsea. Chelsea senang sekali karenanya. Beberapa saat kemudian, semua makanan di depan mereka ludes. Chelsea mengeluh. Dia bilang dia merasa seakan kancing bajunya hendak lepas. Perutnya seakan mau meledak. Chelsea menghentakkan kursinya kebelakang. Dia minta maaf pada pelanggan yang duduk di belakangnya tanpa tahu kalau Bagas lah yang sedari tadi duduk di belakangnya.



Angel merasa seakan mengenali siapa yang duduk di belakang Chelsea. Namun dia tidak yakin siapa orang tersebut. Angel pun mengucek matanya. Dan sekarang dia bisa yakin siapa yang duduk di belakang Chelsea. Dengan buru-buru dan mencurigakan Angel mengajak Novi dan Marsha untuk segara pergi dari kedai itu. Chelsea hanya bisa memandangi kepergian mereka dengan bingung karena dia masih kesulitan bergerak akibat kekenyangan.



Bagas  berdiri dan pindah duduk di depan Chelsea. Chelsea pun jadi tahu alasan teman-temannya tiba-tiba pergi meninggalkannya sendirian di kedai itu. Bagas bertanya apa itu enak. Chelsea mengambil empek-empek yang masih tersisa dan ingin menyuapkannya pada Bagas. Tapi Bagas bilang, dia tak mau makan makanan seperti itu saat ini.



Chelsea berkata, mereka berdua memang sangat berbeda. Perbedaannya terlalu banyak. Dan perbedaan itu sepertinya sama sekali tak bisa dihindari. Seperti seseorang yang terlahir sebagai seorang Pangeran dan seorang Pengemis. Seorang Pangeran mungkin terkadang bisa jadi seorang pengemis, tapi tak bisa jadi seorang pangeran yang sesungguhnya.



“Apa bedanya? Hal seperti ini sama sekali tak berarti,” ucap Bagas.


“Itu dia. Mungkin masalahnya takkan pernah bisa diatasi,” timpal Chelsea.


“Jika mereka tak bisa mengatasi masalah itu, tinggal teruskan saja hidup mereka,” ucap Bagas. Tiba-tiba pengawal Bagas melaporkan kalau para reporter mengurung tempat itu dan meminta Bagas agar segera pergi.



“Sejak kita selalu berjalan dari Istana ke kampus dengan tenang, aku tak pernah mengira akan terjadi hal seperti ini,” ujar Bagas.


“Bagaimanapun juga, kita takkan pernah mendapatkan ketenangan,” keluh Chelsea.


“Para Polisi akan membuka jalan. Tapi pasti akan ada tekanan dari banyak orang. Sampai kita sampai di mobil, pegang tanganku dan larilah bersamaku,” ujar Bagas sambil mengulurkan tangannya pada Chelsea.



“Seberapa lama lagi aku bisa terus menggenggam tanganmu, ” ucap Chelsea dalam hati.

Mereka pun berlari pergi meninggalkan kedai itu menuju mobilnya dengan terus berpegangan tangan dengan erat. Mereka terus berusaha menerobos kerumunan wartawan, hingga akhirnya berhasil masuk ke dalam mobil dan dan mobil pun melaju tanpa hambatan lagi.



“Apa kau tak apa-apa? Apa ada yang sakit?” tanya Bagas saat mereka ada di dalam mobil dalam perjalanan menuju ke Istana. Tapi Chelsea hanya diam saja. Chelsea menatap terus ke arah jalan.


“Apa kau ingin pulang ke rumah?” tanya Bagas. Chelsea menunduk. Bagas memerintahkan sopirnya untuk berbelok. Menuju rumahC helsea tentunya. Chelsea menatap Bagas dengan kaget.


*Kediaman Orangtua Chelsea


“Habiskanlah malammu disini. Aku yang akan bertanggungjawab,” ucap Bagas meyakinkan Chelsea dengan ekspresi menenangkannya.


“Apa tak apa-apa?” tanya Chelsea ragu-ragu.


“Setelah semua ini, mungkin lain kali akan lebih sulit lagi,” ucap Bagas.


“Bagas...” panggil Chelsea.


“Dan juga rahasiakan ini dari para tetua,” lanjut Bagas. Chelsea mengangguk dan tersenyum. Bagas juga tersenyum. Chelsea keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Setelah Chelsea masuk rumah, rombongan mobil CP Bagas melaju meninggalkan tempat itu.


*


Chelsea berteriak memanggil Ayahnya. Ayahnya dan adiknya senang sekali melihat kepulangan Chelsea. Ibunya sangat terkejut melihat kepulangan Chelsea. Tapi dia juga bahagia melihat putrinya pulang ke rumah. Ibu Chelsea langsung memeluk putrinya itu. Chelsea bilang dia kangen pada semuanya, itulah kenapa kemudian dia ingin pulang ke rumah. Ibu Chelsea bertanya apa Chelsea tak apa-apa pulang ke rumah. Chelsea menenangkan keluarganya dan bilang kalau Bagas lah yang sudah mengijinkannya untuk pulang ke rumah.



Mereka makan malam bersama. Chelsea makan masakan rumah favoritnya sepuasnya. Ibunya hanya bisa memandanginya. Ibu Chelsea meminta Chelsea agar makan pelan-pelan. Chelsea bilang, dia senang sekali sudah dibelikan mobil oleh ibunya. Dia terus memakai mobil itu kalau rindu dengan ibunya. Ayahnya tak mau kalah dan bertanya apa Chelsea juga memikirkan dan merindukan ayahnya. Adiknya juga tak mau kalah. Dia juga ingin terus dipikirkan oleh Chelsea. Chelsea melerai mereka dan berkata, kalau dia akan terus memikirkan Ayah, Ibu dan juga adiknya. Karena dia sangat menyayangi mereka.



Malam harinya, Chelsea tidur berempat bersama Ayah, Ibu dan adiknya. Chelsea tidur dengan manja di perut ibunya. Ayahnya terus membelai rambut Chelsea dengan penuh kasih sayang sedangkan Rafli menempel terus di belakang kakaknya.



Tiba-tiba ibunya bangkit dari tempat tidurnya dan berkata kalau Chelsea harus kembali ke istana. Bukannya ibunya tak nerindukannya, hanya saja, sekarang ini Chelsea sudah menjadi bagian dari keluarga istana dan harus melakukan semua peraturan yang ada di istana. Chelsea sekarangi ini adalah seorang Putri Mahkota. Jika Chelsea keluar istana dan tinggal di rumahnya tanpa ijin dari Ratu, pasti akan timbul masalah.



Akhirnya Chelsea dipaksa harus pulang kembali ke istana. Dengan perasaan sedih Chelsea pulang dengan naik taksi dan ayahnya terus saja memanggil-manggil namanya. Ibunya juga sedih. Tapi dia pikir itu yang terbaik untuk putrinya yang sekarang ini bukan hanya putrinya, tapi juga seorang Permaisuri di Istana.


*Di Istana


Chelsea sampai di istana. Dayang Ratu dan Dayang Misel menunggu berdua di depan kediamannya. Dayang Misel bilang kalau Ratu sedang menunggu CP Chelsea. Chelsea terkejut dan juga takut mendengarnya. Dayang Misel bilang, sepertinya Ratu tahu kalau CP Chelsea pulang ke rumahnya. Dayang Ratu menambahkan, seharian tadi Ratu mencari-cari CP Chelsea, tapi CP Chelsea tak ada dimana-mana dan Ratu jadi sangat marah sekarang. Dan karena CP Chelsea naik taksi dan hal itu diketahui para penjaga, maka penjaga itu pun melapor pada Ratu. Chelsea ketakutan dan memandangi Dayang Misel. Dayang Misel merasa kasihan pada CP Chelsea. Tapi dia juga tak tahu harus bagaimana.


*Dikediaman Ratu Agni


Ratu memarahi Chelsea habis-habisan. Sejak Chelsea menjadi seorang Putri Mahkota, Chelsea harus melupakan keluarganya. Bagaimana bisa Chelsea terus berpikir untuk kembali ke rumahnya saat ada waktu luang. Sebagai tambahannya, Chelsea juga sudah melanggar peraturan istana dengan tidak langsung melapor saat dia pulang ke istana. Kenapa seorang Permaisuri selalu ingin melanggar peraturan istana.



Chelsea hanya bisa menunduk dan meminta maaf. Dayang Misel mencoba membela Chelsea.

“CP Chelsea tak bermaksud melanggar peraturan seperti itu. Karena CP Bagas sudah mengijinkannya pulang, maka CP Chelsea pun pulang ke rumah untuk mengunjungi keluarganya, Yang Mulia,” bela Dayang Misel. Ratu tak mau tahu. Dia hanya bertanya bagaimana caranya agar Chelsea tidak melanggar peraturan yang ada di istana. Kapan Chelsea bisa mengikuti semua peraturan yang ada di istana. Ratu sangat kecewa melihat kelakuan Chelsea.



Chelsea hanya bisa meminta maaf. Ratu berkata, jika hal seperti ini terjadi lagi, maka Ratu takkan segan-segan untuk menghukum Chelsea. Ratu bilang, dia juga akan menambah jumlah pengawal yang akan terus mengawasi Chelsea. Ratu mengijinkan Chelsea ke kediamannya, tapi Ratu meminta Dayang Misel untuk tetap tinggal.



Chelsea keluar dari kediaman Ratu dengan sedih. Bagas ada di luar sedang duduk sambil terus memandangi Chelsea yang sama sekali tak mau bicara sepatah katapun padanya. Bagas memandang dengan sedih kepergian Chelsea.


*


Bagas memberitahu ibunya kalau dialah yang sudah mengijinkan Chelsea untuk pulang ke rumahnya. Ratu bilang, sekarang ini bukan saatnya untuk membicarakan tentang Putri Mahkota. Harusnya Bagas membantu Chelsea untuk mentaati peraturan istana dan bukannya membantu Chelsea untuk melanggar peraturan istana. Ratu benar-benar tak habis pikir apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Bagas.



Bagas bilang, apa yang dilakukannya bukanlah untuk membantu Chelsea. Dia hanya ingin agar Chelsea bisa ’bernafas’. Ratu terkejut mendengar kata-kata Bagas. Ratu bertanya apa maksud kata-kata Bagas itu


“Dia adalah orang yang bebas dan paling ceria diantara semua orang yang ku kenal. Orang seperti itu hidup di dalam istana dengan peraturan yang begitu ketat. Aku merasa kalau dia begitu menderita. Aku hanya berharap kalau ibu lebih peduli lagi padanya” ungkap Bagas.



“Tapi itu, yang paling penting adalah bagaimana caranya agar Bi-gung mengatasi semua itu. Sekali dia kembali ke keluarganya, akan lebih sulit lagi baginya untuk hidup di dalam istana. Apa kau sama sekali tak mengerti akan hal itu?” tanya Ratu.


*Dikediaman Royal Couple


Bagas menghampiri Chelsea yang sedang berdiri termenung di depan kediamannya.


“Dasar gadis bodoh. Kenapa kau tak bisa melakukan hal seperti itu dengan baik? Jika kau tak berani kembali sendirian, kau bisa meneleponku dan semuanya akan baik-baik saja. Sekarang ibuku tahu semuanya dan mengasihaniku,” ucap CP Bagas nada ketus namun bercanda. Maksudnya agar Chelsea tertawa mendengar Ratu yang mengasihani Bagas, bukannya memarahi Bagas. Tapi Chelsea sama sekali tak mempedulikan hal itu.


“Apa kau berkata seperti itu agar aku merasa nyaman? Saat situasi seperti ini, tak bisakah kau membuatku merasa nyaman?” ujar Chelsea.



“Aku tak tahu bagaimana caranya. Dan juga, membuatmu nyaman takkan bisa mengatasi masalah,” ungkap Bagas.


“Orang-orang biasanya saling membuat perasaan orang terdekatnya menjadi nyaman. Meskipun tak bisa mengatasi masalah, tapi hal itu bisa membuat perasaanku jadi lebih baik,” timpal Chelsea dengan lantang.


“Hei, haruskah kau berteriak sekuat itu?” tanya Bagas.



“Hanya dengan bilang, ‘Chelsea apa kau tak apa-apa?’ hanya dengan kalimat singkat seperti itu. Terkadang aku juga ingin merasa mendapatkan kenyamanan dari Pangeran Bagas. Tapi, sepertinya, kenyamanan itu aku dapat dari orang lain,” ungkap Chelsea.


“Jangan bilang padaku…Apa kau dapatkan itu dari Rafa?” tanya Bagas mulai geram. Chelsea tersenyum sinis dan beranjak pergi.


“Apa yang bisa membuatmu membandingkannya denganku?” seru Bagas sambil memegangi tangan Chelsea.



“Lepaskan aku,” kata Chelsea.


“Katakan padaku. Setidaknya aku ingin tahu alasannya?” paksa Bagas.


“Setidaknya P.Rafa selalu memperhatikan pikiran dan perasaan orang lain,” jawab Chelsea.


“Jadi itu alasan kenapa kau selalu lari padanya saat kau punya masalah? Agar Rafa bisa membuatmu nyaman. Benar begitu?” tanya Bagas.


“Lupakan saja,” ujar Chelsea, berusaha untuk pergi meninggalkan Bagas.



Bagas masih memegangi tangan Chelsea dan berkata kalau dia belum selesai bicara. Chelsea bilang dia masih penasaran bagaimana bisa Bagas menyakiti orang lain dengan begitu mudah. Chelsea beranjak pergi. Bagas bertanya Chelsea ingin pergi ke mana. Chelsea bilang dia hanya ingin mencari udara segar.


*


Chelsea keluar istana dengan naik mobil pemberian ibunya sambil menangis. Rafa baru saja kembali dari luar istana dan melihat kepergian mobil Chelsea. Rafa langsung memutar mobilnya untuk mengikuti Chelsea. Chelsea terus saja menangis sepanjang perjalanan. Sampai akhinya dia berhenti di pinggir sungai Musi yang sepi.



Rafa turun dari mobilnya yang ada di belakang mobil Chelsea dan mengetuk kaca mobil Chelsea. Mereka duduk berdua di dalam mobil Rafa.  Chelsea berkata kalau dia selalu saja membuat masalah untuk Rafa. Rafa bertanya apa Chelsea menangis karena Bagas lagi. Rafa bilang, tiap kali dia melihat Chelsea sedih, dia ikut sedih karenanya.



Chelsea bilang dia sudah lelah dengan semua yang sudah terjadi padanya. Tak ada sesuatu yang bisa dia lakukan lagi. Chelsea senang karena Rafa selalu bisa meminjamkan bahunya untuk membuatnya merasa nyaman.



Tiba-tiba Rafa berkata agar Chelsea pergi dari istana dan pergi ke tempat yang diinginkan oleh Chelsea. Chelsea tak mengerti apa maksud Rafa. Rafa bilang, tak peduli seberapa banyak Chelsea menyukai Bagas, Bagas takkan bisa membuat Chelsea merasa nyaman. Dan pada akhirnya hanya rasa sakit yang Chelsea dapatkan. Itulah kenapa, sebelum semua itu terjadi, lebih baik kalau Chelsea pergi sekarang. Rafa mencoba meraba pipi Chelsea untuk menghapus airmata Chelsea. Tapi Chelsea merasa tak nyaman dengan hal itu, jadi dia pun keluar dari mobil. Rafa juga ikut keluar.



“Ini terlalu membingungkan,” ucap Chelsea.


“Hatimu yang akan membebaskanmu dari kebingungan itu,” jelas Rafa. Chelsea terus berjalan dan Rafa mengikuti di belakangnya. Lalu beberapa saat kemudian Chelsea kembali lagi menuju mobilnya. Tapi dia sangat kaget dan berteriak saat dia tak melihat mobilnya yang tadi ada di depan mobil Rafa.


*Dikediaman Royal Couple


Seorang polisi datang ke istana untuk mengetahui secara detail lagi tentang mobil Chelsea yang hilang. Polisi itu bilang, dia akan membantu Chelsea untuk menemukan mobilnya. Polisi itu berpamitan pergi. Hanya tinggal Chelsea dan Bagas.


“Mobil yang ada bersama dengan mobilmu waktu itu adalah mobil Rafa kan?” tanya Bagas dengan sinis. Chelsea hanya terdiam.
 
“Jadi sekarang perasaanmu sudah menjadi nyaman lagi. Jangan lupa untuk berpikir bijaksana. Berkencan dengan seorang sepupu di tengah malam…Hal itu pasti akan membuat orang lain salah paham,” sindir Bagas. Bagas tersenyum dengan sinis dan pergi meninggalkan Chelsea yang termenung sendirian menyadari kesalahan apa yang baru saja dilakukannya.

---TBC---

NB: Jangan tanya kapan next ya!? XD
Comments please...

1 comment:

  1. Alurnya bagus kak. keren deh pokoknya! jangan lama-lama yeee

    ReplyDelete