Saturday 2 November 2013

Hujan, Pelangi dan Degup Jantung (part 1)

Cast : Chelsea (21thn)
         Bagas (25thn)
         Angel (20thn)
         Difa (25thn)
         

Setting Time : September  2020 - Oktober 2021
Setting Place : Indonesia - Brisbane, Australia

Inspired by: A Gentleman's Dignity
                  Reply 1997

Happy reading ^^



Hujan, Pelangi dan Degup Jantung

Akhir bulan September 2020.

Disebuah toko dipusat perbelanjaan, terlihat seorang gadis yang tengah asik memilih-milih barang yang akan ia beli. Gadis tersebut bernama Chelsea, seorang mahasiswi tingkat akhir disebuah universitas dengan jurusan arsitektur.

"Nona,  tolong saya ingin melihat yang ini," ucap Chelsea kepada penjaga toko sambil menunjuk sebuah jam tangan berwarna gelap itu.

"Wah, Anda memilih dengan sangat jeli nona. Ini merupakan jam tangan yang sangat indah. Pasti Anda membelinya untuk kekasaih Anda ya?" seloroh penjaga toko dengan ramah.

Chelsea hanya tersenyum menanggapinya.

"Ini merupakan jam tangan yang terbuat dari marmer, sehingga tidak akan menimbul alergi pada pemakainya dan sangat nyaman untuk digunakan dalam jangka waktu lama. Modelnya pun, model yang terbaru. Bagaimana nona?" jelas sang penjaga toko.

"Apa ada yang berwarna putih?" Tanya Chelsea.

"Maaf nona, ini tinggal satu-satunya yang tersedia. Namun bila Anda memesan terlebih dahulu, kami akn mengusahakannya," ucap penjaga took.

"Kalau saya memesan, berapa lama barang akan tersedia?" tanya Chelsea lagi.

"Sekitar 1 hingga 3 bulan. Karena kami memesan dulu dari pabriknya di New Zealand. Namun bila dirasa terlalu lama, ada model lain yang berwarna putih nona. Apa Anda ingin melihatnya?" penjaga toko kembali menawarkan.

"Aaa, tidak. Baiklah, saya akan memesan yang ini berwarna putih tapi," setuju Chelsea untuk memesan jam tangan tersebut.

*** 

Chelsea keluar dari toko tersebut dengan hati yang riang. Ia berjalan menyusuri jalan setapak yang ada diarea pusat pertokoan tersebut. Area pusat pertokoan tersebut memang merupakan area yang free-car. Sehingga, setiap orang yang berbelanja di area tersebut harus berjalan kaki sepanjang area tersebut. Suasana nyaman yang ada diarea tersebut, bias melupakan rasa lelah ketika berjalan kaki.

Namun tiba-tiba, turun hujan yang deras pada siang itu.  Memang beberapa hari belakang, hujan sudah mulai sering turun yang menandakan mulainya musim penghujan yang memang sudah terlambat datangnya. Menurut para ahli geografis dan meteorology sih karena efek rumah kaca yang semakin menjadi.

Chelsea yang masih berjalan menuju area parkir pun berlari menuju sebuah emperan restoran untuk berteduh. Restoran tersebut mempunyai area outdoor dengan paying. Sehingga, Chelsea pun berteduh disalah satu payung tersebut.

*** 

Seorang pria tengah duduk santai didalam sebuah restoran yang dekat dengan jendela. Sebuah buku ada ditangannya juga secangkir coklat hangat serta laptop yang meyala dimeja depannya. Sejenak pria tersebut menghentikan aktifitas bacanya dan mendongak kelangit yang nampak kelabu dan tengah meneteskan butiran air dengan interval yang cukup cepat.

Pria tersebut secara tidak sengaja melihat seorang wanita muda tengah membersihkan butiran air yang menyiprat kebajunya, tepat disaat sang wanita secara tak sengaja juga melihat kearah sang pria tersebut.

Beberapa detik serasa terhenti ketika mereka bertatapan antara mata dengan mata yang hanya terhalang oleh sebuah kaca. Karena memang, sang wanita tengah berada diluar balik kaca restoran tepat didepannya.

Degupan jantung keduanya pun seirama berpacu cepat. Seprti dunia tanpa suara lain. Yang terdengar antara keduannya, hanya deguban jantung masing-masing saja.

Aliran listrik seperti muncul pada tatapan mereka hingga seorang wanita lain datang dari belakang, menutup mata sang pria.

*** 

Disaat sang pria telah terhanyut dalam tatapan dalamnya menatap sesosok wanita diluar kaca yang juga tengah memandangnya, tiba-tiba seorang wanita lain yang datang dengan topi yang menutupi wajahnya menutup kedua mata sang pria dengan kedua telapak tangannya. Hingga membuat sang pria tidak dapat melihat wanita yang diluar lagi.

"Tebak, aku siapa?" sapa sang wanita yang baru datang kepada sang pria.

Sang pria yang sedang fokus melihat kearah wanita diluar sana pun terkejut dan buru-buru menangkis tangan wanita itu agar tidak menutupi wajahnya. Ketika tangan sang wanita telah berhasil ia alihkan, sang pria buru-buru melihat kedepannya lagi, tepat dimana sang wanita tadi berada.

Namun sayang sang wanita yang tadi berada diluar telah menghilang.

"Bukankah kita akan bertemu 1 jam lagi? Aku masih sibuk saat ini," ucap sang pria.

"Ah kakak, apa kakak benar-benar sudah tidak ada waktu untuk aku sekarang?" ucap sang wanita sambil melepaskan topi yang ia kenakan.

"Buat apa aku menyediakan waktu khusus untuk kamu?" ucap ketus sang pria.

"Tapi kan kita sudah lama tidak bertemu kakak?" rengek sang wanita.

"Sudah, cepat duduk dan pesan apa yang kamu mau,"perintah sang pria dengan masih sedikit ketus.

Perintah itu segera dituruti sang wanita yang buru-buru duduk didepan sang pria dan segera memesan makanan.

*** 

Sekarang terlihat lagi, dimana wanita yang diluar tadi berada. Sang wanita yang tak lain tak bukan adalah Chelsea, yang tadi sedang berteduh dipayung diluar restoran, kini telah duduk manis disalah satu meja didalam restoran yang berada didepan kasir.

Chelsea tengah menikmati secangkir coklat hangat yang ia pesan tadi, setelah kedinginan kehujanan. Sembari menunggu hujan reda dan menghabiskan minumannya, Chelsea sibuk mengotak-atik handponenya tanpa memerhatikan sekitarnya.

Sang pria bersama wanitanya tengah membayar dikasir. Sembari menunggu sang kasir mengembalikan credit card'nya, sang pria memperhatikan sekitar hingga raut muka terkejut muncul ketika melihat disuatu sudut didalam restoran tersebut. Ya, sudut dimana Chelsea berada. Sudut diaman wanita yang tadinya ia pandangi diluar restoran, kini sudah berada didalam restoran tepat dihadapannya tanpa ada penghalang kaca lagi.

"Kak Bagas, ayo buruan pulang. Ini credit card'nya, kok malah bengong gitu?" ajak sang gadis yang sedari tadi bersamanya.

Ya, pria tersebut memang bernama Bagas. Pria yang masih terpatung terkejut melihat sosok Chelsea yang tengah berada didepannya.

Akhirnya sang gadis tadi pun menarik Bagas untuk segera meninggalkan restoran tersebut walau masih sedikit gerimis. Bagas yang tanpa daya pun terseret keluar bersama sang gadis.

*** 

"Ngel, kamu jalan kemobil duluan aja gih ada barangku yang tertinggal direstoran itu tadi," ucap Bagas kepada Angel dengan tiba-tiba sembari berlari kembali menuju restoran tadi.

Angel, nama sang gadis yang sewaktu datang tadi menutup mata Bagas. Dan Angel pun hanya bisa menggerutu karena Bagas segera meninggalkannya tanpa memberinya kesempatan untuk menjawab.

Bagas terus berlari menuju restoran tadi. Sudah ada 8 toko yang ia lalui setelah dari restoran tadi. Namun tetap saja Bagas nekat lari ditengah gerimis hujan yang masih turun.

*** 

"Selamat datang, Selamatナ A, tuan yang tadi? Ada yang bias kami Bantu?" sapa ramah sang penerima tamu direstoran tadi.

Tanpa memperdulikan si penerima tamu, mata Bagas langsung tertuju dimana sang gadis yang diluar tadi berada. Ia pun melihat sekeliling ketika tak ditemukannya sosok sang gadis yang ia cari. Dan hasilnyapun zonx. Sang gadis yang ia cari sudah tidak ada direstoran tersebut.

Bagas dengan napas yang masih memburu, hanya tersenyum dan memberikan jawaban kepada sang penerima tamu;
 "em, tidak ada," ucap Bagas sambil kembali keluar dari restoran tersebut. 

Memang, sosok Chelsea sudah tidak berada didalam restoran tersebut. Tidak begitu lama setelah Bagas dan Angel keluar, Chelsea yang juga memutuskan untuk segera pulang karena hujan sudah tidak begitu deras pun memutuskan untuk segera  meninggalkan restoran tersebut.

### 

3 bulan berlalu setelah kejadian tersebut.

Hari ini, adalah hari terakhir pada tahun 2020. Orang-orang mulai sibuk mempersiapkan malam tahun barunya. Hari terakhir kantor-kantor buka pada tahun ini.

Sore itu, Chelsea tengah berada disebuah lift dan akan menuju lantai 8 pada gedung bertingkat 20 tersebut. Didalam gedung tersebut, terdapat beberapa kantor. Salahsatunya kantor firma hukum yang berada dari lantai 7 dan 8. Kantor tersebut merupakan kantor firma hukum yang bergerak sebagai lembaga yang membantu masyarakat dengan atau tanpa biaya. Karena firma hukum ini kebanyakan karyawannya merupakan mahasiswa hukum yang masih magang. Ataupun karyawan teteapnya, pasti memiliki usaha lain. Sehingga firma hukum ini tidak memungut biaya.
Awalnya, Chelsea sendirian ketika akan masuk lift tersebut. Namun kemudian berbondong2 orang ikut masuk lift tersebut. Posisi Chelsea dalam lift pun berada dipojok belakang dengan 2 orang lainnya, karena memang lift tersebut terisi maksikmal 8 pengguna.

Chelsea yang menggunakan celana panjang dengan baju kasual serta dandanan yang sangat girly, terlihat sekali bila dia adalah seorang pengunjung, bukan karyawan di perusahaan yang ada digedung tersebut.

Orang-orang yang berada didalam lift tersebut hampir semua terlihat sibuk dengan gadget masing-masing. Termasuk seorang lelaki  disampingnya, didepannya dan hampir semua yang didalam lift tersebut.

Chelsea tengah mencari sesuatu didalam tasnya namun tidak ketemu-ketemu. Hingga tanpa sengaja ia menjatuhkan kunci mobilnya. Chelsea pun berjongkok untuk mengambil kunci mobilnya yang terjatuh diarea sempit tersebut.

Sial ataupun takdir (keberuntungan) tengah menimpa Chelsea. Gelang berumbai-rumbai yang tengah dikenakan Chelsea tersangkut pada tali sepatu pria yang ada disampingnya. Padahal sang pria sudah bersiap akan turun dilantai sealnjutnya, lantai 6.

Chelsea yang malu akan insident tersebut hanya diam dan tetap jongkok sekaligus tetap berusaha melepaskan kekusutan sangkutan antara rumbaian gelangnya deang tali sepatu pria yang ada disampingnya.

Hingga, hingga sang pria berniat untuk melangkah keluar lift mengikuti beberapa orang lainnya namun ia tersadar akan sesuatu. Kemudian sang pria pun menghadap kebawah dan benar saja, Chelsea yang masih berjongkok, menahan sang pria agar tidak keluar. Sang pria pun melihat bila tali sepatunya tersangkut oleh rumbaian gelang yang dipakai Chelsea. Sang pria pun hanay menarik napas panjang dan mengikuti Chelsea untuk jongkok.

"Dari lantai berapa ini terjadi?" tanya sang pria yang sudah berjongkok dengan berbisik sambil mencoba melepaskan kekusutan antara tali sepatunya dengan gelang Chelsea.

"Baru saja kok..." jawab Chelsea dengan tak enak hati.

"Lepaskan saja gelangmu, nanti kita selesaikan di rooftop. Disana pasti sepi, apalagi sore-sore habis hujan begini. Kalau tidak salah disana juga ada taman didalam rumah kaca," sarn sang pria yang kemuadia berdiri lagi.

"Baiklah," jawab Chelsea yang melepaskan gelangnya lalu ikut berdiri. Tak lupa ia mengambil kunci mobilnya juga.

*** 

Tidak ada moment yang mereka hanya tinggal berdua didalam lift. Karena lift selalu ada saja silih berganti pengguna yang masuk atau keluar. Hingga akhirnya, Chelsea dan sang pria pun sampai di rooftop.

Mereka telah masuk kedalam rumah kaca. Chelsea pun terhenyak diam ketika mendapati dirinya sedang menghadap kearah timur dan melihat pelangi yang begitu indah.

Sang pria yang mengikutinya dari belakang, ikut menikmati pemandangan indah didepan mereka.

"Kita beruntung..." ucap Chelsea.

"Kenapa beruntung? Karena dapat melihat pelangi? Lalu dengan sepatu dan gelang ini? Terlebih rasa malu walau tidak ada yang menyadari saat di lift tadi," celoteh sang pria.

"Ya, sepatu dan gelang itu jalannya, takdir..." ucapan tentang takdir ini membungkam Chelsea agar tidak ngelantur lagi.

"Hah, takdir..." ulang sang pria dengan remeh.

"Sudah, sekarang cepat lepaskan gelangku," pinta Chelsea dengan sedikit salah tingkah.

Sang pria pun segera menelusur tali sepatu dan rumbai gelang yang masih kusut. Tak sampai 5 menit, gelang pun berhasil lepas dari tali sepatu.

"Ini. Lain kali lebih hati-hati dong,"tegur sang pria sambil berlalu menuju lift.

"Aa, maaf dan trimakasih," ucap Chelsea yang terpatung menerima gelangnya kembali.

Sang pria pun hanya tersenyum dengan hati yang sedari tadi berdegup kencang, dan ia mengira bahwa Chelsea mengikutinya untuk naik lift. Sehingga ia tidak menoleh kebelakan sedikitpun. Ia terbawa oleh pikirannya sendiri.

Ketika telah berada didepan lift, baru sang pria menoleh kebelakang dan ternyata Chelsea tidak ada. Ia kembali ke rumah kaca, dan Chelsea telah pergi. Ia menduga Chelsea lewat tangga darurat.

Sang pria ingin mengejar Chelsea lewat tangga darurat, namun diurungkannya niat tersebut ketika ia mendengar seseorang menyebut namanya.

"Bagas... Gas, elo ngapaen disini?" suara itu menghentika langkah Bagas.

*** 

"Gas, ngapaen elo disini? Lama gak liat elo..." sapa lawan bicara sang pria aka Bagas dengan sedikit terkejut.

"Eh, elo Fa. Apa kabar loe? Elo sendiri ngapain disini? Gw tersesat ni, mau nemuin temen gw dikantornya," ungkap Bagas yang juga dengan terkejut.

"Lah, emang kantor apa? Lante?? Gw sih kerja digedung ini. Kantor Firma kampus kan pindah kegedung ini," jelas sang lawan bicara yang bernama Difa.

"Oh, elo masih kerja di Firma Kampus? Kantor properti, lante 6. Udah tahu sih. Tapi tadi rame banget, gak bisa keluar. Ya udah nyesat aja sampa rooftop... haha," elak Bagas.

"Iya, gw masih, tp jg ada job lain tentunya. Ya udah, elo temenin gue dulu aja. Pengen ngadem gue. Sekalian nyesatnya kan loe... haha," pinta Difa sambil menggiring Bagas untuk duduk ditaman rumah kaca.

"Oke.oke. Btw, ada kabar baru apa ni?" tanya Bagas.

"Oh ya, 2 bulan lagi kn DiesNatalis (ultah jurusan) prodi kita, gabung ya loe..." ajak Difa.

"Kapan? Ya besuklah, atur jadwal dulu gue... hha," jawab Bagas.

"Dasar, sok sibuk loe," timpal Difa.

*** 

Chelsea telah sampai diruang kantor dilantai 8. Diruang tersebut, tidak ada orang. Chelsea pun meninggalkan kota kecil yang berisikan jam tangan putih yang terbuat dari marmer beserta sebuah note yang diletakkan dibawahnya.

Chelsea menulis ucapan dalam note tersebut;

"Selamat ulang tahun orang terkasihku.
 Semoga sehat selalu, diberi umur panjang, dan semua diberi kelancaran ya Yang...

                                                                                      Your Lovely,
                                                                                          Chelsea :* "

Setelah selesai mengatur letak dan kertas ucapannya, Chelsea buru-buru keluar dari ruang tersebut.

### 

1 bulan kemudian.

"Gas, elo ikut gw kerumah Prof. Gustav ya sore ntar. Gak ada acara kan loe?" ajak sekaligus Tanya Difa kepada Difa melalui jaringan telephone.

"Prof. Gustav dosen sekaligus dekan kita dulu?" balas tanya Bagas.

"Iye, elo dulukan mahasiswa kesayangannya tuh. Dah ditanyain beliau tuh elo..." jawab Difa.

"Lah, elo kan satu kantor sama beliau kan?" tanya Bagas lagi.

"Iya, tapi ini bukan urusan kantor. Gk enak ngomongin dikantor. Dah, elo ntar jemput gue aja ye dikantor..."perintah Difa.

"Oke deh, bisalah ntar," jawab Bagas.

*** 

~tintung.tintung~
Suara bel rumah Prof.Gustav nyaring berbunyi.

"Chel, Chel... Tolong bukain pintunya dong sayang...," teriak Mama Ify, mama Chelsea, didapur.

"Iya Ma..." balas Chelsea dengan berteriak juga.

"Emang Mang Wawan sama teh May kemana Ma?" tanya Chelsea saat melewati dapur menuju pintu depan.

"Tadi pagi mereka ijin pulang, anaknya sakit masuk RS," jelas Mama Ify.

*** 

~greeeekkk~
Suara gerbang depan terbuka.

"Eh kak Difa, masuk kak. Mau ketemu Eyang ya?" tanya Chelsea dengan ekspresi kaget melihat siapa yang bersama Difa.

Bags yang bersama Difa pun tak kalah terkejutnya. Dia hanya diam menyimak apa yang dibicarakan. Tingkah Chelsea pun terbilang cuek kepadanya.

"Iya, ada kan Eyang?" tanya Difa sembari masuk diikuti oleh Bagas.

"Iya ada, ditaman belakang tuh. Langsung kesana aja ya kak..."saran Chelsea.

"Tante, masak apa tant?"sapa Difa ketika melewati dapur.

"Eh Difa, lama gak main kamu. Mau ketemu Eyang ya? Tuh samperin aja ditaman." suruh Mama Ify.

"Iya tant, mari tant..." balas Difa.

*** 

"Itu tadi sapa Fa?" tanya Bagas yang dari tadi kaya' obat nyamuk, dikacangin.

"Yang cewek tadi cucu'nya Prof.Gustav, temen masa kecil gue. Namanya Chelsea. Cucu satu-satunya tuh, tapi sayangnya gak mau jadi advokat dia. Malah kuliah arsitektur nyampe negri kangguru. Sekarang dah tinggal graduating papper aja dia. Nah, kalo yang didapur tadi Mama Chelsea, menantunya profesor," jelas Difa.

"Oh, jadi anak prof.bokap cewek tadi ya? Yang katanya jadi advokat di Singapore itu?" tanya Bagas kepo.

"Nah tuh, pinter loe habis pulang dari Amrik. Haha..." celoteh Difa.

*** 

"Sore prof..." sapa Difa dan Bagas kepada prof.Gustav yang sedang sibuk merapikan tamannya.

"Eh Difa, ada Bagas juga. Apa kabar Gas? Lama gak ada kabarnya..."tanya prof.Gustav.

"Baik, prof. Profesor sendiri bagaimana? Keliatan tetap bugar saja profesor ini," balas Bagas.

"Bisa aja kamu, kamu sendiri, kabarnya habis pulang dari Amrik ya? Studi'nya dah slese?" tanya prof.Gustav lagi.

"Oh iya prof, sudah," jawab Bagas singkat.

"Terus, sekarang sibuknya apa? Mau nerusin S3?" sekali lagi prof.Gustav bertanya.

"Ah belum prof. Pengen nerapin ilmunya dulu. Sekalian bantu-bantu Papi di perusahaannya," ungkap Bagas.

"Lha, perusahaan Papi'mu bukan advokasi kan? Bantu-bantu kita di Firma aja kya' Difa ni," ujar prof Gustav.

"Oh ya Dif, gimana? Mau ngomongin Dies Natalis ya..." tanya prof.Gustav pada Difa.

"Iya prof. Jadi kami kesini mau mengundang profesor jadi pembicara. Acaranya masih 1 bulan lagi..bla..bla..bla," Difa menjelaskan.

*** 

"Tahu gak Dif, Ditahun 2020 kemarin, gue bertemu dengan dua orang wanita yang bisa membuat hati gw berdegup kencang. Namun gue kehilangan kesempatan untuk mendekati kedua gadis tersebut," ungkap Bagas tiba-tiba ketika dalam perjalanan pulang mereka.

"Serius loe? Ada kejadian apa di Amrik sampe elo insaf gini?" ejek Difa.

"Ishhh... Pada awal musin hujan kemarin, aku melihatnya dari balik kaca sebuah restoran. Saat aku ingin mengenalnya lebih jauh, dia sudah tidak ada, yang kedua disebuah rooftop akhir tahun kemarin," ucap Bagas.

"Ahh, di rooftop saat kita ketemu itu kah?" potong Difa.

"Iya itu, gw kehilangan kesempatan karena ada elo. Waktu itu entah takdir atau apa, tapi kami bertemu dengan cara yang tak wajar. Gelang tangannya nyangkut di tali sepatu gw saat dia nunduk mau ambil kunci mobilnya yang jatuh. Dan saat sudah gw kembalikan, kembali lagi gw tidak ada nyali. Saat gw kembali untuk menemuinya dengan nyali yang ada, dia sudah pergi lewat tangga darurat. Gue mau ngejar, elo muncul... Ishh," terang Bagas kesal.

"Haha... sori deh sorii..." ujar Difa.

"Yang pertama juga gegara Angel muncul tiba-tiba. Entah apa yang dia pikirin deh ttg gw," celoteh Bagas.

"Jadi Angel juga dah pulang skrng?" tanya Difa tiba-tiba.

"Ah elo, gw belum kelar," protes Bagas.

"Dan hari ini gue baru nyadar, ternyata dua perempuan yang membuat jantungku berdegup dengan cepat tahun 2020 kemarin adalah 1 gadis yang sama," lanjut Bagas.

"What??  Hebat banget tuh cewek. Loe baru inget itu 1 cewek karena loe pikirin terus ye?" tanya Difa.

"Mungkin, tapi yang pasti karena hari ni gue bertemu sama gadis itu," ungkap Bagas.

"Siapa? Gue tahu sapa gak?" tanya Difa kepo.

"Haha... Kepo bgd loe," jawab Bagas belum mau memberitahu.

### 

"Kak Chelsea, ini Angel. Apa kabar kakak?" tanya Angel kepada Chelsea lewat telepone.

"Kakak, ayo kita bertemu. Angel kangen kakak sih,"rajuk Angel.

"Iya, aku sekarang juga dah pulang ke Indonesia kok Kak. Aku cuti,"ungkap Angel.

"Ah kakak, apa-apaan sih. Ikut marah-marah kaya' kak Bagas aja,"gerutu Angel kepada orang yang disebrang telephone.

"Ya udah, besuk sore kakak harus dateng ya. Besuk adalah hari kita. Oke? Ntar alamatnya ku text aja. C U tommorow kakak,"potong Angel ditelephone.


-TBC-

NB: Nahlo, kok Angel kenal Chelsea? Ada hubungan apa ya antara Chelsea, Angel, Bagas dan Difa?
Ini cuma cerbung 2 parts, besuk simak lagi yah. Makasih. Comment msh ditunggu lho... Bisa di twitter @bitaBee :))

Next Part 2 (Final)

No comments:

Post a Comment