Sunday 21 June 2015

My Roommate is... (part 2 - end)



Saranku, sebelum kalian lanjut baca, liat sendiri aja sih...
Endingnya keren bgt!


Tapi kalau ngeyel. ya ini deh... :D

--- 

Afika sedang asyik menonton k-pop di depan komputernya sampai-sampai ikutan manggut-manggut. Dia mendapat telfon dari Baim.

“Bagaimana kabar kak Chelsea dan Om Bagas? Apa mereka sudah pacaran?” tanya Baim.

“Kemana saja kamu? Ketinggalan berita gitu. Tentu saja mereka sudah pacaran,” jawab Afika. Lalu Baim memberi selamat pada Afika karena sebentar lagi Afika akan segera mendapat kamar sendiri.

Afika membayangkan jika kamarnya didekorasi serba pink dia juga membayangkan ada seorang pria yang akan menciumnya dikamarnya. Namun khayalannya gagal karena suara Baim yang menanyakan dimana ia dapat mendownload drama Amerika.

---

Afika kini sudah berada dikamar Baim. Baim mengeluh karena ia tak bisa login di situs downloadnya. Afika menjelaskan kalau Baim masih dibawah umur makanya tak bisa login. Baim menebak pasti Afika menggunakan email kakaknya agar bisa login dan Afika membenarkan.

---

Di salon, ibu sedang menata rambut pelanggan dan Chelsea sedang menyapu. Tiba-tiba Chelsea mendapat telfon dari Bagas. Lalu Chelsea keluar menjauh dari ibu.

“Oh, apa-apaan itu! Pasti dia beneran suka dengan manager. Dia selalu menolak untuk kamu jodohkan, tapi kali ini dia sepertinya serius dengan manager Bagas,” komentar pelanggan ibu. Ibu hanya tersenyum melihat tingkah putrinya.

Tiba-tiba Afika masuk ke salon itu. Afika minta rambutnya dipotong ala artis k-pop oleh ibunya. Ibu hanya diam heran

---

Bencana pun tiba, Chelsea memotong rambut Afika menjadi potongan bob yang jauh berbeda dari yang diinginkannya. Afika menangis kenapa potongannya jadi begini.

“Kamu ini masih siswa SD, masih kecil. Kamu bisa memakai model rambut sesukamu ketika sudah dewasa,” nasehat Chelsea yang masih berada dibelakang kursi Afika. Afika menangis meminta rambutnya dikembalikan.

---

Dirumah, Afika masih ngambek kepada Chelsea. Sepulang dari salon, Chelsea memberi jepit rambut pada Afika. Tapi Afika tak mau menerimanya dan menyuruh Chelsea untuk memakainya sendiri. Chelsea tak mau karena ia membeli ini untuk Afika. Afika masih marah dengan Chelsea. Afika keluar rumah dan menelfon Om Bagas.

Afika menyuruh Om Bagas untuk segera menikahi kakaknya. Jika Om Bagas tak cepat-cepat, Afika mengancam tak mau membantunya lagi.

---

Bagas dan Chelsea makan ice cream berdua.

“Kenapa tiba-tiba kau mengajakku bertemu disini?” tanya Chelsea sambil menikmati ice cream-nya.

Tanpa berkata, dengan malu-malu, Bagas menyodorkan sebuah kotak berisi cincin kepada Chelsea.

“Nenekku memberikan cincin ini pada ayahku dan menyuruhnya untuk memeberikan cincin ini pada gadis yang akan dinikahinya. Ibuku menjaga cincin ini. Dia memberikannya padaku. Dia berpesan untuk memberikannya pada seseorang yang ingin aku nikahi. Pembangunan gedung akan segera berakhir. Dan aku harus segera kembali ke Jakarta. Jadi maukah kau menikah dengan ku?” ujar Bagas kemudian. Chelsea kaget dan menghentikan makan ice cream-nya.

---

Pulang sekolah, Afika terus berlari tanpa menghiraukan panggilan Baim yang memintanya pulang bersama. Afika bertemu dengan Om Bagas didepan mini market.

“Apa benar kakak menolak Om?” tanya Afika tak sabaran. Bagas hanya diam saja dengan muka lesunya memandang Afika dalam. Afika mengatakan kalau Chelsea suka bercanda, ia mengusulkan agar Bagas melamar sekali lagi. Bagas  masih tak berkata apapun, ia berjalan pergi meninggalkan Afika.

Baim menebak, pasti Om Bagas marah. Afika kesal kenapa Om Bagas tiba-tiba mengubah pikirannya. Baim menjelaskan kalau ini bukan tiba-tiba karena kakaknya Afika sebelumnya selalu menolak kencan buta karena cinta pertamanya.

---

Afika sedang belajar namun ia tak bisa konsentrasi gara-gara memikirkan siapa cinta pertama kakaknya. Afika lalu membuka album kelulusan kakaknya yang ia temukan beberapa hari lalu. Dia menemukan sebuah foto kakaknya dengan teman-temannya. Afika berpikir apa mungkin cinta pertama kakaknya salah satu dari lelaki difoto itu.

Ibu merebut foto itu dari Afika dan bertanya apa yang sedang Afika lakukan.

“Apa kak Chelsea mempunyai cinta sejati?” Afika malah bertanya pada ibunya. Ibunya hanya memandang heran kepada Afika.

---

Chelsea sedang sendirian di salon yang sudah tutup. Ia menyanyi melampiaskan perasaan kacaunya. Chelsea teringat akan masa lalunya dengan cinta pertamanya.

Saat itu mereka kemah bersama teman-temannya. Chelsea kebagian untuk menyanyi saat acara api unggun. Selesai menyanyi, seorang lelaki yang merupakan pacarnya saat itu, menariknya untuk menjauh dari teman-temannya. Chelsea dan pacarnya berciuman di sebuah gang yang sepi. Chelsea sangat menikmati kesendiriannya mengingat masa lalunya sampai ia mengabaikan telfon dari Ibu.

---

Didepan rumah, ibu mondar-mandir menunggu Chelsea yang belum pulang tanpa ada kabar.
Sesampainya Chelsea dirumah, masih didepan rumah, Ibu memarahi Chelsea yang nampak kacau. Ibu pun bertanya  kenapa Chelsea menolak Bagas.

“Apa karena lelaki itu? Kamu belum bisa melupakannya?” tebak ibunya dengan marah.
“Kenapa lali-laki itu masih saja masuk dalam kehidupan kita? Aku akan membunuh laki-laki itu,” kesal ibu. Chelsea tersenyum mendengarnya.

“Tapi ibu kan tak tahu siapa laki-laki itu?!” jawab Chelsea sambil menertawai ibunya yang penuh emosi.

“Apa kau menggap ibumu ini bodoh? Ibumu ini tahu apa yang terjadi pada putrinya. Malam itu, bukankah dengan diam-diam kamu menelponnya? Lelaki itu produser sekaligus sutradara terkenal itu kan? Karel Sunteo?” ujar ibu tak bisa menahan emosinya.

“Sudahlah sayang, hubunganmu dengannya sudah berakhir lama.” lanjut ibu.

Ternyata sedari tadi Afika tengah memperhatikan ibu dan kakaknya dari jendela ruang tamu. Afika pun mendengar apa yang mereka bincangkan. Afika ingin tahu siapa itu Karel Sunteo.

---

Keesokan harinya, Afika mencari artikel mengenai Karel Sunteo di komputer sekolahnya. Afika menemukan foto Karel Sunteo diinternet. Ia teringat kalau kakaknya pernah menonton wawancara Karel Sunteo di TV waktu ia kehilangan snack dan sulit belajar. Dan Karel Sunteo juga ada di foto yang Afika temukan disalah satu album foto SMA kakaknya.

Baim menghampiri Afika. Afika berkata Karel Sunteo adalah sutradara yang sukses. Baim tak tahu menahu mengenai Karel Sunteo, ia malah mengatakan kalau ia sudah bisa login di website download drama Amerika jadi Afika tak perlu men-download-kannya lagi. Afika mengatakan ia mengerti, tapi pandangannya tak lepas dari foto Karel Sunteo.

---

Dirumah, Afika dihukum oleh Ibu dengan memukuli betisnya. Ibu meminta Afika untuk minta maaf. Walau dengan menangis, Afika tak mau karena ia merasa tak bersalah. Ia tak pernah memaksa Baim untuk login ke website itu. Chelsea mengatakan kalau Baim mengikuti Afika login ke website itu dengan menggunakan email-nya. Baim login ke website itu dengan email ibunya dan mendownload video porno.

“Kau membawa teman-temanmu kerumah dan menunjukkan pada mereka video vulgar, mau jadi apa kau kelak? Kau! Dimana kau belajar untuk melakukan sesuatu yang buruk? Jika aku mengadukan kalau kau menggunakan identitas orang lain, maka kau akan ditangkap untuk pelanggaran privasi. Haruskah akau melaporkanmu?” bentak Chelsea pada Afika.

“Bagaimana dengan kakak yang membaca diary-ku? Bukankah itu juga pelanggaran privasi?” jawab Afika dengan berlinang airmata. Chelsea tambah marah karena Afika berani membalikkan kata-katanya, ia mengambil pemukul yang dipegang Ibu. Chelsea memukulkan pemukul itu pada betis Afika. Chelsea menyuruh Afika untuk minta maaf. Afika tak berkata apapun ia hanya menangis.

---

Afika duduk sendirian dipinggir danau dengan muka bersedih. Lalu Ibu menghampirinya. Ibu hendak memeriksa betis Afika, tapi Afika tak mengijinkannya.

“Kakakmu melakukan ini semua demi kebaikan kamu,” ujar ibu. Afika masih menangis

“Kenapa ibu selalu berada di pihak kakak? Padahal aku juga anak ibu dan aku lebih pandai dari kakak. Kenapa Ibu membenciku?” tanya Afika polos dengan menangis.

Dengan sedih, lalu Ibu memeluk Afika dan menepuk-nepuk punggungnya.
“Siapa yang membencimu? Malah sebaliknya, ibu sangat menyayangi Afika,” ujar Ibu yang masih memeluk Afika. Mendengarnya Afika menyuruh Ibu untuk menikahkan kakaknya karena salah satu dari mereka harus keluar, Afika tak bisa hidup dengan kakaknya.

---

Disekolah Afika mengacuhkan Baim. Karena Baim, kemarin ia dihukum Ibu dan kakaknya. Afika malah asik ngobrol dengan teman yang lain. Afika bertanya pada teman sebangkunya yang pernah pergi ke Jakarta, bagaimana ia bisa ke terminal menuju Jakarta.

---

Di rumahnya, Afika membuka celengannya. Saat Chelsea masuk, Afika pura-pua tidur.

Chelsea masuk kamarnya dengan tersenyum. Ia tersenyum melihat garis yang terbuat dari plaster yang Afika tempelkan sebagai batas area kamar mereka berdua. Lalu Chelsea keluar lagi masih dengan tersenyum lucu.

---

Afika naik bus menuju Jakarta, ia memegang sebuah peta.  Didalam bus, Afika berbicara sendiri yang ditujukan untuk kakaknya.

“Tunggu saja! Aku akan menemukan cinta pertamamu. Dan akan kuminta dia menikahimu!” ujar Afika masih dengan sebal.

---

Disalon, Ibu mendapat telpon dari sekolah Afika. Guru Afika menanyakan apa benar Afika tidak berangkat karena sakit? Ibu malah bingung dan mengiyakan saja. Setelah telpon ditutup, Ibu menanyakan kepada Chelsea yang sedang melayani pelanggan. Chelsea bilang pagi ini Afika baik-baik saja. Lalu Chelsea menelpon ponsel Afika, namun tidak aktif. Chelsea dengan raut muka marah, berekspektasi kalau Afika membolos sekolah dan sengaja mematikan handphone-nya untuk melihat drama Amerika dirumah.

---

Afika sudah sampai di Jakarta. Dia memperhatikan kota yang ramai itu. Dia mengikuti peta yang dipegangnya. Afika akhirnya menemukan kantor Karel Sunteo dan masuk kedalam. Namun sekertaris Karel menghalanginya.

Karel Sunteo yang baru datang kekantor, melihat Afika bersama sekertarisnya. Akhirnya Karel mengajak Afika masuk ruangannya. Afika menggunakan kesempatan ini untuk bertanya apa Karel Sunteo ingat dengan kakakanya.

“Om, apa om mengingat teman om yang bernama Aurora Chelsea?” tanya Afika dengan manis duduk di kursi kantor Karel.

“Aurora Chelsea?” ulang Karel yang nampaknya tak ingat.

“Hanya dengan nama, sulit untukku mengenali nama itu,” lanjut Karel.

Lalu Afika menunjukkan foto kebersamaan Chelsea dan teman-temannya, dimana didalam foto itu juga ada Karel. Ketika Karel melihat foto itu, tiba-tiba handphone-nya berdering. Dengan ekspresi gembira, Karel menerima telphone tersebut dan meminta ijin pada Afika untuk menunggu sebentar. Karel pun menerima telpon itu dengan menghadap jendela membelakangi Afika.

Ternyata, Karel mendapat telfon dari putrinya. Nampak kalau Karel Sunteo sangat menyayangi putrinya.

“Oh, my precious daughter?”
“Apa kau sudah makan? Dimana ibumu?” ujar Karel ketika menerima telepon dengan ekspresi bahagia.
“Mintalah kepada ibumu untuk memberikanmu makanan yang lezat!”
 “Iya, ayah juga menyayangimu. Bye” tutup Karel.

Afika merasa kalau usahanya telah gagal dan ia mengurungkan niatnya untuk membuat Karel ingat dengan kakaknya.

“Baiklah, mana yang kamu maksud dengan nama tadi?” tanya Karel yang sudah duduk didepan Afika lagi sambil memegang foto itu kembali.

“Lupakan saja, sepertinya aku datang ketempat yang salah,” jawab Afika cemberut lalu mengambil foto itu kembali.

“Kalau begitu, aku pamit,” lanjut Afika dengan murung. Karel hanya memperhatikan dengan ekspresi heran.

Afika keluar dari kantor itu dengan wajah ditekuk.

---

“Kakakku bodoh! Dia menganggap hubungannya belum berakhir. Tapi lelaki itu bahkan lupa namanya,” ucap Afika dengan sedih dipinggir jalan.

Afika hendak menyebrang, namun ia tak melihat ada motor yang melaju kearahnya. Motor itu tak dapat menghindari Afika. Afika jatuh tak sadarkan diri.

---

Dengan sangat panik, Ibu dan Chelsea meminta bantuan Bagas untuk mengantarkan mereka ke Jakarta karena bus kesana sudah tak ada. Mereka semua khawatir dengan keadaan Afika. Lalu Bagas pun mengantarkan ibu dan Chelsea dengan mobilnya menuju Jakarta.

---

Sesampainya dirumah sakit, mereka segera berlari menuju ruang ugd dengan panik. Dokter mengatakan kalau Afika hanya shock dan tak ada luka yang serius. Chelsea, Ibu dan Bagas lega mendengarnya.

Seperginya dokter, Chelsea mengelus pipi Afika. Chelsea menyalahkan dirinya sendiri karena bersikap terlalu keras pada Afika. Chelsea menangis tersedu. Ibu mencoba menenangkannya. Bagas hanya melihatnya dengan sedih dan tak tega.

---

Afika sudah dipindahkan kekamar perawatan. Chelsea menungguinya duduk disamping tempat tidur Afika. Chelsea masih menangis melihat Afika yang masih tertidur akibat obat penenang yang diberikan.

---

Diluar kamar, nampak Bagas yang khawatir setia menunggui mereka. Ibu yang dari kantin membawa air minum, melihatnya dengan tak tega. Ibu pun segera masuk kekamar Afika.

Ibu menghampiri Chelsea yang masih menangis.

“Apa yang kamu tangisi?” tanya ibu dengan ketus.
“Memang tak mudah membesarkan seorang anak,” lanjut ibu dingin.

“Aku sudah mencoba yang terbaik tapi sepertinya tak berhasil,” jawab Chelsea masih menangis sambil memandangi Afika.

“Dasar anak nakal. Dia membuat ibunya sangat khawatir, tapi dia tidur dengan nyenyaknya. Saat dia bangun, aku akan...” ujar Ibu yang dingin dengan memandang Afika yang masih terlelap.

“Dia tak bersalah. Ini karena aku menyusahkannya,” potong Chelsea membela Afika.

“Apa sekarang kau berada dipihaknya?” ujar ibu kesal.

“Jadi, aku pun telah menyusahkanmu juga kan bu?” ujar kakak mengawang sedih.

“Tentu saja. Bahkan aku ingin membunuh kalain berdua,” ujar ibu bercanda dengan kesal. Lalu Chelsea tertawa mendengarnya.

-Flashback-

Ibu yang sedang membawa nampan sarapan didepan kamar Chelsea, memergoki Chelsea yang memakai seragam SMA sedang memasang korset di perutnya. Ibu marah besar pada Chelsea karena hamil diluar nikah. Apalagi saat itu Chelsea masih sekolah.

Ketika Afika lahir, ayah Chelsea menyuruhnya untuk diadopsi. Ketika Chelsea akan menyerahkan pada orang yang akan mengadopsi Afika, Afika yang masih bayi merah, menggenggam erat jemati Chelsea seakan tak mau berpisah dari mamanya. Dengan menangis, ia memohon pada ayahnya agar Afika  untuk ia besarkan sendiri. Akhirnya mereka memutuskan untuk membesarkan Afika dengan konsekuensi mereka sekeluarga harus berpindah rumah.

-Flashback End-

“Aku tidak bisa membiarkannya diadopsi. Saat itu, dia mungkin tahu aku akan membiarkannya pergi jauh. Lalu dia menggengam erat jariku,” kenang Chelsea sendu.

“Tapi kamu juga memahami perasaan ayahmu saat itu, ketika harus memberikannya pada orang bukan?” tanya Ibu.

“Tentu. Mengingat hal itu, aku sangat merasa bersalah pada almarhum ayah. Karena aku, kita harus berpindah-pindah rumah. Tapi, Afika adalah bola keberuntunganku. Demi dia, aku belajar membesarkan anak dan menjalani ujian paket,” lanjut Chelsea haru.

“Jadi, kamu harus berterimakasih pada Afika,” setuju Ibu pada ucapan Chelsea.
“Aku tak habis pikir, seorang anak membesarkan seorang anak sampai sebesar ini. Dia juga anak yang pintar,” ujar Ibu sambil menggenggam tangan Afika yang masih tertidur.

“Manager masih menunggu diluar. Apa kamu sudah memberitahukan semuanya kepadanya?” tanya Ibu kemudian. Chelsea yang sudah kembali tersedu, hanya mengangguk mengiyakan jawaban Ibu.

“Dia terlalu baik, aku tak bisa menyembunyikannya,” jawab Chelsea kemudian.

-Flashback-

Chelsea mengembalikan cincin Bagas yang sudah berada didepannya.
“Afika tak tahu apapun. Aku tak mengatakan padanya karena aku takut ia akan jadi nakal.Tapi suatu hari nanti, saat Afika sudah bisa mengerti, aku akan mengatakan yang sebenarnya dan akan menjalani hidupku. Sekarang ini aku belum bisa meninggalkan Afika,” ujar Chelsea ketika Bagas melamarnya dikedai ice cream. Bagas yang duduk didepannya, hanya diam shock mendengar pengakuan Chelsea.

-Flashback End-

“Baguslah. Kamu sudah menghancurkan hidup orang lain,” komentar Ibu yang menyayangkan sikap Chelsea yang tidak seharusnya merusak hidup orang lain. Lalu Ibu beranjak dari tempak duduknya hendak pergi keluar.

“Mau kemana bu?” tanya Chelsea kemudian.

“Aku ingin mencari udara segar,” jawab Ibu.

“Aku akan ikut,” ujar Chelsea yang kemudian pergi maninggalkan Afika menghampiri ibunya.

Afika sepertinya mendengar semua percakapan Chelsea dan Ibu. Afika teringat semua kelakuannya yang menyusahkan Chelsea. Ketika Chelsea memarahinya karena belum mengerjakan PR, ketika Chelsea menghadiahinya sebuah bra, ketika Chelsea memotong rambutnya sesuai model anak sekolah, ketika Afika melihat foto Chelsea sekolah, ketika Chelsea menghukumnya dengan memukul betisnya. Dengan masih mata tertutup, Afika mulai menitikan air matanya dengan deras. Afika mulai menangis.

---

Afika sudah boleh keluar dari RS. Afika dan Chelsea sedang bersiap-siap untuk keluar RS. Chelsea membantu Afika untuk memakai bajunya dengan berjongkok.

“Kau kabur karena kau ingin dapat kamar sendiri kan?  Jika kau lakukan ini lagi, aku tak akan membiarkanmu! Mengerti?” ancam Chelsea pada Afika. Afika hanya diam dan cemberut.

“Kenapa diam? Jawab aku,” lanjut Chelsea.

“Baiklah,” jawab Afika kemudian masih cemberut.

“Tapi, kenapa kau pergi ke Jakarta? Kamu tidak mengenal siapapun disini,” tanya Chelsea penasaran.

“Di Jakarta...” jawab Afika ragu.
“... banyak orang disini. Aku datang  untuk mendapatkan suami untuk kakak,” jawab Afika bohong. Chelsea sedikit tertawa.

“Jadi, apa kau mendapatkannya?” tanya Chelsea kemudian. Afika diam saja. Dia mulai berkaca menahan air matanya.
“Apa kau menemukannya?” ulang Chelsea penasaran. Afika semakin kalut.

“Kakak memiliki kepribadian yang buruk, jadi ini sulit,” jawab Afika masih menahan tangisnya.

“Oh ya? Jadi itu artinya aku harus hidup selamanya denganmu,” ucap Chelsea dengan ceria. Afika sudah tak bisa menahan air matanya, ia menangis.

“Hey, kenapa kau menangis?” tanya Chelsea khawatir. Tangisan Afika semakin keras.
“Hey kenapa?” tanya Chelsea lagi sambil menggenggam tangan Afika.

“Hidupku sedang dihukum. Aku harus hidup denganmu,” ucap Afika sambil menangis.

“Ada apa denganmu? Kenapa kau begitu?” tanya Chelsea heran dengan ekspresi sedih. Lalu Chelsea mulai memeluk Afika.

“Baiklah, kita akan membuatkanmu kamar. Kamu akan mendapatkan kamar pribadi,” lanjut Chelsea masih memeluk Afika yang menangis. Afika mulai melunak. Ia mulai membalas pelukan Chelsea. Dan pelukan itu semakin erat.

---

Afika, Chelsea dan Ibu hendak keluar RS. Ternyata Bagas sudah menanti mereka di loby. Sebelum pergi, Bagas mengajak ngobrol berdua dengan Chelsea. Mereka mengobrol ditaman. Dari kejauhan, Afika dan Ibu mencoba untuk menguping.

“Apa yang sedang mereka bicarakan?” ujar Ibu penasaran.

“Om Bagas sedang melamarnya,” jawab Afika.
“Aku berharap mereka segera menikah,” lanjut Afika. Ibu hanya menatap Afika dengan heran.

---

Beberapa bulan kemudian, Afika sedang berada didepan komputer didalam kamarnya yang kini dicat serba pink. Dengan santai Afika sedang menonton drama Amerika dari komputernya. Ada bingkai foto Chelsea dan Bagas yang mengenakan baju pernikahan dengan Afika yang berada diantara mereka.

Chelsea dan Bagas sudah menikah. Kini Afika memiliki kamarnya sendiri seperti yang ia inginkan. Afika memutuskan untuk menunggu Chelsea mengatakan semuanya padanya. Karena semua drama memiliki alasan untuk segalanya dan kebenaran pasti akan terbuka.

Chelsea sedang pergi ke Arab karena Bagas ditugaskan untuk mengurus pekerjaan kontruksi disana. Tapi hidup Afika tak banyak berubah. Ia mendapat pesan dari Chelsea yang memeperingatkannya untuk tak bermain dengan komputer. Afika celingukan mencari kakaknya, dia heran bagaimana kakaknya bisa tahu kalau dia sedang menonton drama? Lalu dia mendapat pesan lagi dari kakaknya, yang menyuruhnya untuk tak mencarinya karena ia bisa melihat semuanya dari Arab. Afika lalu mematikan komputernya dengan kesal.

Afika mendapat pesan dari Baim yang meminta Afika menerima maafnya dan ia menunggu Afika di lapangan sekolah sekarang. Afika memutuskan untuk menerima maaf Baim karena bagaimanapun juga ia 1 bulan lebih tua dari Baim. Afika pergi menemui Baim dengan memakai jepit rambut pemberian kakaknya, Chelsea, yang sebenarnya adalah ibu kandungnya.

---

-Flashback-

Di rumah sakit, Afika sedang bersama Bagas dikamarnya. Afika membagi pisangnya pada Bagas yang duduk disamping tempat tidurnya.

“Aku pikir, tak apa jika Om menjadi ayahku,” ujar Afika santai. Bagas kaget dengan ucapan Afika. Bagas hanya melongo memandang Afika.

“Tapi Om jangan beritahu kakakku,” pinta Afika yang tak membolehkan Bagas mengatakan pada Chelsea kalau ia sudah tahu, kalau Chelsea adalah mamanya. Lalu Bagas tersenyum memandang Afika. Afika membalas senyuman Bagas. Nampak raut muka kebahagiaan pada mereka berdua.
-Flashback End-

---END---

P.S: Oh God, ini drama plot twist-nya kece parah! Kalian harus nonton sendiri deh!
Awalnya ku kira ini film horror. Posternya gitu sih. Akhirnya, akhir tahun kemarin diberaniin liat. Ah ternyata bagus bgt >.< Rasanya pengen buat sequel "After Merried" gtu dari dulu. Tapi belom sempet :D


Menurut kalian, keren juga kan? :D
Thx udah nyempetin mampir baca ^^

1 comment:

  1. Casino Site: Review & Rating for 2021 - LuckyClub
    Play your favourite classic casino games online! ✓ No Registration ✓ No luckyclub.live Deposit Bonuses ✓ Fast Payouts ✓ Mobile Version ✓ No Deposit Required. Rating: 4.4 · ‎2 votes

    ReplyDelete