Sunday 3 November 2013

Hujan, Pelangi dan Degup Jantung (part 2 final)



"Kak Chelsea, ini Angel. Apa kabar kakak?" tanya Angel kepada Chelsea lewat telepone.

"Kakak, ayo kita bertemu. Angel kangen kakak sih,"rajuk Angel.

"Iya, aku sekarang juga dah pulang ke Indonesia kok Kak. Aku cuti,"ungkap Angel.

"Ah kakak, apa-apaan sih. Ikut marah-marah kaya' kak Bagas aja,"gerutu Angel kepada orang yang disebrang telephone.

"Ya udah, besuk sore kakak harus dateng ya. Besuk adalah hari kita. Oke? Ntar alamatnya ku text aja. C U tommorow kakak,"potong Angel ditelephone.

***

Disiang yang mendung itu, Chelsea dan Angel pun telah berada direstoran yang sama ketika dulu pertama Bagas melihat Chelsea. Barang belanjaan yang mereka bawa pun sudah menumpuk banyak, menandakan mereka sudah berkeliling belanja diarea pertokoan tersebut.

"Kak, ayo kita ketemu kakakku. Aku panggil dia kesini aja ya..." tawar Angel.

"Terserah kamu aja sih," jawab Chelsea cuek.

"Jadi kakak setujukan kalau aku comblangin sama kakakku?" ujar Angel dengan ceria dan bersiap akan menelepon kakaknya.

"Eh,eh.. apa-apan kamu. Memang aku se'jones itu apa? Pake dicomblangin sgala..." gerutu Chelsea sambil merebut handpone Angel.

"Ah kakak, kakak kn juga jomblo kan? Jangan bilang kakak masih sama si Bryan cowok gak bener itu ya..." selidik Angel kepada orang yang duduk dihadapannya ini.

"Apaan sih kamu. Enggak lah, Bryan mah kesalahan, udah masa lalu," jelas Chelsea dengan malas.

"Nah kan, kak Chelsea jomblo, kakakku juga masih jomblo kok kak... Coba ketemu dulu. Kan asik kalo kak Chelsea sama kakakku. Ntar kalo aku dimarahin, kan aku bisa berlindung sma kakak... Hhaaa..." rayu Angel dengan muka imutnya.

"Aishhh~ kamu..." kata Chelsea dengan kesal yang terpotong oleh ucapan Angel selanjutnya.

"Eh kak, kayaknya gak perlu telephone kakakku deh. Tuh dia datang...." potong Angel yang fokus melihat entrance restaurant tersebut.

Chelsea yang tidak jadi melanjutkan perkataanya pun ikut melihat pintu masuk seperti yang dilakukan oleh Angel.

***

"Iya kak, itu kakakku yang ku maksud. Kak Bagaasss...." teriak Angel pada orang yang baru saja masuk kerestoran tersebut.

Orang-orang yang ada didalam restoran itu pun jadi memandang Angel karena teriakannya. Angel yang lebih fokus melihat kearah kakaknya dan melambaikan tangannnya, hanya cuek tak mempedulikan pandangan orang.

Bagas yang baru saja masuk, terkejut dengan suara seseorang memanggil namanya. Bagas pun mencari sumber suara tersebut dan menemukan disebuah bangku restoran dua orang gadis yang familiar baginya, sedang memandang kearahnya. Seorang gadis sambil melambaikan tangannya kearahnya, yang satu hanya terdiam melihatnya.

Bagas  yang kaget pun terdiam dan mematung karena mengetahui siapa yang tengah bersama adiknya yang juga hanya terdiam melihatnya.

Bagas pun segera berlalu dan menuju kasir. Dia mencoba untuk cuek.

***

"Ah, apa-apaan sih kak Bagas itu... Aku mau kesana dulu kak,"gerutu Angel yang bersiap meninggalkan kursinya menuju kearah Bagas.

"Eh, disini saja. Mungki dia cuma akan memesan dulu," larang Chelsea.

Setelah dari tadi awan mendung menyelimuti, akhirnya hujan pun turun. Cukup deras siang itu hujan turun.

Setelah Bagas memesan minuman di kasir, benar saja, dia menuju kursi dua gadis yang ia kenali tadi.

"Heh, malu-maluin aja. Pake teriak segala..." gerutu Bagas kepada Angel.

"Ah kakak, itukan udah kebiasaanku,jangan protes," omel Angel.

Chelsea yang berada di didepan Angel hanya menyimak dan berpura sibuk dengan minumannya.

"Oh ya kak, kenalin, ini Kak Chelsea, kakak angkatanku sekaligus kakakku di Ausie. Dan Kak Chelsea, ini kakak tersayangku, kak Bagas," Angel mengenalkan.

Chelsea hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Bagas. Bagas yang duduk diantara Chelsea dan Angel pun menerima jabatan tangan Chelsea.

"Chelsea, kita bertemu lagi," kenal Chelsea dengan ramah.

"Apa? Kalian pernah bertemu? Kapan?" sela Angel dengan tidak sabar.

"Iya, kita pernah bertemu sekali sewaktu kamu kerumahku bersama Difa bukan?" ujar Chelsea.

"Bagas, iya. Satu minggu yang lalu,aku bersama Difa kerumahnya untuk bertemu dosen kami," jelas Bagas.

'"Hah? Cuma sekali?" batin Bagas kesal.'

"Apa? Dengan kak Difa juga? Kok aku gak tahu?" keluh Angel.

"Buat apa kamu tahu, anak kecil?" tanya Bagas kepada Angel.

"Ish, aku bukan anak kecil." keluh Angel.

"Jadi, kakak Bagas ini muridnya Eyang Kak Chelsea ya?" tanya Angel.

"Iya, ternyata dunia sempit, bukan," ujar Bagas.

"Lalu, apa hubungan kalian berdua?" tanya Bagas.

"Jadi, kak Chelsea ini kakak angkatanku di universitas kak. Kak Chelsea ini banyak membantuku waktu di Ausie, apalagi ternyata kak Chelsea ini teman dari kecilnya kak  Difa. Tapi aku gak tahu kalau Eyang kak Chelsea dosen kakak dulu," jelas Angel dengan diakhiri muka manyunnya.

"Lha, kamu kan udah tahu kalau Eyangku dosennya kak Difa?" Chelsea memastikan.

"Iya sih, tapi aku gak ngeh kalau kakakku yang pintar ini juga mahasiswanya Eyang kakak. Hha.." elak Angel.

"Ish, dasar," komentar Bagas.

"Kak Bagas, pinjem handphone kakak sih. Hp'ku lowbat," pinta Angel.

Bagas pun memberikan handphone'nya kepada Angel. Kemudian Angel memencet-mencet keypad hp Bagas.

Handphone Chelsea berbunyi. Chelsea buru-buru mengambil handphonenya. Sebelum Chelsea menemukan Hp'nya di tas, handphone Chelsea sudah tidak berbunyi.

"Kak, itu nomer Kak Bagas. Disave ya," ucap Angel.

"Kak Bagas, ini nomer Kak Chelsea aku save ya. Contact Name'nya Chelsea," ucap Angel kepada Bagas.

"Ishhh," desis Bagas merebut hp'nya namun tidak berhasil.

Angel pun mengembalikan hp Bagas setelah berhasil menyimpan contact number Chelsea di hp Bagas.

"Ishh, sapa tahu kakak butuh nomer kak Chelsea diwaktu darurat. Waktu kakak ingin menghubungi Eyang kak Chelsea namun gak bisa mungkin," celoteh Angel.

Mereka pun melanjutkan obrolan ringannya. Dari kehidupan Angel dan Chelsea di Ausie, hingga background pendidikan Bagas dan juga kesibukan Bagas.

Dari percakapan singkat mereka, diketahui kalau Bagas telah menyelesaikan S2'nya di Inggris jurusan advokasi tahun kemarin. Dan sekarang Bagas sedang sibuk membantu mengembangkan perusahaan orangtuanya dibidang arsitektur bangunan. Sebenarnya, Ayah Bagas mengiginkan Bagas meneruskan kuliah dibidang arsitektur, namun malah dibidang advokasi. Sehingga Angel yang menjadi tumpuan harapan orangtua dibidang arsitektur. Padahal passion Angel ada di jurusan design fashion.

Sedangkan Chelsea, adalah cucu satu-satunya prof.Gustav. Ayah Chelsea adalah putra satu-satunya prof.Gustav yang juga berprofesi sebagai pengacara. Prof.Gustav sebenarnya menginginkan Chelsea untuk berprofesi yang sama. Namun passion Chelsea ada di arsitektur bangunan, sama seperti mamanya, Mama Ify. Karena cucu satu-satunya, sehingga apapun mau Chelsea dituruti, namun Eyang Chelsea menginginkan Chelsea tetap menikah dengan seorang yang berprofesi sebagai advokat, begitulah penggalan penjelasan yang diujarkan Angel.

Obrolan mereka berakhir, ketika Bagas mendapatkan telephone untuk segera kembali kekantor. Chelsea dan Angel pun memutuskan untuk pulang juga, lagian hujan juga mulai reda.

###

Malam itu, dikamar Bagas, Bagas terlihat tidak bisa tidur. Dia terus saja uring-uringan memandangi layar handphone'nya.

"Aahhh, bagaimana ini. Aku sudah mendapatkan nomernya. Apa yang harus kulakukan," gerutu Bagas dalam hati dengan tetap menatap nomer yang tampil dilayar hp'nya.

"Apa aku harus menghubunginya? Tapi dengan alasan apa?"

"Salah kirim? Ah, kekanak-kanakan sekali. Lalu apa?"

"Lagian, apa-apaan dia. Apa dia lupa? Direstoran saat hujan, kejadian dilift, dirumahnya, dan tadi. Itukan pertemuan keempat... huh,"

Tiba-tiba handphone yang sedari tadi Bagas pegang berbunyi menandakan ada telephone. Bagas pun terkejut. Dan ternyata orang kantor yang menelepone Bagas untuk membicarakan urusan kantor.

***

Dikamar Chelsea, Chelsea juga tak kalah uring-uringan.

"Apa dia menyadarinya? Tadikan pertemuan ketiga kami. Aaa... memalukan..."

###

Disaat Dies Natalis.

"Gas, elo masih dirumah kan? Gue minta tolong banget sama elo, tolong jemput Prof.Gustav ya. Ini ada sedikit masalah disini, gak sempet ada yang jemput ini, rumah elo kan searah kan," pinta Difa dengan tergesa-gesa melalui telephone.

"Oh yaudah, gue ntar jemput deh,"jawab Bagas.

"Diusahain maximal pas acara mulai aja ya elo nyampenya, tapi jangan telat juga. Ntar elo hubungi dulu Prof.Gustav ya..." perintah Difa.

"Oke.oke," jawab Bagas lagi diseberang telephone.

"Oke, gue percaya elo. Ntar kalo dah jalan, hubungi gue ya. Thx Gas," ucap Difa.

"Yo, sama-sama," balas Bagas sambil memutuskan telephone.

"Hemh, kesempatan nih," batin Bagas.

***

Prof.Gustav pun sudah bersiap dan menunggu Bagas didepan gerbang rumahnya sedari Bagas meneleponnya bahwa dirinya telah berada didekat rumah Profesor. Namun, Prof.Gustav tidak menunggu sendirian didepan rumah.

"Yang jemput kok lama sih, eYang?" tanya Chelsea.

"Sabar, ini juga baru 5menitan kita menunggu kok," komentar Eyang Chelsea, prof.Gustav, sambil melihat jam tangannya yang berwarna putih terbuat dari marmer tersebut.

"Ah, akhirnya Eyang mau memakai jam tangan yang ku berikan juga..."ungkap Chelsea senang sambil memeluk lengan Eyang'nya.

"Bukan begitu, kamu tahu sendirikan, jam tangan yang Eyang pakai selama ini kenang-kenangan dari almarhumah Eyang Putri kamu. Karena dah tua, ya sudah sewajarnya lah dimusiumkan," jelas Eyang dengan sedikit menyesal sedih.

Tak begitu lama, akhirnya yang ditunggu pun datang.

"Eh profesor, maaf menunggu," sapa Bagas sambil turun dari mobilnya ketika sudah sampai.

Bagas pun membukakan pintu belakang mobilnya untuk profesor.

"Eh, Chelsea mau ikut juga kah?" ujar Bagas ketika mendapati Chelsea akan ikut menaiki mobilnya.

"Iya Gas, tadi saya paksa. Gak pa-pa kan Gas?" tanya Prof.Gustav.

"Oh iya prof, tidak apa-apa kok," jawab Bagas salah tingkah.

"Yaudah Chel, kamu depan aja. Kasian Bagas, masa' dia kayak supir, sendirian didepan," seloroh Eyang Chelsea.

"Hhe.. Gak usah prof., gak pa-pa kok," tolak Chelsea.

Mereka telah berada didalam mobil, dan Chelsea sudah duduk disamping Bagas.

"Ngomong-ngomong, kamu sudah kenal Chelsea ya Gas? Tadi kok sudah mengenali namanya?" tanya Prof.Gustav dikursi belakang.

"Oh iya prof., baru-baru ini saja saya baru tahu, Chelsea ini ternyata teman adik saya yang kuliah di Australia," jawab Bagas.

"Benarkah? Jurusan apa adik kamu?" tanya prof.Gustav lagi.

"Sama seperti Chelsea, dia adik angkatan Chelsea Eyang..." potong Chelsea menjelaskan.

"Oh... Sebenarnya Eyang pengennya Chelsea nerusin profesi Eyangnya ini juga ayahnya, jadi advokat. Tapi dianya malah kaya' ibunya yang ingin jadi arsitek..." curhat Prof.Gustav.

"Oh, begitu ya prof.," komentar Bagas singkat.

"Makanya ni, saya pengennya Chelsea ini dapet suami yang profesinya sama seperti saya. Jadi, diajak sekalian saja kan ketemu mahasiswanya Eyangnya dulu. Hha... Kamu sendiri, udah ada pasangan belum Gas?" tanya prof.Gustav yang tersirat.

"Eyanggggg~" teriak Chelsea.

Bagas hanya tersenyum, dan Prof.Gustav pun malah tertawa melihat cucu kesayangannya marah.

***

Sesampainya, digedung DiesNatalis.

"Gas, nanti yang nganter kita pulang kamu lagi kan?" tanya Prof.Gustav.

"Oh, iya prof,." Jawab Bagas secara reflek.

"Bagus kalau gitu. Kamu Chel, kamu belum kenal siapa-siapa disini kan? Kamu tunggu Eyang dideket Bagas aja ya. Jangan kemana-kemana," perintah Eyang Gustav.

"Ah kakek, kan ada kak Difa juga," protes Chelsea.

"Sepertinya Difa sibuk. Gak apa-apa kan Gas kalo Chelsea sama kamu?" tanya Prof.Gustav sambil melihat Difa yang sibuk didalam gedung.

"Oh ya, tidak apa-apa Prof.," jawab Bagas.

"Yaudah Gas, saya titip Chelsea dulu ya," ujar Prof.Gustav sambil masuk gedung.

Dan akhirnya sepanjang acara, Chelsea pun didekat Bagas terus. Begitu pula saat Bagas tengah mengobrol dengan teman-teman lamanya. Disaat ditanya siapa gadis yang berada disampingnya, Bagas selalu jawab hanya kenalannya. Ya, karena Chelsea melarang Bagas untuk mengungkapkan bahwa dirinya cucu dosen mereka.

***

Diakhir acara, Difa baru sempat bertemu dengan Bagas.

"Gas, thx ya. Elo emang penyelamat gue," ungkap Difa yang dengan tiba-tiba menghampiri Bagas.

"Eh, ada Chelsea juga. Dari tadi disini sama siapa Chel?" tanay Difa kepada Chelsea.

"Eh kak Difa, iya kak. Dari tadi sama kak Bagas aja," jawab Chelsea.

"Selamet ya bro, sukses acaranya," ucap Bagas.

"Iya, thx juga, berkat bantuan loe juga ini. Eh, kenapa Chelsea ada disini?" tanya Difa bisik-bisik kepada Bagas.

"Tadi profesor ngajak dia, terus dititipin ke gue," jawab Bagas polos.

"Wah pertanda ni, sikat Gas. Profesor dah ngasih restu tuh... Hha..." goda Difa.

"Apaan sih loe..." jawab Bagas yang sudah tahu maksud Difa.

Bagas pun mengantar profesor dan Chelsea kerumah mereka. Dan semenjak saat itu, hubungan Chelsea dan Bagas pun semakin dekat. Dari awalnya hanya sekedar menanyakan kabar hingga bercerita tentang kejadian sehari-hari.

###

Awal bulan ke 10 pada tahun 2021

Hari Sabtu pada Minggu kedua dibulan ini, akhirnya Chelsea akan melaksanakan graduation ceremony'nya. Selama 2 bulan inipun, Chelsea telah tinggal diapartemennya dikota Brisbane kembali. Selama kuliah dinegri kangguru ini, Chelsea memang hidup mandiri diapartemenya.

Awalnya, Chelsea tinggal diasrama kampus. Setelah menginjak tahun kedua, Chelsea memutuskan untuk tinggal diapartemennya sendiri. Diapartemennya pun, Chelsea tinggal sendiri. Tidak ada yang membantunya hanya sekedar untuk membersihkan rumah. Semuannya Chelsea lakukan sendiri, dari membersihkan rumah hingga memasak. Namun karena Chelsea anak tunggal, maka Mamanya, mama Ify sering mengunjunginya.

Sore itu diapartemen Chelsea, 3 hari sebelum graduation ceremony, Chelsea tengah bersantai dikamarnya merapikan buku-buku yang mulai dia pack untuk dibawa ke Indonesia. Karena memang setelah graduation ceremony, Chelsea memutuskan segera kembali ke Indonesia. Selain karena keluarganya di Indonesia, Chelsea sudah mendirikan bisnis dibidang arsitektur di Indonesia bersama beberapa kawannya.

Chelsea yang tengah asik menyimpan buku-bukunya, harus berhenti sejenak, karena bel apartemenya berbunyi, menandakan ada tamu didepan pintu apartemennya.

"Lho kak Bagas, kok gak ngasih kabar dulu kalau mau kesini?" tanya Chelsea yang terkejut ketika membuka pintunya.

"Apakah harus?" canda seseorang yang Chelsea panggil kakak tersebut sambil masuk apartemen Chelsea.

"Ya enggak sih, tapi untungnya aku baru gak pergikan," jelas Chelsea.

"Ya aku cari info dulu dong sebelum kesini, aku tadi tanya Angel, apa dia pergi sama kamu? Dia malah memberitahu kalo kamu mau packing barang. Memang, mau kapan barang-barangnya dikirim pulang?" tanya Bagas.

"Umh, besuk sih mau dikirim. Kan dua hari setelah ceremony, aku dah langsung balik ke Indonesia," jawab Chelsea.

"Kok semalem gak ngasih tahu sekalian? Kan bisa ku bantu..." ungkap Bagas.

"Gak terlalu repot juga kok ini kak..." jawab Chelsea.

'Yaudah, mumpung aku udah disini juga, apa ni yang bisa ku bantu?" tawar Bagas yang sudah bersiap membantu chelsea.

"Em, yadah deh. Tolong masukin semua buku yang disitu ya kak..." pinta Chelsea dengan manis.

"Beres..." jawab Bagas dengan semangat.

Bagas pun membantu Chelsea memasukkan buku-buku yang akan Chelsea kirim pulang. Setelah selesai, Chelsea pun mengajak Bagas untuk bersantai di balkon apartemennya yang kebetulan ada tamannya.

"Udah selesaikan kak, ayo kita ngobrol-ngobrol ditaman balkon dulu ya..."saran Chelsea.

"oke," jawab Bagas singkat.

***

Mereka telah berada digasebo taman tersebut. Apartemen Chelsea memang unik. Apartemen tersebut hanya mempunyai ruang tertutup berupa kamar yang luas, dengan kamar mandi dan dapur. Ruang tertutup itu hanya bertipe 36. Yang membuat unik adalah adanya balkon yang menjadi taman dilengkapi dengan adannya gazebo ditaman tersebut. Taman dibalkon tersebut bisa dibilang cukup luas, bisa dikatakan ukuran tamannya seluas ruang tertutup yang ada.

"Urusan pindah jurusan Angel sudah selesai kah kak?" tanya Chelsea yang baru datang membawakan minuman untuk Bagas.

"Belum, besuk harus kekampus lagi," jawab Bagas yang tengah bersantai digazebo.

"Terus, sekarang dimana Angel?" tanya Chelsea yang sekarang sudah duduk digazebo juga.

"Katanya sih mau hang out bareng temennya. Memang banyak ya, temen Angel disini?" tanya Bagas.

"Eits, bukan hanya sekedar temen. Cowok-cowok juga banyak yang ngejar dia kali..." jelas Chelsea.

"Lalu, kenapa dia masih ngejar-ngejar Difa ya...?"selidik Bagas.

###

Ditempat lain, dipusat perbelanjaan dipusat kota, Angel tengah duduk bersama seorang lelaki.

Dikursi lain, terlihat seorang lelaki tengah duduk sendirian dan memandang kearah Angel dan lelaki tersebut.

Disaat lelaki yang bersama Angel tersebut ke toilet, pria yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka, mengikuti sang pria ke toilet. Dan didalam toilet, ternyata sang pria menerima telepon dan berbincang hangat. Dari perbincangan tersebut, hanya dengan menerkanya saja, dapat diketahui bahwa sang pria sedang berbincang dengan wanitanya. Dan dari perbincangan telepon tersebut diketahui bahwa sang pria hanya memanfaatkan kekayaan Angel.

Mendengar hal tersebut, sang pria yang sedari tadi menguntitnya pun, terbakar emosinya. Si penguntit pun menghajar sang pria yang kebetulan juga berwajah melayu tersebut. Keributan pun terjadi hingga depan toilet.

Angel yang mendengar keributan tersebut dan curiga yang berkelahi sang pria yang bersamanya tadi, memutuskan untuk mendekat kelokasi perkelahian tersebut.

Betapa terkejutnya Angel ketika mendapati bahwa yang berkelahi adalah pria yang bersamannya tadi dan... Difa. Angel pun memisahkan mereka dan menanyakan ada apa. Difa pun menjelaskan. Walau terharu, Angel sedikit kesal dengan Difa hingga seorang wanita menghampiri mereka dan  mengaku sebagai kekasih sang pria yang bersama Angel tadi. Sang wanita pun terkejut ketika tahu bahwa sang pria sudah mempermaikan mereka. Mereka berdua pun menampar sang pria dan meninggalkannya.

Angel mengobati luka Difa yang tidak begitu parah didepan sebuah apotek.

"Kakak, kenapa ada disini?" tanya Angel.

"Aku mendapat cuti seminggu, dan aku memutuskan untuk kesini,"jawab Difa singkat.

"Kenapa kemari dan kenapa tadi bisa berantem sih?"tanya Angel lagi.

"Selain untuk menghadiri wisuda Chelsea, aku rindu kamu dan aku khawatir tentang kamu," jawab Difa dengan malu.

Dan jawaban Difa itu, cukup membungkam Angel untuk tidak bertanya lagi. Akhirnya dia tahu, bahwa Difa juga menyukainya, dan cintanya bukan cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta pertamanya yang telah tumbuh dan ia jaga hampir 8 tahun ini, akhirnya mendapatkan hasil yang positif.

###

"Lalu, kenapa dia masih ngejar-ngejar Difa ya...?"selidik Bagas.

"Hemh, namanya juga cinta pertama. Selagi masih ada kesempatan, kejar terus dong... hhaaa..."seloroh Chelsea.

"Ishhh, lalu bagaimana dengan cinta pertamamu?"tanya Bagas yang membuat Chelsea memandangnya sejenak.

Tiba-tiba gerimis mulai turun dikota tersebut. Memang sedari tadi mendung sudah mulai menyelimuti kota tersebut.

"Ah, hujan...,"ucap Chelsea mengalihakan pembicaraan.

"Apa kamu suka hujan?" tanya Bagas.

"Hujan, aku suka. Suara gemuruhnya meraimakan halaman luar. Waktu kecil, aku berpikir suasana rumah jadi rame, dan aku merasa tidak sendirian lagi bila hujan turun. Dan suasana jadi sejuk, dan juga hmmm...aroma tanah yang tersapu hujan adalah salah satu aroma favoritku, selain aroma masakan mamaku tentunya,"ujar Chelsea yang merupakan seorang anak tunggal.

"Aroma hujan? Kamu tahu apa yang menyebabkan aroma khas itu muncul?" tanya Bagas.

Chelsea hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku pernah baca bahwa ada sebuah senyawa bernama 'petrichor' dengan bau dan aroma khas yang keluar dari tanah, ilalang dan rerumputan lain sesaat setelah hujan. Dan senyawa ini menjadi semacam 'aromaterapi' yang mampu menghadirkan ketenangan,"jelas Bagas.

"Wiihhh, pengetahuan kakak luas juga,"puji Chelsea.

"Bagaimana kamu bisa disebut fans hujan bila hal seperti itu saja tidak tahu?"heran Bagas.

"Aishhh, lalu bagaimana dengan kakak? Apa kakak juga penyuka hujan?"tanya Chelsea.

"Kondisional saja sih kalo aku. Pada dasarnya gak terlalu suka hujan. Hujan itu seperti air mata kesedihan. Apalagi bila sedang mau pergi, tiba-tiba hujan turun. Jalanan pasti macet. Bikin jengkel saja,"keluh Bagas.

"Tapi aku juga suka suasana setelah hujan. Jadi sejuk, apalagi kalau sedang musim panas gini. Apa lagi bila mendapatkan bonus sebuah pelangi,"lanjut Bagas.

"Aishh, realistis banget jawabannya..."komentar Chelsea.

"Hidup itu harus realistiskan...  Btw, ini belum waktunya hujan bukan? Bukankah kalau disini, hujan turun pada bulan November-Februari?"potong Bagas.

"Emm,  iya sih. Tapi semenjak aku tinggal disini, hujan memang selalu datang tidak tepat waktu," jawab Chelsea.

"Pemanasan Global yang semakin mengkhawatirkan," komentar Bagas.

"Eh, kak. Itu pelangi ya?"tanya Chelsea sambil menunjuk sudut timur yang masih kelabu namun sudah tidak lagi hujan tersebut.

"Eh iya. Seperti kehidupan, setelah kesedihan akan muncul kebahagiaan,"komentar Bagas.

"Emh, kamu beneran yakin kita pertama bertemu ketika aku sama Difa kerumah kamu?" tanya Bagas tiba-tiba.

"Ummhhh, sepertinya iya..."jawab Chelsea seperti menutupi sesuatu.

"Kamu yakin?" tanya Bagas sekali lagi dengan merayu setelah melihat raut muka Chelsea yang seperti menutupi sesuatu.

"Apaan sih, yakinlah," ujar Chelsea meyakinkan dengan salah tingkah.

"Lalu ini, kamu lupa?" tanya Bagas dengan menunjukkan sebuah gelang berumbai ditangannya.

"Aa, apa-apaan sih kak. Kakak, dapet ini dari mana?" ujar Chelsea sambil merebut dan menyembunyikan gelang berumbai yang dahulu terjerat dengan tali sepatu Bagas tersebut.

"Hhaaa... Kamu ingat bukan. Waktu itu kita bertemu di gedung firma Eyang kamu, terus ada seorang gadis lugu mengribetkan gelangnya dengan tali sepatu seseorang," Bagas mengingatkan.

"Aishhh, udah lupain aja sih. Itu aib kak..."bentak Chelsea dengan cemberut.

"Oke.oke. Tapi itu sebenarnya bukan pertemaun pertama kita. Kita pernah bertemu, disaat hujan juga. Kamu berteduh dipayung restoran, dan aku melihat kamu didalam restoran tersebut. Kita juga sempat bertatap hingga Angel menutup mataku," terang Bagas.

"Oh ya? Kapan dan dimana itu? Kakak yakin itu aku?" tanya Chelsea.

"Aku yakin. Beberapa hari setelah Angel balik dari sini akhir tahun kemarin. Oh ya, restoran rainbow, yang biasa kita datangi dengan Angel itu," ujar Bagas yakin.

"Angel pulang? Kalau tidak salah sekitar bulan September bukan? Dia mengabariku setelah beberapa bulan pulang karena liburan dulu... Iuhhh,"ungkap Chelsea.

"Ya, hujan dibulan September..."kata Bagas.

Chelsea seperti terhenyak sejenak mengingat sesuatu. Ia teringat akan sebuah kejadian.

*flashback

"Hujan, aku suka... Tapi ini bukan waktu yang tepat,"gumam Chelsea sambil berlari dijejeran pertokoan.

Akhirnya Chelsea pun berteduh pada payung didepan sebuah restorant. Hingga tanpa sengaja Chelsea memandang sudut didalam restoran tersebut.

"Apa ini? Kenapa degup jantungku sangat cepat? Siapa dia? Tuhan, tolong bangunkan aku bila...,"batin Chelsea yang ketika matanya menangkap tatapan dalam seorang cowok didalam restoran tersebut.

"Ah, cuma fatamorgana..."gumam Chelsea ketika melihat seorang wanita menutup mata lelaki didalam restoran tersebut.

Lalu Chelsea pun memutuskan untuk masuk kerestoran tersebut sembari menunggu hujan reda.

*flashback end.

"Ah, benarkah itu kamu dan wanita yang menutup mata kamu itu Angel?" kata Chelsea tiba-tiba.
"Aa, benar juga. Wanita itu mirip Angel walau wajahnya tertutupi topi," lanjutnya.

"Kamu sudah ingat?" tanya Bagas dengan antusias.

"Lupa-lupa ingat sih... Hhe..."jawab Chelsea dengan muka imut.

"Setidaknya kamu sudah ingat," ungkap Bagas senang.

"Emh, kamu tahu apa penyebab terjadinya pelangi?" tanya Bagas.

"Uummm..." gumam Chelsea sambil terlihat berpikir.

"Hey, ini bukan pertanyaan yang sulit seperti pertanyaan semalem yang belum kamu jawab bukan?" goda Bagas.

"Ishhh..." komentar Chelsea sambil memukul lengan Bagas.

"Auw..." rengek Bagas yang berpura-pura kesakitan.

*Flashback

"Chel, selama ini kita memang belum ada kata berpacaran. Namun dari apa yang kita jalani bersama selama ini, aku tahu perasaan kita sama. Dari segala tingkah dan perhatian yang saling kita berikan, aku tahu kita saling membutuhkan dan melengkapi. Dan yang paling penting, keluarga kita sudah saling mendukung. Jadi, maukah kamu menikah denganku, Chel?" lamar Bagas ketika dinner bareng Chelsea semalam di restoran dengan memberikan sebuah cincin.

Chelsea yang masih terkejut hanya diam bingung mau menjawab.

"Oke Chel, aku belum butuh jawaban kamu malam ini. Kamu bisa memikirkannya dulu. Tapi aku yakin, kamu akan menjawab iya..."goda Bagas.

*Flashback end.

Mendengar raungan Bagas yang kesakitan, Chelsea tahu kalau Bagas hanya berpura-pura. Maka Chelsea pun memukul lengan Bagas kembali.

"Auww, sakit tahu..."erangan Bagas lagi yang kali ini beneran kesakitan.

"Makanya jangan akting..."komentar Chelsea.

"Pelangi ada karena terjadinya pembiasan cahaya matahari oleh butiran-butiran air. Nah, butiran air hujan ini yang menjadi objek pembias sehingga terjadialh spektrum warna cahaya matahari ini. Kurang lebih begitu. Benarkan? Itukan pertanyaan matapelajaran IPA jaman sekolah dulu," jawab Chelsea.

"Oke, kamu memang pandai,"puji Bagas.
"Lalu untuk jawaban pertanyaan semalam?"goda Bagas lagi.

"Ishhh..."gumam Chelsea sambil menatap Bagas.

Bagas yang tak mau kalah, memberanikan diri menatap mata Chelsea dalam-dalam. Chelsea yang merasa terintimidasi dengan tatapan Bagas pun mulai hilang nyali untuk menatap Bagas.

"Kamu akan menikah dengan ku bukan?" tanya Bagas lagi sambil mendekatkan mukannya kemuka Chelsea.

"Hey, apa yang kamu lakukan?" tanya Chelsea yang jantungnya mulai berdegup kencang.

"Aku akan mencium kamu... Kalo kamu tidak menjawab dalam hitungan kelima," ucap Bagas dengan santai dan dengan semakin memajukan wajahnya..

Chelsea yang berada didepannyapun semakin membelakangkan mukannya dan memiringkannya.

"1....2....3.....4.....Liiii...." hitung Bagas yang semakin dekat dengan Chelsea.

"Iya.iya...."jawab Chelsea dengan cepat.

"Iya apa? Liat aku dan ucapkan sekali lagi dengan lebih jelas," pinta Bagas memastikan dengan posisi duduk yang masih mendekatkan wajahnya ke wajah Chelsea.

 "Baiklah-baiklah. Iya, aku akan menikah dengan kamu. Apa kamu tuli"jawab Chelsea lagi dengan kesal dan menghadap kemuka Bagas.

Bagas tersenyum dan  masih mendekatkan wajahnya hendak mencium Chelsea.

"Hey, apa yang kakak lakukan? Bukankah sudah kujawab iya..."protes Chelsea.

"Aku hanya akan melakukan apa yang dilakukan oleh pasangan,"jawab Bagas santai.

Bagas pun semakin mendekatkan wajahnya, Chelsea yang semakin terjepitpun akhirnya pasrah.

Pelangi masih jelas terlihat dilangit timur walau gerimis kecil mulai turun kembali. Dan degup jantung mereka kembali semakin berpacu cepat seiring panggutan bibir mereka.


NB : yip.yip.hore... Terimaksih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.
       Bagaimana dengan Cerbung kali ini?
       Ceritanya ngebosenin gak?
       Mudah ditebak gak?
       Kurangnya apa?
       Ditunggu comentar kalian di twitterku @bitaBee, chatRoom dan juga comment page di page ini ya... makasih ^^

Tergantung setiap individu bagaimana mereka berpikir sebuah kejadian tsbt. Semisal Chelsea merasakan kebahagiaan bila hujan turun karena ia berpikir positif. Suara hujan adalah temannya dalam kesepian. Sedangkan Bagas, sebal bila hujan terjadi. Hujan membuat ruang geraknya sempit,gak bebas mau kemana. Karena disini Bagas menggap hujan adalah musuhnya. Namun semau berpendapat sama, setelah hujan pergi, kebahagiaan (terus) muncul. Dari sekedar aroma khas setelah hujan yang ternyata juga sebuah aromaterapai, hingga kejadian alam yang selalu mengagumkan, pelangi.

Jadi, mindset adalah kunci sebuah kehidupan yang bahagia didapatkan. Jangan merasakan sebuah kesulitan itu terlalu sulit, pasti ada jalan keluarnya. Berpikir saja bagaimana bisa menghasilkan sebuah hasil yang membahagiakan dari kesulitan tersebut. Pasti semau akan dibawa seneng kalau sudah berpikir tentang hasil yang membahagiakan. :)

No comments:

Post a Comment