Monday 12 August 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 3]



Chindai pun kemudian melihat mp4 darinya yang berada didalam kotak kado yang sudah terbuka.

"Sudahkah kamu mendengarkan lagu yang berada di mp4 dariku?" tanya Chindai antusis.

"A, maaf, belum," jawab Bagas dengan sedikit bersalah.

Chindai pun mengambil mp4 tersebut dan memasang satu earphone ketelinganya dan berujar;
"Baiklah, ayo kita dengarkan bersama," sambil memasangkan satu earphone yang lain ketelinga Bagas.

Bagas yang kaget dengan tingkah Chindai, awalnya terlihat sangat canggung dan menghindar. Namun Chindai memaksa dan Bahas hanya bisa pasrah menerima karena diapun tak ingin memungkiri, masih ada sedikit rasa senang dengan situasi ini.

Chindai yang menikmati keadaan ini, terlihat larut dalam suasana hingga dirinya bersandar pada bahu Bagas.

Tanpa mereka sadari, telah ada 2 orang pria yang membawa kamera yang sedang memfoto tingkah mereka berdua dari belakang karena mereka memang berada diluar pagar yang posisinya memang dekat dengan tempat Bagas dan Chindai berada. 2 pria tersebut terlihat seperti paparazi.

Beberapa saat kemudian, Bagas dan Chindai mendengar suara kegaduhan obrolan Fattah, Josia dan Difa yang seperti menuju kearah mereka. Chindai pun tersadar dari larutan suasana sesaat tersebut. Chindai dan Bagas pun mencoba bersikap biasa saja dan seperti tidak ada yang terjadi.

Difa, Josia dan Fattah pun menemukan mereka dan memecah kesunyian yang sedari tadi berada disekitar Bagas. Merekapun kemudian asik mengobrol hingga kemudian terdengar kegaduhan dari kolam renang yang berada tak jauh dari posisi mereka berada.

Ternyata suara itu berasal dari kegirangan Chelsea yang mendapati teman-temannya baru sampai.

"Aaaa, kenapa kalian baru sampai? Aku sangat kesepian menunggu kalian," ucap Chelsea kegirangan.

"Chelseaaaa~" teriak ke-3 teman Chelsea itu dengan bersamaan.

Namun mereka kemudian terdiam mengingat mereka berada diacara kerjaan, mereka harus memanggil Chelsea dengan Yang Mulia Putri Mahkota, setidaknya ditempat umum. Kemudian mereka pun membenarkan panggilan kepada Chelsea;"Em, maksud kami Yang Mulia..." ujar Novi.
Chelsea pun dengan canggung menerima panggilan tersebut, karena ada beberapa pengawal yang berada disekitarnya.

Bagas cs memperhatikan tingkah mereka dari kejauhan. Nampak dari raut muka Bagas, dia sedikit tersenyum melihat ulah Chelsea dan teman-temannya. Namun kemudian karena terdengar sangat berisik, muncul comment; "Ahh, kekanak-kanakan dan kampungan sekali mereka," yang terucap oleh Josia ketika mengomentari apa yang dilihatnya.

Bagas yang awalnya sangat fokus melihat kearah Chelsea, kemudian memalingkan mukannya dan berpura-pura tak mendengar komentar Fattah tersebut. Chindai yang berada disamping Bagas, sedari tadi memang lebih memilih memandang Bagas. Dan Chindai sadar akan perubahan ekspresi muka Bagas itu.

Chelsea cs pun mengobrol ditepi kolam hingga tak berapa lama Rafa tiba dengan diam-diam. Rafa mengagetkan Chelsea dengan mendorongnya masuk kedalam kolam. Untung saja, kolam tersebut hanya dangkal. Chelsea yang terkejut pun menjerit, hingga membuat para pengawal maju, namun kemudian mundur kembali setelah tahu bahwa mereka hanya bercanda.

Bagas yang tadi sempat memalingkan muka dari arah Chelsea, kemudian secara reflek melihat kearah Chelsea lagi ketika mendengar jeritannya. Raut muka Bagas pun berubah menjadi terlihat marah yang tertahan ketika melihat Chelsea dengan santai tertawa bebas bersama Rafa. Dan hanya Chindai yang tahu itu.

Chelsea cs pun bermain air bersama, dan Bagas memilih pergi dari pojok taman tersebut. Dia terlihat tidak suka dengan apa yang baru ia lihat, kedekatan Chelsea dengan Rafa.

*Saat makan malam

Prosesi makan malam ulangtahun CP Bagas pun dimulai. Ada juga acara tiup lilin dan potong kue. Sebagai suami istri, barang tentu Chelsea yang akan mendapat potongan kue pertama. Namun mood Bagas sudah sedikit rusak, sehingga terlihat datar saja pemberian kue tersebut . Awalnya Bagas tak berniat untuk acara suap-suapan kue dengan Chelsea, namun karena sorak-sorai para tamu, merekapun bersuap kue. Chelsea sengaja tidak menyuapi kue tart itu ke Bagas, malah dia sengaja mengenakan krim kue tersebut ke hidung Bagas. Bagas yang tidak terima pun membalasnya. Dan kemudian acara menjadi lebih santai karena gelak tawa mereka semua dengan adegan Royal Couple tersebut. Hanya Chindai dan Rafa yang tersenyum getir melihatnya.

Setelah acara simbolisasi selesai, acara bebas pun diadakan. Banyak diantara mereka yang asik berjoget mengikuti irama lagu yang dj mainkan.

Chelsea telah berjanji kepada teman-temannya untuk mempertemukan mereka kepada CP Bagas secara langsung untuk memberikan kado ulang tahun. Bagas tengah duduk sendirian dikursi dipinggir lantai dansa. Chelsea pun memberanikan diri duduk dikursi dekat Bagas dan mempertemukan teman-temannya.

Ketika teman-teman Chelsea akan memberikan kadonya, rombongan Chindai, Josia, Fattah dan Difa datang ketempat mereka setelah berdansa.

"Hey, siapa ini? Sepertinya itu bukan kursi Anda Yang Mulia Putri Mahkota," ucap Fattah.

"Itu adalah kursi Chindai," lanjut Josia.

Chelsea tak sadar telah menduduki tas Chindai yang terletak dikursi tersebut. Ia panik mengetahui bahwa dia telah mendudukinya. Chelsea kemudian minta maaf, dan bergegas pergi dari tempat itu diikuti teman-temannya.

Dan Bagas, hanya diam saja. Sedangkan Chindai, tersenyum melihat kelucuan ini. Josia, Fattah dan Difa pun ikut tertawa meremahkan.

Teman-teman Chelseapun kecewa dengan sikap Chelsea. Namun tetap menghiburnya.

*Kediaman Royal Couple

Setelah acara selesai, Royal Couple memang langsung kembali ke Istana karena besok pagi sudah ada agenda yang menunggu mereka.

"Haruskah kita kembali ke Istana selarut ini? Kita sampai tepat pukul 12 ini..." komentar Chelsea sesampainya di Istana.

"Tentu saja, besok pagi kita harus menemui Ibu Suri. Itu wajib kita lakukan sebagai tanda penghormatan kepada tetua," jawab Bagas santai.

"Aaa~ padahal besok hari minggu, aku berencana untuk tidur sampai siang," keluh Chelsea.

"Jangan harap kamu bisa melakukannya. Sebaiknya kamu segera pergi tidur, jangan sampai terlambat besok pagi,"saran Bagas.

"Sepertinya lebih baik aku tidak tidur saja, bila aku tidur, mungkin besok akan sulit dibangunkan," ujar Chelsea.

"Baguslah kalau kau sadar diri," ucap Bagas sambil berlalu menuju kamarnya dengan sunggingan senyuman.

Dan benar saja, malam itu Chelsea tidak tidur. Dia mondar-mandir didalam kamarnya, kemudian keluar kamar melihat Bagas yang juga belum tidur. Bagas sibuk dengan bukunya, Chelsea tidak berani mengganggunya. Ahkirnya, malam itu Chelsea habiskan dengan browsing internet.

*Pagi hari diaparteman milik Putri Shilla menginap

Putri Shilla sebagai mantan Crown Princess sebelumnya, memang tidak berhak lagi kembali tinggal di Istana. Namun ia ingin kembali tinggal di Istana dengan mengembalikan posisinya yang dulu Crown Princess dan kerena Raja terdahulu telah tiada maka dia akan menjadi Ratu. Dan Rafa, anaknya, akan menjadi Crown Prince sebelum ia siap menjadi Raja.

Pagi itu, Putri Shilla tengah sarapan dan ada seorang pria separuh baya yang juga menemaninya makan. Merekapun terlibat dalam sebuah percakapan setelah selesai makan.

"Ini Yang Mulia, semalam kami mendapatkan foto-foto menarik ini. Kami ingin menerbitkannya segera, bagaimana menurut yang Mulia?" tanya pria tersebut sambil menyerahkan sebuah amplop besar berwarna coklat.

"Em, terimakasih atas kerja kerasnya kepala editor Sion," ucap Putri Shilla sambil menerima amplop tersebut. Kemudian Putri Shilla pun membuka dan mengeluarkan isi amplop tersebut.

Ternyata isi amplop tersebut adalah beberapa lembar foto CP Bagas dengan Chindai dipesta ulang tahun CP Bagas semalam. Karena memang, 2 paparazzi yang mengawasi dan memotret CP Bagas dengan Chindai semalam adalah wartawan yang dikirim Sion, seorang kepala editor koran harian atas permintaan P.Shilla yang merupakan istri mendiang sahabat Sion.

#Flashback

Beberapa hari sebelum  perayaan ulang tahun CP Bagas diadakan, disebauh restoran P.Shilla menemui kepala editor Sion.

"Saya sangat berterimakasih sekali kepada mendiang Putra Mahkota. Saya sangat berhutang kepadanya, karena beliau berjasa kepada saya. Dahulu ketika saya kesulitan finansial karena kebangkrutan usaha orangtua saya, dan saya terpaksa akan meninggalkan bangku sekolah, beliau datang kepada saya sebagai sahabat dan membantu finansial keluarga kami. Hingga saya bisa menjadi seperti sekarang. Jadi, bila Yang Mulia Putri Mahkota.... oh maaf, Yang Mulia Putri Shilla butuh bantuan saya, silahkan katakan saja..." ujar Sion, kepala editor koran harian terbesar di Palembang.

"Ah, tidak apa-apa. Akupun masih berusaha untuk menerima nasibku. Bukan lagi menjadi Putri Mahkota. Namun hatiku masih memberontak ketika melihat anakku, Pangeran Rafa. Seharusnya sekarang ia menjadi Putra Mahkota. Namun nasib buruk menimpa kami. Mendiang Putra Mahkota telah meninggalkan kami," ucap P.Shilla.

"Saya pun merasa sedih untuk itu. Mendiang Putra Mahkota Riko pernah mengatakan kepada saya, bahwa beliau ingin menjadi seorang raja yang bijaksana, dan beliaupun mengimpikan anaknya kelak menjadi Raja yang lebih hebat darinya," ucap sedih Sion.

"Namun sekarang, hal itu tak mungkin terjadi. Kecuali... Tahta itu dikembalikan sesuai semula. Tahta Putra Mahkota yang sekarang, dikembalikan kepada putraku, Rafa. Dan juga, tahta Ratu  yang memang seharusnya milikku," ujar P.Shilla yang terlihat emosional.

"Benar yang mulia, anda harus mendapatkan tahta itu kembali," bela Sion.

"Baiklah editor, aku ingin meminta bantuanmu. Weekend besok ada acara perayaan ulang tahun CP Bagas di Pulau Kemaro. Sepertinya akan ada hal menari. Mungkin kamu bisa mengirim wartawan kantormu untuk mengawasi meraka," pinta Putri Shila,

"Suatu kehormatan bisa melayani yang mulia," jawab kepala editor Sion.

#Flashbackend

"Hemh, foto-foto yang sangat menarik. Sebaiknya, jangan kita keluarkan dulu. Kalau bisa, tolong cari tahu siapa gadis ini dahulu,"pinta P.Shilla sambil mengamati foto-foto yang ia pegang.

"Baik yang mulia," jawab editor Sion.

*Istana

Chelsea bosan dengan aktifitasnya dikediamannya. Ia berjalan-jalan ketaman istana sendirian. Seperti biasa, Rafa telah berada di taman tersebut sendirian dengan bukunya. Chelsea yang baru tiba dan melihatnya, mengagetkan Rafa dari belakang.

Rafa yang tak tahu kehadiran Chelse pun kaget, dan kemudian mereka pun ngobrol dan tertawa bersama.

CP Bagas yang baru saja menemui Ibu Suri, melewati pinggir taman tersebut melihat Chelsea yang sedang bercanda-gurau dan hanya berdua dengan Rafa. Bagas sempat berhenti sejenak dan raut mukannya pun berubah.

*Kediaman Royal Couple

Chelsea baru saja sampai dikediamannya dengan ekspresi ceria. Dia menemukan Bagas yang sedang berlatih pedang diruang depan. Chelsea tiadak ingin mengganggu Bagas yang sedang berkosentrasi memainkan pedangnya dengan sasaran fas bunga yang berada diatas meja, sasaran Bagas adalah daerah sekitar fas agar fas tidak jatuh. Chelsea menunggu Bagas hingga selesai berlatih dengan melihatnya dan menirukan gerakannya didepan pintu. Akhirnya Bagas menyudahi latihannya karena tersadar akan kehadiran Chelsea.

Melihat Chelsea yang akan masuk, Bagas menghela nafas dan berkata;
"Oh memalukan! Dimana perginya urat malumu?"

"Apa yang kamu maksudkan?" ucap Chelsea kaget mendengar perkataan Bagas.

"Bukankah sudah pernah ku bilang, sebaiknya kamu tingkatkan pengetahuanmu ketika akan masuk istana?" ujar Bagas dengan menutupi emosinya.

"Kamu mungkin bagus dalam hal gambar-menggambar dan juga lukis, namun pengetahuan umummu sangat kasihan," lanjut Bagas, "Itu tadi adalah penggalan dialog dari drama Hamlet," Bagas menjelaskan.

"Hah? Ap... Apa itu?" Chelsea kebingungan.

"Jangan kamu katakan, kamu bahkan belum pernah membaca novel karya sastra Shakespeare. Itulah kenapa kamu harus meningkatkan pengetahuanmu," sindir Bagas meremehkan sambil akan memulai latihan pedangnya lagi.

"Meningkatkan?" ujar Chelsea.
"Benar, kamu memang berpengatuhan luas. Tetapi, kenapa kamu membuatku malu dan seperti menjauhiku didepan umum ketika pesta ulang tahunmu kemarin?" tanya Chelsea membela.
"Setelah ku ingat, aku hanya pelengkap Putra Mahkota sebagai simbolisasi saja. Kamu juga mengundang Chindai, dan kamu membuatku terlihat buruk didepannya. Jika kamu benar-benar menyukai Chindai, seharusnya kamu melakukan sesuatu yang lebih berani untuk menikahinnya. Kenapa kamu membuatku berbuat kesalahan buruk dan berakting seperti sekarang? Kamu egois dan bodoh," ucap Chelsea dengan emosi yang tertahan.

Ucapan Chelsea ini membuat Bagas menghentikan latihannya dan mulai emosi yang muncul.

"Apa yang kamu katakan?" ucap Bagas yang masih menahan emosi.

"Kamu egois dan bodoh," ucap Chelsea santai dan nada menghina.

Bagas yang sudah emosi, mendekatkan tubuhnya dan mukannya kedepan muka Chelsea. Chelsea yang mendapati reaksi Bagas yang emosi, mulai kendur emosinnya dan mundur. Kemudian Bagas menghentikan langkahnya dan hanya mengeluarkan suara desisan mengurangi emosinya. Kemudian ia mencoba memainkan pedangnya lagi kedekat fas. Namun kali ini, fasnya jatuh yang menandakan emosinnya sedang tidak  stabil atau naik. Chelsea yang melihatnya pun hanya bisa melotot kaget dan terdiam.

"Dengarkan aku baik-baik!" ucap Bagas menambah ketegangan pada Chelsea.
"Kita adalah pasangan yang tidak beruntung, kita tidak bisa saling mengisi satu sama lain. WALAUPUN BEGITU..." tiba-tiba suara Bagas mengeras, "walaupun begitu," Bagas yang emosinnya sudah menurun, mengecilkan suarannya juga.

"Sudahlah, lupakan," lanjut Bagas yang ingin mengucapkan sesuatu namun tak jadi sambil meninggalkan Chelsea yang masih mematung terkejut akan reaksi Bagas barusan.

*Sore hari dilapangan berkuda

Bagas yang masih memikirkan pertengkarannya tadi pagi dengan Chelsea, akhirnya pergi keperkumpulan club berkudanya setelah beberapa kali absen. Namun, ia hanya pergi sendirian.
Setelah selesai berkuda, Bagas menuju cafe di peternakan kuda tersebut yang telah berada Josia, Fattah, Difa dan Chindai terlebih dahulu.

"Apakah beneran bisa, seekor itik buruk rupa berubah menjadi angsa?" ucap Difa.

"Kamu beneran berpikir begitu? Kupikir dia hanya akan tetap saja. Seorang rakyat jelata. Lihat saja dari ujung rambutnya hingga kaki, dan juga pemikirannya. Dia benar-benar seorang rakyat jelata, bukan bangsawan seperti kita," balas Josia.

Bagas yang ternyata sedari tadi telah mendengarkan percakapan mereka didepan pintu cafe, akhirnya masuk dengan cuek walau ia tahu benar siapa yang sebenarnya mereka bicarakan.

Disaat Bagas masuk, Josia, Difa dan Fatah salah tingkah. Chindai hanya diam saja sambil melihat Bagas dengan tajam.

"Ada satu cara bagaimana seekor itik buruk rupa bisa berubah menjadi angsa, renkarnasi," ujar Fattah dengan polos.

Hal itu membuat sedikit tersenyum teman-temannya. Bagas yang telah duduk, pura-pura tiduran dan tak mendengarkan. Namun dengan mata tertutup ia berucap;

"Hey, anak orang kaya. Tahukah kalian bagaimana caranya seorang anak orang kaya berubah menjadi bangsawan berdarah biru 100%? Renkarnasi," sindir Bagas dengan mengembangkan senyumnya.

"Sudahlah, kita akhiri saja pertemuan hari ini. Lihat kalender dan tentukan kapan kita berkumpul lagi," saran Bagas sambil berlalu meninggalkan cafe tersebut.

*Dilapangan berkuda

Bagas ternyata tidak langsung pulang, namun ia sendirian berkuda dan menyendiri dipinggiran lapangan. Chindai menyusulnya dan mendekatinya.

"Apa yang kami bicarakan tadi adalah sindiran tentang istrimu. Kamu tidak sukakan? Bukankah begitu?" jelas Chindai.

"Aku tahu, kamu bukanlah orang yang tergantung pada orang tuamu, kamu juga bukan tipe orang sombong. Tapi seperti yang kamu katakan dulu, diabad 21 ini, tidak ada lagi orang yang 100% berdarah bangsawan atau biru. Tapi aku tidak dapat menerima itu. Aku benci dengan kenyataannya. Seseorang yang tidak mempunyai selera dan kekanak-kanakan. Bukankah kamu bilang, bahwa aku yang seharusnya berada disampingmu? Seseorang yang tidak tepat, berada disampingmu, membuatku marah. Aku tidak dapat menerima itu semua," ujar Chindai sambil menahan air matanya.

Bagas yang berada disampingnya, terlihat galau dengan pernyataan Chindai ini.

Chindaipun memutuskan pulang dahulu, dan diantar oleh Josia.

*Setelah makan malam di kediaman Royal Couple

Bagas sedang berada dikamarnya seperti biasa, sibuk dengan earphone ditelingannya dan buku ditangannya. Chelsea masuk kekamar Bagas dengan boneka besar yang ia gendong dibelakanngnya.

"Tebak, apa yang kubawa?" tanya Chelsea dengan gaya anak-anak.

Bagas hanya melihatnya sekilas, dan tak menjawabnya.

Chelsea memandang Bagas dengan sinis, kemudian menampakan boneka yang ia bawa dan berujar;
"Ini adalah boneka dengan dua sisi wajahmu," sambil membalikkan boneka tersebut,"ini adalah kamu yang sedang marah dan ini adalah kamu yang sedang tersenyum."

Memang difoto tersebut, pada bagian wajah, tertempel foto Bagas dengan muka sinisnya dan dibagian lain foto Bagas dengan ekspresi tersenyumnya.

Bagas hanya menggeleng kepala melihat tingkah Chelsea.

"Ngomong-ngomong, kamu masih ingat kan janjiku kepadaku tempo hari?" tanya Chelsea serius.

"Janji apa?" tanya Bagas dengan cuek.

"Kau berjanji akan membawaku pulang untuk menemui orangtuaku. Apa kamu sudah mengatakannya kepada Raja, Ratu dan Ibu Suri?" tanya Chelsea.

"Belum, keadaan belum memungkinkan. Kenapa kamu tidak ngomong sendiri saja?" balas Bagas.

"Aku ingin, tapi setiap bertemu mereka, situasi selalu tidak memungkinkan. Mereka sudah sibuk dengan obrolannya sendiri," kilah Chelsea.

"Cepatlah minta ijin kepada mereka," pinta Chelsea.

"Lalu, bagaimana dengan pelajaranmu tentang istana? Apa kamu sudah menyelesaikan buku yang diberikan Ratu?" tanya Bagas.

"Belum, aku tidak bisa berpikir jernih karena rindu rumah," jelas Chelsea.

"Lalu, kenapa tidak kamu bilang saja kepada Ratu untuk ijin pulang dengan mengatakan 'aku akan menyelesaikan buku itu namun setelah pulang dulu'?" tanya Bagas.

"Ya, aku akan mengatakan itu, namun selalu saja tidak ada waktu yang tepat," ucap Chelsea dengan percaya diri dan membuat Bagas menggelengkan kepalannya lagi.

"Sudahlah, sebaiknya kamu selesaikan buku itu terlebih dahulu. Kanu mempunyai waktu untuk membuat mainan tak berguna itu, namun tidak untuk menyelesaikan buku," sindir Bagas.

Chelsea yang sebal, akhirnya memutuskan keluar dari kamar Bagas sambil menggerutu.

Dan sesampainya dikamarnya, ia memukuli boneka yang berwajah marah Bagas yang menghasilkan suara ribut. Bagas yang mendengarnya, mengintipnya dan memotret apa yang dilakukan Chelsea sambil tersenyum.

*Pagi hari di Istana

Chelsea barukeluar kamar, namun ia telah ditinggal Bagas yang lebih dulu berada ditempat Ibu Suri Ira untuk sarapan bersama.

Chelsea telah sampai ditempat Ibu Suri Ira, dan ternyata telah ada Ibu Suri, King Cakka, Ratu Agni dan CP Bagas.

Sebelum sarapan dimulai, Ratu memuji penampilan CP Chelsea yang terlihat fresh dipagi hari. King Cakka pun membenarkan.

"Benar Ibu Suri, warna baju yang dikenakan pun sangat cocok dengan suasana pagi ini," ujarnya.
Chelsea yang mendengarkan pujian-pujian itu tersenyum tersipu malu dan melihat kearah Bagas, Bagas pun membalas melihat Chelsea namun dengan ekspresi tak terima pujian-pujian itu.

"Dan Putra Mahkota kita pun telah menjadi laki-laki dewasa yang bijaksana," lanjut King Cakka.

"Hmm?"gumam Ibu Suri.

"Pagi-pagi tadi, Putra Mahkota mendatangi saya untuk meminta ijin tinggal untuk beberapa hari dikediaman keluarga Putri Mahkota. Saya pikir itu ide yang bagus. Putra Mahkota bisa belajar banyak hal dilingkungan yang berbeda dari istana. Bagaimana menurut Ibu Suri?" tanya King Cakka kepada Ibu Suri meminta persetujuan.

Chelsea yang hanya mendengarkan, terlihat senyum-senyum bahagia sambil melihat Bagas, dan tak menyangka Bagas akan melakukan ini.

"Ide yang bagus. Bukankah memang seharusnya seorang pengantin laki-laki tinggal untuk beberapa hari dikediaman mempelai wanita terlebih dahulu. Kita bisa menerapkan tradisi itu," jawab Ibu Suri menyetujui.

"Bagaiman menurutmu, Ratuku?" tanya Ibu Suri meminta pendapat.

"Tentu saja, apa yang dikatan Ibu Suri logis. Saya setuju. Lalu, apa kah kau setuju Putri Mahkota?
Atau, kau punya rencana lain?" tanya Ratu.

Chelsea sedikit meminta pertolongan jawaban kepada Bagas apa yang harus ia katakan dengan menampakan ekspresi bertanya kepada Bagas. Bagas hanya cuek, lalu Chelsea pun menjawab,"Tidak, aku tidak masalah dengan ini semua," dengan ekspresi bahagia lalu berterimakasih kepada Ratu, Ibu Suri dan Raja dan suasana menjadi ceria.

Disaat akan meninggalkan kediaman Ibu Suri, Bagas meninggalkan Chelsea. Chelsea mengejar Bagas dan menarik lengannya, namun Bagas menangkisnya.

"Hey, seharusnya kita pergi bersama," ujar Chelsea dengan ceria sambil berlari mengejar Bagas.

P. Rafa yang baru sampai kekediaman Ibu Suri, melihat itu semua dan terlihat kecewa.
-TBC-

NB:
Dialog dari Novel/Drama tadi, dicuplik dari Act 3 Scene IV. Percakapan antar Hamlet (Prince of Denmark) dengan Ibunya, Queen Gertrude. Dan dialog tadi diucapkan oleh Hamlet untuk menceramahi/mengomentari ibunya, yang karena ayah Hamlet telah meninggal, kemudian sang ibu menikahi adik ayahnya aka pamannya. Hamlet memberikan komentar atas pernikahan tersebut, yang intinya bahwa hal tersebut "memalukan" dan "dimana urat malu ibunya telah pergi? kenapa bisa menikahi adik iparnya yang "jahat" tersebut."

Untuk part selanjutnya, kalian harus lebih bersabar ya. Sebulan ini, bakal sibuk. Gak janji bisa posting cepet. Sabar yah reader tercintahhh... :*
Comment, Kritik, Saran ditunggu lho, di twitter @bitaBee, Chat Box dan juga laman comment di page ini.
Makasih... :)

No comments:

Post a Comment