Saturday 25 May 2013

(DifAngel) Melebur Beda [full]

Cast : Difa
          Angel
         Mama Laura
         Papa Djemy

Bold     : Song
Normal : Kisah
Italic     : Flashback / email

Song : Melebur Beda by The Finest Tree



Melebur Beda

Di hari keterbatasan ini
Apa yang kau pelajari?
Derasnya harus kita hadapi
Tak mudah menjalani cerita ini


Halaman gereja berserakan dengan dedaunan menguning. Difa, dibawah pohon dihalaman gereja yang daunnya berguguran itu, biasa menunggu sekuntum mawar yang berwujud manusia yang bernama Angel. Seperti malaikat, sang gadis yang dinanti berhambur keluar menuju kearah Difa yang telah menunggunya seperti biasanya. Ya, memang kegiatan tersebut rutin dilakukan Difa seminggu sekali disetiap akhir pekan semenjak beberapa bulan lalu setelah berkenal dengan Angel.

Setelah dari gereja, maka Angel akan dengan senang hati menunggu dipelataran masjid, sedangkan Difa melaksanakan sholat maghribnya. Angel selalu membaca buku yang dibawanya sampai Difa selesai sholat dan menghampirinya lagi.

Kemudian, seperti biasa mereka makan malam didekat masjid yang memang menjadi salah satu ikon kuliner malam di Kota Medan. Bukan sebuah cafe atupun restoran mewah mereka bersinggah. Namun, hanya sebuah warung lesehan namun rame yang menandakan warung tersebut laris yang mereka pilih. Sudah sejak kebersamaan mereka, sehabis dari gereja mereka menuju masjid, kemudian berhenti makan malam diwarung tersebut. Angel memesan ayam bakar dan lemon tea hangat favoritnya diwarung tersebut. Sedangkan Difa, Difa memilih burung dara goreng dan lemon tea hangat juga sebagai favoritnya diwarung tersebut.

Di hari keterbatasan ini
ambil semangat hati
Semua yang kamu percayai
menuntun langkahmu pulang di sini


Diwarung tersebut, mereka benar-benar merasakan meleburkan beda diantara mereka. Berbaur menjadi satu. Dari tempat ibadat mereka yang berbeda, gereja dan masjid. Maka, mereka berbaur satu diwarung tersebut. Dengan suasana yang bisa dibilang romantis. Duduk bersila berdua, berbaur dengan yang lain, bersantai, bercengkrama, dan yang terpenting, lupa akan perbedaan yang ada.

Sehabis makan malam, biasanya meraka berjalan-jalan sebentar di area pusat kuliner tersebut sebelum akhirnya Difa mengantar pulang Angel dengan motor ninjanya. Di kota ini, Angel hanya tinggal sendiri di apartementnya. Walau mempunyai tante di kota ini, namun Angel tidak mau merepotkan. Dan kedua orangtuannya berada jauh di kota Menado juga mengizinkan Angel untuk tinggal sendiri saja dari pada merepotkan tantenya. Sedari kecil, Angel memang didik untuk hidup mandiri. Dan itulah salah satunya kenapa Difa kagum pada Angel, sang bidadarinya.

Sedangkan Difa, memang asli berasal dari kota Medan. Dia tinggal dirumah bersama kedua orang tua beserta kakak Ari dan adiknya Jihan. Jihan pun sudah muali dekat dengan Angel, karena memang beberapa kali Difa mengajak Angel kerumahnya. Selain itu, mereka bertiga memang satu kampus. Tanggapan keluarga Difa akan hubungan mereka pun, orangtua Difa lebih tidak ikut campur. Mereka tidak melarang Difa, karena mengangapnya mereka masih main-main. Mereka hanya memberi nasehat halu pada Difa. Dan Difa pun bisa memahaminya sehingga jalinan cinta antara Difa dan Angel pun masih bisa terus berlanjut.

Kita bersama meleburkan beda
Kita bersama memahami semua
Jangan dengarkan suara sumbangnya
karena kisahmu tertulis denganku


Perkenalan Difa dan Angel terjadi 7 bulan lalu. Dikala Difa menyadari adanya sosok sekuntum mawar merah berwujud manusia dikampusnya. Mereka bertetangga fakultas. Difa berada di fakultas Bahasa dan Budaya yang memang berada disamping fakultas Ekonmi dimana prodi Angel berada.

Pertemuan awal mereka terjadi dikala Difa yang merupakan salah satu pengurus BEM dari fakultasnya, begitupun Angel yang juga anggota BEM, bertemu dalam rangka rapat untuk perayaan ulangtahun kampus mereka. Setelah pertemuan itu, kerap kali diwaktu kosong tak ada kuliah, Difa sekedar lewat hingga nongkrong dikantin fakultas Ekonomi untuk melihat sang pujaan hati.

Hingga akhirnya, Difa mendapat kesempatan untuk lebih dekat kenal denganAngel. Mereka bertukar nomor telephone dalam pertemuan rapat mereka. Awalnya hanya membicarakan tentang acara kampus, namun kemudian membicarakan hal lain yang lebih pribadi. Dari situ Difa tahu perbedaan mereka yang begitu mendasar. Difa ragu, Difa galau karenanya. Namun Difa percaya akan rahasia jalan takdir Tuhan untuknya. Yang tentu saja harus Difa jalani dan hanya akan terjawab seiring berjalannya waktu.

Difa meyakinkan diri, dia tidak mau terjebak didalam rasa galaunya. Apalagisetelah mendengar lagu penyemangat dari band favoritnya. The Finest Tree, melebur beda. Difa berharap, dia dengan Angel dapat meleburkan perbeda yang membentang diantara mereka walau dia tahu itu akan sulit.

Percaya dengan yang kau rasakan
merasakan itu cinta
Percaya kebaikan Tuhan
Percayakan doa pada Tuhanmu
Akupun mencoba dengan caraku


Walau masih sedikit ragu, namun Difa meyakinkan diri. Bermula hanya membicarakan tentang kampus hingga curhat yang mendalam, mereka kemudian menyatu mencoba meleburkan beda. Dengan sikap orangtua Difa yang cendererung cuek akan hubungan mereka, DifaAnggel melanjutkan hubungan yang mereka jaga dengan sangat.

Perkara besar pun mereka hadapi. Dikala orangtua Angel berkunjung ke apartement Angel. Angel pun mengajak Difa untuk dikenalkan Difa pada mama dan papanya. Tak terbayang oleh Difa, bagaimana reaksi mereka. Karena memang Angel tidak menceritakan secara rinci bagaimana hubungan mereka kepada orangtuanya.

Sore itu diapartement Angel,
“Pa, Ma, kenalin ini Difa,” ucap Angel.

Mama,”Oh ini yang namanya Difa. Hay Difa, Angel banyak cerita tentang kamu lho sma tante.” Sapa mama Laura dengan ramah.

Papa,”Silahkan duduk, habis dari mana nih kalian?” sambut papa dengan ramah juga.

“Makasih Om, tante. Oh yaa, ini kami bawain cupcake tadi habis dari kampus saja sama Angel,” jawab Difa mencoba untuk tenang.

Mereka pun kemudian larut dalam percakapan. Dari kegiatan kampus, sampai masa kecil Angel. Hingga tiba dipertanyaan;
“Difa, kamu tergabung di GKPI apa?” tanya Papa yang kemudian membekukan suasana ruangan itu.

Angel yang duduk didekat Difa, tiba-tiba semakin erat berpegangan pada sofa tempat duduknya. Dan tangan kirinya, menggenggam erat tangan Difa. Dia tegang melihat papanya dan juga was-was dengan apa yang akan dikatakan Difa.

Kita bersama meleburkan beda
Kita bersama memahami semua
Jangan dengarkan suara sumbangnya
karena kisahmu tertulis denganku


Angel menangis didalam kamarnya. Masih terngiang kata-kata papanya yang dilontarkan kepadanya dan juga kepada Difa. Semakin lama, ingatan itu semakin jelas dibenak Angel.

*flashback

"Maaf Om, saya seorang muslim," jawab Difa yang malah semakin tenang dalam menjawabnya.

Papa, Mama Angel dengan bersamaan. "Apa??"

"Kamu anggap apa anakku ini? Berani-beraninya kamu datang kesini? Apa kamu pikir kami akan merestuinya?" Papa merasa kehadiran Difa kerumahnya hanya sebuah omong kosong, ya karena memang prinsip yang mereka pegang berbeda.

Mama yang berada disamping Papa, hanya bisa menahan kecemasannya yang melihat Angel dan menahan tangan Papa.
Angel? Dia semakin menunduk dan semakin kuat memegang erat tangan Difa.Dan dia, mulai mengeluarkan air matanya yang tidak tertahan.


Papa mulai berdiri, ia meninggal kan tamunya dan masuk kedalam kamarnya.

Dan sewaktu Papa Djemy berjalan menuju kamarnya, Difa berucap;
"Maaf Om, untuk hal ini. Tapi saya benar-benar mencintai putri anda." 

Difa mulai berani bersuara walau nyalinya untuk melawan kata-kata Papa Angel tidak ada. Dan hal itu, membuat pengangan tangan Angel kepada Difa semakin kuat. Masih, Angel hanya menunduk.

Mama Angel yang masih duduk disofa,
"Sebaiknya kamu pergi dulu saja. Lain kali kita bertemu lagi." ucapnya.


Difa pun mulai berdiri dan menjabat tangan Mama Laura. Dengan berat hati, mereka berjabat tangan dan tak lupa Difa mencium tangan Mama Laura. Sayangnya Papa Djemy sudah tak nampak, Difa pun  bergegas akan keluar apartement kekasihnya.

Angel, dia hanya bisa memohon agar Difa jangan pergi. Namun, Difa dengan bijaksana menenangkan Angel dan kemudian pergi.

Setelah Difa pergi, Angel berlari menuju Papa'nya dan berkata sambil menangis;
"Papa jahat".
Dan kemudian berlari masuk kamar.

*flashback end
Angel semakin terhanyut dalam tangisnya. Kata-kata dari Papa'nya juga masih dia ingat betul.

*flashback

Setelah Angel maasuk kamar, beberapa saat kemudian Papa-Mamanya mengikutinya.
"Kamu tidak usah berhubungan lagi dengan dia. Papa akan mengurus kepindahan kuliah kamu. Lebih baik kamu melanjutkan kuliah di Australia saja. Lagian disana ada Gilang." ucap Papa.
Ya, nama Gilang tersebut. Gilang adalah anak dari sahabat Papa Angel. Sebenarnya Papa menginginkan Angel untuk bertunangan dengan Gilang. Namun Angel tidak mau dan memutuskan untuk kuliah di Medan. Dan dengan cerita-cerita indah tentang Difa namun satu cerita yang di-skip, Papa mulai merestui Angel dengan Difa. Namun, satu cerita itu merusak keseluruhan cerita indah. Hingga Papa berniat menjodohkan Angel dengan Gilang lagi.

"Pa, Angel mohon. Angel sangat mencintai Difa, Pa." sergah Angel sambil menangis.
Usaha Angel sia-sia. Bagaimanapun juga, dia kalah dalam berdebat dengan Papanya. Mamanya pun menasehatinya untuk menurut saja untuk Papanya.

*falshback end

Beberapa hari kemudian, Angel sudah tidak berada di Medan. Memang sejak hari itu, Angel dilarang pergi kekampus. Difa pun kebingungan mencarinya. Nomor telepon Angel pun tidak aktif lagi. Difa mencemaskan keberadaan Angel. Dia kesana-kemari, dari kampus hingga ke gereja tempat biasa Angel beribadat ia sambangi untuk mencari keberadaan Angel. Namun, nihil.

Semua yang kau takutkan
tak sebanding kebaikan Tuhan
maka teruslah kamu berjalan


Jam sudah menujukkan pukul 01.02 am. Diaman Difa masih mencoba menyelesaikan tugas kampusnya. Ia mulai bosan dan iseng-iseng dia membuka e-mail'nya. Dan hal yang mengejutkan ia dapatkan. Serasa sudah menemukan berlian ditumpukan pasir.

Ada e-mail dari Angel.

Memang Difa jarang sekali membuka e-mailnya. Sehingga email yang sudah menunggu untuk dibaca selama 3 minggu itu, baru ia baca. Angel dan Difa, sudah hampir 1 bulan tidak pernah bertemu. Ya semenjak Difa keluar dari apartement Angel.

Dalam email itu;

"Dear kak Difa,
taukah kamu, betapa rindunya aku padamu.
Aku sekarang sudah berada di Manado. Hp'ku disita Papa. Hanya email ini yang kutahu, agar bisa menghubungimu. Papa akan menyuruhku untuk tidak berhubungan lagi dengan mu. Aku sangat tersiksa dengan hal ini. Bisa kah kamu menjemputku dan kita lari bersama?
Ya, aku ingin lari. 1 minggu lagi aku akan diberangkatkan ke Australia. Papa menyuruhku pindah disana. 
Aku mohon, tolong aku. Aku sangat merindukanmu.
your love,
Angel."

Ternyata, itu bukan email satu-satunya. Beberapa kali, Angel mengirim email dengan isi yang sama. Ada juga yang berbeda. Email itu, baru dikirim 3 hari yang lalu oleh Angel;

"Dear my Love, kak Difa.
Sekali lagi, aku akan berpositif thinking, kamu belum membaca email-emailku.
Kak, waktuku sudah semakin sedikit. Papa semakin mendesakku untuk bertunangan dengan kak Gilang. Aku bersumpah, aku tidak mncintainya kak. Apa yang harus ku lakukan kak?"

E-mail singkat dari Angel itu semakin membuatnya sulit untuk bernafas. Ditambah lagi, dengan email Angel yang baru dikirim kemari.

"Kak, aku sudah sangat frustasi dengan hubungan kita. Apa aku harus berhenti?

Papa semakin mendesakku. Dan harinya adalah besok. Keluarga kak Gilang sudah berada di Australia. Dan sudah direncanakan, kami akan makan malam bersama dan acara pertunanganku akan dilaksanakan.

Kak, apa aku harus benar-benar menyerah?"

E-mail dari Angel yang membuat hati Difa semakin gamang.

Difa pun membalas email tersebut dengan hati yang masih tak tentu.

"Dear my world.
Maafkan aku, aku baru saja membaca semua email yang kamu kirim.

Aku masih bingung, apa yang harus kita lakukan.
Aku masih berharap, apa yang kita impikan bersama, akan jadi nyata.
Namun, aku akan menghormati dan mengikhlaskan apapun yang kamu putuskan.

Maafkan aku, sayangku."

Semenjak Difa kirim email itu, dia jadi lebih rajin membuka email-nya. Hingga sekarang, sudah hampir dua tahun ini, semanjak email itu ia kirimkan. Namun, tak ada balasan.

Hidup Difa jadi tidak teratur. Hingga orangtuanya turun tangan, akan menjodohkannya dengan seorang gadis. Difa menolak keinginan orangtuanya tersebut.

Dan waktu sudah berjalan empat tahun dari terakhir kali Difa bertemu Angel di apartement Angel.

Suatu hari, Difa mendapati email dari akun email yang tidak ia kenal. Namun nama pengirim email ini tak asing lagi.

"Dear Difa.
Lama kita tak bersua dan maaf, aku tidak memberimu kabar.

Minggu depan, aku akan berkunjung ke Medan untuk urusan kantor.
Ya, kantor. Aku sekarang bekerja pada perusahaan yang bergerak secara global.

Sekarang aku masih di Sydney, mungkin Sabtu pagi aku akan berangkat dari sini.
Mau kah kau bertemu dengan ku ?
Aku akan menunggumu ditempat  biasa aku menunggumu sewaktu sholat maghrib.

With Love,
Angel."


Bagai terbang mengendarai naga terbang, hati Difa menjadi galau seketika.

Dia ingin bertemu dengan cintanya. Namun keadaanya, sudah jauh berbeda. Dia membayangkan, Angel akan datang dengan seorang anak dalam gendongannya. Dia tidak akan sanggup melangkah untuk mendekatinya.

Namun hasrat untuk bertemu sekali lagi sang belahan jiwa, tak terbendung lgi.

"Dear Angel.
Apa benar kamu Angel?
Kalau benar, aku akan sangat senang.
Baiklah, aku akan menunggumu ditempat biasa dimana aku menunggumu selesai beribadat.
Kita dulu-duluan ya. ^^


Love ya,
Difa."

Setelah mengirim email tersebut, DIfa semakin galau. Hari pertemuan itu semakin dekat.

Semua yang kau takutkan
tak sebanding kebesaran Tuhan
maka tetaplah kamu berjalan


Difa sudah duduk dibawah pohon seperti beberapa tahu lalu. Beberapa bulan setelah kepergian Angel, Difa masih menyambagi pohon didekat gereja itu hingga gereja itu sepi. Berharap, sekuntum mawarnya muncul. Namun, tak pernah lagi sesosok bunga mawar itu muncul lagi. Dalam benaknya sekarang, dia berharap ini akan berbeda.

Seorang perempuan, dengan tampilan elegant berhambur berlari ke arah Difa. Dengan tak sabar perempuan itu menuju kearah Difa. Benar saja, perempuan itu adalah Angel. Dengan kaku mereka berjabat tangan.

Seperti dahulu, Angel menunggu Difa yang sholat maghrib, dan menuju warung makan dengan menu yang sama.

Mereka mulai bercerita kegiatan mereka. Angel yang telah menjadi manager diperusahaannya sedang melakukan perjalanan bisnis. Difa, telah menjadi editor sebuah majalah ternama secara nasional.

Pembicaraan mulai mengarah tentang kehidupan pribadi mereka. Difa bertanya,
"Apakah kamu bahagia denagn karir dan keluargamu sekarang?"

"Tentu saja," jawab Angel singkat.

"Syukurlah. Apa kamu sudah punya baby?" tanya Difa dengan hati-hati.

Angel yang mendengar pertanyaan konyol Difa pun berhenti makan karena tersedak.
Setelah minum, Angel dengan tersenyun menjawab;
"Sepertinya terjadi missunderstanding disini. Hari itu, aku dan Gilang menolak pertunangan itu. Dan sampai saat ini, aku belum menikah."

Seperti mendengar petir di cuaca panas, Difa menjadi galau.

"Aku sekarang bekerja diperusahaan milik kelurga Gilang. Dia menjadi atasanku. Kami masih menajalin hubungan baik. Dia tahu, aku hanya menyimpan cintaku untuk satu orang bernama Difa. Walau begitu, dia sampai sekarang juga masih melajang," Angel melanjutkan ceritanya tentang Gilang.

Tiba-tiba saja suasana menjadi beku.

Difa sudah berada didalam kamarnya. Dia sangat bingung. Minggu besuk dia akan pergi ke Bandung bersama keluarganya untuk melaksanakan pernikahannya. Hatinya sangat tak karuan. Sangat sulit membatalkan pernikahan yang sudah ada didepan mata. Bagaimana nanti perasaan keluarganya dan keluarga mempelai perempuan. Apalagi dengan kedua orantua Difa yang sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari sebelumnya.

Disangkanya, Angel yang sudah bersuami yang pergi meninggalkannya. Namun kenyataannya,Angel masih setia dengan cinta mereka. Dia bingung bagaimana harus menghadapi ini. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, rasa itu masih bersemi subur. Tak ada niatan pada dirinya, untuk menghianati Angel.

Namun waktu, ini sudah 4 tahun berlalu tanpa komunikasi dirinya dengan Angel. Sedangkan orangtua Difa semakin tua. Mereka ingin menimang cucu dari Difa. Maka Difa, menyetujui perjodohan dari orangtuanya. Karena orangtuanya pun tahu, tanpa adanya perjodohan ini, Difa akan sulit move-on dari Angel.

Akhirnya, malamitu juga, bahkan bisa disebut dini hari, kurang lebih pukul 03.00 am, setelah Difa melaksanakan sholat malamnya, Difa memutuskan apa yang akan dia lakukan.

Dihidupkannya laptop, dan segera dia menulis e-mail.

"Dear Angel, malaikatku.

Sebelumnya maaf.

Aku sangat senang bertemu denganmu lagi.
Satu tahun perpisahan kita, aku masih sering menunggumu di pohon halaman gereja tempat'mu memanjatkan doa memohon Tuhan untuk menyatukan cinta kita.
Dan aku tersadar, kamu sudah milik orang lain. Kebiasaan itu berangsur-angsur mulai hilang dari diriku.

Ini salahku, yang tak meyakini Tuhan punya jalan indah untuk kita.
Aku, malah memilih menyerah untuk kita.
Bagaimanapun juga, Tuhan punya jalan lain yang tentu indah untuk kita masing-masing.

Maafkan aku mawarku,
besuk aku akan berangkat ke Bandung.
Aku akan menikah dengan Annisa.
Sama sepertimu, dia lulusan Sarjana Ekonomi dan sekarang bekerja di Bank Swasta di Medan.
Dia adalah anak dari teman orangtuaku.
Maafkan aku sangat."

-ending-

NB :
Maaf ya, endingnya mungkin tidak seperti yang kalian harapkan.
Maaf juga bila ada pihak yang tersinggung dengan cerita ini.
Penulis tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.
Bila ada kesamaan cerita, sekali lagi maaf.

Karena banyak yang bilang endingnya masih gantung, kalian bisa menyimak ending versi writer dengan mengklik disini.
Itu cuma versi writer yang sebetulnya bisa kalian (reader) kembangkan. :)

No comments:

Post a Comment