“Aku tak membencimu. Kenapa kamu berpikir seperti itu? Ini bukan karena aku tak menyukaimu. Aku hanya mencoba untuk berhati-hati. Aku hanya berharap…,meskipun kita berpisah dan kemudian bertemu dijalan, kita masih bisa saling tersenyum dan masih tetap berhubungan baik. Karena itulah, kita harus mempersiapkan semuanya mulai sekarang” ujar Bagas dengan serius sambil terus memandang kearah Chelsea yang duduk disampingnya.
“Jika kau berpikir agar berhati-hati, kau bisa
melakukannya. Itu akan sulit untuk kulakukan. Kapanpun aku berpikir saat aku
berjumpa denganmu di jalan, hatiku akan terasa sangat sakit,” ungkap Chelsea
kemudian. Chelsea hendak bangkit dari duduknya.
“Ayo tidur, bagaimanapun juga, kita terkunci disini,” ajak Chelsea pasrah. Bagas menahan kepergian
Chelsea, dan meraih tangan Chelsea dan mendekatkan tubuh Chelsea padanya,
kemudian mencium bibir Chelsea dengan mesra.
*Dikediaman P.Shilla
Sementara itu, P.Shilla sedang memegang
sebuah foto dan memandanginya.
“Malam ini semua orang bersenang-senang.
Tapi besok, istana akan terhempas oleh ‘badai darah’. Sekarang semuanya akan
kembali kepada anakku, Rafa” ujar P.Shilla memasukkan foto-foto itu yang
ternyata adalah foto Bagas dan Chindai ke dalam amplop besar.
*Di Istana
Bagas belum juga bisa tidur. Sementara,
Chelsea sudah tidur dalam pelukan Bagas dengan pulas.Bagas dengan tak tenang
menyibukkan diri dengan menghitung agar bisa tertidur.
“Kau bisa tidur dengan mudah dalam situasi
seperti ini. Kau pasti Dewa Tidur ya?” keluh Bagas. Dia pun mulai berhitung
lagi agar bisa cepat tidur.
*Pagi hari di Istana
Ibu Suri sedang bersama Queen Agni serta
Dayang Misel, Dayang Ibu Suri juga Dayang Queen Agni dikediaman Ibu Suri.
“Apa yang sudah terjadi antara Bagas dan
Chelsea? Apa semua berjalan lancar?” tanya Ibu Suri pada dayang.
“Saya pikir, semalam berjalan dengan lancar,
Yang Mulia,” jawab Dayang Misel. Ibu Suri dan Ratu merasa senang.
“Benarkah?” tanya Queen Agni memastikan.
“Bagus lah kalau begitu. Aku pikir, kita
hanya terlalu khawatir,” lanjut Ibu Suri Ira.
“Benar, Yang Mulia,” ujar Queen Agni.
“Sekarang kita hanya tinggal menunggu
hasilnya. Sebentar lagi, pasti akan lahir seorang cucu keluarga kerajaan,” ucap
Ibu Suri Ira dengan senang, diikuti senyuman Queen Agni dan para dayang.
*
Didepan kamar tidur CP Bagas juga CP
Chelsea, Dayang Dinda dan Dayang Ocha masih berusaha membangunkan pasangan
suami-istri tersebut.
“Yang Mulia, ini dayang Anda,” teriak
Dayang Ocha dari depan kamar. Namun belum ada jawaban juga.
“Aku pikir mereka belum bangun. Mereka pasti
sangat kelelahan,” celoteh Dayang Dinda dengan berbisik.
Benar saja, yang berada didalam kamar,
masih tertidur dengan lelap.
Ketika mereka terbangun bersamaan, keduanya salah
tingkah karena tidur berpelukan dan berhadap-hadapan. Buru-buru mereka bangun
dan duduk mmenutupi tubuh mereka dengan selimut.
“Semalam kau tak melakukan apa-apakan?”
tanya Chelsea dengan salah tingkah pada Bagas sambil menutupi tubuhnya.
“Kapan
aku sempat melakukan sesuatu pada mu?” omel Bagas.
“Lalu, mengapa tanganmu seperti ini?” tanya
Chelsea sambil memeragakan tangannya diletakkan pada lengan Bagas seperti
posisi tidur berpelukan mereka tadi.
“Pasti kamu bermaksud melakukan sesuatu
padaku kan?” omel Chelsea tak terima.
“Aku tertidur dan hal itu terjadi begitu
saja,” Bagas membela diri.
“Lalu mengapa tanganmu ada di sini?” Chelsea
masih tak mau terima dan terus mengomel sambil meletakkan tangannya
dilengannya.
“Diamlah, ganti baju dan bersihkan air
liurmu,” ledek Bagas. Chelsea malah mengusapkan air liurnya ke lengan Bagas.
*
Mereka sudah berpakaian rapi dan siap keluar
kamar. Chelsea sedang menenangkan diri dan mencoba menarik napas panjang untuk
meredam kekesalannya. Bagas pun menghampirinya.
“’Kejadian’ tadi malam, hanya ‘insiden’
kecil saja. Tak perlu dibesar-besarkan,” ujar Bagas gugup.
“Diam kamu! Harusnya ciuman pertamanku
dilakukan di sebuah tempat yang romantis dengan seorang laki-laki yang
romantis. Sekarang impianku itu sudah dihancurkan oleh mu,” keluh Chelsea
kesal. Lalu Chelsea berjalan pergi menjauh dari Bagas. Bagas mengikuti di
belakangnya.
“Kau pikir menyentuh bibirmu dengan bibirku
hanya dalam waktu 1 detik itu disebut ciuman? Aku hanya menyentuhnya selama 1
detik,” ujar Bagas protes.
“Diam saja kau. Aku bahkan tak mau berjalan
dengan orang seperti mu,” ujar Chelsea kesal. Chelsea hendak beranjak pergi.
Tapi Bagas menarik tangan Chelsea. Chelsea yang kesal mengalihkan perhatian
Bagas dan kemudian menohok dada Bagas dengan sikunya lalu kabur. Awalnya Bagas
merasa kesakitan, tapi kemudian dia tersenyum senang.
*
Chelsea sampai di depan kediamannya. Rafa sudah
menunggunya didepan kediaman Royal Couple dengan cemas.
“Hei, kenapa pagi sekali kamu sudah ada
disini?” tanya Chelsea dengan bingung.
“Aku langsung menuju kesini begitu matahari
terbit,” jawab Rafa masih cemas.
“Ada apa? Apa kamu sakit?” tanya Chelsea
dengan penasaran. Rafa hanya tersenyum dan kemudian meraih tangan Chelsea.
“Kau tak apa-apa kan? Tak ada yang salah
kan?” tanya Rafa kemudian.
“Apa maksudmu tak ada yang salah? Tentu
saja tak ada yang salah,” jawab Chelsea.
Tiba-tiba Rafa memeluk Chelsea dengan erat.
Chelsea merasa tak nyaman kenapa Rafa tiba-tiba memeluknya seperti itu. Chelsea
mencoba melepaskan diri. Tapi kekuatan Rafa lebih besar darinya. Tiba-tiba
Bagas datang dan melepaskan dengan paksa pelukan Rafa.
“Apa yang kau lakukan?” bentak Bagas sambil
melepaskan tangan Rafa pada istrinya.
“Kenapa?” hardik Rafa.
“Apa kau pura-pura tak tahu apa-apa?”
balas Bagas.
“Aku hanya memberi salam padanya karena aku
sangat gembira bisa bertemu dengannya. Apa itu salah hingga kau bereaksi
seperti itu?” teriak Rafa yang tak terima perlakuan Bagas.
“Kau sangat senang sekali bertemu
dengannya…Apa perlu kau peluk dia sedemikian erat? Dia masih istriku. Jadi
jangan memeluknya tanpa ijin dariku!” tambah Bagas dengan emosi tinggi. Chelsea
berdiri dengan takut di belakang Bagas. Bagas langsung menggandeng Chelsea dan
mengajaknya masuk ke dalam. Rafa terlihat kesal karenanya namun ia juga tak
bisa berbuat apa-apa.
Di dalam, Bagas mendudukkan Chelsea disofa
ruang tengah lalu mengomeli Chelsea karena masih merasa kesal.
“Jika kau adalah istri Raja di masa depan,
bersikaplah seperti itu. Jangan bertingkah seperti tadi dengan seorang
laki-laki meskipun dia adalah sepupuku yang mungkin tak apa-apa jika kau ingin
jalan-jalan bersamanya,” ceramah Bagas. Chelsea kesal mendengar ceramah Bagas
itu.
“Kau benar-benar ingin dipeluk oleh seorang
pria… Tapi kenapa kau seperti itu semalam? Jadi, apa aku perlu meminta pada
orangtuaku untuk mengatur malam yang sama seperti semalam untuk kita?” tanya
Bagas dengan suara keras.
“Aku tak punya waktu untuk bercanda,” maki
Chelsea.
“Lalu tadi malam, bisakah kau memelukku
seperti kau memeluk Rafa? Masalahnya adalah karena kau bertindak berbeda.
Denganku, kau sangat marah hanya karena aku menciummu walau hanya sekali. Tapi
untuk orang lain kau bahkan tak bisa marah,” hardik Bagas. Chelsea hanya bisa
diam memendam kekesalannya.
“Jika kita bercerai, apa kau berencana
untuk kabur dengannya?!!” bentak Bagas. Chelsea tak bisa menahan kekesalannya
lagi.
“Sekarang aku tahu kenapa aku merasa jijik.
Lebih baik aku pergi dan mencuci mulutku terlebih dahulu. Dasar brengsek,” maki
Chelsea. Bagas menatap Chelsea dengan kecewa.
“Mungkin kalian, sebagai anggota keluarga
kerajaan sudah sejak awal di ajarkan bagaimana caranya menyakiti hati
seseorang. Bagaimana caranya agar mereka merasa kalau diri mereka memang yang
paling buruk. Kalian, keluarga kerajaan sama saja. Kalian semua sangat jahat!”
teriak Chelsea kemudian meninggalkan Bagas dan masuk kedalam kamarnya sambil
membanting pintu kamarnya. Bagas hanya bisa diam dan merasa kecewa.
*Di Kampus
Di kampus, Chelsea dan Rafa berduaan di ruang seni. Chelsea sedang sibuk
membuat bingkai. Sedangkan Rafa berdiri di depan Chelsea.
“Aku pikir seharusnya kita berdua harus
lebih dekat. Jadi kita bisa menikah,” ujar Rafa dengan pandangan kosong.
“Apa maksudmu?” ujar Chelsea polos.
“Sekarang, aku benar-benar menyukaimu,”
ujar Rafa dengan memandang serius kepada Chelsea. “Awalnya kupikir, aku
menginginkan mu hanya karena seharusnya kamu memang milikku. Tapi makin lama,
aku menyadari kalau aku memang mencintai gadis ini,” lanjut Rafa.
“Rafa, jangan bercanda seperti ini,” ujar Chelsea.
“Aku tidak sedang bercanda. Sudah terlambat
sekarang untuk berpikir kalau kamu itu adalah istri dari sepupuku. Aku sudah
tak bisa menahan perasaanku lagi. Aku sekarang ingin menjadi seorang Raja,”
ungkap Rafa.
“Aku tahu akhir-akhir ini kamu sedang
merasa tertekan. Tapi tolong jangan berbicara seperti ini,” pinta Chelsea.
“Aku berbeda dari Bagas. Aku takkan pernah
meninggalkan mu sendirian di dalam istana. Kakekku merencanakan pernikahanku
dengan mu. Ayahku juga menginginkan pernikahanku dengan mu,” ujar Rafa lagi.
“Apa maksudmu berkata seperti itu? Aku
sudah menikah dengan Bagas. Dan itu takkan bisa dirubah,” kata Chelsea. Rafa
hanya tersenyum.
“Apa kau khawatir akan kritik orang tentang
dirimu? Jangan khawatir. Saat kau kembali ke istana sebagai istriku, kau takkan
dikritik karena aku akan jadi seorang raja yang punya kekuatan besar,” ujar
Rafa percaya diri. Chelsea menatap Rafa
dengan perasaan sedikit takut.
*
Chindai sedang berlatih biola seorang diri.
Tiba-tiba Rafa datang menghampirinya. Chindai pun menghentikan latihan
biolanya.
“Sekarang ini kau terlihat berbeda. Ada apa
sebenarnya dengan mu?” tanya Chindai.
“Bagaimana penilaianmu tentangku sekarang?”
Rafa balik bertanya.
“Aku merasa kau lebih tegas dan lebih berani
sekarang. Apa itu karena kau akan pindah ke istana?” tanya Chindai. Rafa hanya
tersenyum.
“Semalam, Bagas dan Chelsea sudah melakukan
malam pertama. Aku pikir, mungkin kamu perlu tahu hal ini,” kata Rafa.
“Apa benar seperti itu?” tanya Chindai
terkejut. Rafa mengiyakannya.
“Aku ingin mencegah hal itu terjadi, tapi
aku sama sekali tak punya kekuatan,” ungkap Rafa.
“Terimakasih telah memberitahuku,” ujar
Chindai.
“Apa kamu masih berpikir kalau kamu bisa
mendapatkan Bagas kembali? Bukankah semakin sulit sekarang?” tanya Rafa.
“Aku bahkan belum memulai apa-apa,” ujar
Chindai tak terima.
*Di kediaman Royal Couple
Chelsea pulang sendirian tanpa Bagas dari
kampus dan ternyata Rafa sudah menunggunya di depan kediaman Chelsea.
“Aku sudah menunggumu dari tadi,” ujar
Rafa.
“O, maaf. Tadi ada sesuatu yang harus ku
lakukan,” jawab Chelsea sambil mencoba langsung masuk ke dalam untuk
menghindari. Tapi Rafa menahan tangan Chelsea.
“Aku ingin berbicara padamu,” ujar Rafa.
“Jangan memegangku seperti itu. Di istana,
apa kau tak tahu kalau aku punya posisi yang lebih tinggi daripada kamu? Aku
ini istri dari sepupumu dan aku istri dari calon Raja. Jadi mulai sekarang,
berhati-hatilah dengan apa yang akan kau katakan,”ujar Chelsea agak takut.
“Kau sama sekali tak cocok dengan Bagas.
Kau tahu betapa dinginnya Bagas," sangkal Rafa.
"Itulah kenapa aku kasihan padanya.
Dan saat aku merasa kasihan padanya, aku mulai mengerti dia. Dan karena aku
mengerti dia. Aku mulai menyukainya. Setidaknya aku tahu satu hal dengan yakin.
Setidaknya, Bagas tak pernah menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Aku
pergi sekarang,” kata Chelsea. Chelsea masuk ke dalam dan Rafa hanya membisu
memandangi Chelsea. Mata Rafa mulai berkaca-kaca.
*
Chelsea masuk ke kediamannya dan disambut
oleh dua dayang setianya. Chelsea langsung masuk menuju kamarnya. Dia terkejut
melihat beberapa lembar foto ada di kursi riasnya. Dia melihat foto itu satu
persatu. Foto-foto Bagas dan Chindai di Jogja! Juga termasuk foto Bagas yang
sedang berciuman dengan Chindai di bandara. Chelsea shock melihatnya.
*
Queen Agni juga sangat marah setelah
mendapatkan kiriman foto yang sama dengan apa yang didapat oleh Chelsea. Queen
Agni marah-marah pada Sekertaris Istana. Bukankah Sekertaris Istana mengawasi
Bagas selama ada di Jogja? Bagaimana mungkin hal seperti ini dapat terjadi
dibawah pengawasannya? Sekertaris Istana hanya bisa minta maaf. Ratu bilang
semua sudah terlanjur terjadi. Tak ada gunanya minta maaf.
“Hal pertama yang harus kita lakukan adalah
mengatasi foto-foto itu agar tak tersebar ke luar istana,” ujar Queen Agni
dengan menahan emosinya. Sekertaris Istana mengiyakan.
“Tapi, bagaimana foto-foto itu bisa masuk
ke dalam istana?” tanya Queen Agni pada dayangnya.
“Saya sudah menyelidikinya, yang Mulia. Tak
ada orang lain yang dari luar masuk ke dalam istana,” jawab sang dayang.
“Yang Mulia, jika seseorang ingin mengancam
kita, mereka akan mengirimkan foto-foto itu ke media,” kata Dayang Misel.
“Lalu?” tanya Ratu.
“Jadi kami berpikir tentang hal lain, Yang
Mulia,” kata Sekertaris Istana.
“Bicaralah,” pinta Ratu.
“Kami pikir, itu adalah ulah orang dalam
istana,” lanjut Sekertaris Istana. Ratu kaget mendengarnya, tapi kemudian
mengangguk-angguk tandan mengerti maksud ketiganya.
*Di kediaman P.Shilla
P.Shilla juga sedang mengamati foto-foto
itu berdua bersama Dayang Ibu suri.
“Haruskah kita mengirimnya ke Media?” tanya
Dayang Ibu suri.
“Tidak. Kita tunggu saja sebentar lagi. Aku
rasa akan sangat menarik melihat apa yang akan terjadi di dalam istana setelah
ini,” kata P.Shilla dengan angkuhnya.
“Tapi Yang Mulia, mereka bilang, mereka
sedang mencari orang yang mengirimkan foto-foto itu,” kata dayang Ibu Suri
lagi.
“Mereka bilang mereka akan menemukanku
dengan kemampuan mereka. Itu hanya omong kosong,” kata P.Shilla sambil tersenyum
meremehkan.
“Yang Mulia, foto-foto itu bisa membuat
masalah untuk anda,” nasehat dayang Ibu Suri.
“Jangan khawatir, Bibi. Ini hanya seperti
permainan berburu. Sebelum mengalaminya sendiri, sang pemain akan mengalami
tekanan dan gugup. Tapi sebenarnya, permainan itu membosankan. Melawan aturan dalam
permainan itu adalah yang terbaik di dalam sebuah permainan,” ujar P.Shilla.
“Tapi Yang Mulia, Putra Mahkota dan Ratu
bukanlah orang yang bodoh,” ujar dayang Ibu Suri masih khawatir.
“Hal itu akan membuat permainan jadi
semakin menyenangkan. Mereka bisa melihat musuh-musuhnya seperti mengantar
kepala kepadanya. Akan sangat menarik sekali melihat bagaimana reaksi mereka
saat melihat foto-foto itu. P.Shilla melihat Rafa berdiri di belakang dayang
Istana Ibu Suri. P.Shilla pun menyuruh dayang ibu Suri boleh pergi sekarng.
Rafa duduk didepan ibunya dengan ekspresi
tak suka.
“Apa ibu juga mengirim foto-foto itu pada
Chelsea juga?” tanya P.Rafa.
“Aku sudah bilang agar kamu menyerahkan
semua itu pada Ibu. Aku yang akan mengurus semuanya,” ujar P.Shilla dengan dingin.
“Tapi, bukankah ibu sudah berjanji akan
menyimpan foto itu saja?” ujar Rafa marah.
“Lalu kapan lagi kita akan melakukannya?
Siapa yang coba kau bodohi? Kau pikir aku tak tahu kalau kau takut Chelsea akan
terluka?! Lupakan dia. Dia sudah jadi milik calon Raja,” kata P.Shilla.
“Tak peduli bagaimana caranya, mereka pasti
bisa bercerai,” sangkal Rafa.
“Rafa, apa yang sebenarnya kau pikirkan?”
tanya ibunya.
“Sejak aku kecil, aku selalu melakukan
apapun yang Ibu minta. Tapi ini pertama kalinya aku mengatakan sesuatu yang
kuinginkan. Aku menginginkan dia. Sudah terlambat bagiku untuk menyerah pada
perasaanku terhadapnya,” ujar Rafa.
“Kau… Apa kau ingin melihat ibumu
meninggal?”ancam P.Shilla. Rafa tak menjawab apa-apa. Dia beranjak pergi
meninggalkan ibunya.
*Di villa Kerajaan dipinggiran kota
Ternyata sudah semenjak kemarin, King Cakka
yang kondisinya sedang menurun sudah diungsikan ke villa kerajaan yang jauh
dari keramaian. King Cakka ditemani oleh P.Salma tinggal di villa itu. Selain
agar kondisi King Cakka cepat membaik, tujuan King Cakka diungsikan ke villa
itu agar King Cakka tidak terbebani pikiran tentang permasalahan Istana,
khususnya tentang masalah CP Bagas.
Setelah mendengar kabar tentang ibunya yang
menerima foto-foto teror tersebut, P.Salma pun berniat ingin kembali ke istana.
Lalu ia berpamitan pada King Cakka. King Cakka pun bertanya apa terjadi sesuatu
di Istana?
“Tidak Ayah, semua baik-baik saja. Aku
hanya rindu pada ibu,” bantah P.Salma.
King Cakka pun tenang kembali, dan menitip
pesan agar P.Salma mengatakan pada Ibu Suri bahwa King Cakka baik-baik saja dan
Ibu Suri agar tidak khawatir.
*Di Istana
P.Salma duduk berdua dengan Bagas yang
sedang menghadapi kemarahan ibunya. Ibu Suri hanya diam saja di samping mereka.
Ratu marah besar.
“Bagaimana kamu sama sekali tak
bertanggungjawab? Sebagai seorang Putra Mahkota bagaimana hal ini bisa terjadi?
Bagaiman kamu bisa melakukan tindakan itu di Jogja?” bentak Queen Agni.
“Ratuku, Bagas pasti sudah menyadari
kesalahannya. Jadi tak perlu dibentak-bentak lagi,” Ibu Suri Ira membela
cucunya.
“Ini bukan masalah segampang itu. Ini
masalah tentang reputasi Putra Mahkota. Hanya berpikir tentang berita ini
mungkin akan menyebar di luar istana saja membuatku merasa sedih,” Queen Agni masih
memarahi Bagas lalu Queen Agni memegangi kepalanya yang terasa pusing.
“Kita tak bisa merubah masa lalu. Tapi masa
depanlah yang harus kita hadapi,” kata Ibu Suri. Ratu mengangguk. Ibu Suri
memandangi Bagas.
“Putra Mahkota,” panggil Ibu Suri Ira.
“Iya, yang Mulia,” jawab Bagas lemah.
“Kamu harus memastikan, kalau foto-foto itu
tidak sampai ke tangan Putri Mahkota,” suruh Ibu Suri. Bagas mengerti. Ibu Suri
menyuruh Bagas pergi. Awalnya Bagas ragu. Tapi P.Salma menenangkan adiknya dan
meminta Bagas pergi.
*
Setelah kepergian Bagas dan Sekertaris
Istana, Ratu mengeluh.
“Waktu kecil dia sama sekali bukan anak
yang nakal. Tapi sekarang, aku sama sekali tak tahu apa yang ada di pikiran
Putra mahkota,” keluh Queen Agni.
“Kalian tiba-tiba memanggilku ke istana.
Jadi kupikir ada bom meledak atau sejenisnya,” kata P.Salma. Ibu Suri tertawa mendengarnya.
“Percayalah pada Bagas. Di negara lain,
sebuah ciuman seperti itu hanya dianggap sebagai ucapan salam. Saat aku
bepergian, aku juga pernah memberikan salam seperti itu,” lanjut P.Salma. Ibu
Suri tersenyum sambil memandang P.Salma.
“Dan hal itu menurutku tidak buruk,” tambah
P.Salma.
“Benarkah?” tanya Ibu Suri sambil tertawa.
“CP Bagas itu seorang calon Raja. Tak
sepantasnya melakukan hal seperti itu,” bentak Queen Agni.
“Memang benar, tapi mungkin seseorang
sedang mempermainkan mereka semua,” ujar P.Salma serius.
“Apa maksudmu dengan permainan?” tanya
Ratu.
“Jika seseorang menginginkan uang, tentu
saja mereka akan mengirimkan foto-foto itu ke media. Tapi mereka langsung
mengirimkannya ke istana. Itu menunjukkan kalau tujuan utama mereka bukanlah
uang. Biasanya permainan seperti ini akan berakhir saat menemukan siapa
pemenangnya. Jika tidak, orang itu mungkin akan merasa bahagia saat melihat
kita kaget dan ketakutan karena foto-foto itu. Itulah kenapa kita tak boleh
kaget dan takut. Kita harus tenang,” jelas P.Salma. Ibu Suri dan Ratu mulai
mengerti.
*
P.Shilla menemui Ibu Suri dan Ratu.
“Ratu pasti sangat sedih sekarang,” ujar
P.Shilla.
“Itulah rumor jelek yang beredar. Tapi,
bagaimana Yang Mulia bisa tahu hal itu?” tanya Queen Agni pada P.Shilla.
“Semua
orang disini pasti tahu tentang semua kabar tentang keluarga kerajaan yang
mudah sekali tersebar luas,” jawab P.Shilla sedikit salah tingkah.
“Bagaiman cara istana mengatasi masalah
yang memalukan seperti ini yang mungkin sebentar lagi akan tersebar luas?”
tanya P.Shilla pada Queen Agni.
“Bagaimana mungkin Keluarga Kerajaan akan
terguncang hanya dengan masalah kecil seperti itu? Ini pasti hanya ulah kotor
dari orang berhati jahat,” jawab Queen Agni dengan tersenyum meremehkan.
“Itu menguntungkan sekali. Tapi bagaimana
jika foto-foto itu tersebar keluar istana? Apakah itu akan mudah diatasi?” ujar
P.Shilla sambil menyembunyikan kejengkelannya.
“Seperti kata P.Salma. Apa benar sedang ada
orang yang mempermainkan kita?” tanya Ibu Suri.
“Mempermainkan?” tanya P.Shilla.
“P.Salma hanya memberika contoh saja,”
timpal Ratu. Ibu Suri mengangangguk.
“Jadi Pangeran harus bisa mengatasi masalah
ini dengan baik. Jika nama Keluarga Kerajaan jadi buruk akibat ulah memalukan
Putra Mahkota, itu akan menjadi berita buruk kan?” kata P.Shilla. Ratu mulai
memahami sesuatu sekarang. Dia terus saja menatap P.Shilla.
*Pagi hari di Kampus
Chelsea sedang berada di kampusnya. Ditangga
dia bertemu dengan Josia dan Chindai yang mengikuti di belakang Josia. Chelsea
hanya bisa menatap mereka dengan lesu.
“Sepertinya dia sedang sedih,” ujar Josia
menatap Chelsea setelah jauh. Chindai menoleh, tapi Chelsea sudah beranjak
pergi.
*
Di kelas, Chelsea hanya diam merenung di
bangkunya. Dia menatap seseorang yang berjalan melewatinya. Orang itu adalah
Rafa. Tapi setelah itu, dia hanya diam saja. Rafa terus menatap ke arah Chelsea.
Novi, Marsha dan juga Angel menghampiri Chelsea dan mengajaknya melukis di
luar. Tapi Chelsea hanya diam saja. Mereka cemas dan bertanya ada apa dengan
Chelsea. Chelsea bilang dia minta maaf. Dia hanya ingin sendirian saja karena
sedang merasa bingung sekarang. Chelsea pergi. Rafa mengikutinya.
*
“Apa
kau tak mau bicara padaku lagi?” tanya Rafa.
“Sulit untuk merasa nyaman berdua denganmu
sekarang,” jawab Chelsea.
“Apa kau terluka karena apa yang
kukatakan?” tanya Rafa.
“Aku mengatakan hal yang lebih kasar padamu,”
sangkal Chelsea.
“Mungkin aku mengejutkanmu. Tapi jika tak
kukatakan padamu, kau takkan pernah tahu,” kata Rafa. Chelsea diam sejenak.
“Kenapa kau menyukaiku?” tanya Chelsea.
“Kau bilang kau merasa sedih karena Bagas.
Lalu kau bilang kau mengerti dia. Dan kemudian kau menyukainya. Itu juga sama
dengan yang kurasakan. Setelah aku mengenalmu, aku mengkhawatirkanmu dan
merindukanmu. Dan sekarang semua ini rasanya menyakitkan,” jawab Rafa.
“Aku selalu berpikiran modern. Aku takkan
pernah memberikan tanganku pada orang yang sama sekali tak pernah memberikan
tangannya padaku. Tapi kau, memberikan tanganmu padaku,” lanjut Rafa.
“Itu karena kau temanku,” ujar Chelsea.
“Kau selalu jujur pada semua orang. Suatu
hari, seorang gadis bernama Chelsea masuk ke dalam hatiku dan aku bahkan tak
tahu kapan hatiku terbuka untukmu,” ungkap Rafa.
“Maafkan aku, tapi aku tak bisa menerimamu,”
ungkap Chelsea.
“Aku tak memintamu untuk menerimaku. Aku
tak pernah meminta kau membalas perasaanku. Tapi aku tak ingin kau menjauhiku,”
kata Rafa.
“Tapi kau akan terluka. Aku tak mau Rafa
terluka karena aku,” ujar Chelsea.
“Jika kau menjauhiku, itu akan menyakitiku.
Bertindaklah seperti biasanya. Aku akan menunggu sampai perasaanmu bisa
berpaling padaku dengan sendirinya,” ujar Rafa.
“Aku takkan mengungkapkan perasaanku lagi
padamu. Jadi aku akan tetap ada disini sebagai temanmu,” lanjut Rafa.
“Aku tak mengira kalau perasaanmu bisa
berubah secepat itu. Tapi saat aku sedih, aku senang kau ada untukku,” ujar
Chelsea.
“Haruskan kita kabur dari kampus? Kau
sepertinya ingin sekali menangis,” ajak Rafa.
Mereka pun langsung beranjak pergi.
*
Rafa dan Chelsea masuk ke dalam mobil Rafa.
Tanpa mereka tahu, Bagas menatap mereka dengan tajam dari atas balkon kampus.
Bagas turun kebawah. Diiringi ketiga orang teman akrabnya, Josia, Difa, Fattah yang menatapnya
dengan penuh tanda tanya.
*
Rafa membawa Chelsea ke puncak bukit
pinggiran kota Palembang lagi (bukit yang sama seperti pada Chap.3 part 6). Rafa
meminta Chelsea untuk berteriak sekeras-kerasnya untuk melampiaskan
kesedihannya. Chelsea berteriak sekeras mungkin. Setelah puas berteriak,
Chelsea menangis. Rafa menatapnya dengan sedih.
“Bagas jahat sekali. Jahat sekali,” teriak
Chelsea sambil terus menangis. Rafa meraih tubuh Chelsea dan kemudian
memeluknya. Chelsea menangis sepuasnya di pelukan Rafa.
Kemudian mereka pergi ke sebuah mall di
pusat kota.
Rafa memberikan sebuah kacamata dan topi kepada
Chelsea untuk menyamar. Rafa pun juga ikut memakai kacamata dan topi yang sama.
Hanya warna topinya saja yang berbeda. Topi yang dipakai Chelsea pink,
sedangkan milik Rafa berwarna biru dengan gambar yang sama. Seperti topi untuk
couple.
Mereka pergi ke game zone yang ada di mall
tersebut. Mereka mencoba banyak permainan, dan terlihat bersenang-senang. Rafa
juga membelikan Chelsea es krim disana.
*Di Istana
Bagas ada di ruangan ayahnya. Mengurusi
administrasi menggantikan tugas ayahnya. Dan seperti biasanya, Sekertaris
Istana dengan setia menemaninya. Sekertaris Istana tahu kalau Bagas sama sekali
tak bisa konsentrasi mendengarkan penjelasannya. Karena sedari tadi, Bagas
hanya menatap jam tangan dan HP-nya saja. Seperti ingin menghubungi seseorang
tapi ragu-ragu.
“Yang Mulia, istirahatlah terlebih dahulu.
Saya akan menyiapkan teh herbal untuk Yang Mulia,” saran Sekertaris Istana.
“Tidak perlu, kita lanjutkan ini saja,”
ujar Bagas.
Sekertaris Istana pun melanjutkan
penjelasannya. Namun Bagas masih saja memandangi hp-nya. Bagas merasa kesal
sampai membanting HP-nya. Sekertaris Istana kaget melihatnya.
*Di mall
Sementara itu, Rafa dan Chelsea selesai
bersenang-senang. Chelsea merasa senang. Dengan memakai topi dan kacamata itu,
tak seorangpun mengenalinya. Rafa bilang, mereka harus pergi sekarang. Tapi
Chelsea meminta Rafa pulang duluan.
“Kenapa?” tanya Rafa.
“Aku tak ingin peristiwa saat di rumah kaca
beberapa waktu yang lalu terulang lagi. Kita berpisah sampai disini,” ujar
Chelsea. Rafa mengerti. Chelsea masih memakai
topi dan kacamata, dia harus tetap memakainya untuk menyamar. Rafa mengerti.
Setelah Rafa pergi, Chelsea masuk ke sebuah
toko HP dan melihat-lihat HP model terbaru. Dan mencoba menggunakan kamera dari
sebuah HP dan berfoto dan bergaya memakai HP itu. Beberapa orang mulai
mengamati tingkah aneh juga helm yang dipakai Chelsea.
“Apa, Anda Putri Mahkota?” tanya dua orang
remaja yang masih memakai baju seragam SMA’nya yang mendekati Chelsea.
“A, bukan. Memang banyak sekali orang yang
mengira kalau aku itu Putri Mahkota. Aku hanya mirip saja dengan Putri Mahkota.
Tapi aku bukan Putri Mahkota. Bukankah aku lebih cantik dari Putri Mahkota,”
sangkal Chelsea dengan tingkah aneh. Chelsea kemudian tertawa dan segera
bergegas pergi dari tempat itu karena banyak sekali orang-orang yang sudah
mengelilinginya.
*
Chelsea duduk sambil minum di sebuah Kafe
masih dengan mengenakan topi dan kacamatanya. Chelsea termenung dan mulai
menyadari, dia sekarang tak bisa berjalan-jalan dengan bebas di jalanan lagi
bersama teman-temannya. Karena sekarang banyak sekali orang yang mengenalinya.
*Di Istana
Dayang Misel yang terlihat bingung, sedang bicara
dengan Sekertaris Istana.
“Kita harus segera memberi tahu para
tetua,” kata Dayang Misel.
“Tidak, tunggulah sebentar lagi,” ujar
Sekertaris Istana.
Kedua dayang Chelsea ikut menguping dan
menunggu dengan cemas. Karena Chelsea belum kembali ke kediamannya.
“Bagaimana jika terjadi sesuatu pada CP
Chelsea?” ungkap dayang Misel dengan cemas.
“Istana juga punya masalah yang lain. Jika
memberitahu para tetua, keadaan akan semakin kacau,” ujar Sekertaris Istana.
CP Bagas tiba-tiba datang.
“Ada masalah apa?” tanya CP Bagas.Mereka
hanya diam.
“Aku bertanya, ada masalah apa sebenarnya?”
CP Bagas bertanya sekali lagi. Keduanya berpandangan.
“Maafkan saya, Yang Mulia. Sampai saat ini,
kami belum bisa menghubungi CP Chelsea,” ungkap dayang Misel.
“Apa? Sejak kapan?” tanya CP Bagas.
“Sejak dikampus tadi, Yang Mulia. Saat ini,
kami sedang mencoba mencarinya,” jawab Sekertaris Istana. Bagas seperti sedang
memikirkan sesuatu.
“Jangan menyampaikan kabar ini pada para tetua,”
perintah Bagas yang diiyakan Sekertaris Istana juga dayang Misel.
Bagas kemudian melangkah pergi sambil
menelepon seseorang.
*Di depan kediaman Royal Couple
Bagas bertemu dengan Rafa dan berbicara
berdua.
“Dimana Chelsea?” tanya Bagas.
“Apa dia belum pulang?” Rafa balik bertanya
dengan kaget.
“Jika kalian pergi berdua, kenapa tak
kembali bersama-sama?” ujar Bagas dengan marah.
“Chelsea yang memintaku untuk
meninggalkannya sendirian,” ungkap Rafa bingung. Rafa mencoba beranjak pergi
karena ingin mencari Chelsea. Bagas menghentikan langkahnya.
“Kau! Sepertinya kau sudah lupa kalau
Chelsea itu Putri Mahkota. Kau sudah tahu kami menghabiskan malam pertama
berdua. Dan aku masih melihat kau memperlakukan Chelsea di kampus lebih dari
sekedar seorang teman. Tapi kau harus berhati-hati sekarang. Jika kau tak
berhati-hati, Chelsea akan terluka karenanya,” kata Bagas.
“Apa kau pikir kau berhak mengatakan hal itu?”
Rafa balik menyindir Bagas.
“Apa maksudmu?” tanya Bagas yang sama
sekali tak tahu maksud Rafa.
“Pikirkan saja sendiri,” kata Rafa, lalu
segera pergi meninggalkan Bagas.
*
Bagas masuk ke dalam kamar Chelsea. Dia
mengamati isi kamar Chelsea. Ekspresi wajah Bagas berubah shock ketika
mendapati foto-foto dirinya dan Chindai berserakan di meja Chelsea. Dia pun
menyadari alasan kenapa Chelsea belum kembali. Bagas panik karenanya.
*
Rafa hendak menuju mobilnya, Bagas keluar dari
mobil dan menghampiri Rafa.
“Apa kau mau pergi untuk mencari Chelsea?”
tanya Bagas.
“Ya,” jawab Rafa dengan tegas.
”Jika kau menemukannya, hubungi aku segera,”
perintah Bagas.
“Aku tak mau,” jawab Rafa.
“Apa kau masih akan bersikap seperti ini?”
bentak Bagas.
“Kau selalu membuat Chelsea menangis. Tapi
aku ingin membuatnya tersenyum,” balas Rafa. Bagas hanya bisa menatap Rafa dengan
pandangan jengkel. Lalu keduanya keluar dari istana dengan mobil, menempuh
jalan masing-masing untuk mencari Chelsea.
*
Bagas mencari Chelsea ke seluruh penjuru
Kampus. Sedangkan Rafa mendatangi tempat-tempat yang tadi dikunjunginya bersama
Chelsea. Tapi Chelsea tak ada dimana-mana.
*
Chelsea masih menggunakan topi dan
kacamatanya dengan berjalan sambil termenung di taman Kambang Iwak yang tak
jauh dari mall tadi. Taman Kambang Iwak merupakan taman di pusat kota, dan
mempunyai sebuah danau dengan air mancur di tengahnya. Taman tersebut biasa
digunakan sebagai taman berkumpulnya para anak muda di Palembang.
Chelsea masih berjalan dengan termenung,seorang
anak kecil laki-laki berjalan di depannya sambil membawa banyak balon.
Tiba-tiba balon anak itu terlepas dari tangannya dan terbang. Dengan refleks,
Chelsea berhasil meraih balon-balon itu dan memberikan kembali pada anak itu.
“Pegang erat-erat ya,” ujar Chelsea ramah.
“Terimakasih banyak, Yang Mulia Putri
mahkota,” ucap anak itu dengan manis.
Chelsea kaget sekali karena ternyata anak sekecil itu bisa mengenalinya.
Anak itu menghampiri ibunya dan
menceritakan kejadian itu. Ibunya menyuruh anaknya memberikan sebuah balon pada
Chelsea. Anak kecil itu berlari mendekati Chelsea untuk memberikan sebuah balon
pada Chelsea.
“Balon ini untuk kakak,” ucap anak itu.
“Kau memberikannya padaku?” tanya Chelsea.
“Ya,” jawab anak itu.
“Terimakasih,” kata Chelsea sambil
memandangi anak itu yang berlari kembali ke ibunya. Chelsea melepaskan balon
itu ke udara.
“Pergilah dengan bebas kemanapun kau suka,”
ucap Chelsea penuh arti.
*Di kampus
Bagas bertemu dengan Chindai di parkiran
kampus. Chindai menghampiri Bagas dengan tersenyum.
“Apa kau melihat Chelsea di kampus?” tanya
Bagas dengan cemas.
“Apa kau meneleponku hanya karena ini?”
tanya Chindai mulai kecewa.
“Dia mungkin meneleponmu karena foto-foto
itu, jadi hubungi aku kalau dia menelepon. Aku harus mencarinya,” ujar Bagas
kemudian beranjak pergi dari hadapan Chindai.
“Aku tak pernah melihat wajahmu sekhawatir
ini sebelumnya. Apa kau seperti ini karena khawatir dengan gadis itu?” tanya
Chindai.
“Ya, aku khawatir,” jawab Bagas.
“Haruskah kau memperlihatkan wajah seperti
kau bisa mati jika tanpa gadis itu, di depanku?” protes Chindai kesal.
“Dia itu Putri Mahkota. Dan dia juga istriku,”
ujar Bagas yang panik tanpa memperdulikan perasaan Chindai lalu masuk ke
mobilnya dan meninggalkan Chindai yang menatapnya dengan kecewa dan marah.
*Di Istana
Rafa telah sampai di Istana lagi. Rafa
duduk di mobilnya dan bertanya pada dirinya sendiri. kemana sebenarnya Chelsea
pergi. Lalu dia tiba-tiba ingat sesuatu.
*
Bagas bersama Sekertaris Istana ada di
badan intelejen kerajaan dan mencari tahu melalui kamera CCTV apakah Chelsea
sudah kembali ke istana atau belum.
“Sapa pikir, Yang Mulia Putri Mahkota tidak
berada di istana. Apa mungkin, Putri Mahkota pulang kerumahnya?” ujar
Sekertaris Istana.
“Itu tak mungkin. Dia lebih dewasa daripada
kelihatannya. Jadi dia tak mungkin membuat orangtuanya khawatir,” ujar CP
Bagas.
*Gedung Perpustakaan berlantai 2
Rafa masuk ke kegedung berlantai dua yang
penuh buku-buku, tempat kemarin dia berduaan dengan Chelsea. Dan disana dia
melihat Chelsea sedang bermain dengan mandolin. Rafa merasa lega dan kemudian
menghampiri Chelsea
“Aku baru saja menyadari kalau kau mungkin
ada disini. Senang sekali karena tak terjadi apa-apa denganmu,” ujar Rafa.
“Maaf, aku ke sini tanpa permisi,” kata
Chelsea. Rafa hanya tersenyum.
*
Bagas merasa frustasi. Dia kemudian mencoba
memandangi CCTV dan kemudian menemukan sesuatu. Dia memerintahkan untuk memutar
ulang video di tengah dan baris kedua dan meminta mereka melihatnya dengan
lebih teliti lagi.
“Kamera Video nomor 18,” perintah CP Bagas.
Akhirnya terlihat jelas, ada Chelsea yang baru saja kembali ke istana.
“Dimanakah itu?” tanya Bagas pada
Sekertaris Istana.
“Tempat itu berada diantara kediaman
P.Salma juga kediaman King Cakka ketika masih menjadi Pangeran, Yang Mulia,”
jawab Sekertaris Istana.
*
“Saat sendirian, kamu pergi kemana saja?”
tanya Rafa pada Chelsea.
“Aku hanya pergi ke tempat dimana
seharusnya aku berada,” kata Chelsea.
“Apa maksudmu?” tanya Rafa tak mengerti.
“Dunia dimana aku tinggal saat aku bukan
Putri Mahkota Chelsea. Aku hanya ingin tinggal di dunia normal dimana seorang
gadis bernama Agatha Chelsea tinggal,” ungkap Chelsea.
“Jadi bagaimana perasaanmu melihat dunia
itu lagi?” tanya Rafa.
“Sekarang aku tak bisa nyaman bicara
ataupun bertemu dengan orang-orang di luar sana. Sekarang aku hidup di istana,
kupikir aku seperti seseorang yang baru ada di dunia luar sana. Aku ingin
melakukan apapun yang kuinginkan, memakan apapun yang ku mau dan pergi
kemanapun yang kusuka. Tapi kupikir aku tak bisa melakukan lagi hal itu
sekarang. Tapi kurasa aku bisa melakukan hal yang lainnya kan?” tanya Chelsea.
Rafa mengerti perasaan Chelsea.
“Tentu saja kau bisa hidup seperti itu,”
kata Rafa. Chelsea tertawa mengejek.
“Kau ingin hidup di istana lagi, apa kau
tak takut kehilangan kebebasanmu?” tanya Chelsea. Rafa menggeleng.
“Jika aku memilikimu, aku bisa bernafas
dengan lega dimanapun aku berada,” kata Rafa. Chelsea hanya bisa menunduk
mendengarnya.
“Jika kau tak tahan di istana, apa kau mau
kabur bersamaku?” tanya Rafa.
“Apa?” tanya Chelsea dengan kaget mendengar
pernyataan Rafa.
“Jika kau mau, aku bisa menyerah pada
semuanya. Jika kau ingin dan kau merasa nyaman, aku selalu siap untuk menyerah
dengan semua ini,” ungkap Rafa. Chelsea meletakkan mandolin dan beranjak pergi.
Tapi Rafa memegangi tangannya.
“Tapi jika kau menginginkan sesuatu…” Rafa
tak bisa meneruskan kata-katanya karena ada seseorang yang datang. Orang itu
adalah Bagas!
Bagas naik dan marah, lalu menghampiri
keduanya, lalu memukul pipi Rafa. Tentu saja Chelsea berteriak melihat
kekasaran Bagas. Bagas marah pada Rafa.
“Bukankah daritadi aku sudah bilang, kalau
kamu menemukan Putri Mahkota segera beri tahu aku. Tapi kenapa kau diam saja?”
ujar CP Bagas penuh emosi.
“Rafa baru saja tahu aku berada disni,”
ujar Chelsea panik membela Rafa dan mencoba memisahkan mereka berdua.
“Diam kau!” bentak Bagas pada Chelsea.
Lalu Bagas menyuruh Chelsea turun tanpa mempedulikan
teriakan Chelsea. Bagas menyeret Chelsea turun dari tempat itu meninggalkan
Rafa. Bagas terus saja membentak Chelsea. Rafa hanya bisa memendam kekesalannya
melihat Bagas menyeret Chelsea tanpa merasakan sakit di pipinya.
-TBC-
NB: Makasih untuk @Alda_gusmarani dan @FWijayanti21 yang sudah mau sharing tentang objek wisata di Palembang :))
Terimakasih untuk semua readers yang selalu support aku untuk menulis.
Tetep kasih aku semangat yah :')
Chap4 nya buruan ya kak..
ReplyDelete