Saturday 26 July 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 4 part 1]




"Jika kau tak tahan di istana, apa kau mau kabur bersamaku?" tanya Rafa.

"Apa?" tanya Chelsea dengan kaget mendengar pernyataan Rafa.

"Jika kau mau, aku bisa menyerah pada semuanya. Jika kau ingin dan kau merasa nyaman, aku selalu siap untuk menyerah dengan semua ini," ungkap Rafa. Chelsea meletakkan mandolin dan beranjak pergi. Tapi Rafa menahan kepergian Chelsea dengan memegangi tangannya.

"Tapi jika kau menginginkan sesuatu..." Rafa tak bisa meneruskan kata-katanya karena ada seseorang yang datang. Orang itu adalah Bagas!

Bagas naik dan marah, lalu menghampiri keduanya, lalu memukul Rafa. Tentu saja Chelsea berteriak melihat kekasaran Bagas. Bagas marah pada Rafa.

"Bukankah tadi aku sudah bilang, kalau kamu menemukan Putri Mahkota segera beri tahu aku. Tapi kenapa kau diam saja?" teriak CP Bagas penuh emosi.

"Rafa baru saja tahu aku berada disini," ujar Chelsea panik membela Rafa dan mencoba memisahkan mereka berdua.

"Diam kau!" bentak Bagas pada Chelsea.

Bagas menyuruh Chelsea turun tanpa mempedulikan teriakan Chelsea. Bagas menyeret Chelsea turun dari tempat itu meninggalkan Rafa. Bagas terus saja membentak Chelsea. Rafa hanya bisa memendam kekesalannya.

"Cepat!" teriak Bagas pada Chelsea ditangga.

"Hei, jangan marah..."pinta Chelsea terdengar ketakutan.

"Diam!" bentak Bagas.

"Awww~"teriak Chelsea kesakitan.

*

Bagas menarik tangan Chelsea dengan paksa dan membawanya pergi naik mobil dan menolak para pengawal mengikuti mereka.

"Kita mau pergi kemana?" tanya Chelsea.

Tapi Bagas sama sekali tak menjawab pertanyaan Chelsea. Bagas membawa mobilnya melaju dengan kencang ke sebuah hutan kecil dibelakang Istana. Bagas menghentikan mobilnya disana.

"Kamu tahu betapa khawatirnya aku? Kamu bahkan tak membawa pengawal. Kupikir kamu mungkin kecelakaan," ujar Bagas khawatir.

"Terimakasih karena sudah benar-benar khawatir tentang aku," jawab Chelsea dengan nada dingin.

"Jangan terluka karena foto-foto yang tak ada artinya itu," kata Bagas kemudian.

"Foto yang tak berarti? Apa kamu benar-benar tak punya keseriusan apapun dalam dirimu? Jika bukan aku, kamu pasti akan sangat khawatir tentang Chindai. Kamu mungkin tak pernah punya hubungan yang serius dengan siapapun," sindir Chelsea.

"Apa kamu sedang bercanda denganku? Setidaknya kamuナ"Bagas tak sempat melanjutkan kata-katanya karena dipotong oleh Chelsea.

"Aku benar-benar menyesal telah mengganggu hubungan kalian berdua. Saat aku pindah ke Istana, aku butuh seseorang untuk kuikuti. Tak peduli betapa jahatnya kamu dan kejamnya tingkah lakumu, terkadang saat kamu ada di sampingku, aku merasa bahagia dan memberiku kekuatan. Tapi sekarang, aku tak merasakan hal itu lagi," ungkap Chelsea.

"Apa maksudmu?" tanya Bagas.

"Aku tak tahan lagi tetap ada disampingmu," jawab Chelsea dengan ketus. Chelsea keluar dari mobil berjalan meninggalkan Bagas. Bagas ikut  turun mengikuti Chelsea.

"Kau mau pergi kemana?" panggil Bagas. Chelsea pun berhenti melangkah dan membiarkan Bagas menghampirinya.

"Kau bilang untuk menunggu 2-3 tahun. Baiklah. Kita bercerai 2-3 tahun lagi," kata Chelsea.

"Apa? Bagaimana jika aku menolaknya?" Bagas balik bertanya.

"Aku ini bukan boneka yang terus saja harus memenuhi kehendakmu. Jadi, nanti saat kamu ingin kembali ke  Chindai, kamu bisa bersamanya. Kupikir lebih baik kita menghormati batas masing-masing. Atau dengan kata lain, kita mungkin...kita mungkin harus melupakan kenangan masa lalu yang kita punya. Jika kita berada di bawah langit yang sama dan berpijak di bumi yang sama, akan membuatku semakin membencimu. Dan aku akan jadi sangat sulit untuk menghentikan rasa benci itu," ungkap Chelsea panjang lebar membelakangi Bagas yang berada dibelakangnya. Bagaspun  kecewa mendengar kata-kata Chelsea.

"Apa hidup di dalam Istana sangat berat untukmu? Jika kamu benar-benar ingin bercerai, aku akan menceraikanmu," kata Bagas dengan berat hati.

"Siapa yang lebih dulu bilang cerai? dasar kau brengsek!" teriak Chelsea kecewa dan marah.

"Karena pada awalnya aku tak menyukaimu. Kenapa seorang gadis biasa bisa mengganggu hidupku. Dan dengan matanya yang besar selalu bertanya ini itu. Saat aku mendengar kata-katamu, aku merasa hidupku ini penuh kepalsuan. Semua hal yang kupercayai itu nyata, ternyata semuanya palsu. Dan menghilang dalam sekejap. Terkadang aku sering memikirkannya. Tapi terkadang, aku bertanya pada diriku sendiri...apakah aku bisa bertahan hidup tanpamu?" ungkap Bagas.

"Itu berarti...apa benar...?" tanya Chelsea dengan gugup dan sedikit tersenyum. Chelsea senang mendengar pengakuan Bagas.

"Karena semua itu, aku bertaruh kalau aku bisa hidup tanpamu," lanjut Bagas. Chelsea jadi kecewa lagi mendengarnya.

"Orang akan selalu bisa beradaptasi dengan lingkungannya secara perlahan. Aku hidup tanpamu selama 20 tahun. Aku pasti bisa melalui hidupku walau tanpamu. Tapi aku mungkin akan merindukan tingkahmu. Karenamu aku sangat lelah, bertengkar denganmu dan saat-saat kita bersama. Kupikir ini jadi kebisaaan untukku. Layaknya aku tak pernah seperti itu sebelumnya, aku merasa kosong," ungkap Bagas.

"Jadi hanya seperti itu. Kau bisa memperbaiki kebisaaanmu," kata Chelsea kemudian beranjak pergi.

"Bagaimana caramu memperbaiki kebisaaanmu? Setidaknya katakan padaku sebelum kau pergi," pertanyaan Bagas menghentikan langkah Chelsea. Chelsea berbalik menghadap Bagas.

"Aku tak tahu, cari tahu saja sendiri. Kau bahkan tak punya sedikitpun cara untuk menghargai seseorang. Dasar kau orang jahat!" ujar Chelsea setengah menangis.

Chelsea berbalik dan melangkah pergi dengan kesal. Tapi Bagas menyusulnya. Meraih tubuh Chelsea dan memeluknya dari belakang.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku," teriak Chelsea sambil memberontak.

"Sebentar saja. Bisakah kau diam seperti ini sebentar?" pinta Bagas dengan lembut. Bagas semakin erat memeluk Chelsea. Chelsea mulai luluh, dan dia membalikan badannya. Kemudian mereka berdua berpelukan dengan mesra. Chelsea tersenyum bahagia, Bagas juga merasakan hal yang sama. Bagas pun mengecup kening Chelsea.



*Kediaman P.Shilla

P.Shilla di kediamannya sedang sibuk dengan laptopnya. Rafa masuk ke dalam begitu saja tanpa mengucapkan salam pada ibunya. Tanpa menghiraukan ibunya,Rafa langsung masuk kedalam kamarnya. Ibunya heran dan kemudian menghampiri Rafa yang sedang duduk di pinggir tempat tidurnya.

"Darimana kamu seharian ini?" tanya P.Shilla. Namun Rafa diam saja. Ibunya semakin mendekat dan kaget melihat luka di bibir Rafa.

"Apa yang terjadi?" tanya P.Shilla lagi dengan khawatir. Tapi Rafa tetap diam saja dan berkata kalau dia lelah, dia hanya ingin tidur. Rafa pun menyuruh ibunya untuk keluar dari kamarnya.

*Di bukit hutan belakang Istana

Bagas dan Chelsea sedang duduk berduaan di sebuah bangku di atas bukit dibelakang Istana. Chelsea sudah terlihat ceria kembali dengan pengakuan dan pelukan Bagas tadi. Bagas terus memandangi Chelsea yang sedang sibuk memperhatikan begitu banyak bintang di langit.

"Untuk bintang-bintang, mereka memiliki waktu mereka sendiri. Seperti juga di dunia manusia, yang punya masanya sendiri," ujar Bagas.

"Wow! Pangeran Bagas, bagaimana kau bisa tahu hal semacam itu?" puji Chelsea dengan kagum.

"Hei! Bacalah beberapa buku! Buku! Ini hanya bagian dari kata-kata yang ada di novel favoritku," jawab Bagas sambil menunjuk-nunjuk dahi Chelsea. Bagas berkata sambil tertawa.

"Menurut buku, planet juga memiliki kemampuannya sendiri untuk terus berputar. Manusia juga, mempunyai masanya dimana mereka akan meninggal. Dalam 2500 tahun, mulai sekarang saat 2500 tahun berlalu, semua hal yang terjadi pada kita sekarang, mungkin juga akan terjadi pada kita nanti. Dan kita akan bertemu dengan beberapa orang yang pernah kita temui sebelumnya," terang Bagas.

"Jadi menurut buku itu, kita akan bertemu lagi setelah 2500 tahun?" tanya Chelsea.

"Hampir seperti itu," jawab Bagas ikut melihat kerlip bintang dilangit.

"Kamu mungkin tak ingin bertemu denganku lagi," ujar Chelsea lemah.

"Tidak. Kupikir aku akan bertemu denganmu lagi. Jika aku bersamamu, aku rasa aku takkan bosan. Aku benci kalau jadi bosan," ujar Bagas sambil memandang Chelsea lagi.

Chelsea kesal karena merasa Bagas hanya menggodanya. Jadi Chelsea memukul dada Bagas. Bagas merasa kesakitan. Chelsea panik karenanya.

"Apa kau sakit? Apa kau tak apa-apa?" tanya Chelsea panik. Bagas memegang tangan Chelsea. Kemudian tertawa melihat ekspresi Chelsea.

"Inilah kenapa kamu tak bisa. Inilah kenapa aku senang mempermainkanmu," ujar Bagas senang.
Chelsea kesal karena memang Bagas sedang menggodanya. Dia melepaskan tangannya dan mencari sesuatu. Dia mencari batu dan ingin memukulkannya pada Bagas.

"Hei apa yang kamu lakukan? Kamu tak takut masuk penjara karena membunuhku," teriak Bagas sambil berlari mengelilingi bangku itu.

"Aku tak takut masuk penjara," jawab Chelsea sambil terus mengejar Bagas.

"Baiklah kalau begitu kita mati sama-sama," ujar Bagas sambil mengambil batu yang lebih besar daripada yang di bawa Chelsea.

"Hei! Aku minta maaf. Aku yang salah," ucap Chelsea yang ketakutan.

Tapi karena batu yang dibawa Bagas terlalu besar, Bagas tak kuat lagi mengangkatnya sehingga dia menjatuhkannya. Jadi Chelsea mengejar Bagas lagi dengan batu di tangannya. Mereka tertawa dengan gembira malam itu.

*Di Istana

Keesokan harinya, Ibu Suri kaget mendengar kabar kalau Bagas memukul Rafa.

"Maaf kan saya, Yang Mulia. Saya tidak tahu apa alasannya dan apa yang sebenarnya terjadi antara kedua pangeran itu," jawab dayang Ibu Suri.

"Sepertinya keduanya bertengkar hebat tapi tak ada yang tahu apa masalah mereka," lanjut dayang Ibu Suri.

Queen Agni masuk ke kediaman Ibu Suri dan memerintahkan Dayangnya untuk memanggil Bagas kesitu. Tapi tiba-tiba seorang dayang berkata kalau P.Shilla ingin bertemu dengan Queen Agni.

P.Shilla marah-marah atas perlakuan Bagas pada Rafa. Queen Agni hanya bisa menunduk dan terus meminta maaf pada kakak iparnya itu. Queen Agni berjanji hal semacam itu takkan terjadi lagi. P.Shilla terus saja marah-marah. Dan Queen Agni hanya meminta pengertian P.Shilla kalau putranya masih muda dan masih labil emosinya. P.Shilla bilang akan melupakan insiden ini dan meminta Queen Agni untuk pergi. Queen Agni hanya bisa memendam kekesalannya.

*Di villa pinggiran kota

Berita tentang pemukulan cepat menyebar. Walau akses komunikasi sudah dicoba diredam dimana King Cakka berada oleh P.Salma, namun King Cakka sudah mendengar insiden pemukulan tersebut dari dayang yang berada disana. King Cakka pun ingin kembali ke istana.

"Kenapa lebih mudah mengurus 10 orang anak daripada mengurus Bagas seorang. Selalu saja membuat masalah dimana-mana," keluh King Cakka.

"Tenang Ayah, wajar kalau anak seumuran Bagas punya emosi yang meluap-luap. Mereka mungkin bertengkar hanya karena salah ucap saja," bela P.Salma untuk adiknya. King Cakka berkata agar mereka bersiap-siap untuk kembali ke istana.

"Ayah, kita harus mendengar apa yang Bagas katakan terlebih dahulu, karena kesehatanmu juga belum membaik" bujuk P.Salma.

"Aku terlalu lama meninggalkan istana," ujar king Cakka.

*Di kampus

Chelsea masuk kampus pagi itu. Walau mempunyai jadwal kuliah yang sama dengan Rafa, namun hari itu Rafa tak nampak masuk kuliah. Chelsea menjadi khawatir akan hal itu yang membuat Chelsea tidak konsentrasi mengikuti kuliahnya.

*

Sepulang kuliah, Chelsea menuju apartemen Rafa. Namun disana, Chelsea hanya bertemu dengan asisten rumahtangga Rafa yang mengatakan P.Rafa tidak ingin bertemu siapapun. Chelsea merajuk dengan mengatakan kalau dia yang ingin bertemu. Asisten rumahtangga itu tetap mengatakan P.Rafa hanya ingin sendiri. Chelsea pun pulang dengan kecewa.

*Kediaman Royal Couple

Chelsea sampai ke kediamannya, tapi kemudian dia mampir di kekamar Bagas yang sedang sibuk membaca buku.

"Aku tadi baru saja mengunjungi tempat Rafa. Tapi dia tak ingin bertemu siapapun," kata Chelsea. Bagas hanya diam saja.

"Dia tak masuk kuliah dan aku belum melihatnya sejak kemarin. Apa mungkin lukanya parah?" keluh Chelsea.

"Mungkin dia sibuk," jawab Bagas sekenanya. Bagas terlihat kesal dan pindah ke tempat tidurnya sambil membaca lagi. Chelsea pun keluar dan menuju kekamarnya dengan kecewa.

*

Sekertaris Istana masuk ke kamar Bagas dan berkata kalau King Cakka ingin bertemu dengan Bagas di istana kediaman King Cakka.

"Apa gunanya gedung perpus tua itu? (gedung tempat Rafa dan Chelsea berduaan)" tanya Bagas tiba-tiba.

"Itu hanya tempat yang tak terpakai, Yang Mulia," jawab Sekertaris Istana bingung.

"Kalau itu hanya tempat yang tak terpakai, kenapa Rafa bisa tahu tempat seperti itu?" tanya Bagas lagi. Sekertaris Istana kaget mendengarnya.

"Apa P.Rafa sering ada di sana,Yang Mulia?" tanya Sekertaris Istana. Bagas berkata pada Sekertaris Istana untuk melupakan pertanyaannya dan cepat pergi menghadap King Cakka.

*

King Cakka berdua bersama Bagas di istana kediamannya.

"Kenapa kau memperlakukan P.Rafa seperti itu?" tanya King Cakka.

"Aku tidak ingin membicarakannya secara detail," jawab Bagas cuek.

"Apa kamu tak sabaran hingga dia tak ingin membicarakan hal itu dengan lebih jelas?" ujar King Cakka dengan nada tinggi.

"Semuanya salahku," ucap Bagas.

"Kau adalah orang yang akan menempati posisi tertinggi di masa depan. Aku sudah mendidikmu dengan hati-hati dan sungguh-sungguh sejak kau kecil. Bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini," marah King Cakka.

"Kenapa kau tak bisa jadi seorang Raja yang bijaksana seperti yang kuharapkan?" tanya King Cakka.

"Anda hanya bisa menyalahkan pada sifatku sejak kecil tanpa menghargai perasaanku," ujar Bagas.

"Beraninya kau!" bentak King Cakka. King Cakka menahan kekesalannya.

"Kau pikir apa kau masih punya kualifikasi yang baik sebagai Putra Mahkota?" tanya King Cakka.

"Ayah, kau selalu saja bicara tentang hal itu. Kau tak perlu khawatir. Ada banyak orang disekelilingku yang akan cocok dengan posisi itu," ungkap Bagas.

"Kau itu bicara apa?" tanya King Cakka yang makin kesal mendengar jawaban Bagas.

"Anakmu akan pergi sekarang," pamit Bagas dengan cuek. Bagas bangkit dari tempat duduknya.
Langkahnya terhenti saat mendengar ujaran King Cakka.

"Mungkinkah, masalah kali ini berawal karena Putri Mahkota?" tanya King Cakka.

"Tidak," tegas Bagas sambil langsung menuju keluar.

Queen Agni ternyata ada di depan ruangan King Cakka bersama Dayangnya yang membawakan obat untuk King Cakka. Bagas hanya bisa memandangi ibunya tanpa berkata apa-apa. Ibunya sedih menatap Bagas.

Queen Agni masuk ke dalam dan berbicara dengan King Cakka.

"Pemberontakan hati Pangeran sepertinya jadi semakin serius. Itu sangat membuatku khawatir," keluh King Cakka pada istrinya.

"Ini terjadi karena hal itu biasa terjadi pada anak yang seumuran dengannya. Jika King Cakka bisa lebih perhatian dan menghadapinya dengan lapang dada, dia mungkin akan bisa berubah," ujar Queen Agni meminta pengertian King Cakka.

"Aku khawatir karena dia sama sekali belum bisa merubah kelakuannya. Benar begitu kan? Kenapa kamu tak bicara apapun padaku saat aku bertanya tentang Pangeran? Pangeran berubah jadi tak terkontrol seperti itu karena terus kau lindungi," tanya King Cakka. Queen Agni mencoba bersikap tenang.

"Seharusnya, dilihat dulu bagaimana masalah itu bisa terjadi. Anda harus melihat dengan lebih baik lagi masalahnya," ujar Queen Agni menahan emosinya. King Cakka menghela nafas.

"Masalah Pangeran bukan hanya masalah pemberontakan dirinya yang semakin berkembang, masalah yang ada karena karma, bisa juga adalah akhir bagiku," ujar Queen Agni.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya King Cakka. Queen Agni hanya diam saja. King Cakka sadar akan sesuatu lalu mengalihkan pembicaraan.

"Setelah kejadian itu, orang-orang akan meragukan kemampuan Bagas dan mungkin juga takkan mau mendukungnya," ujar King Cakka.

"Yang Mulia, selama pemerintahan masih konsistusi Monarki, masalah seperti ini akan selalu ada," ucap Queen Agni. King Cakka mulai ragu akan kemampuan Bagas untuk jadi penerusnya. Sementara Queen Agni terus berusaha membela putranya. Queen Agni mengingatkan King Cakka untuk meminum obatnya yang sudah mulai dingin.

*Pagi hari di kediaman Royal Couple

Chelsea sedang bermain hulahoop bersama dengan kedua dayang setianya di depan kediamannya.

"Yang Mulia, kenapa kau melakukan hal ini?" tanya dayang Dinda.

"Ada seseorang yang bilang kalau tubuhku kelebihan lemak," jawab Chelsea sambil terus memainkan hulahoop'nya.

"Siapa yang mengatakan hal semacam itu, Yang Mulia?" tanya dayang Ocha penasaran.

"Sejujurnya, aku menyadari kalau wajahku sekarang bulat sebulat bulan purnama. Aku harus mulai diet," ujar Chelsea lagi.

"Sejujurnya, Putri Mahkota terlihat kurus saat kehilangan selera makan," ujar dayang Dinda.

"Sekarang, selera makanku semakin meningkat," ujar Chelsea.

Tanpa mereka tahu, CP Bagas lewat di belakang mereka. Bagas mendekati mereka. Dayang Ocha berhenti memutar-mutar hulahoopnya dan menunduk sambil mundur ke belakang setelah melihat kehadiran CP Bagas.

"Hei, ada apa?" tanya Chelsea pada dayang Ocha sebelum menyadari kehadiran Bagas. Dayang Dinda pun berhenti memainkan hulahoop'nya ketika menyadari kehadiran CP Bagas.

"Apa yang sedang  kau lakukan pagi-pagi begini? Kau terlihat buruk sekali," tanya Bagas. Chelsea diam saja dan terus memutar hulahoop itu di pinggangnya.

"Hei! Aku sedang bicara denganmu," teriak Bagas.

"Kenapa? Bukankah bagus untukmu kalau aku semakin cantik," jawab Chelsea.

"Aku tak suka wanita yang terlalu kurus seperti mumi di Yunani," ujar Bagas.

"Kan kau sendiri yang menyarankan agar aku menguruskan badanku," ungkap Chelsea tak mau kalah.

"Kau kan juga harus sedikit menguruskan badanmu agar kau terlihat lebih tampan saat difoto," saran Chelsea.

"Kenapa harus? Badanku bagus," ucap Bagas dengan PD-nya. Chelsea tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Sindrom Pangerannya (merasa paling sempurna) muncul lagi," ujar Chelsea pada kedua dayangnya sambil tertawa.

"Terserah kau saja. Mungkin itu lebih baik. Aku hampir saja mati saat aku menggendongmu dulu," sindir Bagas.

"Kau tak perlu khawatir akan hal itu. Ayo kita lakukan lagi. Lakukan bersama-sama," ajak Chelsea pada keduan dayangnya. Bagas hendak melangkah pergi, tapi kemudian dia berbalik sebentar dan tersenyum manis memandang Chelsea. Bagas pergi meninggalkan mereka.

*Di restoran

P.Shilla sedang menunggu seseorang di sebuah restoran. Dia mengingat masa lalunya. Raja terdahulu (Mertuanya, suami Ibu Suri yang sekarang), mengusirnya dan Rafa.

**

"Pergilah kau dan Rafa sejauh mungkin dari istana. Tinggalkan istana dan jangan pernah kembali lagi. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi," hardik Raja.

"Bagaimana mungkin anda sejahat ini padaku?" tanya P.Shilla.

"Apa kau pikir aku tak tahu hubunganmu dengan Putra Mahkota (Ayah Rafa) dan Pangeran Cakka
(Ayah Bagas)? Apa kau mencoba merusak keluarga Kerajaan dan negara ini?!" maki Raja. Raja bangkit dari singgasananya.

"Kau tahu orang-orang dan wajah mereka, tapi kau tak tahu hati mereka. Apa yang mereka tanam, itulah yang akan mereka tuai," hardik Raja yang sedang marah besar. Raja pergi meninggalkan P.Shilla yang sedang menahan kekesalannya.

*

Sekertaris Istana menemui P.Shilla dan berkata kalau dia membawa perintah dari Raja.

"Jika anda tinggal di luar istana, keluarga Kerajaan tidak akan menanggung biaya hidup anda. Tapi jika anda mau tinggal di luar negeri, biaya hidup anda akan ditanggung oleh Kerajaan. Bijaksanalah dalam memilih. Aku hanya menyampaikan pesan. Aku pergi sekarang," kata Sekertaris Istana. P.Shilla hanya bisa menahan kejengkelannya.

**

Orang yang ditunggu P.Shilla akhirnya datang. Ternyata P.Shilla sedang menunggu Chindai.

"Apa yang sedang anda pikirkan? Sepertinya anda sedang berpikir sesuatu yang berat?" tanya Chindai.

"Aku hanya berpikir tentang masa lalu," jawab P.Shilla.

"Banyak sekali yang terjadi di istana akhir-akhir ini. Jadi mungkin lebih baik kalau kita bertemu jauh dari istana saja," ujar P.Shilla. Chindai terlihat kecewa mendengarnya.

"Guru, bagaimana kisah cinta pertamamu?" tiba-tiba Chindai bertanya.

"Orang-orang bilang, laki-laki menganggap, cinta pertama itu adalah orang yang pertama ada di hatinya. Wanita menganggap, cinta pertamanya adalah orang yang ada dalam kenangannya. Tapi kenapa kau bertanya hal itu?" balas P.Shilla.

"Disini. Rasanya sakit sekali. Aku merasa seakan mau mati. Sakit sekali," jawab Chindai mununjuk pada hatinya.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku juga pernah merasakannya. Cinta membuatku terluka.
Dunia ini membuatku terluka. Jadi aku ingin menyerah saja karena aku lelah. Tapi diusiaku sekarang, aku menyadari sesuatu. Kau tahu apa itu? Di kehidupan ini, hal yang paling penting dari yang lainnya adalah cinta. Meskipun kau miskin, dengan cinta kau akan jadi kaya. Tak peduli seberapa kayanya dirimu, jika kau kehilangan cinta, kau akan merasa kesepian dan sedingin musim dingin," ujar P.Shilla.

"Apa maksudmu?" tanya Chindai.

"Untuk melindungi cintaku, aku membayar harga yang mahal untuk itu," jawab P.Shilla.

"Lalu?" tanya Chindai lagi.

"Aku jadi pemilik cinta. Tak seorangpun bisa membayar kembali cinta itu dan menjadi pemilik cinta. Benar begitu kan?" ujar P.Shilla meracuni pikiran Chindai. Chindai hanya diam saja mendengarnya.

*Dikediaman Ibu Suri

Ibu Suri, King Cakka, Queen Agni dan P.Salma sedang berbincang-bincang mengenai Rafa dan Bagas. King Cakka ingin menemui Rafa, namun Rafa belum mau beranjak dari kamarnya. P.Salma mengusulkan sebuah ide untuk makan siang bersama keluarga besarnya. Semua yang hadirpun setuju.

Makan siang tersebut bisa menjadi ajang berkumpulnya keluarga mereka sekaligus pesta penyambutan P.Salma, juga merekatkan hubungan CP Bagas juga P.Rafa lagi. Ibu Suri Ira juga usul, untuk mengadakan foto bersama keluarga juga. Karena semenjak CP Bagas dan CP Chelsea menikah, mereka belum pernah sekalipun mengadakan sesi foto bersama.

*Siang ahri di kediamana Royal Couple

Mereka mengadakan jamuan makan malam di kediaman Royal Couple. Wajah Ibu Suri Ira sedari tadi dipenuhi senyuman. Semua sudah hadir, kecuali Rafa.

"Setelah 15 tahun, kita bersama sebagai keluarga kerajaan lagi. Aku akan mati tanpa menyesal," ungkap Ibu Suri Ira yang terlihat bahagia.

"Yang Mulia, kenapa anda berkata seperti itu?" ujar Queen Agni.

"Ratu benar, Ibu. Kau akan berumur panjang," ujar King Cakka. Ibu Suri tersenyum mendengarnya.

"Di dunia ini, ada 3 macam kebohongan besar. Nomor 1, adalah seorang pengusaha yang bilang kalau dia sama sekali tak punya keuntungan. Yang ke-2, adalah seorang gadis cantik yang bilang kalau dia tak ingin menikah. Orang kuno bilang, 'Semakin cepat mati, semakin cepat masalah selesai'. Itu yang nomor 3," ucap Ibu Suri. Semuanya tertawa mendengar perkataan Ibu Suri. Chelsea yang tertawanya paling keras.

"Karena Putri Mahkota, aku jadi semakin humoris. Ngomong-ngomong, sejak kapan ya, keluarga kerajaan jadi tidak humoris?" tanya Ibu Suri tiba-tiba. Semuanya tertawa mendengarnya. King Cakka juga tertawa dengan keras mendengar kekonyolan Ibu Suri. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau P.Rafa datang. Semua menoleh ke arah Rafa.

"Saya minta maaf, karena saya datang terlambat," ujar Rafa yang langsung diperintahkan oleh Ibu Suri untuk langsung duduk.

Rafa duduk di tengah-tengah P.Shilla dan P.Salma. Di hadapannya persis, duduk Chelsea yang diapit oleh Queen Agni dan Bagas. Chelsea memandangi Rafa dengan senyuman, Rafa memandangi Bagas dengan tajam, Bagas memandangi ekspresi wajah istrinya dengan cemburu.
Jamuan makan pun dimulai.

"Aku senang melihat hubungan CP Bagas dan CP Chelsea yang akhir-akhir ini terlihat semakin mesra," ujar P.Shilla ketika sudah selesai makan.

"Ini terjadi juga berkat doa dari P.Shilla," balas Bagas. Chelsea yang duduk disampingnya pun ikut tersenyum.

"Bagas sudah menikah, bagaimana dengan Rafa? Rafa juga bisa segera menikah, bukan?" tanya Ibu Suri Ira.

"Yang Mulia, P.Rafa itu lebih suka memikirkan pendidikannya terlebih dahulu daripada pernikahannya," jawab P.Shilla.

"Kenapa harus bersikap seperti itu? Sudah saatnya bagi Rafa untuk menikah seperti Bagas. Rafa sudah cukup umur," ujar Ibu Suri kemudian.

"Pangeran Rafa pasti juga ingin menikah dengan seorang gadis secantik dan sebaik Putri Mahkota, kan?" lanjut Ibu Suri. Chelsea kaget lalu menunduk.

"Benar, Yang Mulia," jawab Rafa dengan tegas. Queen Agni terus menatap Rafa dengan curiga. Bagas mencoba meredam emosinya dalam hati.

"Aku ingin segera menikah. Tapi aku ingin menikah dengan wanita yang kusukai," ungkap Rafa.

"Kau sudah memikirkan hal itu, apa kau sudah punya calonnya?" tanya King Cakka.

"Menurut tradisi, harusnya hal ini diatur oleh para tetua," timpal P.Shilla yang takut putranya berkata macam-macam.

"Ada seseorang yang kusuka," tegas Rafa. Chelsea menghentikan makannya. Bagas terus melirik ke arah istrinya.

"Siapa dia?" tanya Ibu Suri.

"Kalian mungkin penasaran siapa dia, tapi tolong jangan bertanya lagi. Aku akan mengatakannya saat waktunya tepat," pinta Rafa.

"Wah, inilah sisi lain dari Rafa. Siapa yang sebenarnya telah mencuri hati Pangeran kita?" canda P.Salma.

"Jadi begitu... Mengejutkan sekali," timpal Bagas. Chelsea menatap Bagas sambil makan.

"Meskipun aku tak tahu siapa dia, semoga harapanmu bisa jadi kenyataan," lanjut Bagas.

"Itu pasti," ujar Rafa tak mau kalah. Tiba-tiba Chelsea merintih kesakitan. Lidahnya tergigit.
Queen Agni memerintahkan Dayang Misel untuk mengambil obat. Bagas bilang dia yang akan mengambilkan obat untuk Chelsea. Rafa segera bangkit dari tempat duduknya dan kemudian mengisi sapu tangannya dengan es batu. Rafa menghampiri Chelsea dan menyuruh Chelsea menggigit es itu agar darahnya berhenti. Semua menatap keduanya dengan penuh tanda tanya. P.Shilla menelan ludah, takut kalau perasaan Rafa pada Chelsea ketahuan oleh yang lainnya.

*

Ketika jamaun makan sudah selesai,para dayang sibuk membereskan semua seperti semula. Chelsea sedang sibuk berbincang dengan seorang dayang mengenai foto yang ada di HP dayang itu. Foto bunga yang indah. Rafa menghampiri mereka. Dan dayang itu pun pergi menjauh dari Chelsea.

"Duduklah," ajak Chelsea. Mereka berdua pun duduk di depan kediaman Royal Couple.

"Akhirnya aku bisa melihat wajah Rafa. Apa selama ini kau sakit?" tanya Chelsea.

"Aku memikirkan banyak hal," jawab Rafa.

"Oh, begitu. Aku pikir kau sakit karena apa yang terjadi hari itu," ujar Chelsea.

"Apa aku selemah itu?" tanya Rafa. Chelsea tertawa.

"Aku hanya khawatir saja," jawab Chelsea.

"Apa kau akan selalu khawatir tentang aku?" tanya Rafa tiba-tiba. Chelsea terkejut mendengarnya.

"Tentu saja. Kita kan teman. Agatha Chelsea selalu setia pada temannya," jawab Chelsea. Rafa terlihat
kecewa mendengar ucapan Chelsea.

"Tapi... Apa wajahmu tak apa-apa? Waktu it..." tanya Chelsea lagi.

"Insiden itu, jangan dipikirkan lagi," suruh Rafa.

"Aku minta maaf sebelumnya, maaf karena menyebabkan kesalahpahaman yang terjadi di antara kalian," pinta Chelsea.

"Aku tak marah karena kau," ujar Rafa.

"Sejujurnya, aku pernah sekali mencarimu," ungkap Chelsea.

"Ini aneh sekali. Meskipun kau tak ada disisiku, kau selalu ada di pikiranku," ungkap Rafa. Chelsea gugup mendengarnya.

"Sering sekali, kau datang menemaniku, masuk ke dalam pikiranku. Jadi itu tak apa-apa," tanya Rafa.
Bagas ternyata ada di pintu dan mendengar ungkapan hati Rafa. Bagas berjalan kearah mereka. Kemudian menggenggam tangan Chelsea dihadapan Rafa.

"Bolehkah aku membawa istriku pergi?" tanya Bagas.

"Aku sudah bilang pada nenek kalau dia bisa melihat bintang-bintang bersama sepanjang hari ini. Dan Ibu Suri bilang ingin melihatnya bersama Putri Mahkota," lanjut Bagas. Bagas menarik Chelsea pergi. Rafa terlihat kecewa karenanya.

*

P.Shilla sedang berdua bersama King Cakka di sebuah ruangan.

"P.Rafa semakin mirip dengan kakakku," ujar King Cakka.

"Semakin Rafa mirip dengan ayahnya, dia semakin menderita," ujar P.Shilla.

"Apa maksud P.Shilla?" tanya King Cakka.

"Saya tak bisa melupakan peristiwa 14 tahun yang lalu. Seperti yang saya rasakan pada suamiku, saya takut Rafa juga akan pergi meninggalkanku. Itulah kenapa saya merasa takut," ujar P.Shilla.

"P.Shilla tak perlu khawatir, aku akan menjaga Rafa untuk P.Shilla dan kakakku," ujar King Cakka.

"Terimakasih, Yang Mulia. Hanya pada Anda lah saya bisa bergantung tentang masa depanku dan Rafa," ujar P.Shilla.

Tanpa mereka tahu, Queen Agni mendengarkan percakapan itu dari luar.

Queen Agni menjauh dari tempat itu dan kemudian termenung memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dilihatnya Rafa yang sedang sendirian. Queen Agni pun langsung menghampiri Rafa.

"Pangeran Rafa," sapa Queen Agni.

"Ya, Yang Mulia Ratu," jawab P.Rafa dengan sopan.

"Mari kita ngobrol," ajak Queen Agni kemudian duduk disamping P.Rafa.

"Sejak kau masuk istana, sepertinya aku tak pernah menganggapmu," ujar Queen Agni.

"Bukan seperti itu, Yang Mulia," sangkal Rafa.

"Bagaimanapun juga aku ini bibimu. Aku memperlakukanmu dengan kasar. Kau pasti membenciku. Dan waktu itu, saat kau pergi dengan Putri Mahkota... Setelah aku berpikir, aku rasa aku terlalu keras padamu," ujar Queen Agni lagi.

"Itu kesalahanku. Aku memang layak dibentak," jawab Rafa.

"Senang sekali jika kau berpikir seperti itu. Tapi Pangeran Rafa...Di dunia ini ada hal yang tak bisa dipaksakan. Apa kau tahu itu?" tanya Queen Agni.

"Aku tak  tahu, Yang Mulia," jawab Rafa.

"Hal seperti takdir, seberapa keras pun kau coba untuk meraihnya, kau sama sekali takkan bisa menggenggamnya. Dan meskipun kau berhasil meraihnya, itu takkan bisa selamanya ada ditanganmu. Jika kau menginginkan sesuatu yang bukan milikmu, kau hanya akan tertekan. Itulah kehidupan. Hubungan antara pria dan wanita bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan menggunakan otakmu. Dengan kata lain, kau takkan mendapatkan apapun yang bukan milikmu. Alasan kenapa aku mengatakan hal ini padamu, ini karena aku pernah melihat sesuatu seperti yang terjadi padamu beberapa waktu yang lalu," nasehat Queen Agni.

"Apa ini yang disebut takdir pernikahan?" tanya Rafa.

"Beberapa waktu yang lalu, ada pernikahan yang tak cocok terjadi di istana. Jika kau tak ingin itu terjadi pada takdirmu, tolong ingatlah kata-kataku," jawab Queen Agni.

*

Semua sudah berkumpul di halaman dan siap berfoto. Semua orang berfoto dengan tersenyum bahagia. Sesi foto pun tidak kaku karena ulah Chelsea dengan tingkah cerianya.

*
Bagas termenung sendirian ketika semuanya sudah kembali kekediaman masing-masing. Chelsea melihatnya dan kemudian berjalan menghampirinya. Awalnya Chelsea ingin mengejutkan Bagas, namun gagal karena ternyata Bagas sudah melihatnya terlebih dahulu.

"Foto tadi, terasa aneh bagiku," keluh Chelsea.

"Tak ada Ayah, Ibu dan Rafli di foto tadi. Aku merasa tiba-tiba keluargaku berubah dan itu aneh sekali rasanya," lanjut Chelsea.

"Apanya yang aneh? Ini wajar terjadi kalau seorang wanita sudah jadi istri seseorang," ujar Bagas.

"Aku hanya belum merasakan keluarga baruku," ujar Chelsea.

"Apalagi ketika kita berhenti menjadi satu keluarga," gumam Chelsea.

"Apa maksudmu?" tanya Bagas yang mendengar guman Chelsea.

"A, aku tidak omong apa-apa," sela Chelsea salah tingkah.

"Masih ada matahari esok hari. Jadi aku tak ingin berpikir apa-apa hari ini," lanjut Chelsea. Bagas tertawa.

"Kau bisa juga mengatakan kata-kata yang bermakna seperti itu. Itu kata-kata terkenal dari film 'Gone with the Wind'..." ujar Bagas terkejut.

"Hah? With the Wind, apa?" Chelsea malah bingung dengan apa yang dikatakan Bagas.

"Ishh~ seharusnya aku tak mengatakan hal itu tadi. Susah menjelaskan padamu," Bagas mengeluh.

"Apa kau ingin melihat matahari terbit?" tiba-tiba Bagas bertanya.

"Aku belum pernah melihat matahari terbit sebelumnya," ujar Chelsea ceria.

"Matahari terbit semuanya sama saja," ujar Bagas. Kemudian Bagas mengambil hp'nya dan menelpon seseorang.

"Sekertaris Istana, jangan tanya apapun. Tapi aku akan pergi bersama Putri Mahkota. Kalau para tetua bertanya, katakan saja kalau kami 'Gone with the Wind'(bit: pergi dengan angin)," ujar Bagas lalu menutup telponnya.

"Kemana kita akan pergi?" tanya Chelsea kaget.

"Untuk merayakan dimana otakmu yang polos, dapat memikirkan dan berkata kalimat yang bermutu, kita akan pergi melihat matahari terbit. Kenapa?" jelas Bagas dengan tersenyum.

"Benarkah? A, benarkah? A, ini sangat menyengakan," ujar Chelsea gembira sambil memukul punggung Bagas yang membuat Bagas kesal.

*

Sore itu, Chelsea dan Bagas telah sampai di pantai yang sepi. Mereka pun  bersenang-senang di pinggir pantai. Mereka main kejar-kejaran, main pasir, bercanda, tertawa dan berfoto bersama. Bagas bahkan menggendong Chelsea di punggungnya. Saat hujan turun mereka masuk ke dalam mobil. Bagas mengamati foto-foto yang diambilnya. Chelsea tiduran di samping Bagas.

"Selamat," ujar Chelsea.

"Untuk apa?" tanya Bagas.

"Selamat karena kau bukan lagi Putra Mahkota Bagas yang terperangkap di dalam istana. Tapi kau sekarang adalah orang biasa yang bisa menghirup udara segar dengan bebas," jawab Chelsea. Bagas tersenyum dan kemudian memotret Chelsea yang tiduran. Bagas merangkul Chelsea yang tiduran. Chelsea memeluk tangan suaminya.

*

Chelsea dan Bagas telah sampai di sebuah villa milik Istana.

"Tempat apa ini?" tanya Chelsea ketika turun dari mobil.

"Ini adalah Istana Musim Panas, dimana keluarga kerajaan menghabiskan musim panas disini," jawab Bagas yang membawa tas mereka, dan mengajak Chelsea masuk.

"Ini terlihat menarik," ujar Chelsea senang.

Seorang pengurus istana musim panas menyambut mereka.

"Selamat datang, yang Mulia. Saya terkejut Putra Mahkota datang mendadak seperti ini," ujar si pengurus istana.

"Apa yang membawa Anda kemari, Yang Mulia," sapa pengurus istana.

"Apa kamu baik-baik saja?" sapa CP Bagas ramah.

"Baik, Yang Mulia. A, apa ini Putri Mahkota? Saya memberi salam pada Anda, Yang Mulia," pengurus Istana memberi hormat pada CP Chelsea.

"Bagaiman kabarmu, kakek?" sapa CP Chelsea dengan tersenyum.

"Kami ingin menginap disini, apakah ruangan sudah disiapkan?" tanya Bagas.

"Tentu saja, Yang mulia. Saya sudah mempersiapkannya. Mari ikuti saya," ajak pengurus istana.

Mereka pun mengikuti Pengurus Istana masuk kedalam istana. Bagas menggandeng Chelsea. Chelsea pun terlihat antusias dengan tempat tersebut.

*

Chelsea membuka jendela kamarnya. Bagas duduk di sampingnya. Bagas tersenyum bahagia memandangi Chelsea.

"Aku lapar, aku ingin makan nasi," keluh Chelsea. Tapi Bagas diam saja, masih menikmati pemandangan diluar jendela.

"Hei, saat kau kerumahku, bukankah aku sudah membuatkanmu nasi goreng?" ujar Chelsea.

"Katamu kamu pernah bergabung dalam PRAMUKA? Harusnya kamu tahu bagaiman cara memasak bukan?" lanjut Chelsea.

"Ya, aku tahu cara memasak nasi," ujar Bagas kesal.

"Kalau begitu, cepatlah memasakkanku makanan. Aku sudah lapar," rengek Chelsea sambil menggoyang-goyangkan lengan Bagas.

"Kalau begitu ayo kita makan nasi. Tapi sebelumnya, lihat itu dulu. Pemandangannya sangat indah," ajak Bagas sambil merangkul Chelsea dan meminta Chelsea melihat pemandangan indah di depannya.

"Aku hanya bisa melihat nasi dimana-mana. Ayo kita makan nasi," ujar Chelsea dengan manja.

*

Mereka pun akhirnya pergi berbelanja di mini market terdekat. Mereka pergi denagn berdandan seperti orang biasa agar tidak dikenali. Bagas mengambil banyak barang di mini market tersebut. Tapi Chelsea melarangnya. Mereka hanya berdua. Kenapa berbelanja sebanyak itu. Bahkan Bagas sempat mengambil bawang bombay 1 keranjang yang biasanya berisi 10kg! Tentu saja Chelsea melotot ke arahnya dan memintanya mengembalikan bawang itu. Selesai berbelanja, mereka memasak bersama sambil bercanda.

*

Makanan sudah siap dan mereka berdua mencicipi hasil karya mereka berdua. Ternyata rasanya enak. Keduanya mulai makan.

"Pangeran, bolehkah aku bertanya padamu?" tanya Chelsea saat makan.

"Ya, bicaralah," jawab Bagas.

"Apa kamu mengajakku kesini benar-benar untuk melihat matahari terbit? Ini tak seperti biasanya dan sedikit aneh. Mungkinkah ini perjalanan perpisahan kita?" tanya Chelsea dengan berat hati.

"Apa? Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" tanya Bagas tak terima.

"Suatu saat kamu berkata seperti ini, Chindai jugaナ" kata-kata Chelsea dipotong oleh Bagas.

"Jangan batasi dirimu sendiri karena Chindai. Aku sedang tak ingin mengadakan perjalanan perpisahan," ujar Bagas kemudian melanjutkan makannya.

"Perjalanan perpisahan. Itu sudah tren lama sejak dulu kan? Meskipun ini masih kurang matang, tapi rasanya tetap enak," kata Chelsea sambil mengalihkan pembicaraan dan melanjutkan makannya lagi.

"Lalu bagaimana menurutmu kalau kita hidup bersama selama 100 tahun?" tanya Bagas. Chelsea kaget. Dia menyemprotkan makanannya. Ada nasi jatuh di pipi Bagas. Bagas kesal karenanya.

"A, maafkan aku. Aku tak bermaksud melakukannya," ujar Chelsea panik sambil membersikan nasi di wajah Bagas.

"Kau... Kau orang pertama yang menyemprotkan nasi ke wajah Putra Mahkota!" ujar Bagas.

"Terkadang aku ingin membiarkanmu pergi. Tapi terkadang, aku tak ingin membiarkanmu pergi. Jadi, sebelum hatiku ingin membiarkanmu pergi, beranjak dewasa bersama, itu bukan ide yang buruk," ungkap Bagas kemudian.

"Kenapa? Apa kau takut hidupmu jadi bosan?" tanya Chelsea. Bagas tersenyum.

"Tidak. Karena aku merasa bahagia saat aku bersamamu," jawab Bagas. Chelsea tersipu-sipu malu mendengarnya.

*

Mereka tidur bersama. Bagas terbangun dan memandangi istrinya yang sudah tertidur disampingnya. Kemudian Bagas meraih tangan Chelsea dan menarik tubuh Chelsea ke dalam pelukannya. Dia tersenyum bahagia sambil memeluk istrinya yang masih tidur pulas dipelukannya. Lalu, Bagas pun mencoba tidur lagi.

*

Keesokan harinya mereka telah berada di pantai. Tapi cuaca mendung. Bagas tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia tak tahu kalau cuacanya akan mendung seperti itu. Kalau mendung, mereka takkan mungkin bisa melihat matahari terbit. Bagas mengajak Chelsea kembali lagi kapan-kapan untuk melihat matahari terbit bersama. Chelsea memandangi ekspresi kecewa Bagas.

"Kau tahu, melihat ekspresimu itu, aku bisa merasa kalau kau terluka dan kesepian lebih dari yang kurasakan. Jadi, mulai sekarangナ mulai sekarang, aku tak bisa lagi menahan diri untuk jatuh cinta padamu," ungkap Chelsea. Bagas tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Dia memandang Chelsea. Chelsea tersenyum balik memandangi Bagas.

*Di Istana

P.Shilla berjalan di taman Istana. Di sana, Ia melihat King Cakka sedang berjalan sendirian. P.Shilla pun memutuskan menemui King Cakka.

"Ku dengar akhir-akhir ini Anda sering sekali bertemu dengan P.Rafa. Dia punya pemikiran yang tajam dan anak yang cerdas. Dia seorang anak yang baik yang dengan mudah bisa beradaptasi dengan baik di Inggris. Yang Mulia King Cakka. Tolong bantulah Rafa untuk mendapatkan posisinya kembali," pinta P.Shilla.

"Putri Shilla," ujar King Cakka terkejut.

"Sebagai seorang anak, dia terlahir untuk jadi seorang Raja. Kenyataan itu tak bisa dihapus begitu saja dengan mengubah takdirnya," tambah P.Shilla.

"Tentang itu, seseorang akan dipilih dengan baik, siapa yang mampu untuk menjadi seorang Raja," ujar King Cakka.

"Jika seperti itu, bukankah sudah jelas jawabannya?" tambah P.Shilla.

"Mereka berdua masih sama-sama muda. Mereka masih perlu di latih lebih banyak lagi. Bagaimana cara mereka mengatasi kesulitan, itu adalah hal yang paling penting," tegas King Cakka.

"Yang Mulia, garis yang tergambar harus jelas antara pelatihan dan cara penyelesaiannya. Putra Mahkota yang sekarang, belum pernah menghadapi cobaan atau latihan dalam takdirnya. Dia menderita karena konsekuensi yang dia buat dari kesalahannya sendiri," ujar P.Shilla. King Cakka hanya bisa diam sambil memandangi P.Shilla.

*Di gedung perpustakaan

CP Bagas yang telah kembali ke Istana, mengunjungi gedung tua berlantai dua. Gedung tempat dimana CP Bagas memukul P.Rafa yang berdua dengan CP Chelsea. CP Bagas pun naik kelantai dua, yang penuh dengan buku.

CP Bagas mengamati buku-buku yang ada di tempat itu. Kemudian dia mengambil sebuah buku yang mencolok, karena covernya yang putih. Berbeda dengan cover buku disekitarnya yang berwarna coklat. Sebuah amplop jatuh dari dalam buku. CP Bagas pun memungut amplop tersebut. Didalamnya terdapat selembar kertas dan juga foto Ayahnya yang berduaan dengan P.Shilla. Tentu saja Bagas kaget melihatnya. Lalu dia mulai membaca surat yang ada didalamnya.

Isi surat itu:
"Cintaku, seseorang yang hanya bisa kulihat dari jauh. Kau bertanya padaku seberapa banyak aku mencintaimu...Cintaku padamu lebih dalam daripada apapun. Tak peduli betapapun tingginya hal itu, cintaku pasti akan bisa meraih ketinggian itu. Cintaku lebih berharga dari batu yang paling berharga...Cintaku lebih terang daripada berlianナLebih bercahaya daripada seluruh semesta. Bibirmu terasa seperti nyata dan pelukanmu seperti pijatan para dewa yang begitu alami. Bagaimana aku bisa melupakannya? Kau, yang sekarang jatuh ke pelukan yang lainnya. Aku hanya bisa melihatnya dengan kesedihanku".
Bagas shock membaca surat itu. Rasanya seakan dia tak percaya dengan apa yang baru saja diketahuinya lewat surat itu.

---TBC---

1 comment:

  1. kak ini kereeeeeeeennya pake BGT kuadrat ;D next partnya dicepatin dong, udah nungguin dari kemarin2 loh... KEREN..!

    ReplyDelete