Tuesday 31 December 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 6]




*Dibalkon atas

Chelsea sedang bersama Raffa melihat orang yang sedang berlatih kuda dilapangan. Dari balkon ini pun dapat terlihat kandang kuda dan tentu saja, dari sini Chelsea dan Raffa baru saja melihat Bagas dan Chindai yang mengobrol.

“Sebenarnya ada apa dengan mereka? Mereka tidak berkuda. Hanya saling melihat dengan sangat dingin,”ujar CP Chelsea dengan lesu.

“Jangan terlalu berharap pada Bagas. Harapan yang terlalu tinggi bisa menjadi kekecewaan yang besar juga. Dia kadang-kadang akan memperlakukanmu secara baik. Namun yang benar-benar ia cintai hanya Chinda. Dia tidak mungkin bisa mencintaimu, hatinya sudah berada ditempat lain,” Raffa memanas-manasi yang membuat Chelsea bungkam.

Dan ternyata, dari jauh Bagas dengan raut muka marah dapat melihat kebersamaan Chelsea dan Raffa tersebut.

*Dikediaman Ibu Suri Ira

Ibu Suri Ira dengan Ratu Agni tengah berbincang serius dikediaman Ibu Suri. Mereka membicarakan keadaan King Cakka yang semakin memburuk.

“Lusa akan dilaksanakan pertemuan kerajaan-kerajaan sahabat yang akan di adakan di Jogja. Apa Raja akan tetap datang dengan kondisi kesehatannya sekarang, Ratuku?” tanya Ibu Suri dengan khawatir.

“Saya pun memikirkan hal tersebut Ibunda. Apa kita dapat mengirimkan perwakilan saja? Saya khawatir dengan keadaan King Cakka...” jawab Ratu Agni.

“Bilapun perlu, apa sudah kau pkirkan siapa yang pantas untuk dikirim menggantikan Raja, anakku?” tanya Ibu Suri lagi.

“Saya juga sudah memikirkannya. Walaupun minim pengalaman, namun Royal Couple adalah pilihan yang paling tepat. Bagaimana menurut Ibunda?” ujar Ratu Agni.

“Benar, namun 4 hari lagi bukankah ada kunjungan dari Pangeran George dari Inggris? Lalu, siapa yang akan menggantikan Royal Couple untuk menemani Pangeran George selama berada disini?” keluh Ibu Suri Ira.

“Maaf, Ibunda. Sampai sekarang, saya masih belum bisa menentukan opsi lain selain Royal Couple,” ungkap Ratu Agni.

“A, bagaiman dengan Raffa? Dia tumbuh di Inggris. Soal bahasa, bukankah dia yang terbaik?” usul Ibu Suri Ira.

“Benar, Ibunda. Namun, dia baru saja kembali kesini. Bagaimana dengan budaya yang ada disini, apakah dia cukup menguasainya?” elak Ratu Agni.

“Um, benar juga,” terima Ibu Suri Ira.

*Dikediaman Ratu Agni

Ratu Agni tengah berbincang dengan dayang Misel, dayang khusus Crown Princess.

“Bagaimana menurutmu, apakah Crown Princess sudah memenuhi kualifikasi dibidang bahasa asingnya?” tanya Ratu Agni kepada dayang Misel.

“Maaf, Yang Mulia. Namun dengan berat hati saya katakan, Yang Mulia Putri Mahkota belum terlalu lancar dalam berbahasa asing,” jawab dayang Misel.

“O, jadi begitu...” kesah Ratu Agni.

*Dikediaman Royal Couple

Royal Couple yang baru saja tiba kembali diistana setelah berkuda, langsung ditemui penasehat istana yang mengabarkan Ratu Agni juga Ibu Suri Ira meminta Crown Prince menghadapnya segera.

Setelah 30menitan Crown Prince meninggalkan kediamannya, ia pun kembali dengan didampingi penasehat istana. Dan Crown Princess yang sangat penasaran kenapa CP Bagas dipanggil dengan tiba-tiba pun sudah menunggu CP Bagas diruang depan.

“Hey, ada apa? Kenapa mereka memanggilmu dengan tiba-tiba?” tanya CP Chelsea dengan tidak sabar ketika CP Bagas baru saja masuk kediaman mereka.

“Maaf Yang Mulia, Yang Mulia Pangeran dipanggil oleh Ratu juga Ibu Suri untuk menggantikan tugas
Raja yang tidak bisa hadir dalam pertemuan kerajaan-kerajaan sahabat di Jogja 2 hari mendatang,” jelas Sekertaris Istana yang melihat CP Bagas diam cuek saja dan hanya berdiam diri melihat kearah sekertaris Istana.

“A, benarkah? Jadi, apa aku dapat ikut?” tanya CP Chelsea lagi dengan excited.

“Maaf Yang Mulia Putri, namun Anda juga mendapat tugas penting untuk menemani Pangeran George yang berkunjung disini bukan? Jadwal tersebut belum diubah,” jelas Penasehat Istana lagi.

“Apa? Bagaimana bisa? Apa yang akan aku katakan kepada Pangeran George nanti? Ayolah, ijinkan aku ikut denganmu...” rengek CP Chelsea mendekat kepada  CP Bagas.

“Maaf Yang Mulia Putri, namun Anda nanti akan ditemani Pangeran Raffa untuk menemani Pangeran George,” ungkap penasehat istana.

CP Bagas yang juga baru mendengar hal tersebut pun kaget dan menampakan raut muka tidak suka kemudian berlalu meninggalkan Chelsea juga sekertaris istana.

“Apa? Kalau begitu aku bisa tenang. Namun, dapatkah aku ikut ke Jogja saja?” pinta CP Chelsea lagi kepada penasehat istana. Namun Bagas sudah tidak mendengarnya karena sudah meninggalkan mereka.

“Maaf yang Mulia, itu bukan kuasa saya. Para tetua sudah memutuskan,” jawab sekertaris istana yang disambut muka cemberut Chelsea.

*Pagi hari dikediaman Royal Couple

Seharian kemarin, CP Bagas sudah mulai sibuk dengan persiapan keberangkatannya untuk pertemuan penting dengan kerajaan-kerajaan sahabat. Chelsea hanya sekali bertemu dengan CP Bagas ketika sarapan saja. Dan sekarang, Chelsea hanya sarapan sendiri.

“Apakah dia sudah berada dimeja makan?” tanya Chelsea ketika keluar kamar kepada dayang Dinda dan Ocha yang sudah menunggunya didepan pintu.

“Maaf Yang Mulia, namun Pangeran sudah berangkat kebandara pagi-pagi tadi,” jawab dayang Dinda.

“Apa? Kenapa dia sama sekali tidak berpamitan denganku?” ujar Chelsea dengan sedih dan loyo.

Dayang Dinda dan Ocha pun hanya panik tak tahu harus bilang apa dan merasa iba terhadap CP Chelsea yang berjalan sempoyongan kemeja makan.

Dayang Misel telah menunggu Chelsea dimeja makan.

“Kenapa dia tidak menungguku bangun dan berpamitan denganku?” Chelsea masih bergumam dengan sedih.

“Maaf yang Mulia, namun CP Bagas tadi sangat terburu-buru. Karena CP Bagas yang belum tahu tentang atmosphere pertemaun tersebut, CP Bagas pun memutuskan untuk datang lebih awal untuk mempelajari suasana disana,” sela dayang Misel.

*Siang hari di Jogja

CP Bagas terlihat sangat sibuk dengan pertemuan kerajaan-kerajaan tersebut. Dia silih berganti bertemu dengan utusan atau Raja dari kerajaan sahabat. Pertemuan-pertemuan pribadi tersebut dilaksanakan diluar agenda resmi pertemuan kerajaan karena hanya untuk mengakrabkan dan membahas masalah pribadi diantara kerajaan yang bersangkutan. Pembukaan resmi pertemuan tersebut baru dilaksanakan pada malam harinya sebelum acara dinner dimulai. Acara tersebut berlangsung selama 3 hari 4 malam.

*Dikampus

Siang itu Chelsea masih sedih karena Bagas tidak berpamitan dengannya. Dikeheningan siang itu, ia pun memutuskan untuk menelepon CP Bagas.

“Halo...” buka Chelsea.

“Halo, maaf Yang Mulia. Ini saya penasehat istana. Saat ini Pangeran sangat sibuk, tidak dapat menerima telepon,” jelas Sekertaris Istana dilawan telepon.

“Oh, baiklah. Tolong sampaikan aku menelepon. Dan tolong suruh dia untuk menghubungiku ketika ada waktu luang, penasehat Istana,” pinta Chelsea.

 “Baiklah, Yang Mulia,” jawab penasehat Istana sambil tersenyum.

Setelah memutus telepone tersebut, Chelsea kembali murung. Tak lama setelah itu, ia bertemu dengan Rafa. Rafa yang melihat kemurungan dari raut muka Chelsea, mengajak Chelsea untuk berjalan-jalan keluar kampus. Mendengar tawaran yang menarik tersebut, Chelsea langsung mengiyakan.

*Dihotel tempat CP Bagas mengadakan pertemuan

Siang itu, CP Bagas baru saja selesai dengan pertemuannya. Sekertaris istana pun mengkonfirmasi jadwal CP Bagas dari siang hingga sore hari ini yang kosong, kemudian CP Bagas pun meminta untuk menyiapkan tempat spa untuk waktu luangnya tersebut. Sekertaris Istana pun mengatakan pesan dari CP Chelsea untuk menghubunginya. Bibir CP Bagas hanya tersimpul senyum sedikit mendengarnya.

“Apa Anda ingin meneleponnya sekarang, Yang Mulia Pangeran?” tanya sekertaris istana.

“Em, tidak. Nanti saja,” ujar CP Bagas dengan menampakan muka cueknya.

*Disebuah bukit pinggiran kota Palembang

Chelsea dan Raffa pergi kesuatu puncak bukit sepi dipinggiran kota.

“Kenapa kamu mengajakku kesini?” tanya Chelsea sesudah turun dari mobil Raffa.

“Ini adalah salah satu tempat favoritku ketika aku sedang sedih. Udara disini cukup menyegarkan, dan aku bisa berteriak mengeluarkan kekesalanku. Dulu waktu kecil, terkadang ayahku mengajakku kesini. Waktu itu aku masih kecil, ini merupakan tempat rahasia kami berdua. Dan entahlah, kenapa aku masih ingat tempat ini saat aku sedih...” jelas Pangeran Raffa.

“Lalu, sudah berapa orang yang mengetahui tempat ini sekarang?” tanya Chelsea.

“Selain dengan ayahku, aku pergi kesini hanya dengan kamu yaitu saat ini. Jadi, ini akan menjadi tempat rahasia kita bertiga bukan?” jawab Raffa dengan sedikit bercanda.

“Wah, aku tersanjung,” jawab Chelsea dengan bercanda juga. “kau bilang, kita bisa berteriak-teriak mengeluarkan kesedihan kita, apa tidak akan ada orang yang mendengarnya?” tanya Chelsea lagi.

“Aku rasa tidak akan ada yang mendengar kita. Lokasi bukit ini sangat terpencil dan tidak ada penduduk yang tinggal disekitar sini,” yakin Raffa.

“Baiklah, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~” teriak Chelsea dengan sangat keras diujung bukit. Raffa pun mengikuti Chelsea dan berteriak juga. Setelah capek, merekapun tertawa namun kemudian Chelsea mulai menangis.

“Biarlah, menangislah sekeras yang kamu bisa. Itu akan meringankan beban pikiranmu,” nasehat Raffa. “Sudah lumayan lega bukan?” lanjut Raffa ketika melihat Chelsea mulai tenang.

“Ya, benar. Sekarang kesediahan itu mulai berkurang,” jawab Chelsea dengan lebih ceria sedikit.

Dalam hati Raffa sedih, ia tahu bahwa yang menyebabkan Chelsea sedih adalah Bagas. Raffa sudah mulai merasakan bahwa Chelsea hanya memusatkan perhatiannya kepada Bagas seorang. Namun, Raffa tidak ingin menyerah. Ia ingin mengambil takdirnya kembali.

“Apa kamu merasa lebih baik? Ayo, aku ajak kamu ketempat lain...” ajak Raffa kepada Chelsea yang tanpa menunggu jawaban dari Chelsea sudah menarik Chelsea untuk naik kemobil.

Merekapun pergi mengendarai mobil. Mereka menuju sebuah rumah kaca yang berada dipinggiran kota yang merupakan milik istana. Rumah kaca tersebut jarang dikunjungi orang karena taman yang berada dirumah kaca tersebut, merupakan taman untuk penelitian tumbuhan obat.

Dirumah kaca yang merupakan taman Botani tersebut, Raffa menunjukan berbagai jenis tumbuhan obat. Hal ini dapat membuat Chelsea melupakan Bagas sejenak. Ia terlihat senang melihat hal-hal baru tersebut.

*Disalon spa tempat CP Bagas berada

CP Bagas dengan ditemani penasehat istana dan juga 2 pengawalnya tengah berada diloby sebuah tempat spa. Disamping loby, terdapat sebuah cafe kecil. Sembari menunggu penasehat istana menyelesaikan reservasi’nya, Cp Bagas duduk di waiting room menghadap ke cafe kecil tersebut. Disana ia melihat sesosok wanita yang mirip dengan Chindai. Semakin ia perhatikan, memang benar wanita tersebut adalah Chindai. Chindai melambai kecil kepadanya dengan tersenyum. Dan hape yang ia pegeng pun bedering menandakan ada sebuah pesan masuk.

Aku menunggu ditaman belakang resort spa ini. Temui aku tanpa diketahui pengawal-pengawalmu” bunyi pesan singkat yang terkirim atas nama Chindai di contactphone CP Bagas tersebut. CP Bagas pun terlihat bingung dan terkejut dengan pesan tersebut.

CP Bagas tengah berada diruang spa berdua dengan karyawan tempat spa. Dia melihat-lihat ruangan spa tersebut. Ia menemukan sebuah jendela dan mendekatkan ibu jarinya kedepan bibir, menandakan agar sang karyawan diam saja. Karyawan yang sedang mempersiapkan tempat pun hanya bingung dan diam. CP Bagas pun berhasil kabur keluar tempat spa tanpa diketahui penasehat istana.

CP Bagas sudah berada diluar tempat spa. Ia menuju ke taman tempat spa tersebut. Ia mulai mencari seseorang disana. Dan ia mulai tersenyum ketika melihat orang yang ia cari. Orang yang ia cari pun membalas senyuman tersebut yang ternyata adalah Chindai. Lalu CP Bagas melihat sekitar dan mulai berlari menggandeng Chindai untuk mengobrol ditempat yang aman. Mereka berhenti disebuah kursi yang kiri-kanannya ada pohon besar, jadi akan sulit untuk melihat mereka.

“Kamu tidak bisa berada disini,” ucap CP Bagas.

“Aku tidak bisa bersikap ramah lagi. Aku tidak suka,” balas Chindai.

“Bawa aku kesana,” pinta Chindai.

“Kemana?” tanya CP Bagas.

“Kebandara,” jawab Chindai yang sudah membawa koper kecil miliknya.

“Aku juga tidak ingin tinggal disini. Tapi bila kamu tidak mau mengantarku, aku akan tetap disini,” ujar Chindai yang kemudian duduk di kursi taman tersebut.

“Ada apa denganmu? Ini seperti bukan dirimu?” tanya CP Bagas kesal.

“Apa? Apa yang kamu maksud dengan diriku? Lalu seperti apa diriku?” balas Chindai dengan marah.

CP Bagas pun mulai bernapas panjang untuk menstabilkan emosinya. Ia mulai duduk disamping Chindai.

“Kamu sudah tahu pasti, bagaimana keadaanku sekarang,” ucap CP Bagas.

“Aku tahu. Aku lebih tahu daripada orang lain. Maka dari itu, selama 2 tahun kita  menjalani backstreet.  Walaupun mudah mengatakan ‘aku cinta padamu’ ribuan kali, namun juga mudah berakhir dengan kata ‘putus’. Itulah cinta,” ujar Chindai yang mulai berkaca-kaca.
“Ya. Sekarang aku bukan apa-apa bagimu, bukan?” lanjut Chindai.

“Ada apa dengan kamu sebenarnya?” tanya CP Bagas yang mulai hilang kontrol dan memegang tangan Chindai.

“Kamu tidak tahu? Kita sudah selesai. Kita tidak dapat melakukan apa-apa berdua lagi. Kemanapun kamu pergi, selalu ada berita. Kemana kamu pergi, siapa yang kamu temui, apa yang kamu lakukan, apa yang kamu gunakan, itu semua ada diberita. Aku dapat mengetahui dari tv, dari radio, dari koran, dari internet. Walau aku mencoba menutup mata dan telinga, tetap saja aku tahu dimana dirimu dari pemberitaan. Sekarang aku sama dengan yang lainnya, hanya bisa mengetahui dirimu dari pemberitaan, ini membuatku gila” jelas Chindai mulai menitikan air mata.

"Sekarang kamu tanya ‘ada apa denganku?’ Ini membuatku frustasi. Aku sama seperti yang lain. Apa kamu paham bagaimana perasaanku? Kamu berkata ‘ini bukan diriku’. Lalu, bagaimana aku ini? Bagaimana yang seharusnya aku ini?” ujar Chindai lagi dengan menutupi mukanya dengan tangan.
Bagas yang mendengarnya hanya terdiam. Ia mulai merenung dengan tangan mencoba memegang tangan Chindai tapi ditampik.

“Aku tidak pernah merasa sekalipun menjadi pacarmu,” ucap Chindai.

“Chindai..” ucap lirih CP Bagas yang terlihat shock.

“Cukup. Ayo pergi. Aku baik-baik saja,” ujar Chindai.

CP Bagas hanya diam saja.

“Ayo berangkat, maka aku juga akan berangkat,” Ujar Chindai sekali lagi yang sudah berdiri dan membawa kopernya.

CP Bagas pun memegang pergelangan tangan Chindai, mengambil koper yang dibawa Chindai, dan berjalan menarik Chindai dengan berpegangan tangan.

Penasehat istana yang berada di ruang tunggu, tidak sengaja melihat keluar dan melihat CP Bagas dengan seorang wanita dari belakang di depan tempat spa. CP Bagas dan Chindai pun masuk kesebuah taksi yang kacanya tidak terlalu gelap.

*Dirumah kaca taman Botani

 “Aku suka Bagas,” ucap Chelsea tiba-tiba.

Chelsea dan Raffa masih berada dirumah kaca, walau hari beranjak sore. Matahari semakin mendekat pada ufuk barat. Mereka telah menghabiskan waktu untuk melihat berbagai tumbuhan obat yang ditanam disana, makan siang yang mereka beli dipinggir jalan sewaktu menuju rumah kaca tersebut, dan juga mengobrol ringan tentang banyak hal. Namun tiba-tiba Chelsea berucap kalimat yang mengejutkan untuk Raffa.

“Aku menyukai Bagas. Ini sebuah perasaan yang muncul secara alami seperti matahari yang muncul dari persembunyiannya di ufuk timur. Ini bukan karena dia Bagas,”

“Hidup sendiri ditempat yang asing, sendiri karena aku jauh dari keluargaku, dan karena karakterku, aku mudah tersentuh oleh orang lain. Ini mungkin lucu, namun bila aku bertemu dengan kamu lebih dulu, aku mungkin akan menyukai kamu juga,” ujar Chelsea dengan tersenyum kepada Raffa yang berada disampingnya.

Raffa yang sedari tadi menampakan raut marah karena ucapan Chelsea pun, mau tidak mau membalas senyuman yang Chelsea tampakan untuknya.

“Tapi, cinta sepihak sangat melelahkan. Aku bukannya jatuh cinta terhadap orang yang jauh dari ku. Aku jatuh cinta kepada orang yang bahkan setiap hari kami mengobrol. Dia selalu berada didekatku, kami selalu bertemu. Aku menyukai seseorang yang aku selalu mengobrol dengannya setiap hari. Dibandingkan dengan hubungan yang normal, ini lebih meletihkan. Maaf, apakah kamu merasa tidak nyaman setelah aku menceritakan ini?” potong Chelsea setelah sadar ia terlalu benyak bicara.

“Tidak,” jawab Raffa sambil menggelengkan kepalanya, “tapi, apa kamu lebih merasa nyaman setelah menceritakan ini kepadaku? Karena kamu mengatakan hal-hal yang sensitif kepadaku,” tanya Raffa kemudian.

“Benar, karena kamu lebih ramah dan sopan daripada Bagas. Dan aku nyaman bercerita kepadamu,” jawab Chelsea dengan ceria.

Tiba-tiba handphone Raffa berdering.

“Sebentar ya...”pamit Raffa setelah melihat siapa yang menelepon dan menjauh dari Chelsea.

“Ada dimana kamu sekarang?” ucap tegas seorang wanita diseberang telepone.

“Ditaman Botani,” jawab Raffa singkat.

“Putri Mahkota bersama kamu bukan?“ tanya sang wanita.

“Benar, dia bersamaku sekarang,” jawab Raffa dengan tenang dan lirih.

“Aku tidak akan bertanya kenapa kamu membawanya kesana. Raffa, kita harus lebih bersabar. Kita baru saja memulai perang. Perang yang tidak mempunyai jaminan kita akan menang dan akan berlangsung sulit dan lama. Kita harus selalu membuka mata dan telinga untuk selalu aman. Kita juga harus selalu terbangun ketika musuh kita tertidur. Walau begitu, kita tidak tahu, kita akan menang atau tidak nantinya. Kamu paham apa yang aku katakan” jelas sang penelepon.

“...” P.Raffa hanya terdiam.

“Cepat pulang dan jangan cari masalah, cepat bawa pulang dia sekarang. Jangan pernah ulangi lagi. Seorang wartawan meneleponku, namun kamu tenang saja. Aku sudah membereskannya. Dan juga, pihak kerajaan terlihat sudah mencari kalian,” jelas sang wanita yang ternyata adalah ibu Pangeran Raffa, Putri Shilla.

“Baiklah,” jawab Raffa singkat, dengan ekspresi yang mulai khawatir.

*Di Jogja

CP Bagas dan Chindai tengah berada disebuah taksi yang kacanya tidak terlalu gelap.

“Dari luar kota ya? Honeymoon di Jogja? Aa, manis sekali...” tanya sopir taksi sok akrab tanpa tahu siapa sebenernya penumpangnya tersebut.

Bagas dan Chindai pun terdiam dan tersenyum malu. Namun kemudian, sang sopir sadar ada yang mengikuti mereka.

Dan ternyata ada beberapa wartawan yang mengendarai sepeda motor berada diluar tempat spa. Mereka mengejar CP Bagas dan berhasil menjepret beberapa foto dari taksi yang kacanya tidak terlalu gelap tersebut.

Sopir taksi yang menyadari ini pun, meminta persetujuan Bagas untuk mengambil jalan tikus. Dan Bagas menyetujui, aksi saling berkejaran pun terjadi. Si taksi diarahkan menuju jalan sempit yang padat pertokoan. Dan ini merupakan jalan satu arah. Mereka memasuki kawasan padat Malioboro. Wartawan yang mengejar merekapun sudah tak terlihat lagi. CP Bagas dan Chindai memutuskan untuk mampir Malioboro terlebih dahulu.

Mereka mencari tempat aman untuk bersembunyi. Mereka masuk pasar Beringharjo dan membeli baju batik untuk langsung dikenakan dengan tujuan menghilangkan jejak. Chindai dengan telaten mencobakan beberapa kemeja batik untuk dicoba CP Bagas. CP Bagas pun hanya diam saja dan tersenyum.  Setelah berganti baju, mereka berjalan-jalan dengan tangan yang tidak lepas bergandengan melihat pernak-pernik yang dijual disepanjang emperan toko. Chindai pun membelikan Bagas sebuah topeng kecil berbentuk barong untuk Bagas. Dan Bagas pun memperlagakan adegan lucu ketika menggunakan topeng barong tersebut yang membuat Chindai tertawa lepas.

Puas melihat-lihat dan mendekati waktu boarding pesawat Chindai, merekapun buru-buru menuju bandara Adi Sutjipto menggunakan taksi yang berkaca gelap.

Sesampainya dibandara, Bagas mengantar Chindai sampai dalam bandara.

“Baiklah. Ini sudah berakhir hari ini,” ujar Chindai dengan lebih ceria dan mengambil koper kecilnya yang sedari tadi dibawakan oleh Bagas.

“Apa yang tidak kamu lakukan sebagaimana seorang pacar lakukan untuk gadisnya diwaktu lalu, kamu lakukan semua hari ini. Ini pasti melelahkan untuk kamu,” ujar Chindai.

CP Bagas hanya membalasnya dengan tersenyum manis.

“Aku tidak mengatakannya sebelumnya, namun hari ini aku akan mengatakan, kamu adalah seorang Pangeran yang sesungguhnya,” ungkap Chindai menggoda Bagas.

Dan Bagas pun hanya tertawa kecil. Suasana pun semakin hening ketika menyadari mereka harus berpisah kembali. Mereka hanya saling bertukar pandang.

Dan tiba-tiba, sebentar Chindai pun mengecup bibir Bagas yang terkatup. Bagas yang terkejut pun mematung terdiam.

“Terimakasih,” ujar Chindai, “Ini waktunya aku kembali. Selamat tinggal, Pangeran,” pamit Chindai dengan muka sedih dan kemudian membalikan badan. Bagas hanya mematung terdiam seribu bahasa.
Bagas masih terdiam ketika Chindai menoleh dan melambaikan tangannya. Bagas pun membalas lambaian tangan Chindai dan mulai membalikkan badannya. Dan ternyata dua pengawalnya sudah berada dibelakangnya.

*Dikediaman Royal Couple

Dikediamna Royal Couple, Ratu Agni sudah menunggu CP Chelsea pulang dengan khawatir dan berjalan mondar-mandir saja. Ia sudah mendengar kabar bahwa CP Chelsea telah menghilang dari kampusnya semenjak siang tadi dan belum berada diistana sampai sore  ini.

"Yang Mulia," sapa dayang Misel yang baru menghadap Ratu Agni.

"Bagaimana, apa kau sudah mendengar kabar tentang Putri?" tanya Ratu Agni dengan khawatir.

"Iya, Yang Mulia," jawab dayang Misel.

"Dimana sekarang Putri Mahkota?" tanya Ratu lagi dengan tidak sabar.

"Menurut informasi yang kami terima, ada yang melihat siang tadi, Putri Mahkota pergi dengan seorang lelaki keluar kampus dengan mengendarai mobil," jelas dayang Misel panjang lebar.

"Apa? Lelaki? Siapa dia? Lalu, dimana mereka sekarang?" tanya Ratu dengan kaget dan menahan emosinya.

*Diluar pagar kediaman Royal Couple

Chelsea dan Raffa telah sampai depan kediaman Royal Couple. Raffa menghentikan mobilnya dan tiba-tiba hapenya berdering.

Kali ini Raffa terlihat sangat serius dan tak berkata sepatah katapun diteleponnya karena yang telepone adalah Ratu Agni. Ratu sendiri menyuruhnya masuk menemuinya bersama CP Chelsea. Raffa pun mengantar Chelsea masuk kedalam istana dan disambut oleh dayang Dinda dan Ocha dengan khawatir.

"Putri Mahkota..." teriak dayang Dinda dan Ocha bersamaan.

CP Chelsea pun hanya tertegun menunduk melihat dayang Misel dengan dayang Winda yang merupakan dayang pribadi Ratu Agni juga sudah berada didepan pintu kediamannya.

"Yang Mulia, Ratu Agni telah menanti anda," ucap dayang Misel.

*Diruang tengah kediaman Royal Couple

"Putri Mahkota, apa kamu sama sekali tidak berpikiran? Setiap orang mempunya aturan yang dapat dilanggar dan tidak. Seorang siswa mempunyai aturan untuk belajar menyesuaikan identitasnya sebagai seorang siswa. Seorang anak mempunyai aturan untuk selalu menghormati orangtuanya menyesuaikan identitasnya sebagai seorang anak. Apa kita membuat aturan-aturan yang merupakan sebuah harapan tersebut untuk dilanggar dan diabaikan?" ucap Ratu Agni dengan menahan amarahnya didepan CP Chelsea dan Pangeran Raffa.

"Tidak," ucap lirih CP Chelsea dengan menunduk.

"Keluarga kerajaan mempunyai aturan-aturan yang disebut sebagai hukum. Hukum tersebut adalah aturan-aturan yang harus kita patuhi dengan keras dan kita ikuti dengan serius. Apa kau paham?" lanjut Ratu Agni yang hanya dibalas anggukan oleh CP Chelsea. Raffa yang ada disebelahnya pun hanya bisa iba dan ingin membela Chelsea  namun ia tidak berani dengan Ratu Agni yang sedang marah.

"Kenapa kau selalu membuat ku khawatir setiap hari?" ujar Ratu Agni dengan napas berat.

"Maafkan aku, Yang Mulia. Aku salah..." jawab CP Chelsea dengan menahan tangisnya.

"Yang Mulia Ratu, Yang Mulia Putri Mahkota...." ucap Pangeran Raffa mencoba membela CP Chelsea.

"Pangeran Raffa, saat ini dia tidak butuh pembelaan darimu," potong Ratu Agni.

"Aku adalah orang yang mengajaknya, Yang Mulia Ratu. Yang Mulia Putri Mahkota ingin meminta ijin terlebih dahulu, dan aku berkata itu tidak perlu. Kami bisa pergi tanpa ijin,"ucap Raffa dengan melupakan tata krama istana dan menahan emosinya.

"Pangeran Raffa. Putri Mahkota adalah yang akan menjadi Ratu dan ibu negara selanjutnya. Walaupun aku tidak tahu bagaimana orangtua Putri Mahkota mendidiknya, atau bagaimana ia menjalani hidupnya sebelum masuk isatana, namun, dia harus menaati hukum keluarga kerajaan setelah ia menikah dengan anggota keluarga kita. Kamu paham, putri?" ujar Ratu Agni.

"Ya, Ibunda Ratu," jawab CP Chelsea dengan lirih.

"Penguasaan diri... Kamu harus lebih banyak mengontrol diri! Ini merupaka sesuatu yang harus dimiliki wanita dari keluarga kerajaan. Kamu harus ingat ini, kamu harus menetapkannya dalam hati," ucap Ratu Agni.

"Baik, Yang Mulia," jawab CP Chelsea lagi.
"Yang Mulia Ratu, Anda dipanggil Yang Mulia Ibu Suri untuk menghadapnya," lapor dayang Winda dari luar.

"Putri Mahkota, kamu tidak boleh keluar sebelum aku mengijinkannya," perintah Ratu Agni sebelum ia keluar dari kediaman Royal Couple.

CP Chelsea pun hanya menunduk dan terlihat sangat sedih, Raffa yang melihatnya menjadi tak enak hati.

"Maaf," ucap Raffa ketika hanya tinggal mereka berdua diruangan tersebut. Raffa pun harus segera berpamitan pulang karena tak enak hati.

*Di Jogja

CP Bagas yang tengah berada di bandara Adi Sutjipto telah dijemput oleh 2 pengawalnya yang telah menemukannya. Penasehat Istana mengingatkan CP Bagas untuk kembali, karena sore harinya akan dilaksanakan pertemuan di Keraton Yogyakarta.

CP Bagas pun tak sempat kembali ke hotelnya untuk bersiap-siap. Penasehat istana telah menyiapkan baju untuk berganti CP Bagas di mobil yang menjemputnya.

Sesampainya di Keraton, acara baru saja dimulai dengan tarian pembukan tari serimpi yang merupakan tari penyambutan bagi tamu agung. Tari serimpi sendiri di tarikan oleh 4 penari, karena kata srimpi sendiri merupakan sinonim dari bilangan 4.

*Di Istana

Pagi-pagi Chelsea sudah bersiap. Ini merupakan hari dimana Pangeran George tiba. Dayang Dinda dan Ocha sudah menantinya diluar.

"Bagaimana penampilanku hari ini?" tanya Chelsea kepada dua dayangnya.

"Tentu saja Yang Mulia terlihat menakjubkan," ungkap dayang Dinda.

"Tapi, mata panda Yang Mulia sedikit terlihat..." sela dayang Ocha.

"A, benarkah? Apa terlihat?" panik Chelsea sambil berkaca dicermin kecil yang ia bawa.

"Aa, tidak terlalu Yang Mulia," ucap serempak Dayang Dinda dan dayang Ocha.

"Walau terdapat mata panda pada matamu, kecantikan mu tetap yang lebih terlihat," ujar Raffa yang baru tiba akan menjemput Chelsea.

Chelsea yang mendengar sanjungan dari Raffa hanya tersenyum tersipu malu.

"Bagaimana? Apa kau baik-baik saja?" tanya Raffa.

"Hem, tentu saja. Ini hari spesial untukku dapat bertemu Pangeran George, penerus tahta kerajaan Inggris," jawab Chelsea dengan riang.

Mereka pun menuju kediaman Ibu Suri Ira, dimana Pengeran George akan singgah disana terlebih dahulu sebelum mengelilingi istana. Dikediaman ibu suri, Ibu Suri Ira memperkenalkan Pangeran George dengan CP Chelsea dan Pangeran Raffa yang akan menemaninya untuk berkeliling istana.

Setelah selesai beramah-tamah dengan Ibu Suri, Pangeran George, CP Chelsea dan Pangeran Raffa pun memulai tour istana mereka. CP Chelsea menjelaskan isi-isi istana dan Pangeran Raffa pun mengartikan apa yang diucapkan oleh CP Chelsea dalam bahasa Inggris. Terkadang terjadi candaan diantara mereka.

Hingga tiba waktunya makan siang. Pangeran George akan makan siang dengan keluarga kerajaan. Sembari menunggu makan siang siap tersajai, Chelsea memanfaatkannya untuk beristirahat di halaman belakang istana. Disana ia mengotak-atik hp'nya.

"Ini sudah hari ketiga bukan? Huft," keluh Chelsea dengan lemah.

Pangeran Raffa hanya bisa melihat raut muka murung Chelsea dari dalam ruangan karena tengah menemani Pangeran George.

Makanan pun siap tersaji dan Pangeran George pun menikmati makan siangnya bersama Ibu Suri Ira, King Cakka, Ratu Agni, Crown Princess Chelsea, dan juga Pangeran Raffa. Ketika makan siang, Raffa memperhatikan Chelsea yang hanya sedikit makan.

Selesai makan siang, Pangeran George menikmati beberapa tarian tradisional Palembang, salah satunya tari Gending Sriwijaya yang merupakan tarian yang menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara. Tarian ini biasa digelar ketika menyambut tamu istimewa. Tarian Gending Sriwijaya ditarikan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya.

Selesai tari Gending Sriwijaya digelar, CP Chelsea pun diminta untuk menunjukkan kebolehannya dalam memainkan alat musik tradisional Sumatera Selatan, akordeon. Akordeon merupakan alat musik yang berasal dari Jerman, namun menjadi alat musik khas Sumatera Selatan. Akordeon sendiri merupakan alat musik sejenis organ yang memiliki tuts sama seperti tut-tut dalam piano. Walau sedikit kaku, Chelsea dapat memainkan lagu "Dek Sangke" dengan baik dan disambut tepuk tangan dari semua. Chelsea pun senang dengan sambutan mereka.

*Ditaman belakang istana

Sore itu, Pangeran George telah meninggalkan istana. Chelsea pun sudah terbebas dari tugasnya, dan tengah bersantai ditaman belakang. Raffa yang melihatnya, datang menghampiri.

"Sedang apa kua disini?" sapa Raffa.

"Kamu kesini? A, aku senang, akhirnya ini selesai juga," jawab Chelsea dengan ceria.

"Terimakasih. Jika ini bukan karenamu, ini mungkin tidak akan berjalan dengan sukses," lanjut Chelsea.

"Tidak perlu berterimakasih kepadaku, aku tidak melakukan banyak hal," jawab Raffa dengan merendah dan telah duduk disamping Chelsea.

"Apanya 'yang tidak banyak'? Suamiku tidak pernah ada untuk membantuku. Dan kau selalu ada untuk membantuku," lanjut Chelsea.

Raffa hanya tersenyum dan memberi sekotak cokelat kepada Chelsea.

"Apa ini?" tanya Chelsea.

"Cokelat. Aku tahu kamu tadi tidak makan terlalu banyak, kamu hanya banyak minum," ucap Raffa.

"Benarkah?" tanya Chelsea.

"Cobalah," ujar Raffa sambil membukakan bungkusan cokelat.

"Aku akan memakannya nanti," jawab Chelsea sambil menerima cokelat yang sudah terbuka.
"Mempunyai teman sepertimu yang tanpa pamrih, aku sangat nyaman," ujar Chelsea ramah.

"Aku bukannya melakukan semua ini tanpa pamrih," ucap Raffa dengan raut sedih dan serius.

"Apa maksudmu?" tanya Chelsea dengan penasaran.

"Walaupun sekarang aku bukan yang menjadi suamimu, namun aku pernah menjadi tunanganmu," ungkap Raffa.

"Tunangan?" ucap Chelsea dengan heran.

"Kamu bukan tipe yang ideal sebagai seorang putri. Aku mencoba melupakanmu berulang kali," ujar Raffa yang kemudian menarik napas panjang.

"Orang pertama yang ditunangkan dengan mu sebenarnya bukan Bagas, tapi aku," ungkap Raffa yang disambut muka kaget Chelsea.

"Ini semua berubah ketika ayahku yang waktu itu merupakan Putra Mahkota meninggal. Namun kuharap kamu dapat mengingat itu, walaupun sekarang hal tersebut tidak mungkin terjadi," lanjut Raffa.

"Jika saja takdir tidak mempermainkan kita, maka seharusnya bukan Bagas yang menjadi suamimu, tapi aku, Raffa," pungkas Rafa.
-TBY-

NB : Part kali ini, terasa panjang gak?
Bocoran aja, ini lebih panjang berapa lembar ms.word lho...
Bahkan bisa dijadikan 2 part. Maaf yah, gk bisa cepet-cepet next'nya...
Comment, kritik, saran bisa disampaikan di twitter @bitBeechat room, dan comment di page ini.
Kali ini, semoga kalian tambah pengetahuan tentang kesenian Sumatera Selatan juga Jogja yang kusisipkan yah... :)
Terimakasih ^^

Tuesday 5 November 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 5]



Chelsea ragu-ragu untuk memeluk punggung Bagas. Namun kemudian, dia memberanikan diri untuk memeluknya. Dan beberapa saat kemudian, Chelsea baru bisa benar-benar tertidur.

Tak lama setelah Chelsea tertidur dipunggung Bagas, Bagas yang terlebih dahulu telah berhasil tidur, tiba-tiba terbangun. Ia menoleh kebelakang dan menemukan Chelsea yang memeluk punggungnya. Bagas hanya tersenyum.

Kemudian, dengan perlahan Bagas membalikkan tubuhnya yang membuatnya dapat dengan jelas memandang wajah Chelsea. Untuk beberapa saat, Bagas hanya memandang wajah Chelsea. Selanjutnya, Bagas dengan sedikit ragu ingin membelai wajah Chelsea. Hingga pada akhirnya, Bagas memberanikan diri membelai wajah Chelsea dengan lembut dan kemudian mengecup kening Chelsea. Bagas pun tersenyum bahagia.

Bagas pun kembali melanjutkan tidurnya. Namun kali ini dengan posisi Bagas dan Chelsea saling berhadapan dan juga dengan saling berpelukan.

*Di mobil Josia

"Royal Couple yang baru pertamakali akan bermalam diluar istana, tepatnya dikediaman Putri Mahkota ini akan dijadwalkan kembali keistana besuk lusa. Hari ini, Royal Couple baru sampai dikediaman Putri Mahkota dengan mendapatkan sambutan hangat tidak hanya dari kedua orangtua Putri Mahkota namun juga warga sekitar yang banyak terlihat antusias menunggu kehadiran Royal couple disekitaran rumah Putri Mahkota sedari sore tadi. Direncanakan mereka akan menghabiskan waktu selama weekend ini......." suara berita diradio dimobil Josia.

"Apa aku harus mematikannya?" tanya Josia kepada Chindai yang terlihat mematung tak nyaman mendengar berita tersebut.

Chindai pun menganggukkan kepalanya sambil membuang pandangannya keluar jendela.

"Ini menguras perhatiaanmu bukan? Saat kamu ingin melupakan, berita terbaru tentang Royal Couple selalu muncul. Semua akan baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu, semua akan menjadi lebih baik," ujar Josia.

Chindai masih mematung melihat keluar jendela. Terlihat air mata tertahan dipelupuk sudut matanya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Josia.
Chindai yang masih terlihat shock, hanya merespon pertanyaan dari Josia dengan menganggukan kepalanya lagi.

"Ah, tidak. Sejujurnya aku tidak baik. Pada awalnya, aku pikir aku akan baik-baik saja. Namun seiring berjalannya waktu, aku merasa seperti dineraka," ungkap Chindai.

"Antar aku ketempat guru biolaku saja. Aku ingin berlatih disana," pinta Chindai kepada Josia yang masih mematung mendengar pengakuan Chindai.

*Pagi hari dikediaman Chelsea

"Tok.tok.tok" suara ketukan pintu yang semakin lama rithmenya semakin cepat dengan diselingi panggilan "kakak" yang terdengar suara Rafli.

Rafli yang diperintahkan oleh Mamanya untuk memanggilkan kakaknya untuk membantu memasak tersebut, terus saja mengetuk pintu kamar kakaknya.

Chelsea yang mendengarnya, dengan masih terkantuk berusaha membuka matanya. Dengan gerak yang terbatas karena Bagas masih lelap tidur dihadapannya, Chelsea yang tak menyadari akan posisi tidurnya saat ini, dengan polos mengucek-ucek matanya agar mau terbuka.

Tersenggol oleh gerakan tangan Chelsea yang mengucek matanya, membuat Bagas terbangun. Chelsea yang mulai sadar ada seseorang yang ada didekatnya, dengan reflek membuka matanya lebar-lebar. Tepat disaat Bagas juga membuka matanya dengan perlahan. Chelsea yang kaget dengan kehadiran Bagas diawal buka matanya hari ini, membuatnya dengan reflek berteriak.

Bagas yang ikut terkaget dengan teriakan Chelsea pun dengan reflek ikut teriak. Dan mereka saling dorong dari tempat tidur yang mengakibatkan mereka berdua jatuh tersungkur dibawah tempat tidur mungil tersebut.

"Aaaaa~ aduh.." teriak Chelsea yang sudah terjatuh dari tempat tidur. Chelsea pun berusaha untuk bangun.

"Kakak, kakak, ada apa?" teriak Rafli dari luar yang mendengar kakaknya berteriak.

"Heh, apa yang kamu lakukan? Sakit tahu..." celoteh Bagas yang masih malas-malasan sambil berusaha untuk berdiri.

"Apa? Apa yang aku lakukan? Apa yang kamu lakukan?" bentak Chelsea dengan mengeraskan suaranya.

"Apa maksudmu dengan apa yang aku lakukan? Seharusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan?" Bagas melanjutkan.

"Kenapa tanganmu bisa ada disini?" lanjut Chelsea dengan kesal  sambil memegangi punggungnya.

"Hah? Hey, ingat... Siapa yang memulai duluan? Bukannya kamu duluan yang memeluk sini?" jawab Bagas dengan menggoda namun masih sebal sambil memegangi punggungnya.

"Aku ini juga lelaki biasa tahu..." ujar Bagas dengan suara lirih dan tersipu malu.

Chelsea yang mulai mengingat kejadian semalam, ingat akan dia yang memeluk punggung Bagas duluan pun akhirnya bungkam dengan wajah memerah.

"Kakak, ada apa?" teriak Rafli dari luar yang tak bisa membuka pintu karena dikunci dari dalam.

"Sayang, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Mama Ify dari luar yang tak kalah heboh.

Teriakan-teriakan dari luar itu pun membuyarkan kekakuan antara Bagas dan Chelsea.

"Aa, iya Ma... Gak apa-apa kok.," jawab Chelsea dari dalam.

"O ya udah, buruan keluar. Ayo bantu mama menyiapkan makanan Chel..." ajak mama Ify.

"Oh, iya Ma. Sebentar lagi Chelsea keluar..." ujar Chelsea.

*Didapur

"A, ini terlihat sangat enak sayang. Cobalah..." ucap Papa Rio yang menyuapkan kuah Pindang Patin kepada Mama Ify.

"A...a... ya, ini sudah cukup," puji Mama Ify yang sedang mempersiapkan peralatan untuk makan.

Tanpa mereka ketahui, CP Bagas telah berada dibelakang mereka. CP Bagas haru melihat kemesraan yang terjadi antara Papa Rio dan Mama Ify. Ya, karena di istana hal semacam ini tidak pernah atau bahkan tak akan pernah terlihat.

Kemudian, Chelsea yang telah bersiap akan membantu mamanya, datang dibelakang CP Bagas. Dengan suara berisiknya, Chelsea bertanya pada Mama'nya apa yang harus ia bantu walau belum sampai dapur. Hal ini menyadarkan Mama dan Papa bahawa CP Bagas ada didekat mereka. Mereka pun salah tingkah.

"A, Pangeran. Apakah Anda sudah lapar hingga mengantar Anda kedapur?" tanya lugu Papa Rio.

Chelsea yang baru sampai dapur pun mengomenatri kehadiran Bagas yang berada didapur.

"Apa yang kamu lakukan disini?"tanya Chelsea dengan santai tanpa memikirkan mereka berada dimana.

"Hey, apa yang kamu katakan? Dia ini seorang Putra Mahkota sekaligus suamimu. Bersikaplah yang lebih sopan," tegur Mama Ify.

"Apa yang mama bicarakan? Sama sajakan status kami dengan Papa Mama? Lagian ini bukan diistana..."bantah Chelsea.

"Ishhh, anak ini. Maafkan perlakuan putri kami Pangeran. Oh ya, makanan hampir sudah siap. Lebih baik Pangeran menunggu sambil menonton tv saja," saran Mama Ify.

"Baiklah, ayo kita nonton tv saja..."ajak Chelsea dengan tetap santai.

"Hey, mau kemana kamu? Kamu bantu siapin meja sana. Ini tolong ditata dimeja makan,"perintah Mama Ify kepada Chelsea sambil menyerahkan setumpuk piring.

Bagas yang berada didekat Chelsea pun merebut piring-piring tersebut untuk ia bawa;
"Biarkan aku saja yang membawa Ma. Disini aku bukan sebagai Pangeran, namun sebagai menantu kalian," ujar Bagas yang membuat Mama Ify dan Papa Rio merinding hingga terdiam mendengarnya.

Bagas pun membawakan piring-piring tersebut kemeja makan. Dan Chelsea pun mambantu CP Bagas untuk mengatur meja serta perlengkapan makan lainnya.

Disaat makan, Papa dan Mama menunjukan kemesraan mereka lagi dan ini membuat iri Bagas karena orangtuannya, King Cakka dan Queen Agni, tidak pernah menunjukkan kemesraan yang seperti ini didepan Bagas.

*

Setelah makan, Mama Ify mengajak Chelsea untuk membantunya membuat empek-empek. Papa Rio dan Rafli pun ikut membantu. Dan Bagas yang belum pernah membuat empek-empek sendiri, akhirnya ikut membantu.

Tugas dibagi. Papa Rio dan CP Bagas diberi tugas yang mudah. Membuat kuahnya. Membuat kuah cuka pempek cukup simpel, didihkan air bersama gula merah lalu masukan bawang putih dan cabe rawit yang sudah dihaluskan di tambah cuka dan garam. Saring dan sisihkan.

Sedangkan Mama Ify, Chelsea dan Rafli membuat adonan untuk empek-empek. Tentunya hanya Mama yang akan mencampur adonan seperti daging ikan yang telah digiling, air es, penyedap rasa, garam, dan tepung sagu yang diuleni terlebih dahulu. Setelah adonan rata, barulah Chelsea dan Rafli membantu Mama yang siap membentuk empek-empek tersebut.

Papa Rio dan CP Bagas telah selesai terlebih dahulu. Kemudian mereka pun membantu untuk membentuk empek-empek. Sekali lagi, CP Bagas merasakan kehangatan pada keluarga barunya ini. CP Bagas terlihat sangat menikmati kebersamaan dengan keluarga barunya ini.

Awalnya, Chelsea tanpa sadar mengusap dahinya dengan tangannya yang ada adonan tepungnya. Sehingga adonan tepung tersebut terkena didahi Chelsea. Rafli yang melihat hal tersebut pun tertawa. Chelsea yang tak terima ditertawai oleh adiknya, mencolekkan adonan dan mengenaikannya pada pipi Rafli. Bagas yang melihat tingkah kakak dan adek ini pun ikut tertawa. Chelsea yang masih kesal dengan Rafli yang menertawainya, kembali kesal mendengar tawa Bagas. Maka Chelsea juga mencoret wajah Bagas dengan adonan. CP Bagas yang tidak terima membalas dengan mengenai adonan pada pipi Chelsea. Rafli pun ikut-ikutan sehingga terjadilah perang adonan.

Mama yang telah repot membuat adonan tersebut tidak terima dengan perlakuaan anak-anaknya yang memainkan adonanannya pun tersulut emosi,
"Sudahhhh... Apa yang kalian lakukan? Apa adonan ini masih bisa digunakan? Ayo lanjutkan..." teriak dan bentak Mama Ify.

Ketigannya pun langsung terdiam dan melanjutkan membentuk empek-empek kembali dengan wajah belepotan adonan tepung.

*

Siang itu, setelah membuat empek-empek selesai, mereka menikmati empek-empek tersebut untuk makan siang. Kehangatan yang selalu terjadi dirumah Chelsea, kembali membuat CP Bagas iri dan merasa betah untuk tinggal dirumah Chelsea.

Selesai makan, Chelsea mengajak mereka untuk bermain kartu bersama. Dan yang kalah harus dihukum dicoret tepung. Awalnya mereka bermain semua, namun kemudian Mama mengajak Chelsea untuk menyiapakan buah. Sehingga yang bermain pun hanya Papa Rio, CP Bagas dan Rafli.

Setelah selesai menyiapkan buah, Mama dan Chelsea kembali keruang tengah. Sekarang yang bermain kartu tinggal Papa dan CP Bagas karena Rafli telah kalah. Mama dan Rafli memberikan semangat kepada Papa dan memberi saran untuk permainannya. Begitu juga dengan Chelsea, dia memberikan dukungan dan saran untuk suaminya.

Papa Rio ingin memakan buah yang telah disiapkan Mama dan Chelsea, namun ia tengah berkonsentrasi dalam permainan kartunya. Sehingga Mama pun menyuapi Papa. Chelsea pun begitu, ia menyuapi buah tersebut kepada CP Bagas yang tengah sibuk bermain kartu.

CP Bagas kalah, saatnya hukuman. Namun Papa Rio tidak berani memberi hukuman kepada menantunya yang seorang Pangeran tersebut. Akhirnya Chelsea yang maju, ia mencoret muka CP Bagas dengan tepung. CP Bagas yang tidak terima, membalas Chelsea dengan tepung. Perang tepung pun kembali terjadi. Papa, Mama dan Rafli yang sungkan melihat kemesraan yang terjadi ini pun menggeloyor pergi tanpa disadari Chelsea dan CP Bagas.

*Dikediaman Guru Chindai dan digaleri yoga P.Shilla

"Ndai, ayo kita pergi sekarang. Seorang teman lamaku ingin bertemu denganmu,"ajak sang guru.

Mereka pun pergi kegaleri yoga dan bertemu dengan teman lama sang guru yang ternyata adalah P.Shilla, ibu Raffa.

"Selamat datang. Aku dengar, kamu satu sekolah dengan anakku bukan?"sapa P.Shilla dengan ramah.

"A, benar yang mulia," jawab Chindai.

"Ah ya, Putri Shilla ini dulunya adalah patner berlatihku saat masih sekolah dulu. Dia sangat hebat dalam bermain biola. Dan ia mendengar tentangmu, makanya ia ingin bertemu dengan kamu," ujar guru Chindai.

"Ya, kudengar beberapa waktu lalu kamu baru saja memenangkan sebuah turnament internasional bukan? Selamat ya..."ucap P.Shilla.

"Aduh, sepertinya aku harus meninggalkan kalian. Maaf sekali, aku harus segera pergi. Ada hal yang harus aku kerjakan,"pamit guru Chindai.

"Ah, baiklah, lain kali kamu harus lebih lama mampir disini,"ujar P.Shilla.

"Hha... Baiklah. Chindai, guru pergi dulu ya..."pamit gurunya yang dibalas Chindai dengan tersenyum.

*Sore hari

Setelah capek membuat empek-empek dilanjutkan bermain kartu, CP Bagas pun tertidur dikamar Chelsea. Chelsea yang juga lelah, akhirnya juga tertidur diruang keluarga.
Pukul 5pm CP Bagas terbangun. Dia pun keluar kamar dan mendapati Chelsea tengah tertidur disofa. CP Bagas pun membangunkan Chelsea.

"Hey tukang tidur, bangun. Kenapa rumah sangat sepi?"ucap CP Bagas sambil menggoyangkan tangan Chelsea.

"Ahhh, aku masih mengantuk. Mungkin mereka baru ada dikamar utama,"jawab Chelsea yang masih setengah sadar.

"Tapi sepertinya dirumah tidak ada orang," ujar CP Bagas.

Akhirnya Chelsea pun dengan malas-malasan bangun. Chelsea pun mengambil air dikulkas dan mendapati sebuah note yang tertempel dipintu kulkas.

"Chels, Papa dan Mama ada pertemuan dengan teman lama. Mungkin nanti pulang larut malam. Dan sepertinya tidak bisa menyiapkan makan malam untuk kalian. Rafli tadi juga ijin mau keluar dengan temannya menonton pertandingan bola," tulis Mama yang dibaca Chelsea.

CP Bagas ternyata juga mengikuti Chelsea dan juga mengambil air dan mendengar yang dibaca Chelsea.

"Pergi kemana mereka?" gerutu Cp Bagas.

"Ini bukan kesengajaankan?"lanjutnya.

Chelsea yang baru menyadari ini pun hanya terdiam.

*Di galeri yoga P.Shilla.

Chindai masih berada di galeri yoga P.Shilla. Mereka baru saja melakukan yoga bersama.

"Saat yoga tadi, sepertinya kamu terlihat tegang. Apa kamu sedang menghadapi sebuah masalah?" tanya P.Shilla.

"A, tidak. Mungkin karena akan menghadapi ujian saja,"jawab Chindai.

"Ngomong-omong, bagaimana kehidupan di Inggris, Yang Mulia?"tanya Chindai.

"Ah, kamu tidak usah berbicara terlalu formal denganku. Kehidupan disana sangat nyaman untukku dan
Raffa. Disana masyarakatnya sangat memperhatikan kehidupan kerajaan,"ungkap P.Shilla.

"Seperti disini ya.."tambah Chindai.

"Ya benar. Beberapa tahun yang lalu, keluarga kerajaan sempat mengalami krisis kepercayaan oleh rakyat. Yang diakibatkan oleh pernikahan P.Cherles dengan Camilla," mulai cerita P.Shilla.

"Jauh sebelum P.Charles menikah dengan P.Diana, Camilla adalah teman baik P.Charles. Benih cinta pun sudah tumbuh. Namun karena adat keluarga kerajaan, P.Charles tidak bisa menikahi Camilla dan
harus menikah dengan P.Diana. Walau begitu, Camilla masih hadir dalam kehidupan P.Charles. Dia menjadi sahabat Royal Couple tersebut. Camilla sudah seperti saudara bagi P.Charles. Camilla adalah teman curhatnya, bahkan ketika P.Charles akan bercerai dari P.Diana. Dengan kesabaran berpuluh-puluh tahun, akhirnya Camilla dapat menikah dengan P.Charless. P.Diana pernah berkata,'ada 3 orang yang bermasalah dalam hubungan mereka. P.Diana, P.Cherles dan Camilla'. Sebuah cinta segitiga diantara mereka bertiga," kompor P.Shilla.

*flashback

Disebuah restoran P.Shilla bertemu dengan editor Sion. Editor Sion menyerahkan hasil foto-foto yang ia dapat. Termasuk foto kebersamaan CP Bagas dan Chindai saat ulangtahun CP.Bagas beberapa waktu yang lalu.

"Siapa gadis ini?"tanya P.Shilla.

"Saya belum mendapatkan info lengkapnya Yang Mulia. Namun sepertinya gadis ini kuliah disatu tempat yang sama dengan CP Bagas,"jawab editor Sion.

"Baiklah, cari tahu info lengkap gadis ini. Dan setelah tahu, beri info kepadaku,"perintah P.Shilla.

*esok harinya

"Yang Mulia, gadis ini bernama Chindai. Dia adalah teman sekampus CP Bagas. Dan ada rumor yang mengatakan, gadis ini pernah dilamar oleh CP Bagas, namun gadis ini menolaknya,"ucap editor Sion.

"A, bagus sekali,"jawab P.Shilla.

"Ini data lengkapnya yang Mulia,"lanjut editor Sion sambil memberikan sebuah amplop berisi data Chindai.

Dan diketahui, bahwa ternyata Chindai adalah anak didik temannya sewaktu masih bermain biola tersebut.

P.Shilla pun meminta bantuan temannya tersebut, yang merupakan guru Chindai, untuk mempertemukannya dengan Chindai dengan alasan ia ingin berbagi ilmu juga. Walau yang sebenarnya, P.Shilla ingin memanfaatkan Chindai untuk menghancurkan keluarga Raja.

*Flashback end.

*Dimobil Josia

Chindai diantar pulang oleh Josia. Ketika sampai depan rumahnya, Chindai tidak langsung turun.

"Tidak turun? Ingin kesuatu tempat?"tanya Josia.

"Aku tidak dapat menyerah seperti ini,"ujar chindai tiba-tiba.

"Menyerah untuk apa? Apa yang kamu katakan?" tanya Josia bingung.

"Dia tidak pantas untuk Bagas. Bagas membutuhkanku untuk disisinya,"ucap Chindai.

Josia hanya diam saja. Chindai baru keluar dari mobil Josia namun terhenti sejenak sebelum menutup pintu mobil.

"Tolong bantu aku untuk mendapatkan Bagas kembali,"pinta Chindai yang tidak menunggu jawaban dari Josia langsung menutup pintu mobil Josia.

*Dikediaman Chelsea

Chelsea sedang menyibukan diri nonton tv diruang keluarga dan CP Bagas sedang sibuk membaca buku dengan earphone dikupingnya disamping Chelsea.

"Hey, aku lapar. Tidak adakah sesuatu yang bisa dimakan?" tanya CP Bagas tiba-tiba.

"Bagaimana dengan nasi goreng. Apa kamu bisa memasakannya?"lanjut CP Bagas lagi.

Chelsea yang sedari tadi gugup karena mengingat kejadian semalam mereka tidur bersama, dan sekarang mereka hanya berdua dirumah, membuatnya hanya membisu dan menggangguk untuk menjawab pertanyaan CP Bagas.

*Malam hari

Chelsea tengah didapur mengiris bahan-bahan untuk nasi gorengnya. Namun tiba-tiba,
"Auwww..."jerit Chelsea sambil memegangi jari kirinya.

CP Bagas yang sedang didepan tv pun berlari khawatir menghampiri Chelsea.

"Hey kenapa? Ada apa dengan jarimu?"tanya CP Bagas sambil menarik dan melihat jari kanan Chelsea yang berdarah.

Kemudian CP Bagas pun segera menyedot darah yang keluar pada ibu jari kiri Chelsea dengan khawatir. Chelsea yang ada didepannya hanya terdiam mematung melihat tingkah suaminya ini. Dan CP Bagas menyadari keheningan yang terjadi. Ia pun melihat kearah Chelsea dan melepas kan jari Chelsea yang sudah tidak berdarah dari bibirnya.

"Biarkan aku saja yang memasak,"ujar CP Bagas.

"Tidak usah, lukanya juga tidak dalam kok,"jawab Chelsea.

"Sudah, biar aku saja," kekeuh CP Bagas,

"Aku saja, aku masih bisa kok," bentak Chelsea yang membuat CP Bagas terdiam dan kembali menonton tv namun tetap memperhatikan Chelsea yang tengah didapur.

*

Nasi gorengpun telah tersaji. CP Bagas dengan lahap menghabiskannya.

"Ah, aku kenyang..." ucap CP Bagas.

"kamu sudah menghabiskannya?"tanya Chelsea sambil melihat kepiring CP Bagas yang bersih tanpa sisa.

"Nasi goreng buatanmu enak juga," puji CP Bagas sambil akan minum.

Chelsea yang mendengarnya hanya tersenyum malu.

"Aku nanti yang akan mencuci piring,"ujar CP Bagas.

"Kamu? Bagaimana bisa?" ujar Chelsea sambil membereskan piring diatas meja.

"Kenapa? Kamu pikir aku tidak bisa?"tanya CP Bagas.

"Aku pernah menjadi anggota Pramuka,"bela CP Bagas sambil merebut merapikan meja dan membawa piring ketempat cuci piring.

"Pergilah menonton tv, dan jangan ganggu aku," ujar CP Bagas.

Chelsea pun terdiam melihat CP Bagas pergi membawa piring-piring tersebut. Akhirnya Chelsea memutus untuk mengikuti CP Bagas yang akan mencuci piring.

"Sudah lah, lupakan saja. Biarkan aku yang mencuci,"sela Chelsea.

"Aku bilang, pergilah nonton tv,"bentak CP Bagas pada Chelsea.

Chelsea yang kaget pun memutuskan untuk pergi dan berhenti didepan pintu dapur. Ia berhenti dan berbalik, melihat CP Bagas yang terlihat kaku untuk mencuci piring. Namun fokus Chelsea bukan pada tingkah kaku CP Bagas. Titik fokus Chelsea adalah punggung CP Bagas, dimana semalam ia bersandar.

*

CP Bagas sudah berada dikamar Chelsea sendirian. Ia mengotak-atik meja belajar Chelsea. Ia menemukan foto-foto Chelsea. Foto-foto semenjak Chelsea bayi, kanak-kanak, sampai foto-foto Chelsea dengan Angel, Marsha dan Novi. Dan CP Bagas banyak tersenyum melihat-lihat foto tersebut.
Diruang keluarga, Chelsea masih nonton televisi sambil menunggu orangtuanya dan juga Rafli pulang.

Tepat jam menunjukkan pukul 10pm, Chelsea masih didepan televisi dan sudah tertidur. Namun terdengar pintu depan terbuka, dan Mama, Papa juga Rafli mengendap-endap masuk.

"Apa mereka sudah tidur?" tanya Papa Rio denagn bisik-bisik.

"Entahlah, tapi masih ada suara televisi menyala," jawab Mama Ify dengan berbisik-bisik pula.

"Ahh, kenapa kita mengendap-endap gini dirumah sendiri. Seperti mau maling saja.."komentar Rafli yang juga berbisik namun termasuk keras.

"hussttt... diam. Nanti mereka bangun..." potong Mama Ify.

Dan benar saja, Chelsea terbangun dan menyambut mereka walau masih mengantuk.

"Kalian dari mana saja? Kenapa baru pulang?"teriak Chelsea.
Mama,Papa dan Rafli yang masih berjalan mengendap-endap pun terkejut. CP Bagas yang memang belum tidur dikamar pun, keluar dari kamar karena teriakan Chelsea.

"Aaa, maaf. Tadi kami kena macet, dan kebetulan ketemu Rafli didepan tadi..."jawab Mama Ify dengan tergagap.

"Kalian menyebalkan. Pokoknya malam ini aku ingin tidur dengan kalian. Kalian tahukan, besuk pagi kami harus sudah kembali ke istana..."ambek Chelsea.

"A, tapi...tapi bagaimana dengan suamimu?"tanya Mama Ify yang belum menyadari CP Bagas telah berada didepan pintu kamar Chelsea.

"Tidak apa-apa. Mungkin kita bisa tidur bersama diruangan ini,"saran CP Bagas yang membuat keluarga Chelsea terdiam kagum dengan sikap CP Bagas.

Akhirnya, malam itu pun CP Bagas, Papa Rio, Chelsea, Mama Ify dan Rafli tidur bersama diruang keluarga dengan kasur yang dipasang disana. Selama tidur, Chelsea selalu memeluk ibunya dengan erat.

Sedangkan CP Bagas sulit tidur karena Papa Rio yang tidur disampingya mendengkur keras. Dan ia heran, kenapa yang lain bisa tidur dengan suara tersebut. Namun, ia kembali terharu dengan kehangatan yang ia rasakan kembali.

*Pagi hari

Pagi itu Chelsea dengan Bagas kembali ke istana. Dan Chelsea senang kembali bertemu dayang asistennya, dayang Dinda dan Oca. Chelsea membawakan mereka oleh-oleh berupa  tempoyak yang khusus dibuat oleh Mama Ify.

CP Bagas langsung menuju kamarnya dan ia mengambil setumpuk kartu yang ia bawa dari rumah Chelsea. Ia tersenyum mengingat kehangatan yang ia terima dirumah tersebut.

*Makan siang dikediaman Royal Couple

Disaat makan siang, Chindai menelepon Bagas. Namun Chindai bukan ingin berbicara dengan Bagas, melainkan dengan Chelsea.

Melalui telepon CP Bagas, Chindai mengundang Chelsea untuk datang bersama Bagas berkumpul dengan klub berkuda mereka. Chelsea yang bingung mau jawab pun akhirnya menyetujui. CP Bagas pun heran dengan sikap Chindai tersebut.

*Peternakan Kuda

Sore harinya, Raffa tengah berada dipinggir lapangan kuda untuk melihat orang-orang yang sedang berlatih. Chindai mendekatinya.

"Terimakasih," ucap Chindai.

"Untuk apa? Aku suka berkuda,"ujar Raffa.

"Aku tahu apa yang kau inginkan," ucap Chindai lagi.

"Apa yang kau maksud? Apa yang aku inginkan? Kenapa kau berkata seperti itu?"tanya Raffa bingung.

"Apa yang kau inginkan adalah sama dengan apa yang aku inginkan. Aku tahu keinginamu sebagai pewaris tahta. Bagas seharusnya sudah capek dengan posisi tersebut. Bahkan dia harus menikahi wanita yang tidak ia cintai. Kau bukannya akan mencuri posisi tersebut, namun kau akan membantu Bagas untuk lepas dari posisi tersebut,"jelas Chindai.

"Aku tahu apa yang kau maksud. Namun itu akan sulit dilakukan oleh Bagas tanpa persetujuan tetua. Sepertinya Royal Couple sudah sampai,"potong Rafa.

Terlihat dari kejauhan, mobil Royal couple memang telah sampai area peternakan. Dan dari mobil keluar CP Bagas dan juga CP Chelsea. CP Bagas mendapatkan sambutan hangat dari teman-temannya, Difa, Josia dan Fattah.

"Ini sudah lama, apa kabar? Putri Mahkota terlihat lebih cantik sekarang..."ujar Fattah.

"Dia berpakain seksi bukan? Siapa yang mendandani memakai baju itu?" tanya Bagas yang mengomentari baju berkuda Chelsea.

"Apa? Dayang istana yang mempersiapka baju ini. Lagian aku bukan bernampilan begini untuk kamu..."celoteh Chelsea yang terhenti melihat ekspresi diam CP Bagas melihat suatu sudut.

Chelsea mengikuti sudut dimana yang membuat CP Bagas terdiam. Dan Chelsea mendapati bahwa Bagas sedang memandang Chinda bersama dengan Raffa yang datang dari luar juga.

"Apa kabar Yang Mulia? Putri Mahkota juga datang.." sapa ramah Chindai.

Chelsea pun hanya membalas tersenyum.Athmosphere diruang tersebut berubah menjadi beku.

*Diarea kandang kuda

CP Bagas tengah sendirian berada dikandang kuda untuk mengambil kudanya. Chindai yang mengetahui ini pun tidak menyia-nyiakan kesempatan.

"Ini sudah lama bukan kita tidak sedekat ini. Biasanya kita hanya dapat memandang dari kejauhan.Kita terlihat saling tidak mengenal dari kejauhan.Saling tidak menyapa disaat bertemu. Kamu selalu bersikap dingin kepadaku. Kamu sangat berubah,"ujar Chindai yang nyamperin Bagas.

"Jadi seharusnya kamu menerimaku ketika aku melamarmu dulu. Sekarang, kamu hanya merasa menyesal dan bersalah bukan? Ini karena dia yang menjadi Putri Mahkota, jadi kamu terganggu. Sekarang semuanya menjadi tidak enak bukan? Aku merasa sangat beruntung,"ucap CP Bagas yang kemudian pergi dengan kudannya meninggalkan Chindai sendirian.

*Dibalkon atas

Chelsea sedang bersama Raffa melihat orang yang sedang berlatih kuda dilapangan. Dari balkon inipun dapat terlihat kandang kuda dan tentu saja, dari sini Chelsea dan Rafa baru saja melihat Bagas dan Chindai yang mengobrol.

"Sebenarnya ada apa dengan mereka? Mereka tidak berkuda. Hanya saling melihat dengan sangat dingin,"ujar CP Chelsea dengan lesu.

"Jangan terlalu berharap pada Bagas. Harapan yang terlalu tinggi bisa menjadi kekecewaan yang besar juga. Dia kadang-kadang akan memperlakukanmu secara baik. Namun yang benar-benar ia cintai hanya Chinda. Dia tidak mungkin bisa mencintaimu, hatinya sudah berada ditempat lain," Rafa memanas-manasi yang membuat Chelsea bungkam.

Dan ternyata, dari jauh Bagas dengan raut muka marah dapat melihat kebersamaan Chelsea dan Raffa tersebut.

-TBC-

NB : Maaf jarang update ini FF.
KENAPA???

1. Aku gak mau asal-asalan buat cerita. Apalagi dengan cerita yang nyangkut ada adatnya gni. Jadi biasanya untuk ngrampungin satu part PH ini, aku butuh beberapa refrensi. Semisal dari part ini, aku butuh refrensi untuk makanan tradisional/khas Palembang. Kan gak seru kalo cuma fiktif. Juga cara buat empek-empek. lumayan nambah pengetahuan juga kan :)

2. Yang dah pasti dan jelas, kesibukan pribadi.

Jadi maklumin ya kalau lama updatenya...
Emh, masih sangat ditunggu komentar dan sarannya lho ya ditwitter @bitaBee, Chat Box atau comment di page ini :))
Terimakasih sudah sempet mampir :)

Sunday 3 November 2013

Hujan, Pelangi dan Degup Jantung (part 2 final)



"Kak Chelsea, ini Angel. Apa kabar kakak?" tanya Angel kepada Chelsea lewat telepone.

"Kakak, ayo kita bertemu. Angel kangen kakak sih,"rajuk Angel.

"Iya, aku sekarang juga dah pulang ke Indonesia kok Kak. Aku cuti,"ungkap Angel.

"Ah kakak, apa-apaan sih. Ikut marah-marah kaya' kak Bagas aja,"gerutu Angel kepada orang yang disebrang telephone.

"Ya udah, besuk sore kakak harus dateng ya. Besuk adalah hari kita. Oke? Ntar alamatnya ku text aja. C U tommorow kakak,"potong Angel ditelephone.

***

Disiang yang mendung itu, Chelsea dan Angel pun telah berada direstoran yang sama ketika dulu pertama Bagas melihat Chelsea. Barang belanjaan yang mereka bawa pun sudah menumpuk banyak, menandakan mereka sudah berkeliling belanja diarea pertokoan tersebut.

"Kak, ayo kita ketemu kakakku. Aku panggil dia kesini aja ya..." tawar Angel.

"Terserah kamu aja sih," jawab Chelsea cuek.

"Jadi kakak setujukan kalau aku comblangin sama kakakku?" ujar Angel dengan ceria dan bersiap akan menelepon kakaknya.

"Eh,eh.. apa-apan kamu. Memang aku se'jones itu apa? Pake dicomblangin sgala..." gerutu Chelsea sambil merebut handpone Angel.

"Ah kakak, kakak kn juga jomblo kan? Jangan bilang kakak masih sama si Bryan cowok gak bener itu ya..." selidik Angel kepada orang yang duduk dihadapannya ini.

"Apaan sih kamu. Enggak lah, Bryan mah kesalahan, udah masa lalu," jelas Chelsea dengan malas.

"Nah kan, kak Chelsea jomblo, kakakku juga masih jomblo kok kak... Coba ketemu dulu. Kan asik kalo kak Chelsea sama kakakku. Ntar kalo aku dimarahin, kan aku bisa berlindung sma kakak... Hhaaa..." rayu Angel dengan muka imutnya.

"Aishhh~ kamu..." kata Chelsea dengan kesal yang terpotong oleh ucapan Angel selanjutnya.

"Eh kak, kayaknya gak perlu telephone kakakku deh. Tuh dia datang...." potong Angel yang fokus melihat entrance restaurant tersebut.

Chelsea yang tidak jadi melanjutkan perkataanya pun ikut melihat pintu masuk seperti yang dilakukan oleh Angel.

***

"Iya kak, itu kakakku yang ku maksud. Kak Bagaasss...." teriak Angel pada orang yang baru saja masuk kerestoran tersebut.

Orang-orang yang ada didalam restoran itu pun jadi memandang Angel karena teriakannya. Angel yang lebih fokus melihat kearah kakaknya dan melambaikan tangannnya, hanya cuek tak mempedulikan pandangan orang.

Bagas yang baru saja masuk, terkejut dengan suara seseorang memanggil namanya. Bagas pun mencari sumber suara tersebut dan menemukan disebuah bangku restoran dua orang gadis yang familiar baginya, sedang memandang kearahnya. Seorang gadis sambil melambaikan tangannya kearahnya, yang satu hanya terdiam melihatnya.

Bagas  yang kaget pun terdiam dan mematung karena mengetahui siapa yang tengah bersama adiknya yang juga hanya terdiam melihatnya.

Bagas pun segera berlalu dan menuju kasir. Dia mencoba untuk cuek.

***

"Ah, apa-apaan sih kak Bagas itu... Aku mau kesana dulu kak,"gerutu Angel yang bersiap meninggalkan kursinya menuju kearah Bagas.

"Eh, disini saja. Mungki dia cuma akan memesan dulu," larang Chelsea.

Setelah dari tadi awan mendung menyelimuti, akhirnya hujan pun turun. Cukup deras siang itu hujan turun.

Setelah Bagas memesan minuman di kasir, benar saja, dia menuju kursi dua gadis yang ia kenali tadi.

"Heh, malu-maluin aja. Pake teriak segala..." gerutu Bagas kepada Angel.

"Ah kakak, itukan udah kebiasaanku,jangan protes," omel Angel.

Chelsea yang berada di didepan Angel hanya menyimak dan berpura sibuk dengan minumannya.

"Oh ya kak, kenalin, ini Kak Chelsea, kakak angkatanku sekaligus kakakku di Ausie. Dan Kak Chelsea, ini kakak tersayangku, kak Bagas," Angel mengenalkan.

Chelsea hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Bagas. Bagas yang duduk diantara Chelsea dan Angel pun menerima jabatan tangan Chelsea.

"Chelsea, kita bertemu lagi," kenal Chelsea dengan ramah.

"Apa? Kalian pernah bertemu? Kapan?" sela Angel dengan tidak sabar.

"Iya, kita pernah bertemu sekali sewaktu kamu kerumahku bersama Difa bukan?" ujar Chelsea.

"Bagas, iya. Satu minggu yang lalu,aku bersama Difa kerumahnya untuk bertemu dosen kami," jelas Bagas.

'"Hah? Cuma sekali?" batin Bagas kesal.'

"Apa? Dengan kak Difa juga? Kok aku gak tahu?" keluh Angel.

"Buat apa kamu tahu, anak kecil?" tanya Bagas kepada Angel.

"Ish, aku bukan anak kecil." keluh Angel.

"Jadi, kakak Bagas ini muridnya Eyang Kak Chelsea ya?" tanya Angel.

"Iya, ternyata dunia sempit, bukan," ujar Bagas.

"Lalu, apa hubungan kalian berdua?" tanya Bagas.

"Jadi, kak Chelsea ini kakak angkatanku di universitas kak. Kak Chelsea ini banyak membantuku waktu di Ausie, apalagi ternyata kak Chelsea ini teman dari kecilnya kak  Difa. Tapi aku gak tahu kalau Eyang kak Chelsea dosen kakak dulu," jelas Angel dengan diakhiri muka manyunnya.

"Lha, kamu kan udah tahu kalau Eyangku dosennya kak Difa?" Chelsea memastikan.

"Iya sih, tapi aku gak ngeh kalau kakakku yang pintar ini juga mahasiswanya Eyang kakak. Hha.." elak Angel.

"Ish, dasar," komentar Bagas.

"Kak Bagas, pinjem handphone kakak sih. Hp'ku lowbat," pinta Angel.

Bagas pun memberikan handphone'nya kepada Angel. Kemudian Angel memencet-mencet keypad hp Bagas.

Handphone Chelsea berbunyi. Chelsea buru-buru mengambil handphonenya. Sebelum Chelsea menemukan Hp'nya di tas, handphone Chelsea sudah tidak berbunyi.

"Kak, itu nomer Kak Bagas. Disave ya," ucap Angel.

"Kak Bagas, ini nomer Kak Chelsea aku save ya. Contact Name'nya Chelsea," ucap Angel kepada Bagas.

"Ishhh," desis Bagas merebut hp'nya namun tidak berhasil.

Angel pun mengembalikan hp Bagas setelah berhasil menyimpan contact number Chelsea di hp Bagas.

"Ishh, sapa tahu kakak butuh nomer kak Chelsea diwaktu darurat. Waktu kakak ingin menghubungi Eyang kak Chelsea namun gak bisa mungkin," celoteh Angel.

Mereka pun melanjutkan obrolan ringannya. Dari kehidupan Angel dan Chelsea di Ausie, hingga background pendidikan Bagas dan juga kesibukan Bagas.

Dari percakapan singkat mereka, diketahui kalau Bagas telah menyelesaikan S2'nya di Inggris jurusan advokasi tahun kemarin. Dan sekarang Bagas sedang sibuk membantu mengembangkan perusahaan orangtuanya dibidang arsitektur bangunan. Sebenarnya, Ayah Bagas mengiginkan Bagas meneruskan kuliah dibidang arsitektur, namun malah dibidang advokasi. Sehingga Angel yang menjadi tumpuan harapan orangtua dibidang arsitektur. Padahal passion Angel ada di jurusan design fashion.

Sedangkan Chelsea, adalah cucu satu-satunya prof.Gustav. Ayah Chelsea adalah putra satu-satunya prof.Gustav yang juga berprofesi sebagai pengacara. Prof.Gustav sebenarnya menginginkan Chelsea untuk berprofesi yang sama. Namun passion Chelsea ada di arsitektur bangunan, sama seperti mamanya, Mama Ify. Karena cucu satu-satunya, sehingga apapun mau Chelsea dituruti, namun Eyang Chelsea menginginkan Chelsea tetap menikah dengan seorang yang berprofesi sebagai advokat, begitulah penggalan penjelasan yang diujarkan Angel.

Obrolan mereka berakhir, ketika Bagas mendapatkan telephone untuk segera kembali kekantor. Chelsea dan Angel pun memutuskan untuk pulang juga, lagian hujan juga mulai reda.

###

Malam itu, dikamar Bagas, Bagas terlihat tidak bisa tidur. Dia terus saja uring-uringan memandangi layar handphone'nya.

"Aahhh, bagaimana ini. Aku sudah mendapatkan nomernya. Apa yang harus kulakukan," gerutu Bagas dalam hati dengan tetap menatap nomer yang tampil dilayar hp'nya.

"Apa aku harus menghubunginya? Tapi dengan alasan apa?"

"Salah kirim? Ah, kekanak-kanakan sekali. Lalu apa?"

"Lagian, apa-apaan dia. Apa dia lupa? Direstoran saat hujan, kejadian dilift, dirumahnya, dan tadi. Itukan pertemuan keempat... huh,"

Tiba-tiba handphone yang sedari tadi Bagas pegang berbunyi menandakan ada telephone. Bagas pun terkejut. Dan ternyata orang kantor yang menelepone Bagas untuk membicarakan urusan kantor.

***

Dikamar Chelsea, Chelsea juga tak kalah uring-uringan.

"Apa dia menyadarinya? Tadikan pertemuan ketiga kami. Aaa... memalukan..."

###

Disaat Dies Natalis.

"Gas, elo masih dirumah kan? Gue minta tolong banget sama elo, tolong jemput Prof.Gustav ya. Ini ada sedikit masalah disini, gak sempet ada yang jemput ini, rumah elo kan searah kan," pinta Difa dengan tergesa-gesa melalui telephone.

"Oh yaudah, gue ntar jemput deh,"jawab Bagas.

"Diusahain maximal pas acara mulai aja ya elo nyampenya, tapi jangan telat juga. Ntar elo hubungi dulu Prof.Gustav ya..." perintah Difa.

"Oke.oke," jawab Bagas lagi diseberang telephone.

"Oke, gue percaya elo. Ntar kalo dah jalan, hubungi gue ya. Thx Gas," ucap Difa.

"Yo, sama-sama," balas Bagas sambil memutuskan telephone.

"Hemh, kesempatan nih," batin Bagas.

***

Prof.Gustav pun sudah bersiap dan menunggu Bagas didepan gerbang rumahnya sedari Bagas meneleponnya bahwa dirinya telah berada didekat rumah Profesor. Namun, Prof.Gustav tidak menunggu sendirian didepan rumah.

"Yang jemput kok lama sih, eYang?" tanya Chelsea.

"Sabar, ini juga baru 5menitan kita menunggu kok," komentar Eyang Chelsea, prof.Gustav, sambil melihat jam tangannya yang berwarna putih terbuat dari marmer tersebut.

"Ah, akhirnya Eyang mau memakai jam tangan yang ku berikan juga..."ungkap Chelsea senang sambil memeluk lengan Eyang'nya.

"Bukan begitu, kamu tahu sendirikan, jam tangan yang Eyang pakai selama ini kenang-kenangan dari almarhumah Eyang Putri kamu. Karena dah tua, ya sudah sewajarnya lah dimusiumkan," jelas Eyang dengan sedikit menyesal sedih.

Tak begitu lama, akhirnya yang ditunggu pun datang.

"Eh profesor, maaf menunggu," sapa Bagas sambil turun dari mobilnya ketika sudah sampai.

Bagas pun membukakan pintu belakang mobilnya untuk profesor.

"Eh, Chelsea mau ikut juga kah?" ujar Bagas ketika mendapati Chelsea akan ikut menaiki mobilnya.

"Iya Gas, tadi saya paksa. Gak pa-pa kan Gas?" tanya Prof.Gustav.

"Oh iya prof, tidak apa-apa kok," jawab Bagas salah tingkah.

"Yaudah Chel, kamu depan aja. Kasian Bagas, masa' dia kayak supir, sendirian didepan," seloroh Eyang Chelsea.

"Hhe.. Gak usah prof., gak pa-pa kok," tolak Chelsea.

Mereka telah berada didalam mobil, dan Chelsea sudah duduk disamping Bagas.

"Ngomong-ngomong, kamu sudah kenal Chelsea ya Gas? Tadi kok sudah mengenali namanya?" tanya Prof.Gustav dikursi belakang.

"Oh iya prof., baru-baru ini saja saya baru tahu, Chelsea ini ternyata teman adik saya yang kuliah di Australia," jawab Bagas.

"Benarkah? Jurusan apa adik kamu?" tanya prof.Gustav lagi.

"Sama seperti Chelsea, dia adik angkatan Chelsea Eyang..." potong Chelsea menjelaskan.

"Oh... Sebenarnya Eyang pengennya Chelsea nerusin profesi Eyangnya ini juga ayahnya, jadi advokat. Tapi dianya malah kaya' ibunya yang ingin jadi arsitek..." curhat Prof.Gustav.

"Oh, begitu ya prof.," komentar Bagas singkat.

"Makanya ni, saya pengennya Chelsea ini dapet suami yang profesinya sama seperti saya. Jadi, diajak sekalian saja kan ketemu mahasiswanya Eyangnya dulu. Hha... Kamu sendiri, udah ada pasangan belum Gas?" tanya prof.Gustav yang tersirat.

"Eyanggggg~" teriak Chelsea.

Bagas hanya tersenyum, dan Prof.Gustav pun malah tertawa melihat cucu kesayangannya marah.

***

Sesampainya, digedung DiesNatalis.

"Gas, nanti yang nganter kita pulang kamu lagi kan?" tanya Prof.Gustav.

"Oh, iya prof,." Jawab Bagas secara reflek.

"Bagus kalau gitu. Kamu Chel, kamu belum kenal siapa-siapa disini kan? Kamu tunggu Eyang dideket Bagas aja ya. Jangan kemana-kemana," perintah Eyang Gustav.

"Ah kakek, kan ada kak Difa juga," protes Chelsea.

"Sepertinya Difa sibuk. Gak apa-apa kan Gas kalo Chelsea sama kamu?" tanya Prof.Gustav sambil melihat Difa yang sibuk didalam gedung.

"Oh ya, tidak apa-apa Prof.," jawab Bagas.

"Yaudah Gas, saya titip Chelsea dulu ya," ujar Prof.Gustav sambil masuk gedung.

Dan akhirnya sepanjang acara, Chelsea pun didekat Bagas terus. Begitu pula saat Bagas tengah mengobrol dengan teman-teman lamanya. Disaat ditanya siapa gadis yang berada disampingnya, Bagas selalu jawab hanya kenalannya. Ya, karena Chelsea melarang Bagas untuk mengungkapkan bahwa dirinya cucu dosen mereka.

***

Diakhir acara, Difa baru sempat bertemu dengan Bagas.

"Gas, thx ya. Elo emang penyelamat gue," ungkap Difa yang dengan tiba-tiba menghampiri Bagas.

"Eh, ada Chelsea juga. Dari tadi disini sama siapa Chel?" tanay Difa kepada Chelsea.

"Eh kak Difa, iya kak. Dari tadi sama kak Bagas aja," jawab Chelsea.

"Selamet ya bro, sukses acaranya," ucap Bagas.

"Iya, thx juga, berkat bantuan loe juga ini. Eh, kenapa Chelsea ada disini?" tanya Difa bisik-bisik kepada Bagas.

"Tadi profesor ngajak dia, terus dititipin ke gue," jawab Bagas polos.

"Wah pertanda ni, sikat Gas. Profesor dah ngasih restu tuh... Hha..." goda Difa.

"Apaan sih loe..." jawab Bagas yang sudah tahu maksud Difa.

Bagas pun mengantar profesor dan Chelsea kerumah mereka. Dan semenjak saat itu, hubungan Chelsea dan Bagas pun semakin dekat. Dari awalnya hanya sekedar menanyakan kabar hingga bercerita tentang kejadian sehari-hari.

###

Awal bulan ke 10 pada tahun 2021

Hari Sabtu pada Minggu kedua dibulan ini, akhirnya Chelsea akan melaksanakan graduation ceremony'nya. Selama 2 bulan inipun, Chelsea telah tinggal diapartemennya dikota Brisbane kembali. Selama kuliah dinegri kangguru ini, Chelsea memang hidup mandiri diapartemenya.

Awalnya, Chelsea tinggal diasrama kampus. Setelah menginjak tahun kedua, Chelsea memutuskan untuk tinggal diapartemennya sendiri. Diapartemennya pun, Chelsea tinggal sendiri. Tidak ada yang membantunya hanya sekedar untuk membersihkan rumah. Semuannya Chelsea lakukan sendiri, dari membersihkan rumah hingga memasak. Namun karena Chelsea anak tunggal, maka Mamanya, mama Ify sering mengunjunginya.

Sore itu diapartemen Chelsea, 3 hari sebelum graduation ceremony, Chelsea tengah bersantai dikamarnya merapikan buku-buku yang mulai dia pack untuk dibawa ke Indonesia. Karena memang setelah graduation ceremony, Chelsea memutuskan segera kembali ke Indonesia. Selain karena keluarganya di Indonesia, Chelsea sudah mendirikan bisnis dibidang arsitektur di Indonesia bersama beberapa kawannya.

Chelsea yang tengah asik menyimpan buku-bukunya, harus berhenti sejenak, karena bel apartemenya berbunyi, menandakan ada tamu didepan pintu apartemennya.

"Lho kak Bagas, kok gak ngasih kabar dulu kalau mau kesini?" tanya Chelsea yang terkejut ketika membuka pintunya.

"Apakah harus?" canda seseorang yang Chelsea panggil kakak tersebut sambil masuk apartemen Chelsea.

"Ya enggak sih, tapi untungnya aku baru gak pergikan," jelas Chelsea.

"Ya aku cari info dulu dong sebelum kesini, aku tadi tanya Angel, apa dia pergi sama kamu? Dia malah memberitahu kalo kamu mau packing barang. Memang, mau kapan barang-barangnya dikirim pulang?" tanya Bagas.

"Umh, besuk sih mau dikirim. Kan dua hari setelah ceremony, aku dah langsung balik ke Indonesia," jawab Chelsea.

"Kok semalem gak ngasih tahu sekalian? Kan bisa ku bantu..." ungkap Bagas.

"Gak terlalu repot juga kok ini kak..." jawab Chelsea.

'Yaudah, mumpung aku udah disini juga, apa ni yang bisa ku bantu?" tawar Bagas yang sudah bersiap membantu chelsea.

"Em, yadah deh. Tolong masukin semua buku yang disitu ya kak..." pinta Chelsea dengan manis.

"Beres..." jawab Bagas dengan semangat.

Bagas pun membantu Chelsea memasukkan buku-buku yang akan Chelsea kirim pulang. Setelah selesai, Chelsea pun mengajak Bagas untuk bersantai di balkon apartemennya yang kebetulan ada tamannya.

"Udah selesaikan kak, ayo kita ngobrol-ngobrol ditaman balkon dulu ya..."saran Chelsea.

"oke," jawab Bagas singkat.

***

Mereka telah berada digasebo taman tersebut. Apartemen Chelsea memang unik. Apartemen tersebut hanya mempunyai ruang tertutup berupa kamar yang luas, dengan kamar mandi dan dapur. Ruang tertutup itu hanya bertipe 36. Yang membuat unik adalah adanya balkon yang menjadi taman dilengkapi dengan adannya gazebo ditaman tersebut. Taman dibalkon tersebut bisa dibilang cukup luas, bisa dikatakan ukuran tamannya seluas ruang tertutup yang ada.

"Urusan pindah jurusan Angel sudah selesai kah kak?" tanya Chelsea yang baru datang membawakan minuman untuk Bagas.

"Belum, besuk harus kekampus lagi," jawab Bagas yang tengah bersantai digazebo.

"Terus, sekarang dimana Angel?" tanya Chelsea yang sekarang sudah duduk digazebo juga.

"Katanya sih mau hang out bareng temennya. Memang banyak ya, temen Angel disini?" tanya Bagas.

"Eits, bukan hanya sekedar temen. Cowok-cowok juga banyak yang ngejar dia kali..." jelas Chelsea.

"Lalu, kenapa dia masih ngejar-ngejar Difa ya...?"selidik Bagas.

###

Ditempat lain, dipusat perbelanjaan dipusat kota, Angel tengah duduk bersama seorang lelaki.

Dikursi lain, terlihat seorang lelaki tengah duduk sendirian dan memandang kearah Angel dan lelaki tersebut.

Disaat lelaki yang bersama Angel tersebut ke toilet, pria yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik mereka, mengikuti sang pria ke toilet. Dan didalam toilet, ternyata sang pria menerima telepon dan berbincang hangat. Dari perbincangan tersebut, hanya dengan menerkanya saja, dapat diketahui bahwa sang pria sedang berbincang dengan wanitanya. Dan dari perbincangan telepon tersebut diketahui bahwa sang pria hanya memanfaatkan kekayaan Angel.

Mendengar hal tersebut, sang pria yang sedari tadi menguntitnya pun, terbakar emosinya. Si penguntit pun menghajar sang pria yang kebetulan juga berwajah melayu tersebut. Keributan pun terjadi hingga depan toilet.

Angel yang mendengar keributan tersebut dan curiga yang berkelahi sang pria yang bersamanya tadi, memutuskan untuk mendekat kelokasi perkelahian tersebut.

Betapa terkejutnya Angel ketika mendapati bahwa yang berkelahi adalah pria yang bersamannya tadi dan... Difa. Angel pun memisahkan mereka dan menanyakan ada apa. Difa pun menjelaskan. Walau terharu, Angel sedikit kesal dengan Difa hingga seorang wanita menghampiri mereka dan  mengaku sebagai kekasih sang pria yang bersama Angel tadi. Sang wanita pun terkejut ketika tahu bahwa sang pria sudah mempermaikan mereka. Mereka berdua pun menampar sang pria dan meninggalkannya.

Angel mengobati luka Difa yang tidak begitu parah didepan sebuah apotek.

"Kakak, kenapa ada disini?" tanya Angel.

"Aku mendapat cuti seminggu, dan aku memutuskan untuk kesini,"jawab Difa singkat.

"Kenapa kemari dan kenapa tadi bisa berantem sih?"tanya Angel lagi.

"Selain untuk menghadiri wisuda Chelsea, aku rindu kamu dan aku khawatir tentang kamu," jawab Difa dengan malu.

Dan jawaban Difa itu, cukup membungkam Angel untuk tidak bertanya lagi. Akhirnya dia tahu, bahwa Difa juga menyukainya, dan cintanya bukan cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta pertamanya yang telah tumbuh dan ia jaga hampir 8 tahun ini, akhirnya mendapatkan hasil yang positif.

###

"Lalu, kenapa dia masih ngejar-ngejar Difa ya...?"selidik Bagas.

"Hemh, namanya juga cinta pertama. Selagi masih ada kesempatan, kejar terus dong... hhaaa..."seloroh Chelsea.

"Ishhh, lalu bagaimana dengan cinta pertamamu?"tanya Bagas yang membuat Chelsea memandangnya sejenak.

Tiba-tiba gerimis mulai turun dikota tersebut. Memang sedari tadi mendung sudah mulai menyelimuti kota tersebut.

"Ah, hujan...,"ucap Chelsea mengalihakan pembicaraan.

"Apa kamu suka hujan?" tanya Bagas.

"Hujan, aku suka. Suara gemuruhnya meraimakan halaman luar. Waktu kecil, aku berpikir suasana rumah jadi rame, dan aku merasa tidak sendirian lagi bila hujan turun. Dan suasana jadi sejuk, dan juga hmmm...aroma tanah yang tersapu hujan adalah salah satu aroma favoritku, selain aroma masakan mamaku tentunya,"ujar Chelsea yang merupakan seorang anak tunggal.

"Aroma hujan? Kamu tahu apa yang menyebabkan aroma khas itu muncul?" tanya Bagas.

Chelsea hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku pernah baca bahwa ada sebuah senyawa bernama 'petrichor' dengan bau dan aroma khas yang keluar dari tanah, ilalang dan rerumputan lain sesaat setelah hujan. Dan senyawa ini menjadi semacam 'aromaterapi' yang mampu menghadirkan ketenangan,"jelas Bagas.

"Wiihhh, pengetahuan kakak luas juga,"puji Chelsea.

"Bagaimana kamu bisa disebut fans hujan bila hal seperti itu saja tidak tahu?"heran Bagas.

"Aishhh, lalu bagaimana dengan kakak? Apa kakak juga penyuka hujan?"tanya Chelsea.

"Kondisional saja sih kalo aku. Pada dasarnya gak terlalu suka hujan. Hujan itu seperti air mata kesedihan. Apalagi bila sedang mau pergi, tiba-tiba hujan turun. Jalanan pasti macet. Bikin jengkel saja,"keluh Bagas.

"Tapi aku juga suka suasana setelah hujan. Jadi sejuk, apalagi kalau sedang musim panas gini. Apa lagi bila mendapatkan bonus sebuah pelangi,"lanjut Bagas.

"Aishh, realistis banget jawabannya..."komentar Chelsea.

"Hidup itu harus realistiskan...  Btw, ini belum waktunya hujan bukan? Bukankah kalau disini, hujan turun pada bulan November-Februari?"potong Bagas.

"Emm,  iya sih. Tapi semenjak aku tinggal disini, hujan memang selalu datang tidak tepat waktu," jawab Chelsea.

"Pemanasan Global yang semakin mengkhawatirkan," komentar Bagas.

"Eh, kak. Itu pelangi ya?"tanya Chelsea sambil menunjuk sudut timur yang masih kelabu namun sudah tidak lagi hujan tersebut.

"Eh iya. Seperti kehidupan, setelah kesedihan akan muncul kebahagiaan,"komentar Bagas.

"Emh, kamu beneran yakin kita pertama bertemu ketika aku sama Difa kerumah kamu?" tanya Bagas tiba-tiba.

"Ummhhh, sepertinya iya..."jawab Chelsea seperti menutupi sesuatu.

"Kamu yakin?" tanya Bagas sekali lagi dengan merayu setelah melihat raut muka Chelsea yang seperti menutupi sesuatu.

"Apaan sih, yakinlah," ujar Chelsea meyakinkan dengan salah tingkah.

"Lalu ini, kamu lupa?" tanya Bagas dengan menunjukkan sebuah gelang berumbai ditangannya.

"Aa, apa-apaan sih kak. Kakak, dapet ini dari mana?" ujar Chelsea sambil merebut dan menyembunyikan gelang berumbai yang dahulu terjerat dengan tali sepatu Bagas tersebut.

"Hhaaa... Kamu ingat bukan. Waktu itu kita bertemu di gedung firma Eyang kamu, terus ada seorang gadis lugu mengribetkan gelangnya dengan tali sepatu seseorang," Bagas mengingatkan.

"Aishhh, udah lupain aja sih. Itu aib kak..."bentak Chelsea dengan cemberut.

"Oke.oke. Tapi itu sebenarnya bukan pertemaun pertama kita. Kita pernah bertemu, disaat hujan juga. Kamu berteduh dipayung restoran, dan aku melihat kamu didalam restoran tersebut. Kita juga sempat bertatap hingga Angel menutup mataku," terang Bagas.

"Oh ya? Kapan dan dimana itu? Kakak yakin itu aku?" tanya Chelsea.

"Aku yakin. Beberapa hari setelah Angel balik dari sini akhir tahun kemarin. Oh ya, restoran rainbow, yang biasa kita datangi dengan Angel itu," ujar Bagas yakin.

"Angel pulang? Kalau tidak salah sekitar bulan September bukan? Dia mengabariku setelah beberapa bulan pulang karena liburan dulu... Iuhhh,"ungkap Chelsea.

"Ya, hujan dibulan September..."kata Bagas.

Chelsea seperti terhenyak sejenak mengingat sesuatu. Ia teringat akan sebuah kejadian.

*flashback

"Hujan, aku suka... Tapi ini bukan waktu yang tepat,"gumam Chelsea sambil berlari dijejeran pertokoan.

Akhirnya Chelsea pun berteduh pada payung didepan sebuah restorant. Hingga tanpa sengaja Chelsea memandang sudut didalam restoran tersebut.

"Apa ini? Kenapa degup jantungku sangat cepat? Siapa dia? Tuhan, tolong bangunkan aku bila...,"batin Chelsea yang ketika matanya menangkap tatapan dalam seorang cowok didalam restoran tersebut.

"Ah, cuma fatamorgana..."gumam Chelsea ketika melihat seorang wanita menutup mata lelaki didalam restoran tersebut.

Lalu Chelsea pun memutuskan untuk masuk kerestoran tersebut sembari menunggu hujan reda.

*flashback end.

"Ah, benarkah itu kamu dan wanita yang menutup mata kamu itu Angel?" kata Chelsea tiba-tiba.
"Aa, benar juga. Wanita itu mirip Angel walau wajahnya tertutupi topi," lanjutnya.

"Kamu sudah ingat?" tanya Bagas dengan antusias.

"Lupa-lupa ingat sih... Hhe..."jawab Chelsea dengan muka imut.

"Setidaknya kamu sudah ingat," ungkap Bagas senang.

"Emh, kamu tahu apa penyebab terjadinya pelangi?" tanya Bagas.

"Uummm..." gumam Chelsea sambil terlihat berpikir.

"Hey, ini bukan pertanyaan yang sulit seperti pertanyaan semalem yang belum kamu jawab bukan?" goda Bagas.

"Ishhh..." komentar Chelsea sambil memukul lengan Bagas.

"Auw..." rengek Bagas yang berpura-pura kesakitan.

*Flashback

"Chel, selama ini kita memang belum ada kata berpacaran. Namun dari apa yang kita jalani bersama selama ini, aku tahu perasaan kita sama. Dari segala tingkah dan perhatian yang saling kita berikan, aku tahu kita saling membutuhkan dan melengkapi. Dan yang paling penting, keluarga kita sudah saling mendukung. Jadi, maukah kamu menikah denganku, Chel?" lamar Bagas ketika dinner bareng Chelsea semalam di restoran dengan memberikan sebuah cincin.

Chelsea yang masih terkejut hanya diam bingung mau menjawab.

"Oke Chel, aku belum butuh jawaban kamu malam ini. Kamu bisa memikirkannya dulu. Tapi aku yakin, kamu akan menjawab iya..."goda Bagas.

*Flashback end.

Mendengar raungan Bagas yang kesakitan, Chelsea tahu kalau Bagas hanya berpura-pura. Maka Chelsea pun memukul lengan Bagas kembali.

"Auww, sakit tahu..."erangan Bagas lagi yang kali ini beneran kesakitan.

"Makanya jangan akting..."komentar Chelsea.

"Pelangi ada karena terjadinya pembiasan cahaya matahari oleh butiran-butiran air. Nah, butiran air hujan ini yang menjadi objek pembias sehingga terjadialh spektrum warna cahaya matahari ini. Kurang lebih begitu. Benarkan? Itukan pertanyaan matapelajaran IPA jaman sekolah dulu," jawab Chelsea.

"Oke, kamu memang pandai,"puji Bagas.
"Lalu untuk jawaban pertanyaan semalam?"goda Bagas lagi.

"Ishhh..."gumam Chelsea sambil menatap Bagas.

Bagas yang tak mau kalah, memberanikan diri menatap mata Chelsea dalam-dalam. Chelsea yang merasa terintimidasi dengan tatapan Bagas pun mulai hilang nyali untuk menatap Bagas.

"Kamu akan menikah dengan ku bukan?" tanya Bagas lagi sambil mendekatkan mukannya kemuka Chelsea.

"Hey, apa yang kamu lakukan?" tanya Chelsea yang jantungnya mulai berdegup kencang.

"Aku akan mencium kamu... Kalo kamu tidak menjawab dalam hitungan kelima," ucap Bagas dengan santai dan dengan semakin memajukan wajahnya..

Chelsea yang berada didepannyapun semakin membelakangkan mukannya dan memiringkannya.

"1....2....3.....4.....Liiii...." hitung Bagas yang semakin dekat dengan Chelsea.

"Iya.iya...."jawab Chelsea dengan cepat.

"Iya apa? Liat aku dan ucapkan sekali lagi dengan lebih jelas," pinta Bagas memastikan dengan posisi duduk yang masih mendekatkan wajahnya ke wajah Chelsea.

 "Baiklah-baiklah. Iya, aku akan menikah dengan kamu. Apa kamu tuli"jawab Chelsea lagi dengan kesal dan menghadap kemuka Bagas.

Bagas tersenyum dan  masih mendekatkan wajahnya hendak mencium Chelsea.

"Hey, apa yang kakak lakukan? Bukankah sudah kujawab iya..."protes Chelsea.

"Aku hanya akan melakukan apa yang dilakukan oleh pasangan,"jawab Bagas santai.

Bagas pun semakin mendekatkan wajahnya, Chelsea yang semakin terjepitpun akhirnya pasrah.

Pelangi masih jelas terlihat dilangit timur walau gerimis kecil mulai turun kembali. Dan degup jantung mereka kembali semakin berpacu cepat seiring panggutan bibir mereka.


NB : yip.yip.hore... Terimaksih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.
       Bagaimana dengan Cerbung kali ini?
       Ceritanya ngebosenin gak?
       Mudah ditebak gak?
       Kurangnya apa?
       Ditunggu comentar kalian di twitterku @bitaBee, chatRoom dan juga comment page di page ini ya... makasih ^^

Tergantung setiap individu bagaimana mereka berpikir sebuah kejadian tsbt. Semisal Chelsea merasakan kebahagiaan bila hujan turun karena ia berpikir positif. Suara hujan adalah temannya dalam kesepian. Sedangkan Bagas, sebal bila hujan terjadi. Hujan membuat ruang geraknya sempit,gak bebas mau kemana. Karena disini Bagas menggap hujan adalah musuhnya. Namun semau berpendapat sama, setelah hujan pergi, kebahagiaan (terus) muncul. Dari sekedar aroma khas setelah hujan yang ternyata juga sebuah aromaterapai, hingga kejadian alam yang selalu mengagumkan, pelangi.

Jadi, mindset adalah kunci sebuah kehidupan yang bahagia didapatkan. Jangan merasakan sebuah kesulitan itu terlalu sulit, pasti ada jalan keluarnya. Berpikir saja bagaimana bisa menghasilkan sebuah hasil yang membahagiakan dari kesulitan tersebut. Pasti semau akan dibawa seneng kalau sudah berpikir tentang hasil yang membahagiakan. :)