Sunday 13 July 2014

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 9]



*Pagi hari dikediaman Istana

Chelsea tengah duduk sendirian diteras kamarnya. Bagas masuk kamarnya dan berniat mendekati Chelsea. Namun ternyata Chelsea sedang menelpon.

"Aku sudah baik sekarang. Mama, Chelsea anak tersayangmu sudah mulai sehat sekarang. Aku minum obat dan mendapatkan perawatan yang terbaik disini. Tapi akan lebih baik bila Mama disisiku sekarang," ujar Chelsea yang bertelepon dengan Mamanya.

"Jika aku dirawat dirumah, aku akan kembali sehat dalam sehari. Tapi disini butuh beberapa hari," lanjutnya.

"Aku benar-benar baik sekarang, ma," yakin Chelsea pada mama'nya.

"Mama juga harus menjaga kesehatan ya. Iya, aku paham,"

"Baiklah, aku akan tutup sekarang. Mama dulu yang menutupnya, bye," tutup Chelsea.

Setelah Chelsea selesai dengan teleponnya, Bagas baru mendekati Chelsea dan duduk disampingnya.

"Kamu terlihat lebih sehat sekarang," Bagas mencoba membuka pembicaraan, namun Chelsea menanggapinya dengan muka marah.

"Aku dengar kamu memanggil-manggil ibumu dalam tidurmu semalam," lanjut Bagas yang membuat raut muka Chelsea sedikit melunak.

"Sekarang, aku seperti menjadikanmu sanderaku. Setiap kamu berpikir ingin kembali kerumah, akupun ingin mengijinkanmu. Tetapi status sebagai Putri Mahkota sangat spesial, jadi aku tidak dapat mengijinkannya. Itu karena aku ingin melindungi posisiku sebagai Putra Mahkota. Setidaknya selama beberapa tahun kedepan, aku tidak ingin tercatat sebagai Putra Mahkota yang tidak berguna," jelas Bagas dengan serius.

"Apa maksudmu? Beberapa tahun kedepan?" tanya Chelsea mulai penasaran.

"Ini akan memakan dua atau tiga tahun kedepan," ujar Bagas dengan lemah.

"Apa?" tanya Chelsea terkejut.

"Aku akan menyerahkan posisiku sebagai Putra Mahkota," ujar Bagas dengan santai namun lemah.

"Jika aku menyerah sekarang, mereka akan menganggapku sebagai seorang remaja yang mencoba memberontak. Jadi, aku harus menunggu sampai mereka menganggap serius kata-kataku sebelum aku megatakannya pada mereka. Aku akan dimaafkan untuk belajar di luar negeri dan meninggalkan tempat ini selamanya. Lagipula ada orang yang lebih cocok jadi seorang Pangeran daripada aku. Dan saat itu kau bisa mendapatkan kembali kebebasanmu dan bisa meninggalkan tempat ini," jelas Bagas.

"Akankah itu semudah yang kau katakan?" tanya Chelsea.

"Anggap saja ini karena aku benci mendengarmu yang selalu berkata ingin pulang ke rumah. Aku pasti 
akan mengembalikanmu ke rumah. Jadi jangan terlalu khawatir. Jika kau bisa bersabar selama beberapa tahun, aku pasti akan mengembalikanmu ke rumah. Jadi kumohon atasilah semua ini dan tetaplah ada disampingku," tambah Bagas. Kemudian Bagas  bangkit dan meninggalkan Chelsea yang masih kebingungan.


*Dikediaman Ibu Suri Ira

Ibu Suri Ira, Queen Agni beserta Sekertaris Istana juga Dayang Misel serta Dayang Queen Agni dan Dayang Ibu Suri sedang berkumpul dikediaman Ibu Suri. King Cakka sendiri tidak ikut berkumpul karena kondisi kesehatannya yang menurun pagi itu. Pagi itu mereka berkumpul guna membahas permasalahan yang sedang dihadapi Istana. Terutama permasalahan yang timbul akibat foto-foto CP Bagas yang beredar.

"Departemen HUMAS sudah melakukan tindakan pencegahan agar rumor tentang CP Bagas tidak beredar kembali. Untuk saat ini, Istana dapat tenang. Namun, rumor yang beredar dalam internet, sulit untuk kita hentikan," jelas Sekertaris Istana.

"Lalu, apa kita hanya akan melihatnya dan tidak dapat melakukan apa-apa? Setelah beredarnya foto di Jogja, rumor tentang Istana terus saja berkembang," tanya Queen Agni dengan sedikit nada lebih keras kepada Sekertaris Istana dan para Dayang.

Sekertaris Istana dan para Dayang hanya tertunduk tak bersuara.

"Kita harus menyangkal berita itu dengan cepat. Bagaimana dengan mengadakan PressCon?" tanya Ibu Suri Ira.

"Jika kita menanganinya dengan mengatakan berita itu tidak benar, maka para penduduk mungkin tidak akan percaya apa yang akan kita katakan. Mereka sudah melihat foto-nya jauh-jauh hari. Dan mereka pasti akan salah mengerti dan tak percaya lagi pada keluarga kerajaan, Yang Mulia," jelas Sekertaris Istana dengan hati-hati.

"Begitukah? Mungkin kita memang tidak seharusnya melakukan itu," ujar Ibu Suri dengan sedih.

"Mungkin kalimat ini tidak pantas saya katakan, tapi mungkin lebih baik bila kita serahkan penyelesaian rumor ini kepada Departemen HUMAS. Walaupun pemberitaan di internet sangat gencar, namun para penduduk tidak sepercaya itu. Seiring berjalannya waktu, pasti runor tersebut juga akan menghilang dengan sendirinya," ujar Sekertaris Istana.

"Benarkah? Bukankah itu hal baik untuk kita?" ucap Ibu Suri.

"Yang Mulia, setelah adanya peristiwa khusus ini, saya mempunyai pemikiran." Ucap Sekertaris Istana.

"Tolong katakan," potong Ibu  Suri penasaran.

"Bagaimana bila kita, menggunakan kesempatan ini untuk...mendapatkan seorang cucu, Yang Mulia?" saran Sekertaris Istana dengan hati-hati.

"Apa yang kamu maksud, cucu kerajaan dari Royal Couple?" tanya Ibu Suri yang masih sedikit bingung.

"Benar, Yang Mulia," jawab Sekertaris Istana antusias.

"Tapi Putra Mahkota dan Putri Mahkota masih muda dan menempuh pendidikan," ujar Queen Agni dengan cemas menandakan ketidak setujuannya.

"Dibandingkan dengan orang biasa, kelahiran dalam keluarga kerajaan selalu dalam usai muda," potong Ibu Suri yang terlihat antusias dengan usul Sekertaris Istana.

"Juga, kesehatan Raja akhir-akhir ini yang menurun. Juga selama ini yang kulihat, CP Bagas dan CP Chelsea tidak lah terlihat sebagai pasangan, mereka terlihat seperti hanya seorang teman. Ayo kacaukan sekali ini, Ratu," rayu Ibu Suri Ira kepada menantunya, Queen Agni.

"Mengacaukan, Yang Mulia?" Queen Agni bingung.

"Ini tentang tidur dalam satu kamar, Ratuku. Dalam usia ini, aku sudah merindukan memiliki seorang cicit. Bagaiman menurut kalian?" ucap Ibu Suri Ira sedih kemudian meminta saran kepada para dayang.

"Ayo lakukan langkah ini, Yang Mulia," jawab Dayang Misel yang diangguki oleh semau Dayang juga Sekertaris Istana.

"Tapi... Yang Mulia," ujar Queen Agni masih ragu.

"Ratuku, bukankah kamu mendapatkan Putri Salma juga setelah melakukan berbagi kamar? Dibandingkan pasangan CP sebelumnya, pasangan CP saat ini tertinggal jauh," jelas Ibu Suri Ira memaksa Queen Agni yang hanya diam terkejut malu mendengar kalimat Ibu Suri yang pertama.

"Benarkah begitu? Wah, aku setuju. Mari kita kacaukan," ujar seseorang yang tiba-tiba masuk kekediaman Ibu Suri dengan nada antusias.

Semua terkejut dengan suara yang datang dan semua melihat kearah dari mana suara itu datang.

"Putri Salma?" ujar Sekertaris Istana terkejut lalu memberikan hormat yang diikuti para Dayang. Sedangkan Ibu Suri dan Queen Agni masih memandangi sang Putri dengan terkejut.

"Benar, apa kabar Paman?" sapa Putri Salma kepada Sekertaris Istana sambil berlalu akan duduk disamping Queen Agni.

"Putri Salma, kapan kau sampai? Kenapa tidak mengabari?" tanya Queen Agni khawatir sekaligus senang dengan kepulangan putri pertamanya ini.

"Putri Salma," ujar Ibu Suri dengan senang.

"Apa kabar nenek, eh Ibu Suri?" ujar Putri Salma kepada Ibu Suri.

"A Putri Salma, aku senang kamu telah kembali," ujar Ibu Suri sambil berdiri hendak memeluknya.

"Aku juga senang bertemu kalian lagi," ujar Putri Salma yang berada dalam dekapan neneknya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana keputusan hal yang kalian bicara kan tadi?" ucap Putri Salma menghentikan kebahagiaan kepulangannya sejenak.

"Ya tentu saja, Ratuku, kamu setuju bukan?" tanya Ibu Suri Ira kepada Queen Agni.

"Baiklah, Yang Mulia," ujar Queen Agni dengan pasrah.

"Bagus. Sekertaris Istana, persiapankan prosesi tersebut segera," perintah Ibu Suri dengan antusias.

*Dikediaman Royal Couple

Siang itu, CP Bagas sedang menunggui CP Chelsea yang tengah tertidur. CP Bagas yang duduk ditepian tempat tidur CP Chelsea, tengah mengusap kening CP Chelsea yang berkeringat dingin. CP Bagas dengan setia mengelap keringat itu dengan telaten.

Dipintu kamar CP Chelsea, Putri Salma sudah berdiri melihat apa yang dilakukan oleh adiknya itu. Dia hanya berdiri sambil menunggu waktu yang tepat menyapa adiknya. Ketika CP Bagas sudah menyelesaikan membersihkan keringat CP Chelsea, dan hendak berpaling akan duduk dikursi dekat tempat tidur CP Chelsea, CP Bagas melihat keberadaan kakaknya tersebut.

"Ha, kakak..." ucap CP Bagas senang sambil berjalan cepat menuju arah P.Salma. P.Salma hanya mengatupkan bibirnya sambil meletakkan jari telunjuknya didepan bibirnya menyuruh CP Bagas untuk tidak terlalu berisik. CP Bagas pun memeluk P.Salma dengan senang.

"Kakak? Kapan kau datang?" tanya Bagas antusias.

"Baru saja," jawab P.Salma santai.

"Bagaimana keadaannya?" tanya P.Salma sambil melihat Chelsea yang tertidur ditempat tidurnya.

"Panasnya agak turun sedikit. Dia sedang tidur sekarang," jawab Bagas dengan sedih.

"Kalau begitu, kau mau ngobrol denganku?" tawar P.Salma.

Bagas memandang kearah Chelsea, lalu mengangguk mengiyakan. Bagas kembali ke tempat tidur Chelsea. Bagas membenarkan selimut Chelsea, menyentuh pipi Chelsea dengan lembut, kemudian membelai rambut Chelsea dan setelah itu mengikuti kakaknya ke kediaman kakaknya.

*Keidaman P.Salma

"Kau tak perlu terlalu khawatir dengan foto yang beredar di surat kabar. Ibu dan Pegawai Kerajaan akan mengurus hal itu. Kau bisa belajar dari insiden ini," hibur P.Salma.

Bagas hanya diam sambil menikmati teh yang diseduhkan untuknya.

"Saat aku mendengar berita kalau kau menikah, kupikir kau menikahi wanita yang ada difoto itu (Chindai)," lanjut P.Salma. 

"Aku sudah melamarnya," kata Bagas dengan raut muka flat.

"Lalu?" tanya P.Salma penasaran.

"Aku ditolak olehnya," jawab Bagas santai.

"Apa? Benarkah? Putra Mahkota Bagas ditolak?" tanya P.Salma sambil tertawa. Bagas tak marah. Dia malah ikut tertawa.

"Aku bahkan tak sempat berkata apa-apa. Aku ditolak begitu saja," lanjut Bagas.

"Wah!" celetuk P.Salma.

"Tapi aku berterimakasih padanya. Aku tak mau seseorang yang kusukai hidup dengan kehidupan yang membosankan seperti hidupku. Chindai berpikir dan dia menginginkan banyak hal dalam impiannya, jadi dia tak mau jadi boneka di istana," cerita Bagas.

"Lalu bagaimana dengan Chelsea?" tanya P.Salma.

"Saat pertama kali, kupikir dia akan baik-baik saja. Tapi sepertinya tak seperti yang kupikirkan. Dia terlahir tanpa kemampuan sebagai boneka di istana. Hal yang membosankan dan membuatku lelah malah membuat Chelsea tertarik. Dari apa yang kulihat, bukan dia yang dikendalikan oleh istana. Tapi istana lah yang dikendalikan olehnya. Itulah kenapa dia tak mungkin jadi boneka di istana," cerita Bagas dengan antusias. Bagas terlihat senang dan bersemangat bercerita tentang Chelsea.

"Benarkah seperti itu. Apapun itu, berarti dia itu pengecualian," kata P.Salma.

"Ya, dia memang pengecualian," jawab Bagas.

"Apa itu? Apa kau sudah mulai menyukainya?" tanya P.Salma lagi.

Bagas yang sedang meminum tehnya, tersedak kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan kakaknya.

"Apa yang kau pikirkan? Ini pernikahan politik," jawab Bagas dengan gugup salah tingkah. P.Salma tertawa melihat tingkah adiknya itu.

"Dua orang yang tak saling mencintai menikah, tapi itu bukan berarti mereka tak saling mencintai selamanya kan?" tanya P.Salma memancing. Bagas hanya memandang malu-malu pada kakaknya.

"Aku telah mengelilingi dunia selama 2 tahun. Dan aku belajar banyak hal. Bagi kebanyakan orang, cinta masih jadi hal yang penting. Ada begitu banyak cara untuk mengekspresikan cinta, hal yang paling penting adalah cinta itu sendiri." cerita P.Salma serius. Bagas hanya terdiam mendengarkan perkataan kakaknya.

"Bagas ku  juga akan menerima cinta yang seperti itu kan?" kata P.Salma lagi. Bagas tertawa mendengarnya.

"Hei, kau seperti pendeta saja," ledek Bagas.

"Seorang pendeta? Seorang pendeta juga bukan sesuatu yang buruk," kata P.Salma. Mereka pun tertawa bersama. Mereka terlihat sangat dekat.

*Di Istana

Mendapati Bagas yang tidak ada dikediaman mereka, Chelsea memutuskan untuk keluar berjalan-jalan mencari udara segar. Ditaman istana, Chelsea melihat Rafa yang tengah berjalan santai seperti baru dari kediaman Ibu Suri. Chelsea pun menghampiri Rafa.

"Hei, Raf... Pangeran Rafa," panggil Chelsea dari kejauhan. Rafa pun tersenyum melihat siapa yang memanggilnya. Kemudian, Rafa menghampiri Chelsea.

"Ow, kenapa kamu berjalan-jalan sendirian? Apa Bagas tidak mengawasimu?" tanya Rafa.

"Entahlah, ketika aku bangun tadi, dia tidak ada," jawab Chelsea lesu.

"Oh... Apa kamu mau berjalan-jalan denganku?" tawar Rafa.

"Ah, tapi... Kalau Bagas tahu, dia akan memarahiku lagi. Oh ya, maaf ya untuk yang terakhir itu," ujar Chelsea dengan menyesal.

"Apa dia mengancammu? Aku akan mengajakmu kesuatu tempat diistana ini yang kamu pasti belum pernah kesana," ajak Rafa ceria.

"Ah, benarkah? Baiklah, sepertinya menarik," ujar Chelsea mau.

Rafa dan Chelsea pun jalan bersama menuju sebuah gedung dua lantai di dalam istana yang terlihat tidak terawat tersebut. Mereka pun masuk kedalam yang terlihat seperti perpustakaan tua dengan penuh buku-buku. Rafa mengajak Chelsea untuk naik kelantai dua.

Dilantai dua, Chelsea terlihat antusias. Dia mengeksplore ruangan yang terlihat sedikit gelap dan penuh buku itu. Chelsea melihat buku yang ada. Chelsea menemukan sebuah alat musik yang mirip gitar kecil. Chelsea duduk mencoba memainkannya.

"Apa kamu benar-benar sudah merasa baikan?" tanya Rafa yang sedari tadi hanya duduk memperhatikan Chelsea.

"Tentu saja, tidakkah kamu melihatnya?" jawab Chelsea sambil tersenyum pada Rafa. Rafa pun hanya membalas dengan tersenyum.

"Ini seperti gitar, tapi kecil," komentar Chelsea pada alat musik yang ia mainkan sambil terus memetik memainkannya.

"Itu mandolin," uajr Rafa.

"Mandolin?" ulang Chelsea.

"Iya, nama alat musik itu mandolin," ulang Rafa.

"Musik yang dihasilkannya terasa sedih," ujar Chelsea yang sedari tadi memainkannya.

Rafa hanya terdiam memandang Chelsea penuh perasaan. Mendengar suara musik yang dipetik Chelsea, membuat lamunan Rafa melayang. Rafa teringat semua pertemuannya dan semua hal yang di lewatinya bersama Chelsea dan teman-temannya. Dia juga ingat saat mereka berdua ada di rumah kaca. Dia tersenyum melihat Chalsea yang mulai memainkan mandolin itu dengan ceria.

Kini, Chelsea dan Rafa tengah berada dibalkon gedung berlantai dua tersebut. Rafa berdiri bersandar pada pagar balkon tersebut. Sedangkan Chelsea menari-nari sambil memainkan mandolin dengan gaya musik rock sambil menyanyikan lagu "Dek Sangke" dengan ceria. Rafa yang melihatnya pun ikut tertawa geli yang membuat Chelsea semakin bersemangat dan ikut tertawa dalam nyanyiannya. 

Tepat ketika Bagas sedang berjalan dari kediaman P.Salma menuju kediamannya yang memang melewati rute gedung tersebut. Awalnya Bagas hanya mendengar keriuhan tawa seorang wanita dengan pria. Bagas pun mendongak keatas, dan mendapati Chelsea yang tengah menari konyol bersama Rafa yang juga tersenyum lepas bersama Chelsea. Terlihat dari mata Bagas, ia tidak suka melihat pemandangan itu, juga ia mulai mengepalkan tangannya. Dengan kesal, Bagas pun  berlalu meninggalkan lokasi tersebut.

*Kediaman Royal Couple

Bagas tengah termenung sendirian dikamarnya. Ia masih terbayang apa yang ia lihat barusan. Muka Bagas pun terlihat kesal. Sekertaris Istana masuk kekamar Bagas, lalu memeberitahukan jadwal Bagas.

Tiba-tiba HP Bagas bunyi. Bagas segera mengecheck HP'nya walau Sekertaris Istana masih menjelaskan jadwalnya. Sekertaris Istana pun mundur dan memberikan ruang untuk Bagas menerima teleponnya. 

Bagas pun dengan malas menjawab teleponnya. Dan ternyata Chindai yang menelepon.

"Ada apa?" buka pembicaraan Bagas dengan kesal.

"Aku mempunyai banyak hal yang ingin aku katakan. Tapi karena kamu mengatakan 'ada apa?', maka aku tidak tahu apa ini hal yang harus aku katakan," ujar Chindai ditelepon.

"Maafkan aku. Kamu mendapat banyak masalah karena aku," lanjut Chindai dengan bersalah. Bagas yang mendengarnya hanya menghela nafas kesal.

"Dimana kamu sekarang?" tanya Bagas kemudian.

"Baiklah. Aku akan berangkat sekarang. Tunggu aku ditoko buku," ujar Bagas kemudian.

"Kita tidak mempunyai banyak waktu untuk bertemu, jadi jangan telat," lanjut Bagas, kemudian mematikan teleponnya.

"Aku akan pergi sebentar," pamit Bagas pada Sekertaris Istana.

"Yang Mulia... Dalam situasi seperti ini sebaiknya Putra Mahkota berhati-hati," nasehat Sekertaris Istana. Namun Bagas tak mengindahkan nasehat tersebut. Ia malah pergi meninggalkan Sekertaris Istana yang masih berada dikamarnya, dan bersiap-siap untuk pergi.

*

Chelsea hendak masuk ke kamarnya saat kedua dayangnya sedang membersihkan tempat tidurnya sambil ngobrol. Chelsea tertarik mendengar cerita mereka berdua tentang Bagas, Rafa dan dirinya.

"Kamu sudah dengar tentang rencana pengembalian posisis Ratu kepada P.Shilla kan? Aku berharap acara itu dapat berjalan lancar, terus P.Rafa bisa jadi Raja kelak," ujar dayang Dinda.

"Hey, apa yang kamu katakan?" tanya dayang Ocha dengan nada tidak setuju.

"Jujur, Putra Mahkota Bagas terlalu bersikap serius. Bandingkan dengan Pangeran Rafa. Dia selalu tersenyum dan ramah kepada siapa saja. Ahh~ dia sangat mempesona," jelas dayang Dinda sambil membayangkan P.Rafa dengan heboh.

"Kamu harus berhenti mengatakan hal-hal semacam itu," nasehat dayang Ocha.

"Aku bukanlah satu-satunya yang mengatakan hal semacam ini. Di kalangan masyarakat, rakyat juga lebih banyak memilih Pangeran Rafa dari pada Putra Mahkota Bagas," bela dayang Dinda.

Chelsea mendengarnya menjadi cemberut. Sepertinya ia tak setuju dengan apa yang dikatakan oleh dayang Dinda. Chelsea pun berhenti menguping saat dia melihat Bagas keluar dari kamarnya dan melangkah keluar istana dengan baju kasual serta membawa kaca mata hitam dan topi. Chelsea mengejar Bagas.

"Hey kamu mau kemana?" tanya Chelsea dengan sedikit teriak. Bagas sedikit kaget dengan teriakan Chelsea. Dia tetap melangkah maju, dan mencuekkan Chelsea. Kelihatannya Bagas masih kesal dengan Chelsea yang bisa tertawa lepas dengan Rafa tadi.

*Di toko buku

Bagas sudah berada ditoko buku lengkap dengan topi dan kacamata, ia berdiri di meja buku yang dijual dengan promo besar dan membaca buku yang ada didepannya. Chindai yang baru sampai, melihat Bagas dengan tersenyum. Lalu ia berdiri didepan Bagas dan membaca buku yang dijual dengan promo besar tersebut. Bagas menyadari kedatangan Chindai. Ia pun melihat Chindai dengan datar, namun Chindai membalas tatapan Bagas dengan tersenyum gembira. Mereka berhadap-hadapan, berpura-pura membaca buku dan seperti tak saling mengenal.

"Jika... Jika kamu Putri Mahkota, kita mungkin takkan pernah bertengkar dan selalu hidup harmonis. Mungkin kita bisa terus bersama sampai kita tua karena kita berdua punya banyak kesamaan," ujar Bagas tanpa melihat kearah Chindai yang berada didepannya. Chindai sesekali melihat kearah Bagas dan tersenyum mendengar ucapan Bagas tersebut.

"Suatu hari, Chelsea bertanya apa impianku. Bagiku, itu terdengar seperti sebuah bom. Tak seorangpun pernah bertanya apa impianku. Dan aku juga tak pernah memikirkan hal itu. Karena yang kutahu, masa depanku sudah diputuskan. Dan itu takkan berubah hanya karena impianku. Tapi setelah mendengar apa yang dia katakan, itu membuatku ingin bermimpi," ungkap Bagas yang membuat Chindai menjadi kesal.

"Tak peduli apapun impianmu, aku akan selalu mendukung apapun yang kau inginkan. Saat kau ingin mewujudkan mimpimu, aku akan selalu ada untuk mendukungmu," kata Chindai dengan mencoba bersikap ceria.

"Chindai, jangan harapkan apapun dariku. Karena aku tak bisa melakukan apapun untukmu. Waktu yang kita lewati bersama di Bandara Jogja, adalah hadiah terakhirku untukmu. Mulai sekarang, takkan ada lagi hal seperti itu," ungkap Bagas dengan dingin namun terlihat tak tega tanpa memperdulikan ucapan Chindai,  lalu berlalu pergi meninggalkan Chindai yang sangat terkejut mendengar hal itu.

Setelah Chindai dapat menenangkan diri, Chindai berlari menyusul Bagas dan kemudian memegangi tangan Bagas.

"Kau juga harus mendengarkan yang ingin ku katakan. Aku juga tak akan mengharapkan apapun darimu. Meskipun kau tak bisa berhubungan baik lagi denganku. Itu tak masalah. Hanya saja, jadilah seperti yang kau inginkan. Seperti bagaimana kau berdiri di dekatku sekarang ini.  Hanya itu yang kubutuhkan," ungkap Chindai dengan airmata menggenang dimatanya. Chindai menangis dan meninggalkan Bagas. Bagas hanya bisa memandangi kepergian Chindai.

*Siang hari di Istana

Karena melihat sikap Bagas yang masih menemui Chindai kemarin, Sekertaris Istana pun mengusulkan untuk melakukan "sharing room" malam itu juga. Ibu Suri pun menyetujuinya dengan senang. Berbeda dengan Queen Agni yang menyetujuinya dengan terpaksa.

Diruang kerja CP Bagas, Sekertaris Istana membawakan minuman herbal untuk Bagas agar Bagas meminumnya.

"Apa ini?" tanya CP Bagas.

"Ibu Suri yang memerintahkan kepada pusat kesehatan untuk membuat ramuan ini, Yang Mulia," jelas Sekertaris istana.

"Bagaimana aku harus meminumnya tanpa tahu apa saja yang ada di dalam minuman itu?" protes Bagas.

"Minuman itu bagus untuk kesehatan. Tolong jangan tanyakan dan lebih baik kalau segera diminum, Yang Mulia," saran Sekertaris Istana.

"Kamu aneh sekali hari ini," komentar Bagas pada sekertaris Istana yang memaksanya minum ramuan tersebut tanpa memberi tahu ramuan apa itu. Tapi kemudian, Bagas pun langsung meminum ramuan 
yang dibawakan Sekertaris Istana itu.

Sementara itu, di kediaman Royal Couple, kedua dayang Chelsea sedang sibuk mani-padi untuk Chelsea.

"Yang Mulia, kami akan melakukan perawatan kepada Anda," ujar dayang Ocha sambil tersenyum.

"Kanapa kalian tiba-tiba bersikap aneh seperti ini?" ujar Chelsea juga bingung kenapa tiba-tiba mereka berbuat seperti itu. Dayang Ocha dan Dinda malah tersenyum geli.

"Ada sesuatu maksud kenapa mereka melakukan hal itu, Yang Mulia," Dayang Misel memberikan alasan.

"Apa itu?" tanya Chelsea penasaran.

"Hal itu hanya terjadi sekali seumur hidup. Tapi kami meminta maaf karena tak bisa mengatakan apa-apa pada Yang Mulia," jawab dayang Dinda sambil tersenyum.

"Ah, kalian membuatku bingung," keluh Chelsea.

"Yang Mulia, malam ini Anda akan tidur diluar," lanjut dayang Ocha.

"Apa? Bukankah itu melanggar peraturan Istana?" tanya Chelsea.

"Entahlah, kami tidak yakin itu," jawab dayang Dinda sambil tersenyum yang membuat Chelsea semakin bingung dan  Chelsea pun hanya bisa pasrah dan kesal karena para dayang tidak mau memberikan alasannya yang benar.

*Apartemen Putri Shilla

Putri Shilla tengah duduk berdua dengan Rafa dengan laptop didepannya.

"Apa kamu sudah mendengar kabar yang beredar di internet? Harusnya banyak orang yang menjadi cemas dan khawatir akan pemberitaan itu," tanya P.Shilla.

"Rumor itu, tidak semudah yang mereka pikirkan akan cepat menghilang, bukan?" balas Rafa.

"Kau pikir aku akan membiarkannya hilang begitu saja? Aku tak akan membiarkan itu terjadi," jawab P.Shilla.

"Melihat mereka sibuk menyiapakan 'sharing room', aku pikir mereka sedang sangat cemas dan khawatir," lanjut p.Shilla.

"Apa yang ibu maksud? Sharing room?" tanya P.Rafa terkejut.

"Ya, kudengar sharing room akan dilakukan malam ini," jawab P.Shilla.

"Malam ini?" tanya Rafa dengan semakin terkejut.

"Benar. Ini seperti mereka mencoba memberikan 'cucu kerajaan' untuk membungkap opini publik tentang mereka. Tapi mereka akan tahu dalam waktu dekat, mereka akan kehabisan waktu," komentar P.Shilla.

Rafa hanya diam, ia lebih terlihat khawatir dan cemas tentang sharing room tersebut.

*Di Isatana

Chelsea sudah berdandan memakai baju pernikahan adat Palembang lengkap dengan hiasan kepalanya seperti saat dia menikah. Dia bingung karena berada di sebuah kamar yang besar. Chelsea melihat-lihat isi kamar tersebut yang sudah didekorasi tanpa kursi atau pun meja. Yang ada hanya tempat tidur dilantai dengan dekorasi kamar yang banyak  bunga-bunga, makanan yang sudah tersaji serta lilin-lilin aromaterapi yang sudah menyala.

"Apa ada tamu khusus yang akan datang malam ini?" tanya Chelsea pada dayang Misel yang masih menemani Chelsea didalam kamar tersebut. Dayang Misel tersenyum mendengarnya.

"Yang Mulia bisa menganggap tamu malam ini sebagai tamu spesial untuk Yang Mulia. Namun mohon Yang Mulia menunggu dengan sabar," jawab dayang Misel.

Chelsea melihat kesekelilingnya dan mulai menyadari sesuatu.
"Tapi... athmosphere disini terasa familiar," komentar Chelsea yang berubah cemas ketika menyadari sesuatu.

"Jangan bilang kalau ini adalah..." ujar Chelsea dengan cemas namun terpotong karena mendengar ada yang datang dan Chelsea menjadi semakin gugup.

"Kenapa aku harus memakai baju formal seperti ini dijam tidur?" keluh Bagas yang mulai masuk kamar itu.

"Apakah ada tamu yang diundang kesini?" tanya CP Bagas pada dayang Ocha dan Dinda yang berada didalam kamar itu juga.

Namun kemudian Bagas juga melihat Chelsea yang sudah berada didalam kamar tersebut. Bagas pun menghampiri Chelsea. Dayang Misel dan dayang lainnya pun kemudian bangkit memberi salam pada CP Bagas dan secara perlahan keluar dari kamar tesrebut meninggalkan CP Chelsea dan CP Bagas hanya berdua didalam kamar.

"Apa ini? Kenapa kau berdandan seperti itu?" tanya Bagas. Chelsea hanya bisa melambaikan tangannya. Bagas melihat ke sekelilignya dan akhirnya dia menyadari sesuatu. Dia mencoba memeriksa pintu dan jendela dengan segera, tapi semuanya sudah terkunci. Chelsea juga kaget, itu artinya mereka berdua terkurung di dalam kamar itu.

"Semua tidak bisa dibuka?" tanya Chelsea mencoba tenang. Bagas hanya mengangguk menjawabnya.

"Kita terkunci didalam sini?" tanya Chelsea menjadi semakin panik.

"Malam pertama pernikahan pun harus dipakasakan. Ini berlebihan," ujar Chelsea lemas. Chelsea meraba lantai di kamar itu dan menyadari kalau lantainya dingin sekali.

"Lantainya dingin sekali," ujar Chelsea.

"Apa?" ujar Bagas keget yang kemudian ikut meraba lantai.

"Ide siapa ini? Kekanak-kanakan sekali," ujar Bagas kesal. Kemudian Bagas meraba tempat tidur yang tergelar dilantai itu.

"Setidaknya mereka memberikan alat penghangat untuk kasur ini," kometar Bagas sedikit tenang. 

Namun kemudian Bagas menyadari sesuatu. Ia melihat ukuran satu-satunya kasur yang ada disana.

"Apa? Ini kasur untuk single?" ujar Bagas dengan kaget. Begitu pula Chelsea yang semakin gugup dan cemas.

"Sebenarnya apa maksud semua ini?" tanya Chelsea yang dengan cemas.

"Mereka benar-benar memikirkan hal gila untuk ini. Mereka melakukan hal ini untuk mendekatkan kita," jelas Bagas dengan tenang.  
        
"Sepertinya kita harus melewati malam ini dengan tidur di kasur yang sama," kata Bagas menjadi sedikit gugup. Chelsea terlihat panik karenanya. Dan memanggil-manggil ke luar kalau dia ingin pergi ke toilet, tapi sayang, usahanya sia-sia. Tak ada yang peduli teriakan Chelsea.

*Kamar Rafa

Rafa mondar-mandir di kamarnya penuh kecemasan.

"Bagas adalah orang yang menyusahkan, tidak mungkin dia menyentuh orang yang tidak disukainya. Tidak. Tetap saja aku cemas," pikir Rafa.

Rafa pun memutuskan akan pergi ke Istana. Namun ketika ia membuka pintu kamarnya, sudah ada dua pengawal yang melarangnya untuk pergi keluar dan tetap berada didalam kamar saja. Rafa tetap mencoba untuk pergi, namun tetap dihalangi.

Hingga P.Shilla muncul menemui Rafa.
"Kau tak bisa ikut campur kali ini. Meskipun aku juga tak setuju dengan ide tidur di kamar yang sama, tapi jika kamu mengganggu, aku tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang akan timbul karenamu. Lebih baik kamu diam saja di kamar," saran ibunya, kemudian P.Shilla pun beranjak pergi.

"Ibu! Ibu! Ibu!" teriak  Rafa yang dipegangu oleh 2 pengawal dan teriakannya tidak diindahkan oleh ibunya.

*Di Istana

Bagas dan Chelsea masih duduk dilantai berhadapan disamping tempat tidur. Bagas dan Chelsea mulai kedinginan. Bagas pun memutuskan akan tidur saja. Namun Chelsea tetap daim saja tak beranjak walau kedinginan.

"Apa ini? Ini bukan kali pertama kita tidur dalam satu ranjang bukan? Tidurlah sebelum mati kedinginan," komentar Bagas melihat Chelsea yang masih gugup sambil melepas jas yang ia kenakan.

"Tapi..." ujar chelsea terpotong dan kedinginan.

"Apa kamu akan tidur dilantai yang dingin? Aku dengar udaranya akan semakin dingin malam ini," ujar Bagas santai. Bagas pun melihat Chelsea yang tetap diam saja dan terlihat kedinginan.

"Kenapa? Apa kamu takut? Takut aku akan menyentuhmu?" tanya Bagas sambil memainkan bantal ditangannya dengan sedikit kesal.

"Bukan begitu," ujar Chelsea menenangkan Bagas.

"Apa? Apa aku orang yang brengsek? Namun tingkahmu melihatku seperti itu, ini sedikit tidak menarik," lanjut Bagas sambil meletakkan bantalnya bersiap akan berbaring.

"Tapi malam pertama seharusnya dilewati bersama seseorang yang kau cinta kan?" ujar Chelsea dengan tak nyaman. 

"Apa maksudmu?" tanya Bagas. 

"Kita tak saling mencintai," lanjut Chelsea lemah. Bagas pun semakin kesal.

"Lakukan apa yang kau mau. Aku tak peduli kalau kau mati kedinginan," ujar Bagas kesal sambil membuka kancing bajunya karena gerah lalu berbaring masuk diselimut dan tidur membelakangi Chelsea yang masih duduk dilantai.

Chelsea merasa kedinginan duduk di lantai. Jadi dia memasukkan tangan dan kakinya ke dalam selimut. Bagas jengkel karena merasa terganggu dengan keusilan Chelsea. 

"Apa kau masih mau duduk beku di situ? Apa kau benar-benar tak mau tidur disini?" hardik Bagas. Chelsea hanya senyum-senyum saja.

"Aku baik-baik saja," kata Chelsea.

"Baik? Apanya yang baik?" ujar Bagas dengan khawatir. Lalu Bagas meraih tangan Chelsea dan memegangnya.

"Hei! Tanganmu sudah membeku dan kau masih bilang kalau kau tak apa-apa? Hentikan dan cepat kemari. Aku tak ingin tidur di samping istriku yang mati membeku," bentak Bagas yang terlihat khawatir.

"Sebenarnya..." kata Chelsea kemudian.

"Apa lagi sekarang?" tanya Bagas kesal.

"Aku tak tahu bagaimana cara untuk melepas hiasan di kepalaku ini. Bagaimana bisa aku tidur dengan memakai ini? Ini berat sekali," jawab Chelsea dan Bagas tertawa dengan apa yang dikatakan Chelsea.

Bagas meminta Chelsea naik ke tempat tidur. Awalnya Chelsea tidak mau dan takut. Bagas tertawa melihat tingkahnya. Tapi akhirnya Chelsea mau naik juga.

Bagas mulai membantu Chelsea melepas hiasan kepala Chelsea. Tapi sayangnya, Bagas juga tak tahu bagaimana cara melepasnya. Yang penting dibuka dan di lepas saja. Tentu saja saat rambut asli Chelsea ikut tertarik, Chelsea pun berteriak dan meminta Bagas untuk melakukannya pelan-pelan.

"Apa ini masih lama?" tanya Chelsea yang tak sabar.

"Jangan bergerak," ujar Bagas yang berada dibelakang Chelsea. Bagas yang tak tahu bagaimana melepaskannya pun dengan sembarangan menarik hiasan kepala tersebut yang tentunya masih nyangkut dirambut asli Chelsea.

"Aahhh~ sakit... sakit... sakit... Hei! Pelan-pelan. Itu bukan seperti itu," pinta Chelsea kesakitan sambil memegang rambutnya.

"Oh, aku tahu. Jangan bergerak! satu, dua, tiga...," kata Bagas.

"Aaaaaaa~" Chelsea berteriak sangat keras.

Bagas selesai melepas hiasan kepala Chelsea. Kemudian dia balik lagi ke tempatnya tidur tadi. Chelsea masih duduk dan sedang merapikan rambutnya di samping Bagas yang tiduran.

"Kau terlihat tak nyaman, kenapa tak kau lepas saja bajumu itu?" tanya Bagas. Chelsea merasa gugup mendengarnya.

"Apa?" tanya Chelsea terkejut.

"Di drama TV biasanya setelah melepas hiasan kepala, melepas baju, melempar baju, mematikan lampu..." kata Bagas yang mulai gugup.

"Diam!" kata Chelsea yang juga mulai gugup lagi.

"Cepat lepas bajumu dan masuk ke dalam sini," kata Bagas yang kemudian masuk lagi kedalam selimut dan tiduran. Chelsea terkejut mendengarnya namun ikut tidur juga lengkap dengan baju pernikahan yang masih ia kenakan.

"Hei! Aku hanya tak ingin kulitku bersentuhan dengan baju yang kau pakai," bentak Bagas.  Tapi Chelsea dengan cuek masuk ke dalam selimut dan berguling, hingga dia memakai semua selimut itu. Tentu saja Bagas jengkel melihatnya karena dia tak kebagian selimut!

"Hei, apa yang malah kau lakukan? Ayo cepat lepaskan bajumu!" bentak bagas sambil menarik selimut yang Chelsea lilitkan pada badannya.

Bagas masih ngotot meminta Chelsea melepas bajunya. Tapi Chelsea juga ngotot tak mau melepasnya. Sementara di luar, semua dayang yang menjaga mereka berpikir, kalau malam ini Bagas agresif sekali karena mendengar teriakan-teriakan antara CP Bagas dan CP Chelsea.

"Tidak!" teriak CP Chelsea.
"Kamu benar tidak ingin melepaskannya, benar begitu?" teriak CP Bagas.
"Kenapa aku harus melepaskan bajuku?" ujar CP Chelsea.
"Cepat lepaskan bajumu," perintah CP Bagas lagi.
"Kenapa aku harus melepaskannya? Tidak! Jangan begini," suara Chelsea masih tidak mau melepaskan bajunya.
"Putra Mahkota terdengar sangat agresif tentang ini," komentar dayang Dinda kepada dayang Ocha.
"Itu karena CP Bagas tadi telah meminum tonik yang diberikan oleh Sekertaris Istana," jawab dayang Ocha sambil tersenyum.
"Haaa, dengan gairah remaja ditambah dengan tonik yang diminumnya... Banyak hal yang bisa kita dengar malam ini," komentar dayang Dinda dengan tersipu. Para dayang lain termasuk dayang Misel yang berjaga dipintu pun ikut tersenyum.

*

Bagas sudah berada dibalik selimutnya dengan membelakangi Chelsea yang tengah melepaskan baju pengantinya. Bagas mengintip sedikit dan ia menjadi semakin gugup. Bagas kini juga telah melepas semua baju formalnya, dan telah berganti celana panjang kasual dan kaos tanpa lenganya. Chelsea sekarang juga telah memakai baju tidurnya. Kemudian  Chelsea tidur di samping Bagas dan mereka berdua tidur saling memunggungi. Bagas memikirkan Chelsea dan dia merasa grogi.

Mengetahui Bagas yang juga tak bisa tidur, tiba-tiba Chelsea bertanya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Chelsea.

"Apa lagi sekarang?" Bagas balik bertanya sambil berpaling menjadi tidur terlentang.

"Pertanyaan yang pernah kutanyakan namun tak kau jawab. Kenapa kau menyukai Chindai?" tanya 
Chelsea lagi.

"Ini masalah pribadiku," jawab Bagas cuek.

"Itulah kenapa aku penasaran," lanjut Chelsea.

"Chindai, dia sangat mirip denganku. Kesepian," kata Bagas kemudian.

"Karena aku tak kesepian, jadi kau tak bisa menyukaiku?" tanya Chelsea.

Bagas hanya diam saja. Bagas memandangi punggung Chelsea dengan sedih. Bagas hendak membelai Chelsea, tapi dia sama sekali tak punya keberanian. Lalu kemudian Bagas duduk. Chelsea ikut duduk.

"Ada apa sebenarnya denganmu?" tanya Chelsea penasaran melihat tingkah aneh bagas.

"Itu bukan urusanmu," kata Bagas dengan ketus.

"Karena sudah seperti ini, kenapa kita tak lakukan apa yang biasa dilakukan oleh orang dewasa? Bukankah ini di siapkan untuk malam pertama kita?" ajak Bagas tiba-tiba dengan cemas.

"Berhentilah bercanda!" kata Chelsea dengan grogi.

"Bagaimana jika aku memang menginginkannya?" tanya Bagas masih dengan cemas.

"Setelah kita berpisah, saat kau menemukan seseorang yang benar-benar kau cintai, kau bisa melakukan malam pertama dengannya," jawab Chelsea dengan rasional.

"Kau sepertinya tak mengerti situasinya. Laki-laki dan perempuan itu berbeda. Laki-laki bisa melakukannya dengan wanita yang tak disukainya," ungkap Bagas dengan kesal.

"Kau ingin melanjutkan hal ini? Kau mau mati ditanganku ya?" hardik Chelsea yang mulai kesal dengan tingkah Bagas.

"Semua ini berkat kau sampai kita bisa diperlakukan seperti ini. Sekarang kau hanya tinggal melakukan bagianmu," kata Bagas dengan sinis.

"Jika kau mau hidup harmonis denganku, kita tak perlu berakhir seperti ini.Ini semua salahmu hingga kita berakhir seperti ini," kata Bagas kemudian.

"Bagaimana bisa, ini kesalahanku? Hidup dengan orang menyebalkan sepertimu, bagaimana bisa aku hidup dengan harmonis? Menolakku setiap hari, menyakitiku setiap hari. Bagaimana bisa aku hidup harmonis denganmu? Dasar menyebalkan," maki Chelsea yang tak mau terima karena disalahkan atas perpisahan yang mungkin terjadi pada mereka nanti. Chelsea memukul kepala Bagas dengan bantal yang dipegang Bagas.

"Aishh~ hei," gerutu Bagas yang dilempar bantal oleh Chelsea. Bagas menoleh kearah Chelsea tepat saat Chelsea mengibaskan  bajunya karena kegerahan kesal. Bagas yang melihatnya, ikut kegerahan dengan energi yang berlebih pada dirinya.

Untuk melampiaskan energinya yang meluap-luap, Bagas melakukan olahraga. Chelsea heran melihat tingkah Bagas yang tiba-tiba berolahraga. Tapi kemudian keduanya malah melakukan senam aerobik bersama di atas kasur.

*

Terjadi keributan lagi didalam kamar. Para dayang yang menjaga diluar pintu pun bersiaga mendengarkan percakapan yang didalam. Dengan antusias mereka menguping apa yang terjadi didalam. Terlebih dengan apa yang mereka dengar, mereka semakin terbelalak mendengarkannya.

"Awww... Ada apa denganmu. Ini sakit sekali. Aku kan sudah bilang, lakukan dengan hati-hati," teriak CP Chelsea.

"Ayolah, jangan seperti itu. Meskipun sakit, kau harus menahannya," kata CP Bagas.

"Tapi ini sakit sekali," keluh CP Chelsea.

"Tahanlah sebentar lagi," bujuk CP Bagas.

"Bagaimana aku bisa menahannya kalau ini sakit sekali. Sudah kubilang padamu, lakukan dengan hati-hati. Dengan penuh perasaan. Dengan kekuatanmu itu, sepertinya kau sudah siap bergulat," kata CP Chelsea.

"Kenapa kau berlebihan seperti ini? Masih kurang satu kali lagi," balas CP Bagas. Dan para dayang yang mendengarnya hanya bisa menelan ludah terkejut mendengarnya.

*

Ternyata Bagas dan Chelsea sedang bermain kelereng dan karena Chelsea kalah, Bagas memukul tangan Chelsea yang pada akhirnya membuat Chelsea berteriak kesakitan.

"Sakit. Sudah kubilang padamu agar berhati-hati," rengek Chelsea.

"Ayo lakukan sekali lagi," ajak Chelsea yang tak terima kalah dari Bagas.

Bagas siap-siap di depan permainannya, dan Chelsea bersiap-siap menjentik kelereng di depannya. Setelah dijentik, kelereng itu mengenai mata Bagas. Tentu saja Bagas kesakitan karenanya dan mengomeli Chelsea.

"Aa, aw, aa... kau melanggar peraturan," Bagas mengomel sambil kesakitan.

"A, maafkan aku. Aku melakukannya tanpa sengaja," ujar Chelsea merasa bersalah dengan panik.

"Apa kena matamu? Apa sakit? Apa disini? Disini?" ujar Chelsea sambil melihat dan mengelus mata Bagas yang terkena kelereng.

Bagas membuka matanya dan dia grogi dengan Chelsea yang sedang menatapnya tepat beberapa centi dihadapannya. Bagas memejamkan matanya. Dia mendekatkan wajahnya kewajah Chelsea, Bagas hendak mencium Chelsea. Tapi Chelsea yang grogi malah membenturkan kepalanya ke kepala Bagas. Tentu saja Bagas menjerit kesakitan karenanya.

Mereka berdua kemudian duduk ditembok di pinggir jendela sambil mengompres kepala mereka yang terbentur dengan lumayan keras tadi.

"Kamu baik-baika saja? Itu karena... kenapa kamu melakukan hal-hal yang tidak biasa kamu lakukan? Kamu membuatku marah," tanya Chelsea membela diri.

"Walaupun begitu, kamu bertindak berlebihan," ujar Bagas kesal.

"Apa?" tanya Chelsea bingung.

"Aku hanya penasaran dengan reaksi mu. Dengan reaksi seperti itu, apa kamu berpikir berguna melakukan itu kepada setiap orang yang akan menyentuhmu?" ujar Bagas kesal sambil melempar kain kompresnya. 

"Aku tak berpikir kalau kau seburuk itu, yang akan menyentuh gadis yang tak kau suka. Tapi aku ketakutan tadi," ungkap Chelsea dengan sedih.

"Jika kau lakukan lagi, aku akan memukulmu dengan keras," tambah Chelsea sambil akan memukul Bagas dengan kain kompresnya. Namun ia urungkan, karena tepat ia memandang mata Bagas dan keberaniannya hilang.

"Aku tak membencimu. Kenapa kau berpikir seperti itu? Ini bukan karena aku tak menyukaimu. Aku hanya mencoba untuk berhati-hati. Aku hanya berharap..., meskipun kita berpisah dan kemudian bertemu dijalan, kita masih bisa saling tersenyum dan masih tetap berhubungan baik. Karena itulah, kita harus mempersiapkan semuanya mulai sekarang," ujar Bagas dengan serius sambil terus memandang kearah Chelsea yang duduk disampingnya.

"Jika kau berpikir agar berhati-hati, kau bisa melakukannya. Itu akan sulit untuk kulakukan. Kapanpun aku berpikir saat aku berjumpa denganmu di jalan, hatiku akan terasa sangat sakit," ungkap Chelsea kemudian. Chelsea hendak bangkit dari tempat duduknya.

"Ayo tidur, bagaimanapun juga, kita terkunci disini," ajak Chelsea pasrah. Bagas menahan kepergian Chelsea, dan meraih tangan Chelsea dan mendekatkan tubuh Chelsea padanya, kemudian mencium bibir Chelsea dengan mesra.

--TBC--

NB: Maaf kalau terlalu vulgar.
Saya terlalu bingung mendiskripsikan scene terakhir ini, jadi aku cuplik 89% runutan cerita sama persis seperti yang sudah ada.
Tapi sebenarnya gak vulgar2 bgt sih, orang di part ini gak/blm ngapa2in jg :3

Btw, ada yang mau bantu edit FF'Q gak ya?
Cuma benerin typo gitu sih, sama kalau ada salah nama atau alurnya gimana.

Tapi gak ada rewards'nya. Paling cuma bisa baca FF lbh dulu.
Samapi akhir tahun bakal sibuk banget nih. Makanya butuh editor.

Kalau ada yang mau, mention twitter atau FP aku aja ya. Thx. ^^

2 comments:

  1. Gak tau deh kak aku mau ngomong apaan :o mau bilang next udah biasa kali yah, keren sih udah pasti (y) Pokoknya PH yg paling paling dinanti deh :D

    ReplyDelete
  2. hmm, akhirnya cerbung ini di Next jga.. maksih kak, karna udah bela2 in next ff ini..

    ReplyDelete