Saturday 20 June 2015

My Roommate is... (part 1)



Judul asli: Bomi’s Room (K-drama)

Cast: Chelsea (29thn), Afika (11thn), Bagas (30thn)

--- 

Afika baru saja bangun tidur. Masih dengan rambut yang acak-acakan khas bangun tidur, ia menatap frame foto bergambar dirinya ketika masih bayi di dinding dan berkata dalam hati, “Itu miring,” dengan ekspresi kesal.

Lalu Afika beranjak dari kasurnya, menuju dinding dimana frame foto itu tertempel. Afika mengambil diary yang ia sembunyikan di balik foto tersebut. Kemudian membuka diary tersebut dan menyadari kalau kertas pembatas diarynya letaknya terbalik. Afika menyadari sesuatu. Pasti kakaknya, Chelsea, yang membaca diarynya.

Afika dengan kesal lalu membangunkan Chelsea yang masih tidur disisi lain tempat tidur mereka berdua. Chelsea yang masih setengah sadar, Afika omeli karena sudah membaca diarynya, Chelsea mengelak. Lalu Afika menunjukkan bukti frame yang miring dan kertas pembatas yang terbalik.

Chelsea tetap saja belum mengaku dan kembali tidur. Afika sangat marah hingga dia menarik selimut Chelsea dan menyuruhnya bangun. Chelsea kesal karena Afika sangat berisik. Chelsea pun bangun lalu keluar kamar dengan cuek. Afika kesal dan mengumpat sendiri.

---

Afika sekamar dengan kakaknya yang bernama Chelsea. Jarak usia antara mereka sangat jauh. Kini Afika kelas 5 SD. Sedangkan Chelsea sudah lebih 10 tahun lalu lulus SMA. Dan kini Chelsea membantu ibu mereka yang memiliki usaha sebuah salon sederhana. Afika hanya hidup bertiga dengan Ibu dan Chelsea, kakaknya. Chelsea selalu saja ikut campur urusan Afika. Afika merasa risih dengan hal itu, ia selalu ingin mendapatkan kamar sendiri agar dia bisa merasa tenang.

---

Afika makan dengan keluarganya. Afika menatap tajam ke arah Chelsea yang sedang makan dengan lahap atau rakus? Ibu menyuruhnya untuk berhenti menatap seperti itu dan segera makan kalau tidak mau terlambat sekolah.

Ditengah sarapan mereka, Afika menagih janji ibunya yang akan membangunkannya kamar kalau ia mendapat juara 1, mereka bahkan membuat surat perjanjian. Afika lalu membacakan surat perjanjian itu membuat Ibu kehabisan kata-kata.

Chelsea menyela, kalau surat itu tidak sah karena Ocha, siswa yang selalu peringkat pertama di kelas pindah ke Jakarta. Sedangkan Afika membuat surat perjanjian itu sebelum Ocha pindah. Ibu menyetujui omongan Chelsea. Afika tambah kesal pada Chelsea, dia pun hanya mengumpat.

Chelsea yang masih lahab sarapan, mengambil makanan Afika karena Afika tak memakannya, Chelsea juga bersendawa sangat keras membuat Afika sangat sangat kesal. Afika lalu meremas surat perjanjiannya.

---

Ibu menngantar Afika keluar rumah, ibu berjanji pada Afika kalau ia tumbuh sejengkal lagi maka ibu akan membangunkan kamar untuknya saat ini Afika masih kecil dan ibu menyuruhnya bersabar.

Saat ibu sudah masuk rumah, Afika menjahili kakanya dengan menaruh cacing di sepatu Chelsea yang berada dikamar tamu. Lalu Afika kabur, segera keluar rumah menuju sekolahnya. Tak berapa lama, Chelsea yang juga akan berangkat kesalon keluar rumah. Dengan santai ia mamakai sepatunya. 

Tiba-tiba ia berteriak histeris mendapati cacing dalam sepatunya hal itu membuat Afika yang ternyata bersembunyi depagar depan rumah tersenyum menang.

Afika berjalan kesekolah sendirian. Dia tersenyum mengingat teriakan Chelsea yang ketakutan.

---

“Ampun kang...”,
“Iya bebeb...” ujar Baim (teman sekelas Afika) menirukan tokoh Kang Komar dalam sinetron “Preman 
Pensiun”. Semua teman-temannya antusias tapi hanya Afika yang tak tertarik dan malah menyendiri duduk dikursinya membaca buku. Lalu Baim mendekati Afika.

“Apa kamu gak nonton sinetron ‘Preman Pensiun’?” tanya Baim kemudian. Sambil membuka buku yang dibacanya Afika mengatakan kalau ia tak menonton sinetron, Afika menonton drama Amerika. Baim penasaran bagaimana drama Amerika itu.

Teman-temannya lalu berkerumun disebelah Afika.

“Untuk bisa menonton drama Amerika dan drama Jepang, kalian harus mendownloadnya dikomputer,” jelas Afika dengan cool pada teman-temannya.

Baim ingin melihatnya dan memohon pada Afika untuk menunjukkan padanya. Afika menyombongkan diri kalau ia mempunyai komputer dikamarnya dan akan mengundang Baim seegera mungkin. 
Temannya sangat antusias, mereka meminta Afika mengundang mereka juga.

---

Afika berjalan pulang dengan Baim. Baim masih menirukan dialog di drama Preman Pensiun dengan fasihnya. Mereka melewati minimarket dekat salon milik ibu Afika. Ada seorang pria yang baru saja keluar, lalu menaypa Afika.

“Selamat siang Afika. Apa kau baru pulang dari sekolah?” tanya pria itu dengan ramah. Namun yang ditanay hanya diam saja dan bersikap dingin. Lalu pria itu menyodorkan sebuah ice cream pada Afika. Afika masih diam saja. Lalu pria itu lalu melirik Baim dan memberinya ice cream juga. Baim akan menerimanya, namun dilarang Afika.

“Ibuku berpesan agar tak menerima sesuatu dari orang asing,” ujar Afika sebelum Baim menerima ice cream tersebut. Baim pun dengan berat hati kembali memundurkan tanagnnya yang tadi akan menerima ice cream tersebut.

“Tapi aku bukan orang asing,” ujar pria itu dan memaksa Afika dan Baim untuk menerima ice cream itu. Dia juga meminta Afika untuk membelikannya lain kali.

Pria itu tak lain adalah Bagas. Langganan dari salon ibunya. Namun Afika terlihat tidak terlalu menyukainya.

“Aku memberikan ice cream agar kalian belajar dengan giat. Karena kalian adalah masa depan bangsa,” ujar Bagas sambil memberi semangat pada Afika dan Baim dengan mengangkat kedua tangannya. Namun Afika dan Baim malah menatap Bagas dengan tatapan aneh. Bagas pun merasa canggung karena tak mendapatkan sikap ramah dari keduanya, dia pun akhirnya memilih pamit pergi.
Baim menganggap Bagas terlalu berlebihan.

“Apa om tadi itu adalah manajer dari perusahaan konstruksi yang membangun gedung training institute?” tanya Baim pada Afika melihat kepergian Bagas. Afika membenarkan.

“Dia pasti akan pergi kesalon. Kata ibuku, om manajer itu manyukai kak Chelsea,” jelas Baim.

---

Dan benar saja, setelah meninggalkan Afika, Bagas segera datang ke salon milik ibu Afika. Chelsea melayani Bagas.

“Tolong ganti warna rambutku dengan warna coklat tua,” ujar Bagas didepan kaca denagn canggung.

“Tapi kau tak menyukai warna itu. Makanya dua hari lalu kau mengubah style itu kan?” ujar Chelsea yang telah berdiri dikursi belakang Bagas dengan santai. Kemudian dengan canggung Bagas ketawa  lalu meminta Chelsea untuk menganti warna rambutnya lagi.

“Sering mengubah warna rambut, rambut akan rusak. Dan kau sudah sering melakukannya,” ujar Chelsea lagi masih dengan cuek membuat Bagas semakin canggung.

“Hei Chelsea, kau tak boleh bersikap begitu. Manager Bagas itu datang ke salon bukan untuk mengganti warna rambutnya tapi untuk melihatmu,” ceplos seorang ibu langganan salon ibu Chelsea yang sedang berada disalon tersebut. Perkataan pelanggan itu membuat Bagas malu.

Menyadari apa yang dikatakan pelanggan tadi, Chelsea pun melunak. Lalu ia memutuskan untuk mencuci rambut Bagas saja karena dia sudah terlanjur ke salon. Bagas tersenyum mengiyakan.

---

Dikamarnya, Afika mengundang teman-temannya untuk menonton drama Amerika. Salah satu teman perempuannya berkomentar kalau wanita di drama itu pasti penggali emas karena dia menggoda setiap pria, itu menggelikan. Afika mengatakan kalau itu yang membuat dramanya menarik, Afika juga mengatakan kalau rahasianya akan terungkap di akhir video.

Tapi tiba-tiba komputernya mati. Sontak teman-teman Afika berdiri dan ternyata Chelsea yang mencabut colokan komputer dengan ekspresi marah. Teman-teman Afika langsung pamit pulang. Afika marah pada Chelsea.

“Apa yang kakak inginkan?” ujar Afika kesal.
“Apa kamu sudah mengerjakan PR? Pasti belom,” ujar Chelsea memarahi Afika balik.
“Aku akan mengerjakannya nanti,” jawab Afika santai.
“Kamu harus mengerjakan PRnya dulu jika sampai dirumah,” bentak Chelsea marah.

Lalu Chelsea mengambil baju Afika yang berserakan di kursi dan menyuruhnya untuk melipatnya. Afika tidak tahan dengan ocehan Chelsea. Ia hendak pergi namun Chelsea menghentikannya dan kembali memperingatkan Afika untuk tak makan snack di depan komputer karena kakak harus membersihkannya. Chelsea lalu membersihkan sisa snack yang menempel pada baju Afika. Afika berteriak pada Chelsea bukannya Chelsea harus kesalon. Ia menyuruh Chelsea segera keluar.

“Ini kamarku, kenapa aku harus keluar?” ujar Chelsea santai.

Afika lalu keluar dengan kesal bahkan saat kakaknya bertanya ia mau kemana ia berkata kalau Chelsea tak perlu tahu.

---

Afika berada di toilet dan menangis ia mengumpat kakaknya lagi.

“Satu-satumya tempat yang bisa membiarkanku sendirian hanyalah tempat ini. Hal ini membuatku sangat sedih." narasi Afika.

---

Afika sedang bermain ditaman denagn Baim. Lalu ia curhat pada Baim yang tengah memberi makan anjingnya.

“Ibuku tak punya uang untuk merombak gudang sebagai kamarnya. Kamu sangat beruntung karena mempunyai kamar sendiri,” ujar Afika sedih. Tapi Baim berpendapat kalau itu tak sepenuhnya benar karena kita akan bosan kalau sendiria, dia juga mengatakan kalau Ttotti (nama anjingnya) menjadi lemah dan lesu karena Sunsim pergi (nama anjing lainnya).

“Memang, kemana Sunsim pergi?” tanya Afika kemudain.

“Keluarganya mengawinkan Sunsim dan Sunsim dibawa oleh pemilik barunya,” jelas Baim.

“Huft, bahkan kehidup Trotti masih lebih baik,” desah Afika.

Baim tak mengerti lalu Afika menjelaskan kalau Ttotti punya rumah untuk dirinya sendiri. Baim memberinya usul untuk menikahkan kakaknya, Chelsea. Karena jika kakaknya menikah, maka Afika akan memiliki kamar sendiri. Afika tampak berfikir.

---

Disalon, Chelsea sedang mencuci rambut Bagas. Afika nampak berdiri sendirian didepan salon. Setelah Bagas keluar dari salon, Afika yang sedari tadi memang sedang menunggunya, mengajaknya ke kafe.

---

Di kafe, Bagas menyemprotkan minumannya karena perkataan Afika.
“A-apa yang kamu maksud?” tanya Bagas kaget dengan ucapan Afika.

“Apa Om menyukai kakakku, kak Chelsea?” tanya Afika serius dengan memanggil Bagas “Om”. Memang kalau diliat dari usia, usia Bagas tak beda jauh dari kakaknya, Chelsea, yang beda usai dengannya 19 tahun. Namun dengan usia seperti itu, Bagas sudah pantas Afika panggil “Om”. Lalu Bagas mencoba untuk tenang.

“Kenapa aku bertanya seperti itu? Apa kakakmu mengatakan sesuatu tentang diriku?” tanya Bagas heran.

Afika menjawab kalau ia hanya ingin tau jawaban Bagas sendiri. Dengan senyum malu-malu Om Bagas mengaku menyukai kakak Afika. Mendengarnya Afika melipat kedua tangannya di perut dan menyilangkan kakinya lalu menasehati Om Bagas kalau apa yang selama ini Om Bagas lakukan itu tak akan berhasil untuk mencuri hati Chelsea, Afika juga menawari bantuan untuk Om Bagas.

---

Dirumah, Afika kebingungan mencari snacknya yang sebelumnya ditaruh di lemari dapur, ia sudah membuka semua pintu lemari dan mencarinya namun hasilnya nihil ia malah menemukan kotak pink yang berisi album kelulusan SMA kakaknya. Afika hanya membuka kotak itu tapi tak membuka isinya, lalu mengembalikan kotak itu ke tempat asalnya.

---

Afika sedang belajar dikamar namun merasa terganggu dengan suara TV yang tengah ditonton Chelsea didepan kamar mereka. Acara Tv itu mengenai interview aktor Difa dengan sutradara sekaligus produser yang memproduksi film dengan rating tinggi.

Kakak sangat serius menonton interview tersebut sambal makan snack namun itu hanya bertahan sekejap karena Afika segera mematikan TVnya. Afika beralasan kalau ia terganggu dengan suara TV. Kakak marah dan menyuruh Afika untuk menyalakan TV kembali dan akan mematikannya setelah acara ini selesai, kakak mulai menghitung sampai 3. Afika segera menyalakan TV kembali.

Saat Afika akan kembali ke kamar, ia dikejutkan dengan snack yang dimakan Chelsea karena itu adalah miliknya.

“Itukan snack milikku?” ujar Afika marah. Chelsea mengatakan kalau ia menemukannya dirumah jadi ia memekannya. Afika kesal lalu mengambil paksa dari Chelsea namun isinya sudah habis. Lalu Chelsea memberi Afika sebuah stiker dari hadiah snack tersebut. Afika sangat kesal dan membentak Chelsea karena memakan snack yang dibawa ibu untuknya tanpa ijinnya.

Afika membuang bungkus snack dan mengatai Chelsea seperti luka dilehernya, Afika juga menyuruh Chelsea segera menikah.

“Lebih baik kakak cepat menikah!” ujar Afika kesal.

“Aku akan hidup denganmu selamanya,” ujar Chelsea santai tanpa memandang Afika dan malah fokus melihat acara tv. Afika tak mau ia berkata akan pindah ke Jakarta saat ia masuk kuliah.

“Kalau memang itu yang kamu, cepat belajar lebih keras lagi,” perintah Chelsea. Dengan masih kesal, Afika masuk kamar lagi dan membanting pintunya.

---

Besoknya Afika bertemu dengan Om Bagas lagi di kafe yang sama. Afika menanyakan apakah Om Bagas sudah mengatakan apa yang akan ia lakukan pada kakanya. Om Bagas menjawab kalau ada restaurant yang ingin ia dan Chelsea kunjungi, Om Bagas meminta bantuan Afika untuk bisa pergi berdua saja dengan kakak.

“Apa yang akan Om Bagas bicarakan dengan kak Chelsea nanti direstaurant?” tanay Afika dingin. Bagas bingung mau jawab apa, Afika mengerti lalu menjelaskan kalau Chelsea suka pria yang memiliki selera humor. Om Bagas tambah bingung karena ia bukan pria seperti itu. Afika lantas mengeluarkan buku dari tasnya dan memberikannya pada Om Bagas.

---

Hari berikutnya, Afika bertemu kembali dengan Om Bagas dikafe yang sama. Afika memberi tebakan dari buku yang diberikan Afika pada Om Bagas.

“Apa bedanya cumi-cumi dan shin-chan?” Afika memberi tebakan.

“Kau dapat menghentikan cumi-cumi tapi kau tak dapat menghentikan Shin-Chan,” jawab Om Bagas dengan yakin dan Afika membenarkannya. Afika yakin pasti Om Bagas sudah belajar dengan giat dengan membaca buku humor yang ia berikan kemarin.

“Tentu saja, karena ada adik ipar yang membantunya. Tentu saja aku harus belajar dengan giat,” jawab Bagas pd.

“Apa kata lain apel fresh?” Afika memberikan tebakan selanjutnya untuk Om Bagas. Om Bagas tak tahu jawabannya karena ia sedikit bingung.

“Apel hijau!” Afika memberitahu jawabannya.

“Kalau jawaban dari tebakan seekor kuda berlari di malam hari adalah mimpi buruk, kan?” tanya Om Bagas memastikan pada Afika. Afika mengangguk.

Afika menganggap pelajaran kali ini sudah cukup dan mereka tos dengan tertawa bersama. Om Bagas mempersilahkan Afika untuk makan rotinya. Sambil makan Om Bagas bertanya pada Afika apa kakak Afika baik dan juga cantik ketika dirumah.Om Bagas bahkan berfikir kalau kakak Afika seperti peri saat dirumah. Tak mau rencananya gagal, Afika berbohong pada Om Bagas.

“ Kak Chelsea sangat baik padaku. Seperti seorang malaikat dan saudara terbaik didunia. Karena itu, aku berharap Om Bagas tak kehilangan kesempatan baik ini,” jawab Afiak berbohong. Mendapat suntikan semangat dari Afika, Om Bagas semakin tak sabar sampai mengepalkan tangannya untuk acara besok, dinner bersama Chelsea.

---

Bagas ke salon lagi. Kali ini, Afika menunggui Chelsea memotong rambut Om Bagas di salon. Afika memberi kode pada Om Bagas untuk menjalankan rencana mereka. Om Bagas mulai mengajak kakak Afika untuk makan malam di restaurant edelweiss dengan alasan kalau ia mendapat voucer dari temannya. Awalnya kakak agak ragu menerima undangan Om Bagas namun karena Afika meminta dibuatkan ikan mackerel pedas dengan kimchi dari ibu, ibu lalu menyuruh Om Bagas dan kakak makan di restaurant.

---

Chelsea makan dengan lahap, Bagas memuji Chelsea cantik hari ini. Chelsea mengatakan kalau ia hanya tahu makan, dia tidak bisa memasak. Bagas memberi saran kalau Chelsea seharusnya menikah dengan pria yang pintar memasak, ia juga mempromosikan dirinya kalau ia dulu suka memasak saat pramuka. Dengan cuek dan masih sibuk dengan makanannya, Chelsea menjawab kalau ia tak suka melihat pria masak didapur.

“Pria seharusnya makan saja apa yang dibuat oleh istrinya, bukan memasak,” ujar Chelsea.

Karena omongannya tak direspon baik oleh Chelsea, Bagas mengalihkan pemicaraan dengan memberi Chelsea tebakan seperti yang diajari Afika. Chelsea dapat menjawab semua tebakan dengan benar dan nampak tak tertarik sama sekali. Chelsea menyuruh Bagas untuk amkan saja, daripada berbicara gak jelas. Lalu Chelsea menyuapkan udang asam-manis pada Bagas. Bagas langsung melahapnya tanpa pikir panjang. Karena merasa canggung saat makan, Bagas pamit ke toilet.

---

Di rumah, Afika menikmati makanannya. Ibu heran, kenapa tiba-tiba Afika ingin makan mackerel padahal Afika tak menyukainya. Afika mengatakan kalau ia akan menyukainya kali ini saja. Tiba-tiba Chelsea pulang.

“Kenapa kakak sudah pulang?” tanya Afika heran. Kakak menjawab kalau ia sudah makan dan juga minum kopi. Afika heran apa kakak sudah menghabiskan voucher Rp. 500.000, kakak mengangguk.

Di kamar Afika menginterogasi Chelsea dimulai dari apa makanan disana enak?

“Seharusnya ku tak pergi kesana karena harganya sangat mahal,” jawab Chelsea santai. Selanjutnya, Afika bertanya apa menyenangkan pergi kesana?

“Disana tak menyenangkan. Membosankan,” ujar Chelsea dengan ekspresi bosan. Kali ini Chelsea balik bertanya kepada Afika.

“Kenapa kamu tanya seperti itu?” tanya Chelsea heran.

“Gak pa-pa,” jawab Afika salah tingkah. Lalu Afika hendak keluar kamar, tapi Chelsea menghentikannya untuk memberikan hadiah.

Afika membuka kotak hadiahnya, ternyata isinya adalah sebuah bra kecil. Tentu saja hal itu membuat Afika kesal.

“Toh milik kakak pun juga tak besar,” ejek Afika balik. Kakak meneriaki Afika untuk Afika segera 
keluar tapi kakak malah tertawa. Diluar Afika menelfon Om Bagas tapi yang mengangkat bukan Om Bagas.

---

Chelsea dan Afika berlarian dikoridor rumah sakit dengan khawatir. Mereka bertemu dengan Dokter yang mengatakan kalau Bagas alergi dengan udang, tapi menyuruh Chelsea tak perlu khawatir karena tim dokter sudah mengobati Bagas. Sehingga Bagas akan segera membaik.

“Pasien sebenarnya sudah tahu soal alerginya. Saya minta Anda lebih memperhatikannya agar kejadian ini tak terulang kembali,” saran dokter kepada Chelsea yang nampak khawatir. Chelsea teringat saat ia menyodorkan udang  pada Bagas tadi. Dan Bagas melahapnya sampai habis.

Seperginya doketer, Chelsea menegur Bagas.

“Kenapa makan udang itu? Apa kamu pikir aku akan terkesan dan mau kencan denganmu kalu kamu lakuin ini?” omel Chelsea pada Bagas yang terkulai ditempat tidur rumah sakit.

“Bagaimana bisa kamu bertindak bodoh seperti itu?” kesal Chelsea. Lalu Chelsea memberikan obat pada Bagas dan berpesan agar Bagas tak melewatkan meminumnya lalu hendak pergi meninggalkan kamar Bagas.

“Sesaat, aku lupa akan alergiku kerena sibuk dengan pikiranku untuk membuat kamu tak merasa bosan denganku. Tapi itu tak ku sesali. Karena kecerobohanku tadi, sekali lagi aku bisa bicara berdua denganmu,” ujar Bagas menghentikan Chelsea yang hendak keluar.

“Aku sadar, kalau aku bersikap membosankan dan tak menyenangkan, pasti itu membuat kamu frustasi. Jadi aku mencoba bersikap lain dihadapanmu tadi, hingga aku lupa aku sudah makan apa saja,” pungkas Bagas yang telah berhasil membuat hati Chelsea luluh oleh ujarannya. Chelsea tersenyum mendengarnya, Bagas pun mengikutinya, mereka pun tersenyum bersama. Melihat hal itu, membuat Afika yang mengintip didepan pintu merasa senang karena usahanya berhasil dan ikut tersenyum.

--- bersambung --- 

P.S: Sama seperti kemarin, cuma 2 part. ;)

No comments:

Post a Comment