Tuesday 24 June 2014

Tergoda Bidadari 2 (End)



Pagi harinya, Bagas tidak ada agenda akan pergi kemana-mana. Dengan malas-malasan, Bagas menyambut paginya. Hingga sebuah pesan masuk kedalam smartphone'nya.

From: Tissa
To: Bagas
Bagas, bukankah hari ini kamu tidak ada agenda? Mau menemaniku mencari buku? ||

Pesan dari Tissa. Bagas bingung mau menjawab apa. Bagas dilema. Hingga pesan baru tiba.

From: Tissa
To: Bagas
Bersiap-siaplah. Aku diperjalanan menuju rumahmu. ||

"Ah, seenaknya sekali ni anak," komentar Bagas sambil meletakkan pesannya dan mengambil handuknya.

Bagas pun menemani Tissa mencari buku disebuah toko buku ternama. Lama mereka berjalan-jalan ditoko buku tersebut hingga Tissa mencari buku yang ia cari. Setelah selesai mencari buku, Tissa mengajak Bagas untuk lunch.

"Gas, mau gak habis ini nemenin aku ke taman safari? Aku belum pernah kesana," pinta Tissa.

"Ke Bogor?" tanya Bagas sambil melanjutkan makannya.

"Iya, yuk temenin aku. Ayolah Gas..." rengek Tissa.

Bagas berpikir sejenak yang pada akhirnya mengiyakan.  Merekapun berangkat berdua ke Bogor. Selama perjalanan, Bagas yang membawa mobil.  Ditaman safari, Bagas dan Tissa menikmati harinya. Terlihat rona gembira pada keduanya.


Disaat pulang, Bagas yang membawa mobil. Tissa duduk disamping Bagas, walau tidak tidur, namun terlihat lelah. Smartphone Tissa pun berbunyi menandakan sebuah pesan baru masuk.

From: Kak Karel
To: Tissa

Ssa, mobil Bagas udah kelar nih. Mau diambil kapan? ||

Selesai membaca pesan tersebut, Tissa dengan khawatir pun memandang wajah Bagas yang tengah konsen menyetir.

To: Kak Karel
From: Tissa
Titip dulu deh kak, mungkin weekend besok ya aku ambilnya. Tagihannya, masukin ke kartu kereditku aja. Thanks. ||

Tissa buru-buru menyimpan samrtphone'nya sambil melihat Bagas, kemudian Tissa pun terlihat salah tingkah.

"Ada apa?" tanya Bagas melihat Tissa yang salah tingkah.

"Ah, tidak. Apa kita sudah sampai Jakarta?" tanya Tissa mengalihkan pembicaraan.

"Ya, kita sudah sampai," jawab Bagas.

"Kita makan malam dulu yuk," ajakan Tissa yang di iyakan Bagas.

**

Pukul 10 malam, Bagas baru sampai rumahnya.

"Terimakasih ya sudah mengantar," ucap Bagas basa-basi sambil keluar dari mobil Tissa.

"Jangan begitu, itu terdengar seperti mengejekku," ujar Tissa.

""A, bukan maksudku begitu. Baiklah, aku masuk dulu. Bye," pamit Bagas sambil meninggalkan Tissa dengan mobilnya.

Tissa tidak langsung meninggalkan rumah Bagas, namun ia menunggu Bagas hingga tak terlihat masuk rumahnya.

Ternyata didalam rumah, Bagas sudah ditunggu mama-nya yang duduk di ruang tamunya. Sedari tadi, mama Bagas memang sudah melihat tingkah Bagas dari jendela rumah. Bagas yang baru masuk rumah, dibuat akget oleh kehadiran mama.

"A, mama... buat kaget saja," komentar bagas ketika melihat Mama-nya yang duduk diruang tamu. Bagas pun menghampiri Mama-nya dan mencium tanagnnya.

"Itu tadi siapa Gas?" tanya Mama.

"Temen Ma," jawab bagas singkat yang amsih berdiri.

"Sepertinya dia setiap hari yang antar jemput kamu ya?" tanya Mama mengintrogasi.

Bagas yang awalnya berdiri hendak meninggalkan Mama-nya pun akhirnya duduk disamping Mama-nya.

"Oh, itu yang nabrak mobilku Ma. Katanya dia mau bertanggung jawab. Dia ngrasa bersalah, makanya antar-jemput aku. Dia juga bayarin ngebenerin mobilnya," jelas Bagas kepada Mama'nya.

"Kamu sama Chelsea masih baik-baik aja kan?" tanya Mama tiba-tiba.

Seketika Bagas terpatung kaku seperti tersambar petir.

"Dalam hubungan itu, yang paling penting adalah saling percaya. Apalagi kalian sedang LDR. Bukankah minggu depan Chelsea sudah balik kesini?" tanya Mama yang tak ada jawaban dari Bagas karena Bagas masih terpatung.

"Kamu percaya Chelsea kan? Begitu juga Chelsea, pasti dia percaya sama kamu. Makanya, kamu juga harus menjaga kepercayaan itu dengan kesetiaan. Kamu harus setia Gas, jangan tergoyah sama wanita dengan mudah. Maka, hubungan kalian akan langgeng," nasehat Mama pada Bagas.

Mendapati Bagas yang tertunduk tak menjawab, Mama pun masuk kamar meninggalkan Bagas.

Bagas tengah tiduran dikamarnya, memikirkan apa yang baru saja mama-nya ucapkan.

"Kamu harus SETIA. Jangan GOYAH," ucapan Mama yang terngiang dipikiran Bagas.
Bagas pun mengambil smatrphone'nya. Dan melakukan panggilan video call. Bagas menghubungi Chelsea.

Saat Bagas dan Chelsea ber-video call sebelum tidur. ^^

"Hallo," ucap Chelsea dengan suara mengantuknya.

"Sayang, ini video call," ujar Bagas kepada Chelsea karena Chelsea meletakkan handphone'nya pada pipinya.

Chelsea pun buru-buru duduk dan merapikan rambut serta wajahnya. Meletakkan smartphone'nya dihadapannya. Dan Chelsea terlihat senang menerima video call dari Bagas.

"Sudah cantik, sudah cantik," ucap Bagas melihat Chelsea yang masih merapikan diri dengan berkaca pada kamera ponselnya.

"Tentu saja, kan aku selalu cantik," ujar Chelsea yang kemudian menjulurkan lidahnya. Bagas hanya tertawa.

"Apa kamu sudah tidur tadi?" tanya Bagas.

"Tentu saja, sudah jam berapa ini?" tanya Chelsea yang terlihat habis tidur sambil melihat jam dindingnya.

"Sudah jam 10 lebih, kamu belum tidur?" tanya Chelsea.

"Belum, aku gak bisa tidur?" jawab Bagas.

"Kenapa? Mikirin tugas OSPEK?" tanya Chelsea perhatian.

"Enggak, aku mikirin kamu kok," ujar Bagas gombal.

"Ah, gombal," ujar Chelsea sambil tersenyum yang tak terlihat mengantuk lagi.

"Serius deh," balas Bagas.

"Aku rindu kamu," lanjut Bagas dengan muka cemberutnya.

"Sabar sayang, minggu depan aku sudah balik kok," jawab Chelsea.

"Hei, apa kamu tidak rindu aku?" tanya Bagas.

"Tentu saja aku sangat rindu kamu," jawab Chelsea.

"Pasti rinduku lebih besar dari rindumu," ujar Bagas.

"Tidak, pasti rinduku kekamu lebih besar. Sebesar apa rindu kamu ke aku?" tanya Chelsea.

"Sangat-sangat besar," jawab Bagas sambil merentangkan lengannya.

"Cuma segitu? Aku lebih-lebih sangat merindukanmu," ujar Chelsea.

"Tidak, rinduku lebih besar," lawan Bagas.

Hampir satu jam, mereka ber-video call ria.

"Sayang aku udah ngantuk. Lanjut besok ya. Love you," ujar Bagas sambil menjulurkan jari telunjuknya mendekati layar handphone'nya.

"Love you too," jawab Chelsea sambil menjulurkan jari telunjuknya seperti menyentuh jari telunjuk Bagas.

**

Hari ke-4 mobil Bagas masih berada dibengkel.

Pagi itu, Tissa mengirim pesan kepada Bagas.

From: Tissa
To: Bagas
Bagas, boleh aku menemuimu? ||

Bagas ragu untuk membalasnya, namun ia berpikir sejenak, dan akhirnya membalas.

"Mungkin ini tentang mobil," pikir Bagas.

To: Tissa
From: Bagas
Iya, Tiss, ada apa? ||

From: Tissa
To: Bagas
Aku ada sesuatu yang ingin aku katakan. Tapi, apa kamu mau menemaniku melihat sebuah pameran gadget hari ini? ||

"Apa lagi ini? Sikapnya sudah berlebihan," pikir Bagas.

To: Tissa
From: Bagas
Apa ini tentang mobil? ||

Lama Tissa tidak membalas pertanyaan Bagas. Tissa bingung mau membalas apa. Dia masih belum mau memberitahu bahwa mobil Bagas sudah selesai.

From: Tissa
To: Bagas
Oh, maaf. Aku sudah menanyakan mobilmu ke kak Karel. Tapi sepertinya pengerjaannya lebih lama dari yang diperkirakan. Mobil'mu belum jadi, karena bengkel rame. Maaf. ||

From: Tissa
To: Bagas
Maaf ya, Gas. Apa kamu akan pergi kesuatu tempat? Aku akan mengantarmu. ||

"Ada apa sih dengan cewek ini? Ganggu pikiran banget," keluh Bagas.

To: Tissa
From: Bagas
Maaf, Tiss. Hari ini aku gak bisa. Sampai weekend besok, aku ada acara keluarga diluar kota. Jadi bila mobilku sudah jadi, kamu langsung hubungi aku aja ya. ||

Pesan Bagas terkirim.

"Eh, kenapa aku harus bohong gini ya? Haduh, buat galau aja tuh cewek. Untung semalem mama ngingetin. Cantik sih dia, tapi kan aku sudah sama Chelsea. Lagian masih cantikan Chelsea juga," batin Bagas.

**

"Apa aku harus sejauh ini? Aku juga belom tahu apa dia sudah punya cewek belom. Tapi 3 hari bersama dia kemarin, aku ngrasa nyaman banget. Semoga aja dia amsih single. Tapi kalau dia sudah ada... Ah tidak, selama 3 hari bersama kemarin, tidak ada tanda-tanda dia sudah memiliki seseorang," pikir Tissa dengan keras.

Sudah hari ke-5 mobil Bagas berada dibengkel. Dan 2 hari ini Tissa tidak bertemu Bagas. Walau begitu, Tissa masih menghubungi Bagas hanya sekedar menanyakan Bagas sedang apa.

To: Bagas
From: Tissa
Pagi Bagas, apa agenda mu hari ini? ||

Pesan Tissa basa-basi.
From: Bagas
To: Tissa
Hei, masih dengan acara keluarga. Maaf ya, aku sedang sibuk. ||

2 hari ini, selalu begitu. Bagas membalas pesan dari Tissa dengan sekenanya. Tissa mulai sedikit kecewa. Namun dia tak mau menyerah.

"Kejam gak sih aku? Kasian juga sih, si Tissa. Tapi ini lebih baik. Aku gak mau mengecewakan Chelsea," batin Bagas yang selama 2 hari ini hanya bersantai dirumah.

**

Weekend pun tiba. Berarti sudah 6 hari Bagas tidak melihat mobilnya. Mulai timbul kecurigaan pada Bagas.

Siang itu, Bagas tengah sibuk main PS sendirian diruang tengah. Beserta camilan yang berserakan dihadapannya. Mama yang berada dirumah, menegur Bagas yang Cuma bersantai-santai tersebut.

"Dari kemarin kamu Cuma dirumah aja Gas. Mobil kamu gimana?" tanya Mama sambil merapikan camilan yang berserakan.

"Eh, Ma. Gak tau, Tissa belum hubungin lagi," jawab Bagas sekenanya sambil tetap fokus main.

"Udah 3 hari ni, kamu gak kemana-mana? Apa si Tissa gak mau nganter kamu? Ya udah sih, kamu check sendiri kebengkel aja," saran Mama.

"Besok deh Ma, belum butuh juga aku," jawab bagas asal.

"Oh ya, besok kan Chelsea baliknya. Kalau kamu belom butuh, besok mau jemput pake apa?" tanya Mama.

"Besok Papa libur kan, pinjem mobil papa aja ya," jawab Bagas yang masih sibuk dengan game'nya.

"Dasar..." ujar Mama terpotong dengan keluhan Bagas karena ia kalah main.

Tiba-tiba smartphone Bagas berdering. Sebuah pesan baru masuk. Dengan cekatan Bagas pun membukanya.

From: Tissa
To: Bagas
Bagas, mobil kamu sudah jadi. Apa kamu sudah pulang? Bagaimana kalau nanti malam atau besok pagi aku menejmputmu? ||

"Ma, mobil Bagas udah beres," lapor Bagas pada Mama'nya yang amsih disampingnya.

"Ya udah sana, kamu ambil sekarang saja. Jadi besok bisa buat jemput Chelsea kan," saran Mama.
Bagas terdiam sejenak. Sepertinya ia tengah berpikir. Lalu dengan ceria ia membalas pesan dari Tissa.

To: Tissa
From: Bagas
Makasih infonya, Tiss. Kalau hari ini aku belum bisa. Bagaiman kalau besok sore saja? Tapi aku berangkat sendiri aja. Kita bertemu dibengkel kakak kamu. ||

"Besok aja deh Ma, aku ambilnya. Besok aku mau jemput Chelsea pakai taksi terus ke bengkel ambil mobil sekalian ketemu Tissa disana aja," jelas Baags.

"Nahlo, ada apa ini? Kamu ingin ngenalin Chelsea pada Tissa?" tanya Mama heran.

"Haha... iya, Ma. Kemarin malem kan mama bilang; kalau aku harus setia. Tissa cantik sih, bahkan kata Rafli cantik kaya' bidadari. Tapi akukan sudah sama seorang Dewi yang tak kalah cantik, baik lagi, Chelsea. Haha..." jawab Bagas sambil ketawa.

"Dasar kamu..." komentar Mama ikut tertawa.

**

Esok harinya, benar saja. Sore itu, Bagas menjemput Chelsea di Bandara dengan taksi. Dengan taksi, mereka menuju bengkel Karel, dimana Tissa sudah menunggu.

"Kok pakai taksi kak? Mobil'nya kemana?" tanya Chelsea ketika sudah masuk taksi.

"Kan aku dah cerita, mobil aku lagi dibengkel," jawab Bagas.

"Lha, itu udah satu mingguan kya'nya. Belum jadi juga? Emang parah ya? Tapi keliatannya akmu gak luka," introgasi Chelsea.

"Enggak parah kok. Cuma bengkelnya lagi rame. Jadi baru jadi kemarin. Ini kita mau kebengkelnya. Kamu gak papa kan?" tanya Bagas kemudian.

"Oh, yaudah. Ga papa kok," jawab Chelsea dengan tersenyum.

**

Tissa sudah menunggu Bagas dibengkel. Karel yang tengah tak sibuk, menemui Tissa. Mereka pun mengobrol di cafe bengkel tersebut.

"Mobil'nya kan dah jadi dari kemari-kemarin. Kok baru diambil?" tanya Karel.

"Kakak diem aja ya kalau dah jadi dari beberapa hari yang lalu," pinta Tissa.

"Lha, kenapa? Kamu tertarik pada pria itu?" tanya karel.

"Gak tahu sih kak. Tapi aku ngrasa nyaman aja sama dia," cerita Tissa.

"Kamu kan baru kenal dia seminggu yang lalu. Tapi dia belum punya cewek kan?" selidik Karel.

"Nah, itu aku juga belum tahu kak. Tapi beberapa hari aku bareng dia, kaya'nya dia masih sendiri kok," jelas Tissa.

Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti didepan bengkel. Bagas pun keluar dari taksi tersebut. Tissa yang melihatnya, mengajak Karel untuk menghampiri Bagas. Tak lama kemudian, Chelsea keluar dari taksi, yang membuat langkah Tissa semakin pelan. Karel yang melihat perubahan ekspresi Tissa, kemudian merangkul Tissa.

"Hei Gas, maaf ya lama. Bukannya aku ngeremehin karena kamu temennya Tissa, tapi bengkelnya lagi bener-bener rame nih," sapa Karel sambil basa-basi.

"Oh ya, gak papa kok," jawab Bagas singkat sambil menjabat tangan Karel.

"Hei Tiss," sapa Bagas pada Tissa yang terlihat diam. Tissa pun kemudian hanya membalas dengan senyuman terpaksa sapaan Bagas tadi.

"Eh, kenalin. Ini Chelsea, my girl," Bagas ngenalin Chelsea kepada Karel juga Tissa.

"Chelsea," Chelsea mengenalkan dirinya sambil berjabat tangan kepada Karel juga Tissa yang masih tersenyum terpaksa.

"Kok bawa koper? Dari mana?" tanya Karel penasaran yang masih merangkul Tissa.

"Tadi aku baru jemput dia dari bandara, dia habis balik dari Palembang," jelas Bagas.

Kemudian merekapun menuju mobil Bagas yang sudah diperbaiki tersebut. Bagas pun berterimakasih pada Karel juga Tissa yang tiba-tiba menjadi pendiam. Lalu Bagas juga Chelsea berpamitan dengan membawa mobilnya.

"Kalau begitu, aku sama Chelsea pamit dulu ya Rel, Tiss. Aku harap kita masih bisa ketemu lagi," pamit Bagas pada Tissa juga Karel yang kemudian masuk mobil dengan Chelsea dan meninggalkan bengkel Karel.

Karel dengan tersenyum juga melambaikan tangan mengantar kepergian Bagas dan Chelsea. Tissa?
Tissa masih shock dengan apa yang ia lihat. Karel pun menghampiri Tissa lagi.

"Cowok gak Cuma dia aja kok Tis," hibur Karel.

--END--

by: Yovie & Nuno

Kamu slalu tak hentinya menggoda diriku
Senyummu matamu seolah mengajak pergi jauh
Oh eo eo kata ibuku harus setia
Kau memang secantik bidadari,
Namun ku tlah terikat sang dewi

Jujur aku, bisa goyah bila terus bertemu
Ku ingkari, ku hindari namun hatiku terus merindu
Oh eo eo lelaki itu harus setia
Meski kau secantik bidadari
Kekasihku seindah sang dewi

Bibirmu yg indah merekah merah
Membawa ku terbang ke al4m s4dar
ohh..

Oh eo eo kata ibuku harus setia
Kau memang secantik bidadari,
Namun ku tlah terikat sang dewi

Oh eo eo lelaki itu harus setia
Meski kau secantik bidadari
Kekasihku seindah sang dewi

Oh eo eo kata ibuku harus setia
Kau memang secantik bidadari,
Namun ku tlah terikat sang dewi
Namun ku tlah terikat sang dewi

Kekasihku seindah sang dewi
Oh oo..oh..oo..oh..o

NB: Gimana? Coments dong.

"Kata ibuku kuharus setia.
Kau memang secantik bidadari,
Namun ku tlah terikat sang Dewi."

Di part awal udah aku kasih clue dengan makna lirik itu lho. :D
Walau Tissa cantik kaya' bidadari, tapi hati Bagas sudah tertaut pada Chelsea yang seindah Dewi.

Phonebook Chelsea dalam smartphone Bagas juga dinamai "my goddess". Juga, dalam gambar/poster, yang memakai sayap kaya' bidadari ya Tissa.

Btw, bedanya Bidadari sama Dewi apa sih?

Kalau bahas inggrisnya, Bidadari ( Fairy); Dewi (goddess).
Fairy lebih bersifat kecerita fiktif dalam keberadaannya. Sedangkan goddess, lebih bersifat mitos, kepercayaan. Kepercayaan yang sebagian orang percayai ada, tapi tetap gak tahu keberadaan sebenarnya ada enggak. Sedangkan kalau fiktif, sudah tentu tidak ada. Hanya rekaan saja.

Paham? :D

Bagi yag blm tahu:
BEM = Badan Eksekutif Mahasiswa (sejenis OSIS kalau disekolah)

UCLA = University California of Los Angeles, berlokasi di Amerika.
Di Amerika, arah lalulintas berbeda dari Indonesia. Bila di Indonesia arah lalu lintas di lajur jalan kiri, maka di Amerika berada di kanan. Begitu pula kemudi yg disesuaikan arah lalu lintas. Kemudi di Indonesia berada di kanan, Amerika berada di kiri. (source: wikipedia)

No comments:

Post a Comment