Bilangnya mau di post waktu
Ini FF sequel dari Tak Sanggup Lagi yang waktu itu aku tulis terinspirasi dari rumor yang lagi heboh waktu itu, kedekatan Bagas dengan Bella. Nah, kali ini, FF ini terispirasi dari kode-kode ChelGas yang akhir-akhir ini sering keliatan deket. + munculnya cowok-cowok temen sekolah Chelsea yang kaya' deketin dia. :D
Ini masih lanjutan dari kisah Tak Sanggup Lagi, jadi kalau lupa, mending baca ulang tak sanggup lagi, lagi dulu ;)
Semoga kalian suka!
Happy Reading!! ^^
Before : Tak Sanggup Lagi by Rossa
Inspired: Gotta Be You by 1D
Before : Tak Sanggup Lagi by Rossa
Inspired: Gotta Be You by 1D
***
Lelaki itu termenung sendirian dikegelapan pinggir jalan menuju
puncak. Nampak kekalutan dari wajahnya. Wajahnya begitu murung, hanya pandangan
kosong yang tampak dari matanya.
#Flashback
“Chels, maafin aku. Maafin aku yang
telah mengecewakanmu, namun...” ucap Bagas terputus ketika berada didepan
apartement Chelsea.
“Chels, beri aku kesempatan
sekali lagi. Aku akan hancur tanpa kamu Chels...” ucap Bagas dengan wajah lesu
dan berlinang air mata.
#Flashbackend
Besok malam adalah tepat 4 tahun setelah Bagas dan Chelsea berada
ditempat itu juga. Ya, tempat itu adalah tempat yang sama ketika Bagas
menyatakan cintanya kepada Chelsea ketika Chelsea merayakan ulangtahunnya yang
ke-17 tahun. Dan besok adalah ulangtahun Chelsea yang ke 21 tahun.
Bagas sendiri sudah tidak bertemu dengan Chelsea sendiri selama 4
bulan terakhir. Chelsea selalu menghindar jika ada Bagas. Padahal, Bagas sudah
melakukan banyak cara untuk menemui Chelsea. Dari mengunjungi apartemen
Chelsea, hingga jika ada waktu luang, ia mengunjungi Chelsea yang memang masih
sibuk promosi album barunya.
Saat ini, Chelsea sedang mempromosikan single keduanya. Dan sudah
jarang lagi duet dengan Karel karena single pertamanya pun sudah mulai
berkurang masa promosinya. Namun tetap saja, gosip Chelsea dengan Karel masih
santer terdengar walau tak nampak lagi Chelsea dan Karel yang pergi berdua.
Gosip itu hanya muncul ketika Chelsea dan Karel masih intens bertemu untuk
kepentingan singlenya saja. Tak lebih. Karena memang Chelsea, didalamnya masih
rapuh karena Bagas.
***
Jam menunjukkan pukul 00.00. Bagas mulai tersenyum. Dan bergumam;
“Happy Birthday, Chels...” dan ia pun mengirimkan sebuah short message service
kenomor Chelsea dengan ucapan;
“Aku ingin menjadi orang pertama yang selalu tahu tentang kamu,
aku ingin menjadi orang pertama yang menjadi tempat keluh kesahmu, aku ingin
menjadi orang pertama yang membahagiakanmu. Dan semoga ditahun ini, aku menjadi
orang pertama yang mengucapkan ‘Happy Birthday, my soulmate’. Ya, you are. Can
we meet tonight?” kirim sms Bagas untuk Chelsea.
Lama Bagas menunggu balasan sms dari Chelsea. Namun tak ada
balasan juga. Jam menunjukkan pukul 01.00, Bagas belum menerima balasan dari
Chelsea. Raut muka Bagas pun semakin murung. Bagas hanya bisa melihat Chelsea
di foto-foto yang tersimpan rapi di folder hp’nya. Tiba disuatu foto, foto
dimana ada dirinya, Chelsea dan Tante Tere. Dan Bagas kemudian terdiam sejenak
dan seperti ia berpikir sesuatu.
***
Saat itu Chelsea sedang berada didalam mobilnya. Pagi itu, Chelsea
baru saja selesai dari sebuah acara musik yang baru selesai pukul 11.30pm.
Sehingga, tepat pukul 00.00 dia masih berada dalam perjalanan pulang. Begitu
pula disaat Chelsea menerima sms dari Bagas. Memang benar, Bagas adalah orang
pertama yang mengucapkan Happy Birthday untuk Chelsea, namun Chelsea masih
belum bisa menerima Bagas kembali, sehingga ia hanya mencuek-kan saja sms dari
Bagas.
Pagi itu, Chelsea sudah berencana akan langsung pulang kerumahnya
di Bandung. Namun setelah menerima sms dari Bagas, mood-nya jadi berubah.
Chelsea jadi ingat semua hal tentang Bagas. Ia kembali merasa sedih.
Chelsea tahu, bahwa bila ia kembali kerumahnyadi Bandung, pasti
disana sudah banyak orang yang akan memberinya kejutan ulangtahun. Namun Chelsea
tidak mau semua orang melihat kesediahannya. Sehingga yang semula ia telah
bilang kepada maminya bila ia akan pulang ke Bandung, akhirnya bilang ke
maminya dia akan pulang ke apartement karena sudah kemalaman. Walau Chelsea
tahu, akan banyak yang kecewa, termasuk fans-fans’nya yang telah menunggunya.
Kemudian Chelsea berjanji akan pulang besok pagi.
Pagi itu, ternyata Chelsea tidak pulang keapartemennya. Namun
Chelsea menginap dikamar hotel. Ia tahu diri, seandainya pulang ke apartemen
dengan pikirannya yang teringat pada Bagas, maka ia pasti akan sulit tidur juga
di apartemen.
***
Pagi sekitar pukul 7, Chelsea sudah bersiap keluar dari hotel
untuk langsung meluncur kerumahnya di Bandung. Butuh waktu 3 jam Chelsea baru
sampai rumahnya. Dan benar saja, sesampainya ia dirumah, sudah ada kejutan yang
menantinya.
Tak hanya oranrtuanya saja yang memberi kejutan, namun ternyata
juga beberapa saudara, teman, fans pun beberapa wartawan telah menunggu Chelsea
dirumah untuk memberinya kejutan. Chelsea
sangat terharu hingga ia berlinang air mata.
Ternyata masih ada satu orang lagi yang menanti Chelsea yang belum
menampakan dirinya. Bagas, ternyata selepas dari puncak semalam, ia tidak
langsung pulang. Namun ia menuju kerumah Chelsea karena ia tahu pasti, setiap
ulangtahun Chelsea akan merayakannya dengan keluarganya di Bandung.
Ketika rumah Chelsea sudah ramai dengan kejutan, Bagas masih saja
berada didalam mobilnya. Se-bouquet bunga mawar yang sempat ia beli tadi dan
sebuah kotak kecil yang berisi gelang yang akan menjadi hadiah ulang tahun
Chelsea kali ini, hanya ia pandangi saja sedari tadi. Bagas masih ragu, apa ia
harus keluar atau tidak.
Tiba-tiba handphone Bagas berdering.
“Hey elo dimana saja?” celoteh orang diseberang telepon Bagas.
“Elo tahu kan, hari ini elo tuh ada jadwal rapat dengan produser
untuk memilih single lagu lo selanjutnya? Cepat datang kekantor!” teriak si
penelpon hingga membuat Bagas menjauhkan sedikit handphonenya dari telinganya.
“Bisa loe tunda saja? Tolong kali ini saja...”pinta Bagas dengan
memohon.
‘Apa yang loe maksud? Sulit untuk menemui produser akhir-akhir
ini. Cepat datang! Loe kesini sekarang juga!” perintah Josia, manager Bagas
yang ternyata menelponnya sedari tadi.
“Tolonglah kali ini saja, gue sedang berada didepan rumah
Chelsea,” jawab Bagas dengan nada lirih.
“Hah? Dimana loe sekarang? Gue tidak salah dengar kan? Dirumah
Chelsea? Di Bandung?” ulang Josia dengan lebih tenang.
“Apa yang elo lakukan disana? Selama 4 bulan ini elo sudah cukup menderita karena memikirkannya. Sudahlah Gas, lets move on,” nasehat Josia.
“Apa yang elo lakukan disana? Selama 4 bulan ini elo sudah cukup menderita karena memikirkannya. Sudahlah Gas, lets move on,” nasehat Josia.
“Hari ni ulangtahunnya, setidaknya gue ingin mengucapkan
ulangtahun padanya,” ujar Bagas masih dengan nada lirih namun penuh keyakinan.
“Yaudah cepat lakukan dan cepat kembali kesini. Aku yakin elo
belum berani keluar dari mobilmukan?” tebak Josia dengan percaya diri.
“Tapi diluar sana rame, selain teman dan kelaurganya, tahun ini
lebih banyak yang datang. Sepertinya ada fans dan juga wartawan yang datang
kerumahnya. Apa elo juga yakin gue harus melakukan ini?” tanya Bagas yang malah
mulai ragu.
“Apa? Ada fans dan wartawan juga? Jangan keluar, jangan keluar
dulu! Tunggu situasi lebih sepi. Bukankah biasanya seharian Chelsea akan berada
di Bandung saat hari ulangtahunnya? Setidaknya tunggu para wartawannya pergi
dulu. Bahaya kalau elo ketahuan wartawan. Mereka akan segera mengeluarkan
artikel rumor skandal percintaanmu lagi,” nasehat Josia lagi.
“Benarkah? Jadi kali ini mereka akan merumorkanku dengan Chelsea?”
ujar Bagas yang mulai ceria.
“Baiklah, thanks Jo...” tut...tut...tut...tut...
Telepon tiba-tiba diputus oleh Bagas yang sudah berwajah cerah
kembali. Namun kini Josia yang malah kini bertambah khwatir dan sebal. Josia
memang seorang manager yang sangat memperhatikan artisnya dengan ketegasannya.
Namun dari dulu dia memang kenal Bagas sebagai sahabat sebelum menajdi
artisnya. Dan sampai sekarang, dia bisa menempatkan posisinya sebagai manager
dan sahabat kepada Bagas disaat dibutuhkan. Seperti saat ini, memberi nasehat
dan solusi ketika Bagas mulai membicarakan hatinya.
“Gas... Gas.. Gas... Wah gawat ni anak,” ujar Josia dengan panik.
Josia ingin menyusul Bagas ke Bandung, namun produser keburu datang.
***
Setelah menutup telepon dari Josia, Bagas kembali percaya diri. Ia
segera merapikan baju dan rambutnya. Tak lupa ia menyemprotkan parfum
kebajunya. Segera setelah itu, ia mengantongkan kotak kecil kado berisi
gelangnya ke saku celananya, dan mengambil se-bouquet mawar yang masih segar
itu. Segera Bagas keluar dari mobilnya dengan percaya diri beserta se-bouquet
mawar merah yang sangat mencolok ia bawa.
Bagas masuk kerumah Chelsea yang pintunya dibuka dan didalam rumah
sudah banyak orang. Semua mata pun tertuju padanya setelah menyadari
kehadirannya. Tak terkecuali para wartawan juga Chelsea dan maminya tentunya. Chelsea mematung melihat Bagas
hingga tanpa sadar matanya mulai berkaca-kaca. Entah apa yang dirasa Chelsea
sekarang. Semua mencampur jadi satu. Marah, senang, benci ada.
Para wartawan segera menyerbu dihadapan Bagas.
“Gas, kok bisa disini?”
“Ada hubungan apa kalian?”
“Bunga mawarnya buat Chelsea ni Gas?” tanya para wartawan secara
borongan kepada Bagas yang masih tertahan di pintu masuk rumah Chelsea.
“Eits... satu-satu kalik. Ketemu Chelsea dulu ya...” sanggah Bagas
dengan sopan.
“Tapi Gas, kalain ada hubungan apa?” masih saja seorang wartawan
bertanya walau bagas sudah meninggalkan krumunan wartawan dan menuju tempat
Chelsea berdiri.
“Chels... Selamat ulang tahun ya...” ujar Bagas dengan senyum
manisnya sambil mengulurkan tangannya untuk memberikan bunga mawar bawaannya.
Chelsea masih mematung. Tante Tere, mami Chelsea sadar tentang kondisi putrinya
yang berada disampingnya. Tante Tere pun menyenggol Chelsea. Chelsea tersadar
dan hendak menghindar melangkah kebelakang, namun dengan sigap Tante Tere
menahan Chelsea untuk tidak pergi. Chelsea mulai benar-benar tersadar, ia sadar
dengan situasinya sekarang. Banyak fans dan juga wartawan disekitarnya.
“Eh... terimakasih,” ujar Chelsea berusaha tersenyum sambil terus menahan
air matanya.
“Gas, kita keatas dulu ya. Kamu nikmatin aja makanannya,” Tante
Tere mempersilahkan Bagas, karena Tante Tere tahu betul dengan perasaan Chelsea
saat ini. Tante Tere pun segera mengajak Chelsea untuk naik kelantai 2
meninggalkan Bagas dan para tamu lainnya. Bagas pun dengan raut muka ceria
mengiyakan.
***
Selepas kepergian Chelsea dan maminya, Bagas pun diserbu wartawan
lagi masih dengan pertanyaan yang sama.
“Gas, ada hubungan apa dengan Chelsea?” tanya wartawan yang muali
tenang.
“Adalah...,” jawab Bagas
dengan cengengesan.
“Dateng kesini khusus untuk ultah Chelsea Gas?”
“Iyalah, masak untuk jawab pertanyaan kalian aja,” jawab Bagas
masih dengan bercanda.
“Terus, sebenarnya hubungan kalian apa nih gas? Lebih dari sekedar
teman?”
“Sebenernya...” tiba-tiba handphone Bagas berdering menandakan ada
pesan masuk. Bagas segera mengecheck handphonenya dan sedikit kaget setelah
tahu siapa yang mengiriminya pesan.
“Eh bentar ya, ntar lagi. Gue mau telpon dulu...” ujar Bagas
mencari alasan. Bagas pun segera menyingkir dari kerumunan wartawan. Dan
setelah dirasa berada ditempat yang sepi, Bagas membuka pesannya.
“Gas, tolong temuin Mami dilantai atas. Tapi jangan sampai
ketahuan.” tulis pesan itu yang ternyata dari tante Tere.
Bagas pun segera melihat situasi, ia berusaha naik kelantai atas
tanpa ketahuan. Namun Bagas hampir ketahuan oleh salah seorang fans Chelsea
yang melihat Bagas jalan kaya’ mengendap-endap. Bagas pun tak kehabisan akal,
ia pura-pura sakit perut dan mencari toilet.
“Eh, sakit perut nih. Tahu toilet dimana gak?” pura-pura Bagas
yang tidak tahu toilet dimana padahal ia tahu pasti akrena sudah sering kerumah
itu.
“Disana tuh Gas,” ujar sang fans sambil menunjuk toilet yang
berada dilantai bawah.
“Ah, disana tadi ada orangnya. Gue coba keatas deh, pasti adakan.
Sakit nih...” pura-pura Bagas yang kesakitan yang membuat fans tersebut tidak
menaruh curiga padanya. Bagas pun berhasil naik tanpa dicurigai.
***
“Apa sih yang dipikirkan anak itu? Kenapa berani-beraninya kesini
disaat seperti ini? Banyak wartawan lagi,” celoteh Tante Tere sambil berjalan
maju-mundur tak tenang. Chelsea hanya terduduk terpatung tak menanggapinya.
“Chels, kamu gak papakan?” ujar Tante Tere ketika menyadari
Chelsea yang sudah berlinang air mata sambil membelai lembut rambutnya.
“Mi, aku harus gimana? Aku belum siap bertemu?” ujar Chelsea yang
sudah berlinang air mata.
“Yaudah sayang, kamu tenangin diri dikamar dulu. Mami mau ngomong
sama Bagas, mami udah nyuruh dia naik,” saran Tante Tere sambil menyeka airmata
putrinya. Chelsea pun langsung nurut dan langsung masuk kamar tepat ketika
Bagas sampai di anak tangga teratas dan hanya melihat sekelibat Chelsea yang
masuk kamar.
“Halo Mi, apa kabar?’ sapa Bagas dengan santai. Bagas memang
memanggil Tante Tere dengan sebutan Mami juga. Karena mereka dan keluarga
masing-masing memang sudah sangat dekat, mereka sudah lama kenal. Bahkan Tante
Tere sudah menganggap Bagas anaknya juga.
“Gak ada yang ngikutin kamu kan?” ujar Tante Tere langsung
menggiring Bagas masuk kekamar adik Chelsea yang kosong.
“Iya Mi, aman. Kenapa ya Mi?” ujar Bagas dengan tidak bersalah
setelah berada didalam kamar.
“Kamu ini apa-apaan sih Gas? Kenapa kamu kesini? Bukankah hubungan
kamu sama Chelsea sudah selesai? Kamu belum puas nyakitin Chelsea kemarin?”
cerca Tante Tere dengan emosi tertahan.
“Maafin aku Mi, tapi aku masih sayang Chelsea. Aku masih ingin
bersama Chelsea. Mi, ijinkan aku untuk bersama Chelsea lagi ya?” pinta Bagas
sambil menggenggam tangan Tante Tere. Tante Tere ingin melepas genggaman tangan
Bagas, namun kalah kuat.
“Entahlah. Apa Mami ini ibu yang jahat bila masih mengijinkan kamu
untuk bersama Chelsea lagi? Kamu tahu Gas, selama 4 bulan terakhir, dengan
susah payah Chelsea mau melupakanmu dengan kesibukannya. Hingga semalam, ketika
Mami gak nemenin Chelsea tidur di apartemennya, dia lebih memilih tidur
dihotel. Tapi Mami biarin aja Gas, karna Mami tahu, setiap dia di apartemennya,
dia akan keinget kamu. Dia takut kamu tiba-tiba datang. Dia belum siap bertemu kamu
lagi Gas. Luka yang kamu tinggalin itu terlalu dalam buat Chelsea,” ujar Tante
Tere menahan tangisnya. Tante Tere memang protektif kepada putrinya, hingga
aktifitas kredit card Chelsea pun selalu ia pantau setiap terjadi transaksi.
“Mi, maafin Bagas. Waktu itu Bagas terlalu cemburu, Bagas takut
kehilangan Chelsea Mi,” ujar Bagas yang mulai berwajah sendu menahan airmatanya.
Tante Tere hanya diam saja masih menahan tangisnya.
“Mi, Mami mau bantu Bagas kan? Masalah waktu itu karena Bagas
terlalu cemburu karena takut kehilangan Chelsea. Begitupun dengan Chelsea yang
menyatakan putus ketika emosinya memuncak bukan? Mi, rasa itu masih ada. Bagas
sayang Chelsea. Dan Bagas janji gak akan nglakuin kesalahan yang sama Mi,”
janji Bagas masih dengan memegang tangan Tante Tere yang sama-sama sudah
berlinang airmata. Namun Tante Tere masih terdiam. Bagas pun langsung bersimpuh
dihadapan Tante Tere.
“Mi, Bagas mohon. Bagas masih sayang Chelsea. Chelsea masih
terluka karena aku kan? Biar aku yang mengobati luka itu Mi. Aku janji akan
selalu jaga Chelsea Mi...” ujar Bagas dengan bersimpuh mencium tangan Tante
Tere yang masih ia pegang, dan airmatanya yang semakin deras.
Tante Tere yang tak tega melihat Bagas memohon pun menyuruh Bagas
untuk berdiri lagi.
“Maaf Gas, mami gak tahu harus ngomong apa. Tapi untuk sekarang,
biarin Chelsea tenang dulu. Mami gak mau dia mikir macem-macem dulu. Biar dia
fokus kekehidupan barunya dulu. Dan mami mohon kekamu Gas, biar ini ngalir
dulu. Kamu jangan paksa Chelsea dulu. Bukankah penyembuhan yang terbaik itu
biar luka itu mengering dengan sendirinya? Jangan memaksa pasien untuk memakan
obat pahitnya, namun buat pasien itu dengan sukarela memakan obatnya sendiri.
Maka obat yang pahit itu tidak terasa pahit lagi,” nasehat Tante Tere.
“Jadi, apa mami akan tetep
dukung Bagas bila Bagas gak maksa Chelsea? Bagas gak akan maksa Chelsea untuk
kembali pada Bagas secepat itu. Bagas
janji akan nyembuhin luka Chelsea dulu mi,” janji Bagas yang kembali dengan
raut cerianya namun masih berlinang air mata.
‘Janji?” pasti Tante Tere dengan menjulurkan jari kelingkingnya
untuk pingky swear dengannya sambil tersenyum. Bagas pun menyambutnya dengan
senyuman. Mereka menautkan jari kelingkingnya, kemudian tersenyum berpelukan.
“Terus, nanti kamu mau omong apa sama wartawan?” tanya mami kemudian.
“Tenang Mi, bilang aja temen. Kalo diputar balikkan, dimaklumin
lah Mi, namanya juga infotaiment. Ato anggap aja ini penebusan kebohongan yang
dulu,” ujar Bagas terus ketawa. Tante Tere hanya tersenyum mendengarnya.
“Ngomong-ngomong, mata mami gak bengkak kan?” tanya Tante Tere
khawatir.
“Enggak kok mi, tapi merah,” jawab Bagas dengan cemberut.
“Mata aku gimana, mi?” tanya Bagas balik.
“Sama,” ujar Tante Tere
sambil menghapus air mata Bagas yang masih dipipi.
“Kamu cuci muka gih, mami mau kekamar dulu benerin makeup,” ujar
mami mau keluar kamar.
“Aku pake kamar mandinya Troy aja ya Mi? Ngomong-omong, Troy sama
Papi kemana Mi?” tanya Bagas kemudian.
“Iya, disitu aja. Ntar keluarnya tunggu ya. Troy sama Papi lagi
nganter Oma Chelsea cari oleh-oleh buat pulang,” jawab Mami singkat sambil
berlalu.
***
Ternyata mami gak langsung menuju kamarnya. Namun menuju kamar
Chelsea. Mami memastikan keadaan putri kesayangannya ini.
“Chels...” panggil Tante Tere yang sudah berada didalam kamar
Chelsea. Chelsea yang sedari tadi berdiri menghadap balkon kamarnya, segera
berhambur mendekati maminya.
“Mi, gimana? Apa dia mau pergi?”tanya Chelsea tak sabar sambil
menggengam tangan maminya.
“Kamu gak apa-apa kan Chels?” ujar maminya ragu.
“Kenapa Mi?” ujar Chelsea dengan khawatir.
“Mami gak nyuruh Bagas pergi. Kamu liat kan, tadi wartawan banyak.
Kalo wartawan tahu mami ngusir Bagas, gimana tanggapan mereka. Setidaknya Bagas
harus jelasin kenapa ia disini dulu,” ujar Tante Tere dengan hati-hati.
“Tapi Mi, Chelsea gak mau ketemu dia,” ujar Chelsea dengan raut
memelas.
“Sayang, kamu juga sadar situasinya kan... Ini juga untuk kamu
Chels, dia udah janji ke mami gak ngomong macem-macem juga kok,” tenang Tante
Tere.
“Udah, untung kamu nangisnya gak keterusan. Kamu benerin make up
terus kita keluar ya. Mami juga mau benerin make up dulu,” ujar Tante Tere yang
kemudian keluar dari kamar Chelsea.
***
Bagas yang bosen nunggu para wanita berdandan, mengirim pesan
kepada Tante Tere untuk ijin keluar dulu. Mami pun mengijinkan asal diam-diam
dan tidak ketahuan. Bagas pun turun duluan, untungnya tak ada yang menaydari
dari amna Bagas datang. Tak terasa sudah 30menit mereka menghilang dari
keramaian pesta.
Bagas sedang mengambil minuman yang tersedia. Namun para wartawan
yang melihatnya, langsung menyerbu Bagas lagi. Bagas pun harus meladeni
waratwan-waratwan ini dulu.
‘Gas, gimana? Hubungan kamu sama Chelsea apa?”
“Ah, kita cuma temenan biasa aja kok,” jawab Bagas kalem.
“Cuma temen kok sampe dateng kesini bawa bunga Gas?”
“Iya, temen. Tadi habis pulang dari acara yang diadain didaerah
sini, niatnya mau mampir aja. Gak taunya lagi ada rame-ramean, cari tahu, eh
gak taunya Chelsea ulangtahun. Kan gak lucu juga kesini gak bawa apa-apa.
Yaudah deh, cari apa aja yang ada. Di depan ada toko bunga, beli bunga aja,”
jawab Bagas santai. Tante Tere juga Chelsea ternyata sudah ada ditangga, mereka
memperhatiakan dari jauh Bagas yang sedang diwawancara. Kemudian Tante Tere pun
mengajak Chelsea untuk turun.
“Kalian ini apa-apaan sih? Mereka kan udah berteman lama. Sebelum
duet mereka waktu awal karier Bagas malahan. Keluarga kita juga udah kenal baik
kok,” jelas Tante Tere yang ikut nimbrung menemani Bagas. Begitu juga Chelsea
yang hanya mencoba untuk tersenyum didekat maminya.
“Oh, jadi bener ya Tant, mereka gak ada apa-apa? Tapi kok baru
keliatan deket sih?” tanya wartawan lagi.
“Kata siapa? Kalian aja yang baru liat. Ya mungkin karena Chelsea
udah lama vakum dan baru muncul lagi, sedang Bagas selalu sibuk. Jadi gak ke
ekspos kalian aja,” tambah Tantae Tere santai.
Kemudian para wartawan ingin mau menanyai Chelsea, namun kemudian
dipotong oleh Tante Tere untuk menyudahi wawancara tersebut.
***
Bagas sudah berada di dalam mobilnya yang melaju kembali ke
Jakarta. Dan Bagas baru tersadar ia lupa belum memberikan kado utamanya untuk
Chelsea. Sebuah kotak yang masih ada disaku celananya.
“Ah, ya. Kadonya...” celetuk Bagas.
“Aduh, bagaimana ini? Tapi kalau balik kesana, tadi masih ada
wartawan. Dan sepertinya Chelsea belum mau ketemu. Tapi yasudahlah, tante Tere
masih mendukungku. Sepertinya memang masih butuh waktu untuk mendekatimu lagi
Chels,” pikir Bagas menenangkan pikirannya.
***
Pagi harinya Bagas sudah berada dikantor manajemennya, dan tentu
saja Josia sudah memarahinya karena kemarin tidak datang hingga membuatnya
harus merayu produser agar menjadwal ulang pertemuannya dengan Bagas. Dan
untungnya produser tersebut bisa menemui Bagas hari ini juga. Namun ternyata
tidak itu saja yang membuat Josia marah. Kini di media-media hiburan, sedang
bertiup kabar tentang kedekatan Bagas dan Chelsea karena kemarin datang secara
emngejutkan ke pesta ulangtahun Chelsea. Walau sudah ada bantahan dari Bagas
dan mami Chelsea, namun media tidak percaya begitu saja. Mereka tetap
menggosipkan kedekatan tersebut. Josia sudah marah-marah atas tingkah konyol
Bagas, namun Bagas hanya tersenyum saja.
“Heh, kenapa elo hanya tersenyum saja? Aku lagi serius,” teriak
Josia.
“Sudahlah, bukankah ini sudah biasa. Mereka memang senang membuat
gosip tentang skandal gue kan?” jawab Bagas ringan.
“Ini beda. Lihatlah kenaytaannya, elo sama Chelsea hubungannya
tidak begitu baik. Oke, dulu kalian memang dekat, tapi... Tinggu! Jangan-janganelo memang sengaja menciptakan skandal ini?” tangkap Josia penuh tanda tanya.
Bagas hanya tersenyum menanggapinya.
“Heh, apa itu benar? Gimana elo bisa melakukan ini? Hubungan loe sama Chelsea sudah berakhir dengan tidak baik-baik. Bagaimana kalau pihak sana nuntut?” marah Josia lagi.
“Sudahlah, tenang aja. Itu tidak mungkin terjadi,” jawab Bagas
masih dengan santai sambil main getrich di smartphone’nya.
“Gimana gak mungkin? Ini berbeda dari skandal-skanda loe yang
sebelumnya. Skandal-skandal loe sebelumnya, hubungan loe dengan mereka baik-baik
saja dan memang tidak ada apa-apa diantara kalian, atau kalau tidak, memang
sudah ada kontrak antara elo sama lawan skandal. Tapi ini Chelsea, ini beda!
Ah, lama-lama elo bisa buat gue gila...” ujar Josia dengan frustasi. Belum sempat
Bagas menanggapi ujaran Josia, ada telepon masuk pada handphone Bagas. Bagas
sedikit kaget juga mengetahui siapa yang menelponnya. Bagas pun memberi kode
pada Josia bahwa dia akan menjauh untuk mengangkat telponnya.
Bagas pun mengangkat telpon tersebut, dan ternyata tante Tere yang
menelponnya. Tante Tere marah pada Bagas karena rumor-rumor yang sedang
beredar. Tante Tere menyalahkan Bagas karena rumor ini muncul setelah Bagas
muncul pada pesta ultah Chelsea tanpa diundang. Dan dia takut, rumor ini akan
mempengaruhi karier Chelsea yang akan mengeluarkan single keduanya.
***
Bagas juga Josia sedang menemui produser musik yang akan
memproduseri album Bagas selanjutnya. Namun produser itu menjadi sedikit ragu
karena Bagas yang sedang terlibat skandal dengan Chelsea. Josia terus saja
meyakinkan produser tersebut bahwa gosip itu tidak akan mempengaruhi karier
Bagas. Akan tetapi produser itu menanggapi beda. Produser tersebut malah
menginkan Bagas dan Chelsea melakukan featuring pada album yang akan ia
produseri.
“Bukankah hal itu tidak sulit? Chelsea juga berada dibawah naungan
manajemen juga label yang sama dengan Bagas bukan?” ujar produser.
“Tapi pak, Chelsea baru akan mengeluarkan single keduanya,” ujar
Josia.
“Apakah itu sebuah album? Baru single kan?” komentar produser.
Bagas yang sedari tadi hanya diam saja, ternyata sedang berkliaran
dengan pikirannya sendiri. Dia masih kaget tak menyangka malah sang produser
meanwarinay untuk membuat album bersama Chelsea. Ini akan memudahkannya untuk
mendekati Chelsea lagi. Dan Josia sebagai manajer Bagas pun akhirnya mengiyakan
permintaan produser, namun mereka juga harus bertemu dengan director perusahaan
manajemen itu untuk mebicarakannya lebih jauh.
***
“Jo, bener kan yang gue denger tadi? Gue bakal punya album bareng
Chelsea lagi?” ujar Bagas tak percaya.
“Iye, tapi juga nunggu putusan dari atas. Mungkin hanya akan
menjadi masalah waktu aja,” jawab Josia.
“Eh, apa ini juga rencana loe buat skandal ini?” tanya Josia
tiba-tiba.
“Enggaklah, gak berpikir sejauh ini gue,” jawab Bagas cepat.
***
Setelah menunggu 2 bulan, dan promosi single ke-2 Chelsea yang
akan berakhir, manajemen tempat Chelsea dan Bagas pun memutuskan untuk membuat
album kompilasi sebagai pengganti album solo Bagas. Itupun usulan Bagas sendiri
untuk membuat album kompilasi. Album itu tidak hanya akan diisi oleh Bagas dan
Chelsea saja. Namun juga ada Difa, mantan rekan duet Bagas dalam BagasDifa,
Bastian dan adiknya Roma yang berada dalam satu manajemen tersebut.
“Loe kenapa nyaranin album kompilasi sih? Kan awalnya mau buat
album solo sebagai album come back?” tanya Josia kesal.
“Loe tahukan rapatnya kemarin, album solo gue tetep dibuat tapi
paling nunggu satu tahun lagi. Ini sebagai album warming up gue sebelum come
back setelah beberapa tahun terahir gue lebih aktif di dunia akting. Ya gue
tetep milih album kompilasi ini lah, walau gak duet, setidaknya punya album
yang sama Chelsea,” jawab Bagas santai.
“Dasar ya loe, gue gak habis pikir. Udah berapa tahun sejak elo
pertama kali bilang ke gue elo suka Chelsea, perasaan itu masih sama seperti
sekarang?” tanya Josia kemudian.
“Lebih malahan,” jawab Bagas cepat. Josia hanya geleng-geleng kepala
menanggapi jawaban Bagas, namun sebenarnya ia juga kagum atas pendirian
sahabatnya itu.
*TBC*
NB: FF ini cuma 2 part, lanjut ntar malem ya :)
Dan part 2 akan lebih sweet dari part 1 ini deh :)
Comment ya, mau digimanain part 2'nya tapi ;)
No comments:
Post a Comment