Friday 9 August 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 1]

*Saat pergantian jam

Disaat pergantian jam, Chelsea tidak ada teman. Akhirnya dia bertemu Rafa dan merekapun mengobrol. Chelsea curhat kepada Rafa tentang sikap teman-temannya. Chelsea sangat frustasi dengan ini.

*Pagi hari di Kampus

Ini adalah hari pertama Chelsea berangkat kekampus setelah pernikahan. Dia berangkat satu mobil dengan CP Bagas. Pandangan mahasiswa lain kepada dirinya pun berubah, begitupun ketika dia sampai di kelas. Ketika mobil Royal Couple ini berhenti didepan gedung kampus, dan ketika CP Chelsea keluar dari mobil, langsung banyak yang mengerumuninya sekedar untuk berjabat tangan hingga berfoto bersama dan minta tanda tangan. CP Bagas yang melihatnya dari sisi lain mobil, hanya bisa bergeleng kepala dengan sikap anak-anak kampusnya. Namun hal berbeda diterima Chelsea ketika sampai dikelasnya. Teman-teman kelasnya, termasuk Angel, Marsha dan Novi mendiamkannya.

Ketika Chelsea sampai didepan kelas, dia bertemu Rafa. Chelsea mengenalinya sebagai sepupu CP Bagas namun semalam mereka belum sempat mengobrol ataupun bertegur sapa dan Chelsea pun mengangap ini pertama kalinya mengobrol. Lalu P. Rafa mengingatkan Chelsea bahwa dia pernah bertegur sapa saat Rafa mencari kantor TU. Lalu Rafa berterimakasih kepada Chelsea. Chelsea baru ingat dan minta maaf karena lupa.

Sesampainya didalam kelas, Chelsea dicuekin semua temannya, termasuk Angel, Marsha dan Novi.

Chelsea berusaha meyakinkan teman-temannya bahwa dia tetap sama seperti dulu. Chelsea kembali menggunakan pensil untuk menyanggul rambutnya. Namun hal itu tidak berpengaruh pada temen-temanya yang tetap mencuekkan dirinya.

*Saat pergantian jam

Disaat pergantian jam, Chelsea tidak ada teman. Akhirnya dia bertemu Rafa dan merekapun mengobrol.
Chelsea curhat kepada Rafa tentang sikap teman-temannya. Chelsea sangat frustasi dengan ini.
"Aku merasa sedih dan buruk, tidak seperti yang terlihat oleh mereka. Seorang gadis biasa, tiba-tiba menjadi Puteri Mahkota. Ini bukan hal yang membuatku bahagia. Dan ini bukanlah cerita tentang Cinderella. Sebagian orang akan muak dengan cerita itu," curhat CP helsea,

"Mulai sekarang dan seterusnya, aku hanya akan melakukan yang terbaik untuk ini. Aku tidak ingin menyerah seperti biasanya. Btw, terimakasih," pungkas CP Chelsea.

"Terimakasih untuk apa? Aku tidak melakukan apa-apa," jawab P.Rafa yang sedari tadi hanya mendengarkan curahan hati Chelsea.

"Kamu melakukan lebih, kamu sedari tadi disini hanya mendengarkan keluhanku. Kamu sangat hebat," sela Chelsea.

"Aku memang yang terhebat," potong Rafa.
"Haha... Maaf. Ini melegakanku, aku menemukan teman baik baru," cetus Chelsea.
"Begitupun denganku," timpal Rafa sambil tersenyum.

*Dilapangan belakang kampus

CP Bagas dan genknya sedang bermain basket sambil menunggu jam kuliah selanjutnya. Mereka terlihat seru dalam bermain. Sampai ketika Bagas terdorong oleh lawan dan terjatuh. Bagas menahan tubuhnya dengan tangannya dan mengakibatkan telapak tangannya lecet sedikit. Para pengawal CP Bagas yang tinggal 3 orang langsung maju untuk menolong CP Bagas dan akan mengamankan teman-teman CP Bagas, namun CP Bagas langsung mencegahnya dengan memberi isyarat tidak apa-apa. CP Bagas pun kemudian duduk dipinggir lapangan yang kemudian diikuti oleh Difa, Fattah dan Josia yang mengkhawatirkan keadaan CP Bagas.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Difa.
"Ya, aku baik," jawab CP Bagas singkat.

"Apa kamu lebih nyaman setelah pengawalmu berkurang?" tanya Josia, "pernikahan ini tidak terlalu buruk. Bagaimana kamu menghabiskan malam pertamamu?" lanjut Josia iseng.

"Apa yang kamu pikirkan?" goda Difa.
"Gosh," hela CP Bagas sambil menyenggol Difa.

"Apa? Apa terjadi sesuatu?" timpal Fattah penasaran.

"Tidak ada 1% dari yang kalian pikirkan sekarang," jawab Bagas cuek sambil memegangi tangannya yang luka. Dan kemudian Bagas malah ingat kejadian Chelsea menggigit tangannya,
"Umh, setelah kupikir lagi, aku pikir naik menjadi 7%," lanjut Bagas yang mengundang seruan penasaran dari ketiga temannya.

"Wuuu... beri tahu kami, kejadian apa itu?" desak Fattah.
(Bagas berdehem) dan mengalihkan percakapan, "ayo kita pergi,".

*Ditangga menuju kelas CP Bagas

CP Bagas, Difa, Fattah dan Josia naik tangga sambil bercanda gurau. Dan mereka baru terdiam ketika sudah mencapai puncak tangga dan melihat sosok Chindai didepan mereka.

"Ayo kita pergi," ajak Josia.
"Hah, kemana?" ucap Fattah bingung.
"Udah, ayoo..." sela Difa sambil menarik Fattah.

Maka, hanya tertinggal CP Bagas dan Chindai disana.

Mereka pun beralih kekelas musik, tempat biasanya mereka bertemu.

"Chindai adalah orang bodoh. Orang bodoh yang hanya latihan bermain biola selama hidupnya. Ketika melihat sebuah kompetisi, setiap orang akan berlatih seperti orang bodoh. Mereka semua tidak mempunyai ekspresi emosi. Aku... aku menggunakan kebahagiaan, kesedian, kemarahan dan rahasiaku, kugunakan dalam bermain biola. Dan aku, aku mulai bermain sesuai apa yang ku inginkan. Kamu akan menyesal. Kamu akan menyesal sepanjang hidupmu karena tidak menungguku. Selamanya. Sekarang, semua sudah berakhir," ucap Chindai panjang lebar tanpa memandang Bagas.

"Tapi, kamu akan tetap bermain dengan Chindai bukan?" lanjut Chindai yang mulai menghadap Bagas.
Bagas yang ditanya, hanya diam saja.

"Jangan khawatir. Siapa yang akan mengguncang kebulatan hatimu? Kamu tahu aku dengan baik bukan. Kamu juga bodoh bila tidak bermain. Sangat bodoh," gerutu Chindai yang kecewa Bagas tak menjawabnya.

Tanpa berkata sepatah katapun, Bagas dengan galau meninggalkan Chindai dikelas itu sendirian.

*Dikelas Chelsea

Saat Chelsea kembali kedalam kelas, Novi yang duduk dibelakang Chelsea, menyuruh Chelsea untuk berdiri didepan kelas  saja daripada didepannya.  Chelsea yang masih beharap dapat berteman dengan mereka secara normal, akhirnya berdiri didepan kelas dan berkata kalau dia tetap sama. Namun ternyata, itu semua hanya untuk mengerjai Chelsea. Saat Chelsea didepan mereka mengeluarkan terompet dll untuk merayakan pernikahan Chelsea. Chelsea terharu dengan sikap teman-teman kelasnya ini. Rafa yang melihat Chelsea diluar kelas pun ikut tersenyum melihat rona bahagia diwajah Chelsea.

*Pulang Kampus

Chelsea yang sudah akrab dengan P.Rafa, keluar kampus bersama. P.Rafa mengantar Chelsea kemobil yang sudah menantinya. Didalam mobil tersebut, CP Bagas telah menunggunya.

Chelsea berhenti sejenak dikejauhan mobilnya, namun telah terlihat mobil itu menunggu dirinya.

"Aku tidak menyangka kau terlibat dalam drama tadi," ucap Chelsea.
"Apa yang benar yang harus kulakukan? Mereka memaksaku untuk berakting menemanimu setelah mereka melihatku denganmu tadi pagi. Itu aktingku," kilah P.Rafa.
"Yaaa, aku tahu. Akting..." timpal Chelsea.

Didalam mobil CP Bagas yang melihatnya berseru,
"Hey, apa yang kau lakukan? Ayo cepat masuk!" perintah CP Bagas.

"Aku harus pergi sekarang, terimakasih telah menghiburku tadi. Setidaknya, kamu menjadi peran protagonis tadi," uajar Chelsea yang kemudian segera berlari menuju mobilnya dan melambaikan tangan dengan lucu kepada P.Rafa. P.Rafa hanya melihat Chelsea pergi dari sisinya,

"Dia milikku... Kau paham? Dia adalah milikku,"ucap lirih P.Rafa sambil melihat kearah Chelsea berlari.

*Beberapa saat didalam mobil

"A, itu jalan menuju rumahku. Bolehkah kita berhenti sebentar?" rajuk Chelsea.
CP Bagas yang ada disampingnya hanya diam saja dengan earphone menempel dikupingnya dan juga buku ditangannya.

Lalu Chelsea melepaskan earphone CP Bagas dan membuat terkejut CP Bagas,
"Apa yang kamu lakukan?" bentak CP Bagas.

Nyali Chelsea sedikit kendur, namun ia tetap melanjutkan rajukannya,
"Aa, itu belokan jalan menuju rumahku. Bolehkah kita mampir dulu?" pinta Chelsea.

CP Bagas dalam diamnya segera menghidupkan tv dimobil tersebut. Dlm rekaman tv tersebut, berisi jadwal kegiatan keseharian Royal Couple. Dan ternyata jadwal Royal Couple sangat padat. Karena sepulang kuliah, Chelsea harus segera mengikuti pelajaran tentang hukum perlindungan anak. Chelsea pun hanya bisa menghela nafas. CP Bagas pun memakai earphonenya kembali.

"Kamu selalu bisa melihat ibu, ayah dan bahkan nenekmu. Ini tidak adil, dasar angkuh," gerutu Chelsea.

*Waktu makan malam dirumah Chelsea

"Aku berharap putriku akan makan dengan baik disana. Aku berharap dia tidak akan sakit perut, atau mendapatkan masalah. Ini akan menjadi sulit untuknya belajar tatakrama didalam istana," ujar Papa Rio.

"Jangan khawatir, kamu tahu seberapa pintar putri kita? Walaupun akan kaku diawal, dia akan melaluinya dengan baik dan akan baik-baik saja. Aku yakin dia akan baik-baik saja, jadi aku tidak terlalu mengkhawatirkannya," balas Mama Ify.

"Jika dia baik-baik saja, itu terlihat bagus. Oh, haruskah kita meneleponnya?"ujar Papa Rio dengan bersemangat.

"Hey, jangan meneleponnya bila hanya akan membuatmu menangis, biarkan dia sendiri," cegah mama Ify.

"Hey nyonya Haling, tidakkah kamu khawatir? Benarkah kamu terlahir dengan kepribadian seperti ini?"ucap Papa Rio kesal.

"Jadi, ayo mulai hidup lebih kuat,"jawab Mama Ify.

"Hey, sudahlah. Ayo kita mulai makannya,"sela Rafli yang sedari tadi hanya diam mendengar percakapan kedua orangtuannya.

*Kediaman Royal Couple

Royal Couple baru saja selesai makan malam, dan mereka baru bersantai diruang tengah. CP Chelsea
sibuk dengan gambar design'nya, dan CP Bagas dengan bukunya. Dan hp CP Bagas pun berdering menandakan ada telephone masuk.

CP Bagas sedikit ragu untuk mengangkatnya, namun akhirnya diapun mengangkatnya dengan berdiri dan menjauh dari tempat Chelsea. Chelsea heran dengan tingkah CP Bagas yang mengangkat telephone'nya dengan menjauh darinya. Walaupun menjauh, dari percakapan lirih dan tingkah CP Bagas, Chelsea tahu betul siapa yang menelepon.

"Hari ini aku menelepone bukan sebagai Chindai, tapi sebagai sekretaris club. Kamu sudah jarang hadir
dalam pertemuan club, sebaiknya acara rutin bulan depan kamu datang. Pertemuan club tanpa anggota yang lengkap adalah tak berarti," suara si penelepon yang adalah Chindai, seperti yang telah ditebak Chelsea.

CP Bagas yang menerima telepone, terlihat sungkan untuk berbicara bebas dihadapan Chelsea.
Walaupun telah menjauh dari Chelsea, CP Bagas tetap saja melirik-lirik kearah Chelsea takut Chelsea menyimak teleponnya.

"Siapa yang bicara? Josia kah? Hah, katakan padanya untuk jangan membuat masalah," suara CP Bagas dalam teleponnya yang sedikit Chelsea dengar sebelum ia meninggalkan ruang tengah.

Karena tidak nyaman dengan sikap Bagas yang seperti ingin menghindarinya ketika menerima telepon tersebut, Chelsea memutuskan masuk kekamarnya. Dia merasa kesepian. Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon rumahnya. Obrolan dalam teleponnya dengan kedua orangtuanya dan juga Rafli, adiknya, membuatnya sedikit lebih santai.

CP Bagas yang telah selesai dengan teleponnya pun masuk kedalam kamarnya yang berada didepan kamar Chelsea. Sebelum masuk kedalam kamarnya, CP Bagas sempat berhenti sejenak dan melirik kedalam kamar Chelsea dan melihat ekspresi bahagia dari gesture Chelsea yang selalu tersenyum sepanjang teleponnya. Tanpa sadarpun, Bagas membuat simpul senyuman dibibirnya melihat Chelsea yang terlihat bahagia.

Setelah mengakhiri teleponnya, Chelsea terlihat murung lagi,
"Kenapa rasanya begitu kosong? Mama sudah sukses dengan bisnisnya. Kenapa aku tidak merasa bahagia mendengar itu? Setelah semua yang kulakukan, semua menjadi lebih baik. Apa yang salah sekarang? Kenapa rasanya hampa dan sepi?" batin Chelsea dalam lamunnya.

*Ketika Sarapan

Telepon CP Bagas kembali berdering. Kali ini dengan santai ia mengangkatnya. Walau terkadang melirik Chelsea sebelum menjawab pertanyaan dari lawan bicaranya.

"Hallo... Ya, aku sedang makan sekarang. ... Tidak masalah, dia tidak disini sekarang. Lanjutkanlah... Benarkah? Itu bagus... Ok, baiklah," percakapan CP Bagas dalam teleponnya.

"Itu Chindai bukan?" tanya Chelsea.
"Ehem," jawab Bagas sambil makan.

"Bukankah kalian berteman? Kenapa kau terlihat sungkan ketika berbicara kepadanya dihadapanku tadi?" tanya Chelsea lagi.
"Haha..Benarkah? Jangan ke-pd-an kamu," timpal Bagas.
"Bukan begitu, tapi kamu seperti melirik aku ketika akan menjawab pertanyaan darinya tadi," imbuh Chelsea.
"Melirik? Aku harap kamu tidak benar-benar berpikir begitu. Aku sudah menikah atau belum, aku akan tetap mengangkat telepone tanpa memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain,"ucap Bagas.

"Aku melihat kepadamu, karena ada nasi dipipimu," imbuh Bagas.

Chelsea yang menjadi objek pembicaraan, menjadi salah tingkah. Buru-buru Chelsea mencari nasi yang dimaksud dan memakannya. Keadaan menjadi kaku dan hening sejenak hingga Chelsea berujar; "Ngomong-omong, bukankah kamu terlalu kasar? Kamu anggap aku apa bagimu, kamu bilang begitu (re: dia tidak ada) didepanku? Aku seperti barang jualan yang bagus. Aku merasa sedih dengan ini semua."

"Apa kamu benar-benar menganggap dirimu sebagai barang jualan? Perhatikan dulu ucapanmu sebelum berbicara. Kamu menggunakan pernikahan ini hanya untuk uangkan? Kamu menikah denganku untuk mendapatkan modal untuk usaha orangtuamu bukan? Dan kamu sudah mendapatkan dokumen kekayaan dari istana juga kan? Berapa yang telah kamu dapatkan?" ucap Bagas dengan kasar namun masih tenang.

"Kamu berbicara begitu kasar," ujar Chelsea yang terlihat marah.

"Kenapa? Bukankah begitu? Tapi kenapa kamu terlihat marah sekarang?" lanjut Bagas.

Chelsea yang tak tahan lagi mendengarkan ocehan Bagaspun, berdiri dari kursinya,
"Baiklah, kenapa aku menikahi orang yang kubenci seperti dirimu hanyalah karena uang. Sudah puas kamu sekarang?" ucap Chelsea yang terlihat marah dan mulai berkaca-kaca.

Suasana menjadi hening sejenak, kemudian Chelsea melanjutkan ucapannya sambil berdiri;

"Benar, aku menikah denganmu karena uang. Apa kamu puas? Awalnya aku merasa lega setelah melihat akun bank-ku. Aku mungkin sebaiknya mengambil barang-barang behargamu yang lain untuk membantu financial keluargaku. Namun ketika menjalani kehidupanku yang sekarang, rasanya itu tidak sebanding. Aku seperti terkurung dalam sebuah sangkar dan hanya menjadi hiasan pelengkap untuk Putra Mahkota," ucap Chelsea sambil menangis.

"Banyak yang mengatakan aku bak seorang Cinderella, tetapi melihat keadaan sekarang, aku seperti cerminan ibu tiri Cinderella yang menikah hanya karena harta," masih dengan menangis Chelsea berucap, kemudian ia berlari meninggalkan ruang makan.

Bagas yang berada dihadapannya pun terhenyak mematung melihat kepergiaan Chelsea. Terlihat dari raut wajahnya, dia tak menyangka Chelsea akan seemosional itu.

*Dikamar Chelsea kemudian taman kediaman Royal Couple

Chelsea yang hatinya tengah hancur akan ucapan CP Bagas, tengah menangis didalam kamarnya.

Kemudian, ia memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Saat tengah asik menggerutu mengutuk sikap Bagas, Chelsea melihat Rafa yang tengah berada ditaman Istana. Chelsea pun menghampiri Rafa. Kemudian mereka mengobrol panjang lebar, terutama Chelsea yang curhat akan kehidupannya setelah menjadi Crown Princess. Hingga tiba-tiba hp Chelsea berdering, dan tertera nomer dari kediamannya yang memanggilnya. Chelsea berpikir bahawa itu Misel yang meneleponnya.

*Dikamar Bagas

Bagas tengah termenung sendiri didalam kamarnya. Dia kepikiran akan ucapan Chelsea tadi. Bahkan tadi sempat dia melihat ulang animasi Cinderella dari laptopnya.

*Ditaman Istana

"Kamu dimana sekarang?" suara dari seberang telephone Chelsea yang merubah raut Chelsea cemberut lagi.

"Apa itu Bagas?" tanya Rafa.

[Bagas yang berada diseberang telepon mendengar suara Rafa, raut mukanya pun berubah terlihat menjadi marah.]

"Ada apa? Apa aku ketahuan mencuri sesuatu?" balas Chelsea yang masih marah kepada Bagas.

"Dimanapun kamu sekarang, cepat kembali," perintah Bagas dengan keras yang kemudian teleponnya pun dimatikan.
"Hah? Apa-apaan dia..." ujar Chelsea yang masih marah.

"Ada apa? Sepertinya kamu harus kembali sekarang. Cepat, kembalilah..." suruh Rafa.
"Ah tidak, aku belum ingin kembali," jawab Chelsea.

"Sudahlah, kembalilah cepat. Kita tahukan tempramen Bagas yang tidak suka menunggu? Atau keadaan akan semakin sulit untukmu," nasehat Rafa.

*Dikediaman Royal Couple

Chelsea telah sampai kediamannya. Dengan malas dia masuk, dan sempat dia kaget karena ternyata Bagas telah berada diruang depan sambil tiduran.

"Darimana saja kamu ibu tiri Cinderella?" ucap Bagas yang mengagetkan Chelsea.
"Tokoh itu terlalu jahat dan kejam," lanjut Bagas.

"Kenapa? Bukankah ada sisi dimana aku mirip dengannya? Melakukan apapun dan menikah hanya untuk uang?" keluh Chelsea.

"Berhenti berbicara begitu! Aku sekarang mempunyai kesan yang dalam setelah memikirkannya," seru Bagas.

Kemudian Bagaspun bangun dan berjalan menuju Chelsea;
"Sebenarnya, aku berniat mengundangmu untuk makan malam, malam ini. Kamu bisa mengundang beberapa  temanmu," goda Bagas.
"Apa? Apa kamu sedang mempermainkanku?" reaksi Chelsea sambil menarik krah baju Bagas dengan kesal.

Bagas hanya diam melihat tingkah Chelsea, dan kemudian dia berucap;
"Kamu rindu rumah bukan? Baiklah, aku akan membawamu pulang, atau aku harus memanggil mereka untuk berkunjung kesiani?" tawar Bagas.

Chelsea yang mendengar ucapan Bagas kemudian berloncat kegirangan; "Apakah itu benar?" ucapnya.

"Ya, tapi setelah aku melihat kelakuanmu selanjutnya," jawab Bagas.

Hal ini membuat Chelsea sebal lagi, kemudian dia memukul dada Bagas. Bagas pun hanya tersenyum melihat tingkah Chelsea sambil membelai rambutnya.

-TBC-

NB: 
Ini masih hari yang fitri kan ya? Maaf beribu-ribu maaf ya untuk semuanya. Maaf lahir batin semuannya. Terutama karena sangat-sangat telat posting. Maafin ya readers... :')
Sebagai permintaan maaf, spesial part ini, panjangnya 2X lipat dari part2 sebelumnya lho...
Happy Reading semuaaaa~ :*
Oh ya, berhubung sampai awal September jadwalku padet, gak janji bisa rutin posting. :(
Yang pasti, tetap setia aja deh. Pasti di info kalo ada yang baru
Juga masih ditunggu comment kalian di twitter @bitaBee, chat box, dan comment di laman ini.
Makasih... :)
Part 2 besok tambah seru lho... XD

No comments:

Post a Comment