Tuesday 31 December 2013

Princess Hours versi IC [Chapter 3 part 6]




*Dibalkon atas

Chelsea sedang bersama Raffa melihat orang yang sedang berlatih kuda dilapangan. Dari balkon ini pun dapat terlihat kandang kuda dan tentu saja, dari sini Chelsea dan Raffa baru saja melihat Bagas dan Chindai yang mengobrol.

“Sebenarnya ada apa dengan mereka? Mereka tidak berkuda. Hanya saling melihat dengan sangat dingin,”ujar CP Chelsea dengan lesu.

“Jangan terlalu berharap pada Bagas. Harapan yang terlalu tinggi bisa menjadi kekecewaan yang besar juga. Dia kadang-kadang akan memperlakukanmu secara baik. Namun yang benar-benar ia cintai hanya Chinda. Dia tidak mungkin bisa mencintaimu, hatinya sudah berada ditempat lain,” Raffa memanas-manasi yang membuat Chelsea bungkam.

Dan ternyata, dari jauh Bagas dengan raut muka marah dapat melihat kebersamaan Chelsea dan Raffa tersebut.

*Dikediaman Ibu Suri Ira

Ibu Suri Ira dengan Ratu Agni tengah berbincang serius dikediaman Ibu Suri. Mereka membicarakan keadaan King Cakka yang semakin memburuk.

“Lusa akan dilaksanakan pertemuan kerajaan-kerajaan sahabat yang akan di adakan di Jogja. Apa Raja akan tetap datang dengan kondisi kesehatannya sekarang, Ratuku?” tanya Ibu Suri dengan khawatir.

“Saya pun memikirkan hal tersebut Ibunda. Apa kita dapat mengirimkan perwakilan saja? Saya khawatir dengan keadaan King Cakka...” jawab Ratu Agni.

“Bilapun perlu, apa sudah kau pkirkan siapa yang pantas untuk dikirim menggantikan Raja, anakku?” tanya Ibu Suri lagi.

“Saya juga sudah memikirkannya. Walaupun minim pengalaman, namun Royal Couple adalah pilihan yang paling tepat. Bagaimana menurut Ibunda?” ujar Ratu Agni.

“Benar, namun 4 hari lagi bukankah ada kunjungan dari Pangeran George dari Inggris? Lalu, siapa yang akan menggantikan Royal Couple untuk menemani Pangeran George selama berada disini?” keluh Ibu Suri Ira.

“Maaf, Ibunda. Sampai sekarang, saya masih belum bisa menentukan opsi lain selain Royal Couple,” ungkap Ratu Agni.

“A, bagaiman dengan Raffa? Dia tumbuh di Inggris. Soal bahasa, bukankah dia yang terbaik?” usul Ibu Suri Ira.

“Benar, Ibunda. Namun, dia baru saja kembali kesini. Bagaimana dengan budaya yang ada disini, apakah dia cukup menguasainya?” elak Ratu Agni.

“Um, benar juga,” terima Ibu Suri Ira.

*Dikediaman Ratu Agni

Ratu Agni tengah berbincang dengan dayang Misel, dayang khusus Crown Princess.

“Bagaimana menurutmu, apakah Crown Princess sudah memenuhi kualifikasi dibidang bahasa asingnya?” tanya Ratu Agni kepada dayang Misel.

“Maaf, Yang Mulia. Namun dengan berat hati saya katakan, Yang Mulia Putri Mahkota belum terlalu lancar dalam berbahasa asing,” jawab dayang Misel.

“O, jadi begitu...” kesah Ratu Agni.

*Dikediaman Royal Couple

Royal Couple yang baru saja tiba kembali diistana setelah berkuda, langsung ditemui penasehat istana yang mengabarkan Ratu Agni juga Ibu Suri Ira meminta Crown Prince menghadapnya segera.

Setelah 30menitan Crown Prince meninggalkan kediamannya, ia pun kembali dengan didampingi penasehat istana. Dan Crown Princess yang sangat penasaran kenapa CP Bagas dipanggil dengan tiba-tiba pun sudah menunggu CP Bagas diruang depan.

“Hey, ada apa? Kenapa mereka memanggilmu dengan tiba-tiba?” tanya CP Chelsea dengan tidak sabar ketika CP Bagas baru saja masuk kediaman mereka.

“Maaf Yang Mulia, Yang Mulia Pangeran dipanggil oleh Ratu juga Ibu Suri untuk menggantikan tugas
Raja yang tidak bisa hadir dalam pertemuan kerajaan-kerajaan sahabat di Jogja 2 hari mendatang,” jelas Sekertaris Istana yang melihat CP Bagas diam cuek saja dan hanya berdiam diri melihat kearah sekertaris Istana.

“A, benarkah? Jadi, apa aku dapat ikut?” tanya CP Chelsea lagi dengan excited.

“Maaf Yang Mulia Putri, namun Anda juga mendapat tugas penting untuk menemani Pangeran George yang berkunjung disini bukan? Jadwal tersebut belum diubah,” jelas Penasehat Istana lagi.

“Apa? Bagaimana bisa? Apa yang akan aku katakan kepada Pangeran George nanti? Ayolah, ijinkan aku ikut denganmu...” rengek CP Chelsea mendekat kepada  CP Bagas.

“Maaf Yang Mulia Putri, namun Anda nanti akan ditemani Pangeran Raffa untuk menemani Pangeran George,” ungkap penasehat istana.

CP Bagas yang juga baru mendengar hal tersebut pun kaget dan menampakan raut muka tidak suka kemudian berlalu meninggalkan Chelsea juga sekertaris istana.

“Apa? Kalau begitu aku bisa tenang. Namun, dapatkah aku ikut ke Jogja saja?” pinta CP Chelsea lagi kepada penasehat istana. Namun Bagas sudah tidak mendengarnya karena sudah meninggalkan mereka.

“Maaf yang Mulia, itu bukan kuasa saya. Para tetua sudah memutuskan,” jawab sekertaris istana yang disambut muka cemberut Chelsea.

*Pagi hari dikediaman Royal Couple

Seharian kemarin, CP Bagas sudah mulai sibuk dengan persiapan keberangkatannya untuk pertemuan penting dengan kerajaan-kerajaan sahabat. Chelsea hanya sekali bertemu dengan CP Bagas ketika sarapan saja. Dan sekarang, Chelsea hanya sarapan sendiri.

“Apakah dia sudah berada dimeja makan?” tanya Chelsea ketika keluar kamar kepada dayang Dinda dan Ocha yang sudah menunggunya didepan pintu.

“Maaf Yang Mulia, namun Pangeran sudah berangkat kebandara pagi-pagi tadi,” jawab dayang Dinda.

“Apa? Kenapa dia sama sekali tidak berpamitan denganku?” ujar Chelsea dengan sedih dan loyo.

Dayang Dinda dan Ocha pun hanya panik tak tahu harus bilang apa dan merasa iba terhadap CP Chelsea yang berjalan sempoyongan kemeja makan.

Dayang Misel telah menunggu Chelsea dimeja makan.

“Kenapa dia tidak menungguku bangun dan berpamitan denganku?” Chelsea masih bergumam dengan sedih.

“Maaf yang Mulia, namun CP Bagas tadi sangat terburu-buru. Karena CP Bagas yang belum tahu tentang atmosphere pertemaun tersebut, CP Bagas pun memutuskan untuk datang lebih awal untuk mempelajari suasana disana,” sela dayang Misel.

*Siang hari di Jogja

CP Bagas terlihat sangat sibuk dengan pertemuan kerajaan-kerajaan tersebut. Dia silih berganti bertemu dengan utusan atau Raja dari kerajaan sahabat. Pertemuan-pertemuan pribadi tersebut dilaksanakan diluar agenda resmi pertemuan kerajaan karena hanya untuk mengakrabkan dan membahas masalah pribadi diantara kerajaan yang bersangkutan. Pembukaan resmi pertemuan tersebut baru dilaksanakan pada malam harinya sebelum acara dinner dimulai. Acara tersebut berlangsung selama 3 hari 4 malam.

*Dikampus

Siang itu Chelsea masih sedih karena Bagas tidak berpamitan dengannya. Dikeheningan siang itu, ia pun memutuskan untuk menelepon CP Bagas.

“Halo...” buka Chelsea.

“Halo, maaf Yang Mulia. Ini saya penasehat istana. Saat ini Pangeran sangat sibuk, tidak dapat menerima telepon,” jelas Sekertaris Istana dilawan telepon.

“Oh, baiklah. Tolong sampaikan aku menelepon. Dan tolong suruh dia untuk menghubungiku ketika ada waktu luang, penasehat Istana,” pinta Chelsea.

 “Baiklah, Yang Mulia,” jawab penasehat Istana sambil tersenyum.

Setelah memutus telepone tersebut, Chelsea kembali murung. Tak lama setelah itu, ia bertemu dengan Rafa. Rafa yang melihat kemurungan dari raut muka Chelsea, mengajak Chelsea untuk berjalan-jalan keluar kampus. Mendengar tawaran yang menarik tersebut, Chelsea langsung mengiyakan.

*Dihotel tempat CP Bagas mengadakan pertemuan

Siang itu, CP Bagas baru saja selesai dengan pertemuannya. Sekertaris istana pun mengkonfirmasi jadwal CP Bagas dari siang hingga sore hari ini yang kosong, kemudian CP Bagas pun meminta untuk menyiapkan tempat spa untuk waktu luangnya tersebut. Sekertaris Istana pun mengatakan pesan dari CP Chelsea untuk menghubunginya. Bibir CP Bagas hanya tersimpul senyum sedikit mendengarnya.

“Apa Anda ingin meneleponnya sekarang, Yang Mulia Pangeran?” tanya sekertaris istana.

“Em, tidak. Nanti saja,” ujar CP Bagas dengan menampakan muka cueknya.

*Disebuah bukit pinggiran kota Palembang

Chelsea dan Raffa pergi kesuatu puncak bukit sepi dipinggiran kota.

“Kenapa kamu mengajakku kesini?” tanya Chelsea sesudah turun dari mobil Raffa.

“Ini adalah salah satu tempat favoritku ketika aku sedang sedih. Udara disini cukup menyegarkan, dan aku bisa berteriak mengeluarkan kekesalanku. Dulu waktu kecil, terkadang ayahku mengajakku kesini. Waktu itu aku masih kecil, ini merupakan tempat rahasia kami berdua. Dan entahlah, kenapa aku masih ingat tempat ini saat aku sedih...” jelas Pangeran Raffa.

“Lalu, sudah berapa orang yang mengetahui tempat ini sekarang?” tanya Chelsea.

“Selain dengan ayahku, aku pergi kesini hanya dengan kamu yaitu saat ini. Jadi, ini akan menjadi tempat rahasia kita bertiga bukan?” jawab Raffa dengan sedikit bercanda.

“Wah, aku tersanjung,” jawab Chelsea dengan bercanda juga. “kau bilang, kita bisa berteriak-teriak mengeluarkan kesedihan kita, apa tidak akan ada orang yang mendengarnya?” tanya Chelsea lagi.

“Aku rasa tidak akan ada yang mendengar kita. Lokasi bukit ini sangat terpencil dan tidak ada penduduk yang tinggal disekitar sini,” yakin Raffa.

“Baiklah, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~” teriak Chelsea dengan sangat keras diujung bukit. Raffa pun mengikuti Chelsea dan berteriak juga. Setelah capek, merekapun tertawa namun kemudian Chelsea mulai menangis.

“Biarlah, menangislah sekeras yang kamu bisa. Itu akan meringankan beban pikiranmu,” nasehat Raffa. “Sudah lumayan lega bukan?” lanjut Raffa ketika melihat Chelsea mulai tenang.

“Ya, benar. Sekarang kesediahan itu mulai berkurang,” jawab Chelsea dengan lebih ceria sedikit.

Dalam hati Raffa sedih, ia tahu bahwa yang menyebabkan Chelsea sedih adalah Bagas. Raffa sudah mulai merasakan bahwa Chelsea hanya memusatkan perhatiannya kepada Bagas seorang. Namun, Raffa tidak ingin menyerah. Ia ingin mengambil takdirnya kembali.

“Apa kamu merasa lebih baik? Ayo, aku ajak kamu ketempat lain...” ajak Raffa kepada Chelsea yang tanpa menunggu jawaban dari Chelsea sudah menarik Chelsea untuk naik kemobil.

Merekapun pergi mengendarai mobil. Mereka menuju sebuah rumah kaca yang berada dipinggiran kota yang merupakan milik istana. Rumah kaca tersebut jarang dikunjungi orang karena taman yang berada dirumah kaca tersebut, merupakan taman untuk penelitian tumbuhan obat.

Dirumah kaca yang merupakan taman Botani tersebut, Raffa menunjukan berbagai jenis tumbuhan obat. Hal ini dapat membuat Chelsea melupakan Bagas sejenak. Ia terlihat senang melihat hal-hal baru tersebut.

*Disalon spa tempat CP Bagas berada

CP Bagas dengan ditemani penasehat istana dan juga 2 pengawalnya tengah berada diloby sebuah tempat spa. Disamping loby, terdapat sebuah cafe kecil. Sembari menunggu penasehat istana menyelesaikan reservasi’nya, Cp Bagas duduk di waiting room menghadap ke cafe kecil tersebut. Disana ia melihat sesosok wanita yang mirip dengan Chindai. Semakin ia perhatikan, memang benar wanita tersebut adalah Chindai. Chindai melambai kecil kepadanya dengan tersenyum. Dan hape yang ia pegeng pun bedering menandakan ada sebuah pesan masuk.

Aku menunggu ditaman belakang resort spa ini. Temui aku tanpa diketahui pengawal-pengawalmu” bunyi pesan singkat yang terkirim atas nama Chindai di contactphone CP Bagas tersebut. CP Bagas pun terlihat bingung dan terkejut dengan pesan tersebut.

CP Bagas tengah berada diruang spa berdua dengan karyawan tempat spa. Dia melihat-lihat ruangan spa tersebut. Ia menemukan sebuah jendela dan mendekatkan ibu jarinya kedepan bibir, menandakan agar sang karyawan diam saja. Karyawan yang sedang mempersiapkan tempat pun hanya bingung dan diam. CP Bagas pun berhasil kabur keluar tempat spa tanpa diketahui penasehat istana.

CP Bagas sudah berada diluar tempat spa. Ia menuju ke taman tempat spa tersebut. Ia mulai mencari seseorang disana. Dan ia mulai tersenyum ketika melihat orang yang ia cari. Orang yang ia cari pun membalas senyuman tersebut yang ternyata adalah Chindai. Lalu CP Bagas melihat sekitar dan mulai berlari menggandeng Chindai untuk mengobrol ditempat yang aman. Mereka berhenti disebuah kursi yang kiri-kanannya ada pohon besar, jadi akan sulit untuk melihat mereka.

“Kamu tidak bisa berada disini,” ucap CP Bagas.

“Aku tidak bisa bersikap ramah lagi. Aku tidak suka,” balas Chindai.

“Bawa aku kesana,” pinta Chindai.

“Kemana?” tanya CP Bagas.

“Kebandara,” jawab Chindai yang sudah membawa koper kecil miliknya.

“Aku juga tidak ingin tinggal disini. Tapi bila kamu tidak mau mengantarku, aku akan tetap disini,” ujar Chindai yang kemudian duduk di kursi taman tersebut.

“Ada apa denganmu? Ini seperti bukan dirimu?” tanya CP Bagas kesal.

“Apa? Apa yang kamu maksud dengan diriku? Lalu seperti apa diriku?” balas Chindai dengan marah.

CP Bagas pun mulai bernapas panjang untuk menstabilkan emosinya. Ia mulai duduk disamping Chindai.

“Kamu sudah tahu pasti, bagaimana keadaanku sekarang,” ucap CP Bagas.

“Aku tahu. Aku lebih tahu daripada orang lain. Maka dari itu, selama 2 tahun kita  menjalani backstreet.  Walaupun mudah mengatakan ‘aku cinta padamu’ ribuan kali, namun juga mudah berakhir dengan kata ‘putus’. Itulah cinta,” ujar Chindai yang mulai berkaca-kaca.
“Ya. Sekarang aku bukan apa-apa bagimu, bukan?” lanjut Chindai.

“Ada apa dengan kamu sebenarnya?” tanya CP Bagas yang mulai hilang kontrol dan memegang tangan Chindai.

“Kamu tidak tahu? Kita sudah selesai. Kita tidak dapat melakukan apa-apa berdua lagi. Kemanapun kamu pergi, selalu ada berita. Kemana kamu pergi, siapa yang kamu temui, apa yang kamu lakukan, apa yang kamu gunakan, itu semua ada diberita. Aku dapat mengetahui dari tv, dari radio, dari koran, dari internet. Walau aku mencoba menutup mata dan telinga, tetap saja aku tahu dimana dirimu dari pemberitaan. Sekarang aku sama dengan yang lainnya, hanya bisa mengetahui dirimu dari pemberitaan, ini membuatku gila” jelas Chindai mulai menitikan air mata.

"Sekarang kamu tanya ‘ada apa denganku?’ Ini membuatku frustasi. Aku sama seperti yang lain. Apa kamu paham bagaimana perasaanku? Kamu berkata ‘ini bukan diriku’. Lalu, bagaimana aku ini? Bagaimana yang seharusnya aku ini?” ujar Chindai lagi dengan menutupi mukanya dengan tangan.
Bagas yang mendengarnya hanya terdiam. Ia mulai merenung dengan tangan mencoba memegang tangan Chindai tapi ditampik.

“Aku tidak pernah merasa sekalipun menjadi pacarmu,” ucap Chindai.

“Chindai..” ucap lirih CP Bagas yang terlihat shock.

“Cukup. Ayo pergi. Aku baik-baik saja,” ujar Chindai.

CP Bagas hanya diam saja.

“Ayo berangkat, maka aku juga akan berangkat,” Ujar Chindai sekali lagi yang sudah berdiri dan membawa kopernya.

CP Bagas pun memegang pergelangan tangan Chindai, mengambil koper yang dibawa Chindai, dan berjalan menarik Chindai dengan berpegangan tangan.

Penasehat istana yang berada di ruang tunggu, tidak sengaja melihat keluar dan melihat CP Bagas dengan seorang wanita dari belakang di depan tempat spa. CP Bagas dan Chindai pun masuk kesebuah taksi yang kacanya tidak terlalu gelap.

*Dirumah kaca taman Botani

 “Aku suka Bagas,” ucap Chelsea tiba-tiba.

Chelsea dan Raffa masih berada dirumah kaca, walau hari beranjak sore. Matahari semakin mendekat pada ufuk barat. Mereka telah menghabiskan waktu untuk melihat berbagai tumbuhan obat yang ditanam disana, makan siang yang mereka beli dipinggir jalan sewaktu menuju rumah kaca tersebut, dan juga mengobrol ringan tentang banyak hal. Namun tiba-tiba Chelsea berucap kalimat yang mengejutkan untuk Raffa.

“Aku menyukai Bagas. Ini sebuah perasaan yang muncul secara alami seperti matahari yang muncul dari persembunyiannya di ufuk timur. Ini bukan karena dia Bagas,”

“Hidup sendiri ditempat yang asing, sendiri karena aku jauh dari keluargaku, dan karena karakterku, aku mudah tersentuh oleh orang lain. Ini mungkin lucu, namun bila aku bertemu dengan kamu lebih dulu, aku mungkin akan menyukai kamu juga,” ujar Chelsea dengan tersenyum kepada Raffa yang berada disampingnya.

Raffa yang sedari tadi menampakan raut marah karena ucapan Chelsea pun, mau tidak mau membalas senyuman yang Chelsea tampakan untuknya.

“Tapi, cinta sepihak sangat melelahkan. Aku bukannya jatuh cinta terhadap orang yang jauh dari ku. Aku jatuh cinta kepada orang yang bahkan setiap hari kami mengobrol. Dia selalu berada didekatku, kami selalu bertemu. Aku menyukai seseorang yang aku selalu mengobrol dengannya setiap hari. Dibandingkan dengan hubungan yang normal, ini lebih meletihkan. Maaf, apakah kamu merasa tidak nyaman setelah aku menceritakan ini?” potong Chelsea setelah sadar ia terlalu benyak bicara.

“Tidak,” jawab Raffa sambil menggelengkan kepalanya, “tapi, apa kamu lebih merasa nyaman setelah menceritakan ini kepadaku? Karena kamu mengatakan hal-hal yang sensitif kepadaku,” tanya Raffa kemudian.

“Benar, karena kamu lebih ramah dan sopan daripada Bagas. Dan aku nyaman bercerita kepadamu,” jawab Chelsea dengan ceria.

Tiba-tiba handphone Raffa berdering.

“Sebentar ya...”pamit Raffa setelah melihat siapa yang menelepon dan menjauh dari Chelsea.

“Ada dimana kamu sekarang?” ucap tegas seorang wanita diseberang telepone.

“Ditaman Botani,” jawab Raffa singkat.

“Putri Mahkota bersama kamu bukan?“ tanya sang wanita.

“Benar, dia bersamaku sekarang,” jawab Raffa dengan tenang dan lirih.

“Aku tidak akan bertanya kenapa kamu membawanya kesana. Raffa, kita harus lebih bersabar. Kita baru saja memulai perang. Perang yang tidak mempunyai jaminan kita akan menang dan akan berlangsung sulit dan lama. Kita harus selalu membuka mata dan telinga untuk selalu aman. Kita juga harus selalu terbangun ketika musuh kita tertidur. Walau begitu, kita tidak tahu, kita akan menang atau tidak nantinya. Kamu paham apa yang aku katakan” jelas sang penelepon.

“...” P.Raffa hanya terdiam.

“Cepat pulang dan jangan cari masalah, cepat bawa pulang dia sekarang. Jangan pernah ulangi lagi. Seorang wartawan meneleponku, namun kamu tenang saja. Aku sudah membereskannya. Dan juga, pihak kerajaan terlihat sudah mencari kalian,” jelas sang wanita yang ternyata adalah ibu Pangeran Raffa, Putri Shilla.

“Baiklah,” jawab Raffa singkat, dengan ekspresi yang mulai khawatir.

*Di Jogja

CP Bagas dan Chindai tengah berada disebuah taksi yang kacanya tidak terlalu gelap.

“Dari luar kota ya? Honeymoon di Jogja? Aa, manis sekali...” tanya sopir taksi sok akrab tanpa tahu siapa sebenernya penumpangnya tersebut.

Bagas dan Chindai pun terdiam dan tersenyum malu. Namun kemudian, sang sopir sadar ada yang mengikuti mereka.

Dan ternyata ada beberapa wartawan yang mengendarai sepeda motor berada diluar tempat spa. Mereka mengejar CP Bagas dan berhasil menjepret beberapa foto dari taksi yang kacanya tidak terlalu gelap tersebut.

Sopir taksi yang menyadari ini pun, meminta persetujuan Bagas untuk mengambil jalan tikus. Dan Bagas menyetujui, aksi saling berkejaran pun terjadi. Si taksi diarahkan menuju jalan sempit yang padat pertokoan. Dan ini merupakan jalan satu arah. Mereka memasuki kawasan padat Malioboro. Wartawan yang mengejar merekapun sudah tak terlihat lagi. CP Bagas dan Chindai memutuskan untuk mampir Malioboro terlebih dahulu.

Mereka mencari tempat aman untuk bersembunyi. Mereka masuk pasar Beringharjo dan membeli baju batik untuk langsung dikenakan dengan tujuan menghilangkan jejak. Chindai dengan telaten mencobakan beberapa kemeja batik untuk dicoba CP Bagas. CP Bagas pun hanya diam saja dan tersenyum.  Setelah berganti baju, mereka berjalan-jalan dengan tangan yang tidak lepas bergandengan melihat pernak-pernik yang dijual disepanjang emperan toko. Chindai pun membelikan Bagas sebuah topeng kecil berbentuk barong untuk Bagas. Dan Bagas pun memperlagakan adegan lucu ketika menggunakan topeng barong tersebut yang membuat Chindai tertawa lepas.

Puas melihat-lihat dan mendekati waktu boarding pesawat Chindai, merekapun buru-buru menuju bandara Adi Sutjipto menggunakan taksi yang berkaca gelap.

Sesampainya dibandara, Bagas mengantar Chindai sampai dalam bandara.

“Baiklah. Ini sudah berakhir hari ini,” ujar Chindai dengan lebih ceria dan mengambil koper kecilnya yang sedari tadi dibawakan oleh Bagas.

“Apa yang tidak kamu lakukan sebagaimana seorang pacar lakukan untuk gadisnya diwaktu lalu, kamu lakukan semua hari ini. Ini pasti melelahkan untuk kamu,” ujar Chindai.

CP Bagas hanya membalasnya dengan tersenyum manis.

“Aku tidak mengatakannya sebelumnya, namun hari ini aku akan mengatakan, kamu adalah seorang Pangeran yang sesungguhnya,” ungkap Chindai menggoda Bagas.

Dan Bagas pun hanya tertawa kecil. Suasana pun semakin hening ketika menyadari mereka harus berpisah kembali. Mereka hanya saling bertukar pandang.

Dan tiba-tiba, sebentar Chindai pun mengecup bibir Bagas yang terkatup. Bagas yang terkejut pun mematung terdiam.

“Terimakasih,” ujar Chindai, “Ini waktunya aku kembali. Selamat tinggal, Pangeran,” pamit Chindai dengan muka sedih dan kemudian membalikan badan. Bagas hanya mematung terdiam seribu bahasa.
Bagas masih terdiam ketika Chindai menoleh dan melambaikan tangannya. Bagas pun membalas lambaian tangan Chindai dan mulai membalikkan badannya. Dan ternyata dua pengawalnya sudah berada dibelakangnya.

*Dikediaman Royal Couple

Dikediamna Royal Couple, Ratu Agni sudah menunggu CP Chelsea pulang dengan khawatir dan berjalan mondar-mandir saja. Ia sudah mendengar kabar bahwa CP Chelsea telah menghilang dari kampusnya semenjak siang tadi dan belum berada diistana sampai sore  ini.

"Yang Mulia," sapa dayang Misel yang baru menghadap Ratu Agni.

"Bagaimana, apa kau sudah mendengar kabar tentang Putri?" tanya Ratu Agni dengan khawatir.

"Iya, Yang Mulia," jawab dayang Misel.

"Dimana sekarang Putri Mahkota?" tanya Ratu lagi dengan tidak sabar.

"Menurut informasi yang kami terima, ada yang melihat siang tadi, Putri Mahkota pergi dengan seorang lelaki keluar kampus dengan mengendarai mobil," jelas dayang Misel panjang lebar.

"Apa? Lelaki? Siapa dia? Lalu, dimana mereka sekarang?" tanya Ratu dengan kaget dan menahan emosinya.

*Diluar pagar kediaman Royal Couple

Chelsea dan Raffa telah sampai depan kediaman Royal Couple. Raffa menghentikan mobilnya dan tiba-tiba hapenya berdering.

Kali ini Raffa terlihat sangat serius dan tak berkata sepatah katapun diteleponnya karena yang telepone adalah Ratu Agni. Ratu sendiri menyuruhnya masuk menemuinya bersama CP Chelsea. Raffa pun mengantar Chelsea masuk kedalam istana dan disambut oleh dayang Dinda dan Ocha dengan khawatir.

"Putri Mahkota..." teriak dayang Dinda dan Ocha bersamaan.

CP Chelsea pun hanya tertegun menunduk melihat dayang Misel dengan dayang Winda yang merupakan dayang pribadi Ratu Agni juga sudah berada didepan pintu kediamannya.

"Yang Mulia, Ratu Agni telah menanti anda," ucap dayang Misel.

*Diruang tengah kediaman Royal Couple

"Putri Mahkota, apa kamu sama sekali tidak berpikiran? Setiap orang mempunya aturan yang dapat dilanggar dan tidak. Seorang siswa mempunyai aturan untuk belajar menyesuaikan identitasnya sebagai seorang siswa. Seorang anak mempunyai aturan untuk selalu menghormati orangtuanya menyesuaikan identitasnya sebagai seorang anak. Apa kita membuat aturan-aturan yang merupakan sebuah harapan tersebut untuk dilanggar dan diabaikan?" ucap Ratu Agni dengan menahan amarahnya didepan CP Chelsea dan Pangeran Raffa.

"Tidak," ucap lirih CP Chelsea dengan menunduk.

"Keluarga kerajaan mempunyai aturan-aturan yang disebut sebagai hukum. Hukum tersebut adalah aturan-aturan yang harus kita patuhi dengan keras dan kita ikuti dengan serius. Apa kau paham?" lanjut Ratu Agni yang hanya dibalas anggukan oleh CP Chelsea. Raffa yang ada disebelahnya pun hanya bisa iba dan ingin membela Chelsea  namun ia tidak berani dengan Ratu Agni yang sedang marah.

"Kenapa kau selalu membuat ku khawatir setiap hari?" ujar Ratu Agni dengan napas berat.

"Maafkan aku, Yang Mulia. Aku salah..." jawab CP Chelsea dengan menahan tangisnya.

"Yang Mulia Ratu, Yang Mulia Putri Mahkota...." ucap Pangeran Raffa mencoba membela CP Chelsea.

"Pangeran Raffa, saat ini dia tidak butuh pembelaan darimu," potong Ratu Agni.

"Aku adalah orang yang mengajaknya, Yang Mulia Ratu. Yang Mulia Putri Mahkota ingin meminta ijin terlebih dahulu, dan aku berkata itu tidak perlu. Kami bisa pergi tanpa ijin,"ucap Raffa dengan melupakan tata krama istana dan menahan emosinya.

"Pangeran Raffa. Putri Mahkota adalah yang akan menjadi Ratu dan ibu negara selanjutnya. Walaupun aku tidak tahu bagaimana orangtua Putri Mahkota mendidiknya, atau bagaimana ia menjalani hidupnya sebelum masuk isatana, namun, dia harus menaati hukum keluarga kerajaan setelah ia menikah dengan anggota keluarga kita. Kamu paham, putri?" ujar Ratu Agni.

"Ya, Ibunda Ratu," jawab CP Chelsea dengan lirih.

"Penguasaan diri... Kamu harus lebih banyak mengontrol diri! Ini merupaka sesuatu yang harus dimiliki wanita dari keluarga kerajaan. Kamu harus ingat ini, kamu harus menetapkannya dalam hati," ucap Ratu Agni.

"Baik, Yang Mulia," jawab CP Chelsea lagi.
"Yang Mulia Ratu, Anda dipanggil Yang Mulia Ibu Suri untuk menghadapnya," lapor dayang Winda dari luar.

"Putri Mahkota, kamu tidak boleh keluar sebelum aku mengijinkannya," perintah Ratu Agni sebelum ia keluar dari kediaman Royal Couple.

CP Chelsea pun hanya menunduk dan terlihat sangat sedih, Raffa yang melihatnya menjadi tak enak hati.

"Maaf," ucap Raffa ketika hanya tinggal mereka berdua diruangan tersebut. Raffa pun harus segera berpamitan pulang karena tak enak hati.

*Di Jogja

CP Bagas yang tengah berada di bandara Adi Sutjipto telah dijemput oleh 2 pengawalnya yang telah menemukannya. Penasehat Istana mengingatkan CP Bagas untuk kembali, karena sore harinya akan dilaksanakan pertemuan di Keraton Yogyakarta.

CP Bagas pun tak sempat kembali ke hotelnya untuk bersiap-siap. Penasehat istana telah menyiapkan baju untuk berganti CP Bagas di mobil yang menjemputnya.

Sesampainya di Keraton, acara baru saja dimulai dengan tarian pembukan tari serimpi yang merupakan tari penyambutan bagi tamu agung. Tari serimpi sendiri di tarikan oleh 4 penari, karena kata srimpi sendiri merupakan sinonim dari bilangan 4.

*Di Istana

Pagi-pagi Chelsea sudah bersiap. Ini merupakan hari dimana Pangeran George tiba. Dayang Dinda dan Ocha sudah menantinya diluar.

"Bagaimana penampilanku hari ini?" tanya Chelsea kepada dua dayangnya.

"Tentu saja Yang Mulia terlihat menakjubkan," ungkap dayang Dinda.

"Tapi, mata panda Yang Mulia sedikit terlihat..." sela dayang Ocha.

"A, benarkah? Apa terlihat?" panik Chelsea sambil berkaca dicermin kecil yang ia bawa.

"Aa, tidak terlalu Yang Mulia," ucap serempak Dayang Dinda dan dayang Ocha.

"Walau terdapat mata panda pada matamu, kecantikan mu tetap yang lebih terlihat," ujar Raffa yang baru tiba akan menjemput Chelsea.

Chelsea yang mendengar sanjungan dari Raffa hanya tersenyum tersipu malu.

"Bagaimana? Apa kau baik-baik saja?" tanya Raffa.

"Hem, tentu saja. Ini hari spesial untukku dapat bertemu Pangeran George, penerus tahta kerajaan Inggris," jawab Chelsea dengan riang.

Mereka pun menuju kediaman Ibu Suri Ira, dimana Pengeran George akan singgah disana terlebih dahulu sebelum mengelilingi istana. Dikediaman ibu suri, Ibu Suri Ira memperkenalkan Pangeran George dengan CP Chelsea dan Pangeran Raffa yang akan menemaninya untuk berkeliling istana.

Setelah selesai beramah-tamah dengan Ibu Suri, Pangeran George, CP Chelsea dan Pangeran Raffa pun memulai tour istana mereka. CP Chelsea menjelaskan isi-isi istana dan Pangeran Raffa pun mengartikan apa yang diucapkan oleh CP Chelsea dalam bahasa Inggris. Terkadang terjadi candaan diantara mereka.

Hingga tiba waktunya makan siang. Pangeran George akan makan siang dengan keluarga kerajaan. Sembari menunggu makan siang siap tersajai, Chelsea memanfaatkannya untuk beristirahat di halaman belakang istana. Disana ia mengotak-atik hp'nya.

"Ini sudah hari ketiga bukan? Huft," keluh Chelsea dengan lemah.

Pangeran Raffa hanya bisa melihat raut muka murung Chelsea dari dalam ruangan karena tengah menemani Pangeran George.

Makanan pun siap tersaji dan Pangeran George pun menikmati makan siangnya bersama Ibu Suri Ira, King Cakka, Ratu Agni, Crown Princess Chelsea, dan juga Pangeran Raffa. Ketika makan siang, Raffa memperhatikan Chelsea yang hanya sedikit makan.

Selesai makan siang, Pangeran George menikmati beberapa tarian tradisional Palembang, salah satunya tari Gending Sriwijaya yang merupakan tarian yang menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara. Tarian ini biasa digelar ketika menyambut tamu istimewa. Tarian Gending Sriwijaya ditarikan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya.

Selesai tari Gending Sriwijaya digelar, CP Chelsea pun diminta untuk menunjukkan kebolehannya dalam memainkan alat musik tradisional Sumatera Selatan, akordeon. Akordeon merupakan alat musik yang berasal dari Jerman, namun menjadi alat musik khas Sumatera Selatan. Akordeon sendiri merupakan alat musik sejenis organ yang memiliki tuts sama seperti tut-tut dalam piano. Walau sedikit kaku, Chelsea dapat memainkan lagu "Dek Sangke" dengan baik dan disambut tepuk tangan dari semua. Chelsea pun senang dengan sambutan mereka.

*Ditaman belakang istana

Sore itu, Pangeran George telah meninggalkan istana. Chelsea pun sudah terbebas dari tugasnya, dan tengah bersantai ditaman belakang. Raffa yang melihatnya, datang menghampiri.

"Sedang apa kua disini?" sapa Raffa.

"Kamu kesini? A, aku senang, akhirnya ini selesai juga," jawab Chelsea dengan ceria.

"Terimakasih. Jika ini bukan karenamu, ini mungkin tidak akan berjalan dengan sukses," lanjut Chelsea.

"Tidak perlu berterimakasih kepadaku, aku tidak melakukan banyak hal," jawab Raffa dengan merendah dan telah duduk disamping Chelsea.

"Apanya 'yang tidak banyak'? Suamiku tidak pernah ada untuk membantuku. Dan kau selalu ada untuk membantuku," lanjut Chelsea.

Raffa hanya tersenyum dan memberi sekotak cokelat kepada Chelsea.

"Apa ini?" tanya Chelsea.

"Cokelat. Aku tahu kamu tadi tidak makan terlalu banyak, kamu hanya banyak minum," ucap Raffa.

"Benarkah?" tanya Chelsea.

"Cobalah," ujar Raffa sambil membukakan bungkusan cokelat.

"Aku akan memakannya nanti," jawab Chelsea sambil menerima cokelat yang sudah terbuka.
"Mempunyai teman sepertimu yang tanpa pamrih, aku sangat nyaman," ujar Chelsea ramah.

"Aku bukannya melakukan semua ini tanpa pamrih," ucap Raffa dengan raut sedih dan serius.

"Apa maksudmu?" tanya Chelsea dengan penasaran.

"Walaupun sekarang aku bukan yang menjadi suamimu, namun aku pernah menjadi tunanganmu," ungkap Raffa.

"Tunangan?" ucap Chelsea dengan heran.

"Kamu bukan tipe yang ideal sebagai seorang putri. Aku mencoba melupakanmu berulang kali," ujar Raffa yang kemudian menarik napas panjang.

"Orang pertama yang ditunangkan dengan mu sebenarnya bukan Bagas, tapi aku," ungkap Raffa yang disambut muka kaget Chelsea.

"Ini semua berubah ketika ayahku yang waktu itu merupakan Putra Mahkota meninggal. Namun kuharap kamu dapat mengingat itu, walaupun sekarang hal tersebut tidak mungkin terjadi," lanjut Raffa.

"Jika saja takdir tidak mempermainkan kita, maka seharusnya bukan Bagas yang menjadi suamimu, tapi aku, Raffa," pungkas Rafa.
-TBY-

NB : Part kali ini, terasa panjang gak?
Bocoran aja, ini lebih panjang berapa lembar ms.word lho...
Bahkan bisa dijadikan 2 part. Maaf yah, gk bisa cepet-cepet next'nya...
Comment, kritik, saran bisa disampaikan di twitter @bitBeechat room, dan comment di page ini.
Kali ini, semoga kalian tambah pengetahuan tentang kesenian Sumatera Selatan juga Jogja yang kusisipkan yah... :)
Terimakasih ^^