Monday 22 June 2015

Why I'm Getting Married? (versi IC - part 1)



Judul Asli: The Reason I’m Getting Married/ Why I’m Getting Married? (K-drama)

Cast: Chelsea, Bagas, Alexander JMC2, Chindai, Angel, Ocha, Gilang
Setting Time: Menjelang 3 bulan sebelum pernikahan

Warning!
Mungkin cerita ini akan sulit dimengerti yang masih dibawah umur.
Dimohon untuk 15+ aja ya yang baca. :)
Bacalah bacaan yang sesuai usia kalian.^_~

Happy Reading! ^^
Disebuah restoran, tiga orang wanita terlibat perbincangan yang cukup santai. Mereka adalah Chelsea, Chindai dan Angel. Yang ketiganya perbincangkan adalah pria yang menjadi pacar salah satu dari mereka.

“Dia seorang pengacara? Apa itu alasanya, baru 3 bulan berhubungan, kau sudah memutuskan untuk menikah dengannya?” tanya Chelsea kaget.

“Oh Tuhan! Orang tuanya tinggal di seberang samudra pasifik. Dia anak bungsu dari dua bersaudara tanpa saudara perempuan,” jelas Chindai.

“Benarkah? Ya Tuhan...” ujar Chelsea. Angel pun hanya tersenyum tak percaya.

“Dia juga akan membuka firma hukumnya sendiri,” lanjut Chindai.

“Wow, itu mengagumkan,” ujar Chelsea.

“Bagaimana denganmu? Apa kau iri?” tanya Chindai dengan sombong. Chelsea menjawab tidak, ia hanya mengucapkan selamat karena ia tahu Chindai ini sudah menunggu lama untuk bisa menikah.

“Ini pasti hanya kesepakatan bisnis antar keluarga. Tapi, ku harap pernikahanmu akan langgeng. Jangan ganggu kami dengan cerita cerai atau pernikahan ke-2mu,” ujar Angel.

“Kenapa?” tanya Chindai.

“Aku tak mau repot dengan kado kedua untuk pernikahanmu selanjutnya,” jawab Angel sambil menyantap steak-nya.

“Oh..tenang saja, untuk kalian berdua, aku akan memberi diskon. Berikan saja yang murah. Dan kalian tak perlu memberikanku kado untuk yang ketiga,” ujar Chindai enteng. Chelsea hanya tertawa.

“Kamu gila, biarkan dia saja...” komentar Angel.

“Kita tak punya pilihan. Dia baru menyetujui pernikahan ini setelah dijodohkan untuk kelima kali. 4 kali dia selalu menolak. Dia pasti belum yakin akan pernikahan ini,” komentar Chelsea yang disambut tawa Angel.

“Teman-temanku, kalau kalian berdua bertemu dengan seorang pria yang tepat, maka kalian ini akan mengerti. Jika dipertemuan pertama tak terlihat baik, walaupun setelah pertemuan ke 100 pun tetap tidak. Tapi ketika kalian bertemu dengannya dan ‘wow’... kalian tak perlu ragu, kalian bisa lihat sekali lalu hidup bersama,” ujar Chindai pada kedua temannya.

Chelsea tertawa dengan pemikiran Chindai dan bertanya kapan pacar Chindai akan datang, karena sampai sekarang belum tiba juga.

“Apa dia meniup balon dulu untuk kejutan lamaran?” tebak Chelsea bercanda.

“Mungkin juga karena lilin di atas kue yang tak bisa menyala,” lanjut Chindai bercanda.
“Tapi kalian harus pura-pura tak tahu kalau dia nanti benar-benar akan melamarku ya,” pinta Chindai serius.

Dari pintu dapur restoran, seorang pria dengan stelan jas sedang medorong troli berhiaskan balon serta cake beserta lilin menyala diatasnya. Dia kesulitan mendorongnya karena ada tangga. Lalu si pria mengangkat troli tersebut. Ternyata pria itu adalah Gilang, pria yang sedari tadi Chindai ceritakan.

Chindai melongo melihat hal yang mereka pikirkan benar-benar terjadi. Chelsea dan Angel berusaha menahan tawa. Lalu Chindai yang akan dilamar menampilkan ekspresi takjub dan terharu walaupun ia sudah bisa menebaknya. Ia pun berakting seterkejut mungkin. Chelsea dan Angel pun begitu, pura-pura terkejut dengan kejutan lamaran untuk Chindai.

Chelsea mengambil foto Chindai yang dilamar. Chindai masih dengan aktingnya, terlihat sangat antusias. Chelsea termenung sejanak seperti memikirkan sesuatu.

“Kita pergi dengan orang lain untuk cinta, tapi pernikahan bukan sekedar tentang cinta. Ketika cinta mekar lewat suatu hubungan dan berproses pada suatu sistem tanggung jawab yang disebut pernikahan, tapi Wanita.... mereka membutuhkan suatu bukti. Seumur hidup terlalu lama untuk hidup berdasarkan cinta. Hidup selalu berbatu.” batin Chelsea.

Chelsea dikagetkan dengan suara handphonenya yang menerima pesan.

“From: My Husband
Aku selesai dalam 30 menit.”
Chelsea tersenyum menerimanya. Dia pun larut kembali dalam suasana kegembiraan Chindai.

---

Bagas dan temannya, Josia, sedang menjamu calon nasabah asuransi di sebuah tempat karaoke ditemani wanita-wanita. Mereka minum bersama. Pria itu berkata kalau Josia bilang kalau Bagas sudah membawa formulir perencanaan asuransi. Bagas melirik ke temannya, lalu Josia menyerahkan formulir yang dimaksud melalui bawah meja kepada Bagas. Bagas kemudian menjelaskan semuanya tentang asuransi secara singkat, bahkan ketika pria itu ingin melihat formulir Bagas malah menawarkan pria itu minum.

---

Bagas berada di toilet bersama Josia. Josia memuji kerja Bagas yang bagus. Lalu Josia hendak merokok. Bagas mengingatkan bahwa disitu tidak boleh merokok. Bagas malah memberikan permen kepada Josia. Bagas menyuruh Josia menyiapkan fax salinan kontrak perpanjangan dan perencanaan. Bagas hendak keluar dari toilet.

“Hey ketua team. Jam segini sulit untuk menemukan taksi. Mau ku antar?” tawar Josia.

“Tidak, aku sudah punya supir pribadi,” ujar Bagas dengan ceria lalu keluar dari toilet.

---

Bagas pulang bersama Chelsea. Bagas duduk disamping Chelsea yang sedang mengemudi mobil. Chelsea heran melihat Bagas yang sedikit mabuk dan memilih merebahkan diri dikursi sambil memejamkan mata.

“Apa kau tak mau melihatku?” ujar Chelsea. Bagas bangun dan mendekatkan wajahnya untuk melihat Chelsea dengan mata sedikit terpejam.

“Berat badanmu turun banyak sekali.” sahut Bagas kemudian merebahkan tubuhnya lagi karena sedikit mabuk. Chelsea kesal.

“Maksudku, kita tak bertemu dalam beberapa hari. Tapi, kau bilang aku cantik meskipun aku gemuk.” kesal Chelsea.

“Aku tak pernah bilang kau cantik.” ucap Bagas.
“Kubilang tak ada yang salah dengan tampilanmu.” sahutnya sambil mencubit pipi Chelsea. Chelsea yang sedikit kesal meminta Bagas jangan berusaha mengalihkan pembicaraan seperti itu.

“Waktu itu aku sudah bertanya, kenapa kamu mau menikahiku?” tanya Chelsea.

“Maafkan aku, itu sebuah kesalahan,” jawab Bagas cuek masih dengan memejamkan matanya. Dan itu membuat Chelsea semakin kesal dan mencubiti Bagas yang masih rebahan. Bagas pun bangun dan membuka matanya.

“Jadi apa kau ingin tahu kenapa aku mau menikahimu? Kenapa malam kita sebut malam?” tanya Bagas.

“Ya karena malam.” Jawab Chelsea heran. Bagas tersenyum.

“Lha itu kau tahu.” Ia pun kembali merebahkan diri dan memajamkan matanya membuat Chelsea semakin kesal. Maksudnya, kenapa malam disebut malam? Ya karena itu malam. Jadi, kenapa Bagas mau menikahi Chelsea? Ya karena itu pernikahan/Chelsea.

“Hey Bagas! Katakan dengan benar, lebih meyakinkan, lebih emosional,” pinta Chelsea kesal sambil terus mencubiti Bagas. Hali ini membuat Bagas kembali terbangun.

“Hey...Apa ini tentang Chindai? Apa dia menikahi pecundang yang sukses?” tebak Bagas. Chelsea heran kenapa Bagas malah membicarakan temannya. Bagaspun bisa menebak kalau Chelsea pasti sedang iri pada Chindai.

Tiba-tiba Chelsea melihat sesuatu di depan, polisi. Tes pernafasan yang me-razia pengemudi mobil yang mabuk. Chelsea terlihat sedikit panik. Tapi Bagas cuek dan kembali rebahan.

“Siapa yang peduli? Aku kan yang mabuk,” ujar Bagas yang menjadi penumpang bukan pengemudi. Tapi ia kemudian terkejut, dan menyadari sesuatu.

“Tunggu, apa kamu juga... mi-minum?” tanya Bagas khawatir.

“Aku tak bisa memberi selamat pada temannya hanya dengan meminum air biasa,” ujar Chelsea polos. Bagaspun jadi kesal dan mencubiti pipi Chelsea. Chelsea jadi semakin cemas, ia malah menyalahkan Bagas.

Dan ketika mobil mereka berhenti di depan polisi, Chelsea menutup mulut dengan tangan tak mau meniup untuk tes pernafasan. Bagas yang sedikit mabuk menyuruh Chelsea untuk meniup benda itu karena bagaimana pun mereka akan ketahuan kalau mengemudi dalam keadaan mabuk. Tapi Chelsea tak mau hingga membuat pak polisi hilang kesabaran. Bagas pun mengambil alat itu dan meminta Chelsea meniupnya.

“Aku sangat capek. Berikan padaku,” ujar Bagas mengambil alat itu. Lalu Bagas mencoba menyodorkan alat itu pada mulut Chelsea yang masih ditutupi dengan paksa.

“Tiup. Cepat tiup...” ujar Bagas tak sabar.

“Tunggu, kau belum menjawab pertanyaanku,” ujar Chelsea dengan nada tinggi pada Bagas.
 “Kenapa kau mau menikah denganku? Katakan. Cepat jawab!” ucap Chelsea masih dengan nada tinggi.
Bagas bengong dan memilih mengembalikan alat itu pada polisi. Polisi itu jadi serba salah juga karena melihat pasangan ini bertengkar. Bagas tak menjawab pertanyaan Chelsea, ia kembali menyandarkan kepalanya ke kaca dan mencoba memejamkan matanya membuat Chelsea kesal bukan main dan menghentakan kepalanya ke setir dan membuat klakson bunyi. Bagas pun tersingkap kaget.

---

Keduanya sampai di apartemen Bagas. Bagas mengambil tonik (susu kambing gitu) dari dalam kulkas dan meminumnya. Ia menilai kalau Chelsea sungguh bodoh, kenapa menyetir kalau Chelsea sedang mabuk. Chelsea berkata kalau polisi hanya memberi mereka peringatan jadi Bagas tak perlu ngomel-ngomel begitu. Tapi kemudian Chelsea menyadari sesuatu yang Bagas ucapkan padanya.

“Apa? Bodoh? Heh...” ujar Chelsea marah.

“Jangan khawatir. Aku tetap akan menikahimu meskipun kau bodoh,” ujar Bagas santai sambil berjalan menuju kamarnya. Chelsea melihat kamar Bagas yang berantakan, ia pun ngomel-ngomel.

“Heh, bukankah aku sudah bilang simpan kaos kaki dengan benar,” omel Chelsea sambil mengambil kaos kaki Bagas yang tercecar dilantai..

Chelsea melihat sesuatu di keranjang tempat sampah, bungkus tonik susu kambing hitam.

“Kambing hitam lagi?” ujar Chelsea masih dengan marah.

“Aku tak bisa melakukan dua pekerjaan tanpa minum itu. Bertemanlah dengan itu. Karena itu bagus untuk tubuhku,” jawab Bagas sambil naik keranjangnya hendak tidur.

“Tapi aku tak suka dengan bau-nya yang membuatku ingin muntah,” ujar Chelsea lagi.
 “Baiklah, aku atau kambing hitam? Aku tak bisa hidup di rumah yang sama dengan ini.” Lanjut Chelsea menyuruh Bagas memilih dirinya atau tonik kambing hitam tersebut. Bagas yang sudah membaringkan tubuhnya di tempat tidur tampak berfikir.

“Benarkah?” ujar Bagas polos.

“Aishhh~” ucap Chelsea jengkel sambil mengacungkan kepalannya hendak melayangkan kekepala Bagas. Lalu Bagas menunjukkan perabotan yang ada di kamar, yang warna perabotannya itu terlalu cewek banget.

“Hei, lihat barang-barang dikamar ini. Orang akan salah paham dan mengira aku tak normal. Lebih baik kita buang saja barang-barang cantik ini,” usul Bagas sebal.

Chelsea berkata kalau orang-orang yang saling mencintai berakhir dengan petengkaran karena persoalan cantik. Kita harus berusaha untuk saling membiasakan diri. Chelsea membereskan baju Bagas yang ada di tempat tidur. Bagas akan memprotes tapi tak jadi ia ucapkan.

Chelsea sangat penasaran apa Bagas ingin hidup dengan wanita lain. Apa Bagas ingin ia memberikan kesempatan itu?

“Apa boleh?” ujar Bagas sambil tersenyum bersemangat. Chelsea pun langsung akan memukul tapi Bagas segera menghindar. Bagas pun menggerutu kalau Chelsea sama sekali belum berubah sejak 6 tahun terakhir. Chelsea pun mengerutu karena marah-marah pada Bagas itu membuatnya lapar.

“Hei, bukankah aku sudah bilang kau jangan lupa makan?” ujar Bagas khawatir.
“Sudah makan disini. Lupakan tentang kamu gak bawa baju ganti. Pria tak suka wanita berpakaian lengkap. Mereka lebih memilih yang telanjang.” Ujar Bagas menggoda.

Bagas tersenyum nakal dan meminta Chelsea mendekat. Chelsea tambah kesal, ia pun pamit pulang. Bagas meminta Chelsea menginap saja di tempatnya. Tapi Chelsea tak mau.

“Kau memintaku menginap karena kau tak mau repot-repot mengantarku pulang kan.” Ujar Chelsea kesal.

Bagas tak membantah. Tapi ia kembali berkata meminta Chelsea menginap. Chelsea yang kesal melempar sandal mandi ke arah Bagas.

“Ah dasar kau, kenapa kau mau menikah denganku?” tanya Chelsea kesal.
“Apa kau merasa kasihan karana aku sudah tua?” lanjut Chelsea sambil kaluar kamar.

Bagas tak menjawab dan mengeluh kalau ia lelah sekali. Ia pun bersembunyi dibalik selimutnya.

---

Sampai di rumahnya, Chelsea heran melihat barang-barang di kardus yang ada diakmarnya. Ia bertanya pada ibunya apa ibunya protes karena ia memakai uang sewa untuk pernikahannya. Ibu menyindir melihat Chelsea cemas seperti itu ia mengira kalau Chelsea ini benar-benar akan menikah. Bukankah kamar ini akan kosong begitu Chelsea pindah.

“Kenapa ibu sudah mengemasinya? Aku masih punya waktu 3 bulan untuk tetap tinggal di rumah ini,” protes Chelsea yang sudah duduk dimeja kerjanya.

“Aku hanya ingin mulai beres-beres lebih awal. Sudah ku bersihkan beranda dan menemukan barang-barang almarhum ayahmu disana,” ucap Ibu sambil menunjuk isi kotak tersebut. Lalu Ibu memberikan buku rekening ayah Chelsea untuk Chelsea.

“Tabungan di rekening ini tak mendapatkan banyak bunga, ku harap kamu menggunakan uangnya untuk menyiapkan pernikahanmu. Jangan marah karena ayahmu tak bisa menggandeng tanganmu di pernikahan nanti,” ujar Ibu kemudian.

Terdengar suara kalau Ocha, adik Chelsea baru saja pulang. Ibu marah karena putri bungsunya terlambat, ia keluar dari kamar Chelsea dan segera mengomeli anak bungsunya.

Chelsea menemukan bola kaca yang didalamnya ada boneka sinterklas di kardus yang ibunya bereskan. Itu milik ayahnya. Ia mengocok bola itu dan salju di dalam bola itu terlihat sangat cantik berada di sekeliling sinterklas. Chelsea menatap sedih foto ayahnya yang berada dimeja kerjanya.

---

Di tempat kerjanya, Chelsea bicara di telpon dengan Chindai tentang Iluso Wedding (wedding organizer). Chindai yang terkejut menilai apa yang Chelsea lakukan hebat, karena ia bahkan tak bisa memesan konsultan pernikahan sama sekali dari WO tersebut.

“Bukankah tempat itu sangat mahal?” ujar Chindai. Chelsea berkata kalau ia tak bilang ia akan memesan tempat pernikahan disana. Ia hanya ingin mampir dan melihat-lihat.

Ketika sedang bicara dengan Chindai, Bagas menelepon Chelsea. Chelsea pun menyudahi obrolan 
dengan temannya itu. Lalu mengangkat telpon Bagas.

“Gangnam Iluso Wedding, jam 12,” ujar Chelsea. Chelsea dan Bagas ternyata janjian akan datang ke tempat itu.

Tapi Bagas sangat sibuk di kantornya dan berkata kalau ia akan memberikan Chelsea pilihan,
“Pria yang ada di sampingmu hari ini atau insentif di rekening bankmu.” ujar Bagas yang menggunakan earphone masih sambil merapikan dokumen-dokumen dimeja kerjanya. Josia  memanggil Bagas untuk segera pergi.

“Turunlah dulu, siapkan mobil,” ujar Bagas pelan kepada Josia. Chelsea yang mendengar suara pelan Bagas marah.

“Bukankah aku sudah bilang kalau hari ini kamu harus mengambil cuti kerja!” ujar Chelsea marah. Mendengar suara cerewet Chelsea, Bagas melepas earphone. Ia jadi bingung. Ia pun bergegas ke pergi.

---

Chelsea sampai di Iluso Wedding sendirian. Seorang petugas parkir membukakan pintu mobil dan bersikap ramah pada Chelsea. Ia yang akan memarkirkan mobilnya.

Di dalam gedung Iluso, Chelsea berkonsultasi atau lebih tepatnya bertanya mengenai paket pernikahan di tempat itu. Chelsea terkejut dengan harga paket yang ditawarkan.

“Bukan paket spesial tapi paket dibawahnya saja,” ujar Chelsea terkejut. Pegawai mengatakan kalau paket spesial itulah paket paling dasar di Iluso. Karena diatas paket itu ada royal spesial, kemudian VIP dan VVIP.

“Oh, jadi spesial itu yang terendah ya?” sahut Chelsea.

Pegawai itu tanya paket mana yang Chelsea sukai. Chelsea menarik nafas dan menunjuk sebuah paket, kalau begitu paket VVIP.

“Apa anda yakin?” pegawai itu terkejut.

Chelsea tersenyum berkata kalau uang itu hal yang termudah di dunia ini.

Tapi itu hanya khayalan Chelsea saja karena sedari tadi pegawai Iluso memanggil-manggil Chelsea yang tersenyum-senyum ramah. Chelsea yang menyadari itu langsung terdiam kaku.

Pegawai itu kembali bertanya. Chelsea bingung menjawabnya, ia pun mengatakan kalau ia tak bisa memutuskan hal ini sendiri.

Chelsea yang akan pergi berbalik lagi bertanya, apa boleh ia mencicil biayanya. Pegawai Iluso melongo kaget.

---

Chelsea berada di depan sebuah ruangan yang di dalamnya ada gaun pengantin indah. Chelsea pun mencoba memakai gaun itu dibantu pegawai Iluso. Terdengar suara Chelsea yang terbatuk-batuk menahan nafas karena gaun itu kesempitan ditubuh Chelsea.

“Gaun ini hanya di import 1 saja di seantero negri ini, itu sebabnya ukurannya pun ukuran model yang langsing. Tapi anda terlihat sangat cantik mengenakan gaun ini. Anda memiliki bentuk tubuh seperti orang Eropa, anda tak perlu menggunakan bantalan dada,” ujar pegawai itu memuji Chelsea.

“Jika anda menikah di Iluso anda akan mendapatkan diskon 10%.” Lanjutnya. Chelsea terlihat tertarik mendengar diskon dan berapa harganya.

“1000 dollar.” jawab pegawai tersebut.

“1000 dolar?” Chelsea kaget. Chelsea berkata kalau ia hanya mau menyewa gaun bukan membelinya. Pegawai tertawa dan mengatakan kalau itu biaya sewanya.

Tirai dibuka dan tampaklah seorang pria tampan masuk ke ruangan itu. Pria itu terpesona pada kecantikan Chelsea. Chelsea jadi tak enak dilihat seperti itu. Ia ingin segera ganti pakaian. Tapi pegawai meminta Chelsea menahan sebentar karena ada yang harus ia rapikan.

Pria itu terua tersenyum menatap Chelsea.

“Kau terlihat sangat cantik!” puji pria itu. Chelsea yang terlihat canggung dan malu mengucapkan terima kasih.

“Chelsea Ariela?” sebut pria itu yang ternyata kenal dengan Chelsea. Chelsea tentu saja kaget.

“Siapa ya?” tanya Chelsea heran. Pria itu tersenyum lebar karena tak salah mengenali orang.

“Lama tak bertemu!” ujar pria itu masih tersenyum.

“Kau...” Chelsea pun mengenali pria itu.

Flashback

Ketika masih di bangku kuliah, Alex adalah juniornya Chelsea. Disebuah kafe, Alex memberikan surat cinta pada Chelsea. Chelsea tertawa membaca surat cinta dari Alex.

-Aku ingin menjadi tempat tidur di kamarmu untuk sehari saja-

Alex yang ada di depan Chelsea terdiam penuh harap cintanya akan diterima. Chelsea heran kenapa harus diumpamakan seperti perabotan.

“Bu-bukan itu maksudku,” ralat Alex. Chelsea tahu itu, ia menilai kalau Alex ini lumayan.

“Kau tampan, keren, tapi....” ujar Chelsea memperhatikan Alex yang duduk didepannya.

“Tapi aku terlalu muda.” Alex menyela. Ia sadar kalau usianya lebih muda dari Chelsea.
“Tapi hatiku tidak muda.” lanjutnya masih penuh harap cintanya diterima Chelsea.

Tepat saat itu, Bagas masuk kedalam kafe.

“Oh, Bagas. Kenapa kesini?” tanya Chelsea heran ketika Bagas menghampiri mereka.

“Apa kamu sudah mulai berselingkuh dengan anak ingusan ini? Dia bilang apa untuk merayu? Siapa namamu?” tanya Bagas pada Alex. Alex berusaha tak terlihat seperti anak kecil, ia berusaha melawan Bagas.

“Siapa namamu?” balas Alex sok cool.

“Bagas Raditya,” Bagas menyebutkan namanya.

“Aku Alexander Coffin,” Alex pun menyebutkan namanya.

Fashback end

-TBC-

P.S: Nahlo, kok malah ketemu orang lama ini si Chelsea. Kira-kira bakal CLBK gak ya? :D
Tunggu besok ;)

Sunday 21 June 2015

My Roommate is... (part 2 - end)



Saranku, sebelum kalian lanjut baca, liat sendiri aja sih...
Endingnya keren bgt!


Tapi kalau ngeyel. ya ini deh... :D

--- 

Afika sedang asyik menonton k-pop di depan komputernya sampai-sampai ikutan manggut-manggut. Dia mendapat telfon dari Baim.

“Bagaimana kabar kak Chelsea dan Om Bagas? Apa mereka sudah pacaran?” tanya Baim.

“Kemana saja kamu? Ketinggalan berita gitu. Tentu saja mereka sudah pacaran,” jawab Afika. Lalu Baim memberi selamat pada Afika karena sebentar lagi Afika akan segera mendapat kamar sendiri.

Afika membayangkan jika kamarnya didekorasi serba pink dia juga membayangkan ada seorang pria yang akan menciumnya dikamarnya. Namun khayalannya gagal karena suara Baim yang menanyakan dimana ia dapat mendownload drama Amerika.

---

Afika kini sudah berada dikamar Baim. Baim mengeluh karena ia tak bisa login di situs downloadnya. Afika menjelaskan kalau Baim masih dibawah umur makanya tak bisa login. Baim menebak pasti Afika menggunakan email kakaknya agar bisa login dan Afika membenarkan.

---

Di salon, ibu sedang menata rambut pelanggan dan Chelsea sedang menyapu. Tiba-tiba Chelsea mendapat telfon dari Bagas. Lalu Chelsea keluar menjauh dari ibu.

“Oh, apa-apaan itu! Pasti dia beneran suka dengan manager. Dia selalu menolak untuk kamu jodohkan, tapi kali ini dia sepertinya serius dengan manager Bagas,” komentar pelanggan ibu. Ibu hanya tersenyum melihat tingkah putrinya.

Tiba-tiba Afika masuk ke salon itu. Afika minta rambutnya dipotong ala artis k-pop oleh ibunya. Ibu hanya diam heran

---

Bencana pun tiba, Chelsea memotong rambut Afika menjadi potongan bob yang jauh berbeda dari yang diinginkannya. Afika menangis kenapa potongannya jadi begini.

“Kamu ini masih siswa SD, masih kecil. Kamu bisa memakai model rambut sesukamu ketika sudah dewasa,” nasehat Chelsea yang masih berada dibelakang kursi Afika. Afika menangis meminta rambutnya dikembalikan.

---

Dirumah, Afika masih ngambek kepada Chelsea. Sepulang dari salon, Chelsea memberi jepit rambut pada Afika. Tapi Afika tak mau menerimanya dan menyuruh Chelsea untuk memakainya sendiri. Chelsea tak mau karena ia membeli ini untuk Afika. Afika masih marah dengan Chelsea. Afika keluar rumah dan menelfon Om Bagas.

Afika menyuruh Om Bagas untuk segera menikahi kakaknya. Jika Om Bagas tak cepat-cepat, Afika mengancam tak mau membantunya lagi.

---

Bagas dan Chelsea makan ice cream berdua.

“Kenapa tiba-tiba kau mengajakku bertemu disini?” tanya Chelsea sambil menikmati ice cream-nya.

Tanpa berkata, dengan malu-malu, Bagas menyodorkan sebuah kotak berisi cincin kepada Chelsea.

“Nenekku memberikan cincin ini pada ayahku dan menyuruhnya untuk memeberikan cincin ini pada gadis yang akan dinikahinya. Ibuku menjaga cincin ini. Dia memberikannya padaku. Dia berpesan untuk memberikannya pada seseorang yang ingin aku nikahi. Pembangunan gedung akan segera berakhir. Dan aku harus segera kembali ke Jakarta. Jadi maukah kau menikah dengan ku?” ujar Bagas kemudian. Chelsea kaget dan menghentikan makan ice cream-nya.

---

Pulang sekolah, Afika terus berlari tanpa menghiraukan panggilan Baim yang memintanya pulang bersama. Afika bertemu dengan Om Bagas didepan mini market.

“Apa benar kakak menolak Om?” tanya Afika tak sabaran. Bagas hanya diam saja dengan muka lesunya memandang Afika dalam. Afika mengatakan kalau Chelsea suka bercanda, ia mengusulkan agar Bagas melamar sekali lagi. Bagas  masih tak berkata apapun, ia berjalan pergi meninggalkan Afika.

Baim menebak, pasti Om Bagas marah. Afika kesal kenapa Om Bagas tiba-tiba mengubah pikirannya. Baim menjelaskan kalau ini bukan tiba-tiba karena kakaknya Afika sebelumnya selalu menolak kencan buta karena cinta pertamanya.

---

Afika sedang belajar namun ia tak bisa konsentrasi gara-gara memikirkan siapa cinta pertama kakaknya. Afika lalu membuka album kelulusan kakaknya yang ia temukan beberapa hari lalu. Dia menemukan sebuah foto kakaknya dengan teman-temannya. Afika berpikir apa mungkin cinta pertama kakaknya salah satu dari lelaki difoto itu.

Ibu merebut foto itu dari Afika dan bertanya apa yang sedang Afika lakukan.

“Apa kak Chelsea mempunyai cinta sejati?” Afika malah bertanya pada ibunya. Ibunya hanya memandang heran kepada Afika.

---

Chelsea sedang sendirian di salon yang sudah tutup. Ia menyanyi melampiaskan perasaan kacaunya. Chelsea teringat akan masa lalunya dengan cinta pertamanya.

Saat itu mereka kemah bersama teman-temannya. Chelsea kebagian untuk menyanyi saat acara api unggun. Selesai menyanyi, seorang lelaki yang merupakan pacarnya saat itu, menariknya untuk menjauh dari teman-temannya. Chelsea dan pacarnya berciuman di sebuah gang yang sepi. Chelsea sangat menikmati kesendiriannya mengingat masa lalunya sampai ia mengabaikan telfon dari Ibu.

---

Didepan rumah, ibu mondar-mandir menunggu Chelsea yang belum pulang tanpa ada kabar.
Sesampainya Chelsea dirumah, masih didepan rumah, Ibu memarahi Chelsea yang nampak kacau. Ibu pun bertanya  kenapa Chelsea menolak Bagas.

“Apa karena lelaki itu? Kamu belum bisa melupakannya?” tebak ibunya dengan marah.
“Kenapa lali-laki itu masih saja masuk dalam kehidupan kita? Aku akan membunuh laki-laki itu,” kesal ibu. Chelsea tersenyum mendengarnya.

“Tapi ibu kan tak tahu siapa laki-laki itu?!” jawab Chelsea sambil menertawai ibunya yang penuh emosi.

“Apa kau menggap ibumu ini bodoh? Ibumu ini tahu apa yang terjadi pada putrinya. Malam itu, bukankah dengan diam-diam kamu menelponnya? Lelaki itu produser sekaligus sutradara terkenal itu kan? Karel Sunteo?” ujar ibu tak bisa menahan emosinya.

“Sudahlah sayang, hubunganmu dengannya sudah berakhir lama.” lanjut ibu.

Ternyata sedari tadi Afika tengah memperhatikan ibu dan kakaknya dari jendela ruang tamu. Afika pun mendengar apa yang mereka bincangkan. Afika ingin tahu siapa itu Karel Sunteo.

---

Keesokan harinya, Afika mencari artikel mengenai Karel Sunteo di komputer sekolahnya. Afika menemukan foto Karel Sunteo diinternet. Ia teringat kalau kakaknya pernah menonton wawancara Karel Sunteo di TV waktu ia kehilangan snack dan sulit belajar. Dan Karel Sunteo juga ada di foto yang Afika temukan disalah satu album foto SMA kakaknya.

Baim menghampiri Afika. Afika berkata Karel Sunteo adalah sutradara yang sukses. Baim tak tahu menahu mengenai Karel Sunteo, ia malah mengatakan kalau ia sudah bisa login di website download drama Amerika jadi Afika tak perlu men-download-kannya lagi. Afika mengatakan ia mengerti, tapi pandangannya tak lepas dari foto Karel Sunteo.

---

Dirumah, Afika dihukum oleh Ibu dengan memukuli betisnya. Ibu meminta Afika untuk minta maaf. Walau dengan menangis, Afika tak mau karena ia merasa tak bersalah. Ia tak pernah memaksa Baim untuk login ke website itu. Chelsea mengatakan kalau Baim mengikuti Afika login ke website itu dengan menggunakan email-nya. Baim login ke website itu dengan email ibunya dan mendownload video porno.

“Kau membawa teman-temanmu kerumah dan menunjukkan pada mereka video vulgar, mau jadi apa kau kelak? Kau! Dimana kau belajar untuk melakukan sesuatu yang buruk? Jika aku mengadukan kalau kau menggunakan identitas orang lain, maka kau akan ditangkap untuk pelanggaran privasi. Haruskah akau melaporkanmu?” bentak Chelsea pada Afika.

“Bagaimana dengan kakak yang membaca diary-ku? Bukankah itu juga pelanggaran privasi?” jawab Afika dengan berlinang airmata. Chelsea tambah marah karena Afika berani membalikkan kata-katanya, ia mengambil pemukul yang dipegang Ibu. Chelsea memukulkan pemukul itu pada betis Afika. Chelsea menyuruh Afika untuk minta maaf. Afika tak berkata apapun ia hanya menangis.

---

Afika duduk sendirian dipinggir danau dengan muka bersedih. Lalu Ibu menghampirinya. Ibu hendak memeriksa betis Afika, tapi Afika tak mengijinkannya.

“Kakakmu melakukan ini semua demi kebaikan kamu,” ujar ibu. Afika masih menangis

“Kenapa ibu selalu berada di pihak kakak? Padahal aku juga anak ibu dan aku lebih pandai dari kakak. Kenapa Ibu membenciku?” tanya Afika polos dengan menangis.

Dengan sedih, lalu Ibu memeluk Afika dan menepuk-nepuk punggungnya.
“Siapa yang membencimu? Malah sebaliknya, ibu sangat menyayangi Afika,” ujar Ibu yang masih memeluk Afika. Mendengarnya Afika menyuruh Ibu untuk menikahkan kakaknya karena salah satu dari mereka harus keluar, Afika tak bisa hidup dengan kakaknya.

---

Disekolah Afika mengacuhkan Baim. Karena Baim, kemarin ia dihukum Ibu dan kakaknya. Afika malah asik ngobrol dengan teman yang lain. Afika bertanya pada teman sebangkunya yang pernah pergi ke Jakarta, bagaimana ia bisa ke terminal menuju Jakarta.

---

Di rumahnya, Afika membuka celengannya. Saat Chelsea masuk, Afika pura-pua tidur.

Chelsea masuk kamarnya dengan tersenyum. Ia tersenyum melihat garis yang terbuat dari plaster yang Afika tempelkan sebagai batas area kamar mereka berdua. Lalu Chelsea keluar lagi masih dengan tersenyum lucu.

---

Afika naik bus menuju Jakarta, ia memegang sebuah peta.  Didalam bus, Afika berbicara sendiri yang ditujukan untuk kakaknya.

“Tunggu saja! Aku akan menemukan cinta pertamamu. Dan akan kuminta dia menikahimu!” ujar Afika masih dengan sebal.

---

Disalon, Ibu mendapat telpon dari sekolah Afika. Guru Afika menanyakan apa benar Afika tidak berangkat karena sakit? Ibu malah bingung dan mengiyakan saja. Setelah telpon ditutup, Ibu menanyakan kepada Chelsea yang sedang melayani pelanggan. Chelsea bilang pagi ini Afika baik-baik saja. Lalu Chelsea menelpon ponsel Afika, namun tidak aktif. Chelsea dengan raut muka marah, berekspektasi kalau Afika membolos sekolah dan sengaja mematikan handphone-nya untuk melihat drama Amerika dirumah.

---

Afika sudah sampai di Jakarta. Dia memperhatikan kota yang ramai itu. Dia mengikuti peta yang dipegangnya. Afika akhirnya menemukan kantor Karel Sunteo dan masuk kedalam. Namun sekertaris Karel menghalanginya.

Karel Sunteo yang baru datang kekantor, melihat Afika bersama sekertarisnya. Akhirnya Karel mengajak Afika masuk ruangannya. Afika menggunakan kesempatan ini untuk bertanya apa Karel Sunteo ingat dengan kakakanya.

“Om, apa om mengingat teman om yang bernama Aurora Chelsea?” tanya Afika dengan manis duduk di kursi kantor Karel.

“Aurora Chelsea?” ulang Karel yang nampaknya tak ingat.

“Hanya dengan nama, sulit untukku mengenali nama itu,” lanjut Karel.

Lalu Afika menunjukkan foto kebersamaan Chelsea dan teman-temannya, dimana didalam foto itu juga ada Karel. Ketika Karel melihat foto itu, tiba-tiba handphone-nya berdering. Dengan ekspresi gembira, Karel menerima telphone tersebut dan meminta ijin pada Afika untuk menunggu sebentar. Karel pun menerima telpon itu dengan menghadap jendela membelakangi Afika.

Ternyata, Karel mendapat telfon dari putrinya. Nampak kalau Karel Sunteo sangat menyayangi putrinya.

“Oh, my precious daughter?”
“Apa kau sudah makan? Dimana ibumu?” ujar Karel ketika menerima telepon dengan ekspresi bahagia.
“Mintalah kepada ibumu untuk memberikanmu makanan yang lezat!”
 “Iya, ayah juga menyayangimu. Bye” tutup Karel.

Afika merasa kalau usahanya telah gagal dan ia mengurungkan niatnya untuk membuat Karel ingat dengan kakaknya.

“Baiklah, mana yang kamu maksud dengan nama tadi?” tanya Karel yang sudah duduk didepan Afika lagi sambil memegang foto itu kembali.

“Lupakan saja, sepertinya aku datang ketempat yang salah,” jawab Afika cemberut lalu mengambil foto itu kembali.

“Kalau begitu, aku pamit,” lanjut Afika dengan murung. Karel hanya memperhatikan dengan ekspresi heran.

Afika keluar dari kantor itu dengan wajah ditekuk.

---

“Kakakku bodoh! Dia menganggap hubungannya belum berakhir. Tapi lelaki itu bahkan lupa namanya,” ucap Afika dengan sedih dipinggir jalan.

Afika hendak menyebrang, namun ia tak melihat ada motor yang melaju kearahnya. Motor itu tak dapat menghindari Afika. Afika jatuh tak sadarkan diri.

---

Dengan sangat panik, Ibu dan Chelsea meminta bantuan Bagas untuk mengantarkan mereka ke Jakarta karena bus kesana sudah tak ada. Mereka semua khawatir dengan keadaan Afika. Lalu Bagas pun mengantarkan ibu dan Chelsea dengan mobilnya menuju Jakarta.

---

Sesampainya dirumah sakit, mereka segera berlari menuju ruang ugd dengan panik. Dokter mengatakan kalau Afika hanya shock dan tak ada luka yang serius. Chelsea, Ibu dan Bagas lega mendengarnya.

Seperginya dokter, Chelsea mengelus pipi Afika. Chelsea menyalahkan dirinya sendiri karena bersikap terlalu keras pada Afika. Chelsea menangis tersedu. Ibu mencoba menenangkannya. Bagas hanya melihatnya dengan sedih dan tak tega.

---

Afika sudah dipindahkan kekamar perawatan. Chelsea menungguinya duduk disamping tempat tidur Afika. Chelsea masih menangis melihat Afika yang masih tertidur akibat obat penenang yang diberikan.

---

Diluar kamar, nampak Bagas yang khawatir setia menunggui mereka. Ibu yang dari kantin membawa air minum, melihatnya dengan tak tega. Ibu pun segera masuk kekamar Afika.

Ibu menghampiri Chelsea yang masih menangis.

“Apa yang kamu tangisi?” tanya ibu dengan ketus.
“Memang tak mudah membesarkan seorang anak,” lanjut ibu dingin.

“Aku sudah mencoba yang terbaik tapi sepertinya tak berhasil,” jawab Chelsea masih menangis sambil memandangi Afika.

“Dasar anak nakal. Dia membuat ibunya sangat khawatir, tapi dia tidur dengan nyenyaknya. Saat dia bangun, aku akan...” ujar Ibu yang dingin dengan memandang Afika yang masih terlelap.

“Dia tak bersalah. Ini karena aku menyusahkannya,” potong Chelsea membela Afika.

“Apa sekarang kau berada dipihaknya?” ujar ibu kesal.

“Jadi, aku pun telah menyusahkanmu juga kan bu?” ujar kakak mengawang sedih.

“Tentu saja. Bahkan aku ingin membunuh kalain berdua,” ujar ibu bercanda dengan kesal. Lalu Chelsea tertawa mendengarnya.

-Flashback-

Ibu yang sedang membawa nampan sarapan didepan kamar Chelsea, memergoki Chelsea yang memakai seragam SMA sedang memasang korset di perutnya. Ibu marah besar pada Chelsea karena hamil diluar nikah. Apalagi saat itu Chelsea masih sekolah.

Ketika Afika lahir, ayah Chelsea menyuruhnya untuk diadopsi. Ketika Chelsea akan menyerahkan pada orang yang akan mengadopsi Afika, Afika yang masih bayi merah, menggenggam erat jemati Chelsea seakan tak mau berpisah dari mamanya. Dengan menangis, ia memohon pada ayahnya agar Afika  untuk ia besarkan sendiri. Akhirnya mereka memutuskan untuk membesarkan Afika dengan konsekuensi mereka sekeluarga harus berpindah rumah.

-Flashback End-

“Aku tidak bisa membiarkannya diadopsi. Saat itu, dia mungkin tahu aku akan membiarkannya pergi jauh. Lalu dia menggengam erat jariku,” kenang Chelsea sendu.

“Tapi kamu juga memahami perasaan ayahmu saat itu, ketika harus memberikannya pada orang bukan?” tanya Ibu.

“Tentu. Mengingat hal itu, aku sangat merasa bersalah pada almarhum ayah. Karena aku, kita harus berpindah-pindah rumah. Tapi, Afika adalah bola keberuntunganku. Demi dia, aku belajar membesarkan anak dan menjalani ujian paket,” lanjut Chelsea haru.

“Jadi, kamu harus berterimakasih pada Afika,” setuju Ibu pada ucapan Chelsea.
“Aku tak habis pikir, seorang anak membesarkan seorang anak sampai sebesar ini. Dia juga anak yang pintar,” ujar Ibu sambil menggenggam tangan Afika yang masih tertidur.

“Manager masih menunggu diluar. Apa kamu sudah memberitahukan semuanya kepadanya?” tanya Ibu kemudian. Chelsea yang sudah kembali tersedu, hanya mengangguk mengiyakan jawaban Ibu.

“Dia terlalu baik, aku tak bisa menyembunyikannya,” jawab Chelsea kemudian.

-Flashback-

Chelsea mengembalikan cincin Bagas yang sudah berada didepannya.
“Afika tak tahu apapun. Aku tak mengatakan padanya karena aku takut ia akan jadi nakal.Tapi suatu hari nanti, saat Afika sudah bisa mengerti, aku akan mengatakan yang sebenarnya dan akan menjalani hidupku. Sekarang ini aku belum bisa meninggalkan Afika,” ujar Chelsea ketika Bagas melamarnya dikedai ice cream. Bagas yang duduk didepannya, hanya diam shock mendengar pengakuan Chelsea.

-Flashback End-

“Baguslah. Kamu sudah menghancurkan hidup orang lain,” komentar Ibu yang menyayangkan sikap Chelsea yang tidak seharusnya merusak hidup orang lain. Lalu Ibu beranjak dari tempak duduknya hendak pergi keluar.

“Mau kemana bu?” tanya Chelsea kemudian.

“Aku ingin mencari udara segar,” jawab Ibu.

“Aku akan ikut,” ujar Chelsea yang kemudian pergi maninggalkan Afika menghampiri ibunya.

Afika sepertinya mendengar semua percakapan Chelsea dan Ibu. Afika teringat semua kelakuannya yang menyusahkan Chelsea. Ketika Chelsea memarahinya karena belum mengerjakan PR, ketika Chelsea menghadiahinya sebuah bra, ketika Chelsea memotong rambutnya sesuai model anak sekolah, ketika Afika melihat foto Chelsea sekolah, ketika Chelsea menghukumnya dengan memukul betisnya. Dengan masih mata tertutup, Afika mulai menitikan air matanya dengan deras. Afika mulai menangis.

---

Afika sudah boleh keluar dari RS. Afika dan Chelsea sedang bersiap-siap untuk keluar RS. Chelsea membantu Afika untuk memakai bajunya dengan berjongkok.

“Kau kabur karena kau ingin dapat kamar sendiri kan?  Jika kau lakukan ini lagi, aku tak akan membiarkanmu! Mengerti?” ancam Chelsea pada Afika. Afika hanya diam dan cemberut.

“Kenapa diam? Jawab aku,” lanjut Chelsea.

“Baiklah,” jawab Afika kemudian masih cemberut.

“Tapi, kenapa kau pergi ke Jakarta? Kamu tidak mengenal siapapun disini,” tanya Chelsea penasaran.

“Di Jakarta...” jawab Afika ragu.
“... banyak orang disini. Aku datang  untuk mendapatkan suami untuk kakak,” jawab Afika bohong. Chelsea sedikit tertawa.

“Jadi, apa kau mendapatkannya?” tanya Chelsea kemudian. Afika diam saja. Dia mulai berkaca menahan air matanya.
“Apa kau menemukannya?” ulang Chelsea penasaran. Afika semakin kalut.

“Kakak memiliki kepribadian yang buruk, jadi ini sulit,” jawab Afika masih menahan tangisnya.

“Oh ya? Jadi itu artinya aku harus hidup selamanya denganmu,” ucap Chelsea dengan ceria. Afika sudah tak bisa menahan air matanya, ia menangis.

“Hey, kenapa kau menangis?” tanya Chelsea khawatir. Tangisan Afika semakin keras.
“Hey kenapa?” tanya Chelsea lagi sambil menggenggam tangan Afika.

“Hidupku sedang dihukum. Aku harus hidup denganmu,” ucap Afika sambil menangis.

“Ada apa denganmu? Kenapa kau begitu?” tanya Chelsea heran dengan ekspresi sedih. Lalu Chelsea mulai memeluk Afika.

“Baiklah, kita akan membuatkanmu kamar. Kamu akan mendapatkan kamar pribadi,” lanjut Chelsea masih memeluk Afika yang menangis. Afika mulai melunak. Ia mulai membalas pelukan Chelsea. Dan pelukan itu semakin erat.

---

Afika, Chelsea dan Ibu hendak keluar RS. Ternyata Bagas sudah menanti mereka di loby. Sebelum pergi, Bagas mengajak ngobrol berdua dengan Chelsea. Mereka mengobrol ditaman. Dari kejauhan, Afika dan Ibu mencoba untuk menguping.

“Apa yang sedang mereka bicarakan?” ujar Ibu penasaran.

“Om Bagas sedang melamarnya,” jawab Afika.
“Aku berharap mereka segera menikah,” lanjut Afika. Ibu hanya menatap Afika dengan heran.

---

Beberapa bulan kemudian, Afika sedang berada didepan komputer didalam kamarnya yang kini dicat serba pink. Dengan santai Afika sedang menonton drama Amerika dari komputernya. Ada bingkai foto Chelsea dan Bagas yang mengenakan baju pernikahan dengan Afika yang berada diantara mereka.

Chelsea dan Bagas sudah menikah. Kini Afika memiliki kamarnya sendiri seperti yang ia inginkan. Afika memutuskan untuk menunggu Chelsea mengatakan semuanya padanya. Karena semua drama memiliki alasan untuk segalanya dan kebenaran pasti akan terbuka.

Chelsea sedang pergi ke Arab karena Bagas ditugaskan untuk mengurus pekerjaan kontruksi disana. Tapi hidup Afika tak banyak berubah. Ia mendapat pesan dari Chelsea yang memeperingatkannya untuk tak bermain dengan komputer. Afika celingukan mencari kakaknya, dia heran bagaimana kakaknya bisa tahu kalau dia sedang menonton drama? Lalu dia mendapat pesan lagi dari kakaknya, yang menyuruhnya untuk tak mencarinya karena ia bisa melihat semuanya dari Arab. Afika lalu mematikan komputernya dengan kesal.

Afika mendapat pesan dari Baim yang meminta Afika menerima maafnya dan ia menunggu Afika di lapangan sekolah sekarang. Afika memutuskan untuk menerima maaf Baim karena bagaimanapun juga ia 1 bulan lebih tua dari Baim. Afika pergi menemui Baim dengan memakai jepit rambut pemberian kakaknya, Chelsea, yang sebenarnya adalah ibu kandungnya.

---

-Flashback-

Di rumah sakit, Afika sedang bersama Bagas dikamarnya. Afika membagi pisangnya pada Bagas yang duduk disamping tempat tidurnya.

“Aku pikir, tak apa jika Om menjadi ayahku,” ujar Afika santai. Bagas kaget dengan ucapan Afika. Bagas hanya melongo memandang Afika.

“Tapi Om jangan beritahu kakakku,” pinta Afika yang tak membolehkan Bagas mengatakan pada Chelsea kalau ia sudah tahu, kalau Chelsea adalah mamanya. Lalu Bagas tersenyum memandang Afika. Afika membalas senyuman Bagas. Nampak raut muka kebahagiaan pada mereka berdua.
-Flashback End-

---END---

P.S: Oh God, ini drama plot twist-nya kece parah! Kalian harus nonton sendiri deh!
Awalnya ku kira ini film horror. Posternya gitu sih. Akhirnya, akhir tahun kemarin diberaniin liat. Ah ternyata bagus bgt >.< Rasanya pengen buat sequel "After Merried" gtu dari dulu. Tapi belom sempet :D


Menurut kalian, keren juga kan? :D
Thx udah nyempetin mampir baca ^^

Saturday 20 June 2015

My Roommate is... (part 1)



Judul asli: Bomi’s Room (K-drama)

Cast: Chelsea (29thn), Afika (11thn), Bagas (30thn)

--- 

Afika baru saja bangun tidur. Masih dengan rambut yang acak-acakan khas bangun tidur, ia menatap frame foto bergambar dirinya ketika masih bayi di dinding dan berkata dalam hati, “Itu miring,” dengan ekspresi kesal.

Lalu Afika beranjak dari kasurnya, menuju dinding dimana frame foto itu tertempel. Afika mengambil diary yang ia sembunyikan di balik foto tersebut. Kemudian membuka diary tersebut dan menyadari kalau kertas pembatas diarynya letaknya terbalik. Afika menyadari sesuatu. Pasti kakaknya, Chelsea, yang membaca diarynya.

Afika dengan kesal lalu membangunkan Chelsea yang masih tidur disisi lain tempat tidur mereka berdua. Chelsea yang masih setengah sadar, Afika omeli karena sudah membaca diarynya, Chelsea mengelak. Lalu Afika menunjukkan bukti frame yang miring dan kertas pembatas yang terbalik.

Chelsea tetap saja belum mengaku dan kembali tidur. Afika sangat marah hingga dia menarik selimut Chelsea dan menyuruhnya bangun. Chelsea kesal karena Afika sangat berisik. Chelsea pun bangun lalu keluar kamar dengan cuek. Afika kesal dan mengumpat sendiri.

---

Afika sekamar dengan kakaknya yang bernama Chelsea. Jarak usia antara mereka sangat jauh. Kini Afika kelas 5 SD. Sedangkan Chelsea sudah lebih 10 tahun lalu lulus SMA. Dan kini Chelsea membantu ibu mereka yang memiliki usaha sebuah salon sederhana. Afika hanya hidup bertiga dengan Ibu dan Chelsea, kakaknya. Chelsea selalu saja ikut campur urusan Afika. Afika merasa risih dengan hal itu, ia selalu ingin mendapatkan kamar sendiri agar dia bisa merasa tenang.

---

Afika makan dengan keluarganya. Afika menatap tajam ke arah Chelsea yang sedang makan dengan lahap atau rakus? Ibu menyuruhnya untuk berhenti menatap seperti itu dan segera makan kalau tidak mau terlambat sekolah.

Ditengah sarapan mereka, Afika menagih janji ibunya yang akan membangunkannya kamar kalau ia mendapat juara 1, mereka bahkan membuat surat perjanjian. Afika lalu membacakan surat perjanjian itu membuat Ibu kehabisan kata-kata.

Chelsea menyela, kalau surat itu tidak sah karena Ocha, siswa yang selalu peringkat pertama di kelas pindah ke Jakarta. Sedangkan Afika membuat surat perjanjian itu sebelum Ocha pindah. Ibu menyetujui omongan Chelsea. Afika tambah kesal pada Chelsea, dia pun hanya mengumpat.

Chelsea yang masih lahab sarapan, mengambil makanan Afika karena Afika tak memakannya, Chelsea juga bersendawa sangat keras membuat Afika sangat sangat kesal. Afika lalu meremas surat perjanjiannya.

---

Ibu menngantar Afika keluar rumah, ibu berjanji pada Afika kalau ia tumbuh sejengkal lagi maka ibu akan membangunkan kamar untuknya saat ini Afika masih kecil dan ibu menyuruhnya bersabar.

Saat ibu sudah masuk rumah, Afika menjahili kakanya dengan menaruh cacing di sepatu Chelsea yang berada dikamar tamu. Lalu Afika kabur, segera keluar rumah menuju sekolahnya. Tak berapa lama, Chelsea yang juga akan berangkat kesalon keluar rumah. Dengan santai ia mamakai sepatunya. 

Tiba-tiba ia berteriak histeris mendapati cacing dalam sepatunya hal itu membuat Afika yang ternyata bersembunyi depagar depan rumah tersenyum menang.

Afika berjalan kesekolah sendirian. Dia tersenyum mengingat teriakan Chelsea yang ketakutan.

---

“Ampun kang...”,
“Iya bebeb...” ujar Baim (teman sekelas Afika) menirukan tokoh Kang Komar dalam sinetron “Preman 
Pensiun”. Semua teman-temannya antusias tapi hanya Afika yang tak tertarik dan malah menyendiri duduk dikursinya membaca buku. Lalu Baim mendekati Afika.

“Apa kamu gak nonton sinetron ‘Preman Pensiun’?” tanya Baim kemudian. Sambil membuka buku yang dibacanya Afika mengatakan kalau ia tak menonton sinetron, Afika menonton drama Amerika. Baim penasaran bagaimana drama Amerika itu.

Teman-temannya lalu berkerumun disebelah Afika.

“Untuk bisa menonton drama Amerika dan drama Jepang, kalian harus mendownloadnya dikomputer,” jelas Afika dengan cool pada teman-temannya.

Baim ingin melihatnya dan memohon pada Afika untuk menunjukkan padanya. Afika menyombongkan diri kalau ia mempunyai komputer dikamarnya dan akan mengundang Baim seegera mungkin. 
Temannya sangat antusias, mereka meminta Afika mengundang mereka juga.

---

Afika berjalan pulang dengan Baim. Baim masih menirukan dialog di drama Preman Pensiun dengan fasihnya. Mereka melewati minimarket dekat salon milik ibu Afika. Ada seorang pria yang baru saja keluar, lalu menaypa Afika.

“Selamat siang Afika. Apa kau baru pulang dari sekolah?” tanya pria itu dengan ramah. Namun yang ditanay hanya diam saja dan bersikap dingin. Lalu pria itu menyodorkan sebuah ice cream pada Afika. Afika masih diam saja. Lalu pria itu lalu melirik Baim dan memberinya ice cream juga. Baim akan menerimanya, namun dilarang Afika.

“Ibuku berpesan agar tak menerima sesuatu dari orang asing,” ujar Afika sebelum Baim menerima ice cream tersebut. Baim pun dengan berat hati kembali memundurkan tanagnnya yang tadi akan menerima ice cream tersebut.

“Tapi aku bukan orang asing,” ujar pria itu dan memaksa Afika dan Baim untuk menerima ice cream itu. Dia juga meminta Afika untuk membelikannya lain kali.

Pria itu tak lain adalah Bagas. Langganan dari salon ibunya. Namun Afika terlihat tidak terlalu menyukainya.

“Aku memberikan ice cream agar kalian belajar dengan giat. Karena kalian adalah masa depan bangsa,” ujar Bagas sambil memberi semangat pada Afika dan Baim dengan mengangkat kedua tangannya. Namun Afika dan Baim malah menatap Bagas dengan tatapan aneh. Bagas pun merasa canggung karena tak mendapatkan sikap ramah dari keduanya, dia pun akhirnya memilih pamit pergi.
Baim menganggap Bagas terlalu berlebihan.

“Apa om tadi itu adalah manajer dari perusahaan konstruksi yang membangun gedung training institute?” tanya Baim pada Afika melihat kepergian Bagas. Afika membenarkan.

“Dia pasti akan pergi kesalon. Kata ibuku, om manajer itu manyukai kak Chelsea,” jelas Baim.

---

Dan benar saja, setelah meninggalkan Afika, Bagas segera datang ke salon milik ibu Afika. Chelsea melayani Bagas.

“Tolong ganti warna rambutku dengan warna coklat tua,” ujar Bagas didepan kaca denagn canggung.

“Tapi kau tak menyukai warna itu. Makanya dua hari lalu kau mengubah style itu kan?” ujar Chelsea yang telah berdiri dikursi belakang Bagas dengan santai. Kemudian dengan canggung Bagas ketawa  lalu meminta Chelsea untuk menganti warna rambutnya lagi.

“Sering mengubah warna rambut, rambut akan rusak. Dan kau sudah sering melakukannya,” ujar Chelsea lagi masih dengan cuek membuat Bagas semakin canggung.

“Hei Chelsea, kau tak boleh bersikap begitu. Manager Bagas itu datang ke salon bukan untuk mengganti warna rambutnya tapi untuk melihatmu,” ceplos seorang ibu langganan salon ibu Chelsea yang sedang berada disalon tersebut. Perkataan pelanggan itu membuat Bagas malu.

Menyadari apa yang dikatakan pelanggan tadi, Chelsea pun melunak. Lalu ia memutuskan untuk mencuci rambut Bagas saja karena dia sudah terlanjur ke salon. Bagas tersenyum mengiyakan.

---

Dikamarnya, Afika mengundang teman-temannya untuk menonton drama Amerika. Salah satu teman perempuannya berkomentar kalau wanita di drama itu pasti penggali emas karena dia menggoda setiap pria, itu menggelikan. Afika mengatakan kalau itu yang membuat dramanya menarik, Afika juga mengatakan kalau rahasianya akan terungkap di akhir video.

Tapi tiba-tiba komputernya mati. Sontak teman-teman Afika berdiri dan ternyata Chelsea yang mencabut colokan komputer dengan ekspresi marah. Teman-teman Afika langsung pamit pulang. Afika marah pada Chelsea.

“Apa yang kakak inginkan?” ujar Afika kesal.
“Apa kamu sudah mengerjakan PR? Pasti belom,” ujar Chelsea memarahi Afika balik.
“Aku akan mengerjakannya nanti,” jawab Afika santai.
“Kamu harus mengerjakan PRnya dulu jika sampai dirumah,” bentak Chelsea marah.

Lalu Chelsea mengambil baju Afika yang berserakan di kursi dan menyuruhnya untuk melipatnya. Afika tidak tahan dengan ocehan Chelsea. Ia hendak pergi namun Chelsea menghentikannya dan kembali memperingatkan Afika untuk tak makan snack di depan komputer karena kakak harus membersihkannya. Chelsea lalu membersihkan sisa snack yang menempel pada baju Afika. Afika berteriak pada Chelsea bukannya Chelsea harus kesalon. Ia menyuruh Chelsea segera keluar.

“Ini kamarku, kenapa aku harus keluar?” ujar Chelsea santai.

Afika lalu keluar dengan kesal bahkan saat kakaknya bertanya ia mau kemana ia berkata kalau Chelsea tak perlu tahu.

---

Afika berada di toilet dan menangis ia mengumpat kakaknya lagi.

“Satu-satumya tempat yang bisa membiarkanku sendirian hanyalah tempat ini. Hal ini membuatku sangat sedih." narasi Afika.

---

Afika sedang bermain ditaman denagn Baim. Lalu ia curhat pada Baim yang tengah memberi makan anjingnya.

“Ibuku tak punya uang untuk merombak gudang sebagai kamarnya. Kamu sangat beruntung karena mempunyai kamar sendiri,” ujar Afika sedih. Tapi Baim berpendapat kalau itu tak sepenuhnya benar karena kita akan bosan kalau sendiria, dia juga mengatakan kalau Ttotti (nama anjingnya) menjadi lemah dan lesu karena Sunsim pergi (nama anjing lainnya).

“Memang, kemana Sunsim pergi?” tanya Afika kemudain.

“Keluarganya mengawinkan Sunsim dan Sunsim dibawa oleh pemilik barunya,” jelas Baim.

“Huft, bahkan kehidup Trotti masih lebih baik,” desah Afika.

Baim tak mengerti lalu Afika menjelaskan kalau Ttotti punya rumah untuk dirinya sendiri. Baim memberinya usul untuk menikahkan kakaknya, Chelsea. Karena jika kakaknya menikah, maka Afika akan memiliki kamar sendiri. Afika tampak berfikir.

---

Disalon, Chelsea sedang mencuci rambut Bagas. Afika nampak berdiri sendirian didepan salon. Setelah Bagas keluar dari salon, Afika yang sedari tadi memang sedang menunggunya, mengajaknya ke kafe.

---

Di kafe, Bagas menyemprotkan minumannya karena perkataan Afika.
“A-apa yang kamu maksud?” tanya Bagas kaget dengan ucapan Afika.

“Apa Om menyukai kakakku, kak Chelsea?” tanya Afika serius dengan memanggil Bagas “Om”. Memang kalau diliat dari usia, usia Bagas tak beda jauh dari kakaknya, Chelsea, yang beda usai dengannya 19 tahun. Namun dengan usia seperti itu, Bagas sudah pantas Afika panggil “Om”. Lalu Bagas mencoba untuk tenang.

“Kenapa aku bertanya seperti itu? Apa kakakmu mengatakan sesuatu tentang diriku?” tanya Bagas heran.

Afika menjawab kalau ia hanya ingin tau jawaban Bagas sendiri. Dengan senyum malu-malu Om Bagas mengaku menyukai kakak Afika. Mendengarnya Afika melipat kedua tangannya di perut dan menyilangkan kakinya lalu menasehati Om Bagas kalau apa yang selama ini Om Bagas lakukan itu tak akan berhasil untuk mencuri hati Chelsea, Afika juga menawari bantuan untuk Om Bagas.

---

Dirumah, Afika kebingungan mencari snacknya yang sebelumnya ditaruh di lemari dapur, ia sudah membuka semua pintu lemari dan mencarinya namun hasilnya nihil ia malah menemukan kotak pink yang berisi album kelulusan SMA kakaknya. Afika hanya membuka kotak itu tapi tak membuka isinya, lalu mengembalikan kotak itu ke tempat asalnya.

---

Afika sedang belajar dikamar namun merasa terganggu dengan suara TV yang tengah ditonton Chelsea didepan kamar mereka. Acara Tv itu mengenai interview aktor Difa dengan sutradara sekaligus produser yang memproduksi film dengan rating tinggi.

Kakak sangat serius menonton interview tersebut sambal makan snack namun itu hanya bertahan sekejap karena Afika segera mematikan TVnya. Afika beralasan kalau ia terganggu dengan suara TV. Kakak marah dan menyuruh Afika untuk menyalakan TV kembali dan akan mematikannya setelah acara ini selesai, kakak mulai menghitung sampai 3. Afika segera menyalakan TV kembali.

Saat Afika akan kembali ke kamar, ia dikejutkan dengan snack yang dimakan Chelsea karena itu adalah miliknya.

“Itukan snack milikku?” ujar Afika marah. Chelsea mengatakan kalau ia menemukannya dirumah jadi ia memekannya. Afika kesal lalu mengambil paksa dari Chelsea namun isinya sudah habis. Lalu Chelsea memberi Afika sebuah stiker dari hadiah snack tersebut. Afika sangat kesal dan membentak Chelsea karena memakan snack yang dibawa ibu untuknya tanpa ijinnya.

Afika membuang bungkus snack dan mengatai Chelsea seperti luka dilehernya, Afika juga menyuruh Chelsea segera menikah.

“Lebih baik kakak cepat menikah!” ujar Afika kesal.

“Aku akan hidup denganmu selamanya,” ujar Chelsea santai tanpa memandang Afika dan malah fokus melihat acara tv. Afika tak mau ia berkata akan pindah ke Jakarta saat ia masuk kuliah.

“Kalau memang itu yang kamu, cepat belajar lebih keras lagi,” perintah Chelsea. Dengan masih kesal, Afika masuk kamar lagi dan membanting pintunya.

---

Besoknya Afika bertemu dengan Om Bagas lagi di kafe yang sama. Afika menanyakan apakah Om Bagas sudah mengatakan apa yang akan ia lakukan pada kakanya. Om Bagas menjawab kalau ada restaurant yang ingin ia dan Chelsea kunjungi, Om Bagas meminta bantuan Afika untuk bisa pergi berdua saja dengan kakak.

“Apa yang akan Om Bagas bicarakan dengan kak Chelsea nanti direstaurant?” tanay Afika dingin. Bagas bingung mau jawab apa, Afika mengerti lalu menjelaskan kalau Chelsea suka pria yang memiliki selera humor. Om Bagas tambah bingung karena ia bukan pria seperti itu. Afika lantas mengeluarkan buku dari tasnya dan memberikannya pada Om Bagas.

---

Hari berikutnya, Afika bertemu kembali dengan Om Bagas dikafe yang sama. Afika memberi tebakan dari buku yang diberikan Afika pada Om Bagas.

“Apa bedanya cumi-cumi dan shin-chan?” Afika memberi tebakan.

“Kau dapat menghentikan cumi-cumi tapi kau tak dapat menghentikan Shin-Chan,” jawab Om Bagas dengan yakin dan Afika membenarkannya. Afika yakin pasti Om Bagas sudah belajar dengan giat dengan membaca buku humor yang ia berikan kemarin.

“Tentu saja, karena ada adik ipar yang membantunya. Tentu saja aku harus belajar dengan giat,” jawab Bagas pd.

“Apa kata lain apel fresh?” Afika memberikan tebakan selanjutnya untuk Om Bagas. Om Bagas tak tahu jawabannya karena ia sedikit bingung.

“Apel hijau!” Afika memberitahu jawabannya.

“Kalau jawaban dari tebakan seekor kuda berlari di malam hari adalah mimpi buruk, kan?” tanya Om Bagas memastikan pada Afika. Afika mengangguk.

Afika menganggap pelajaran kali ini sudah cukup dan mereka tos dengan tertawa bersama. Om Bagas mempersilahkan Afika untuk makan rotinya. Sambil makan Om Bagas bertanya pada Afika apa kakak Afika baik dan juga cantik ketika dirumah.Om Bagas bahkan berfikir kalau kakak Afika seperti peri saat dirumah. Tak mau rencananya gagal, Afika berbohong pada Om Bagas.

“ Kak Chelsea sangat baik padaku. Seperti seorang malaikat dan saudara terbaik didunia. Karena itu, aku berharap Om Bagas tak kehilangan kesempatan baik ini,” jawab Afiak berbohong. Mendapat suntikan semangat dari Afika, Om Bagas semakin tak sabar sampai mengepalkan tangannya untuk acara besok, dinner bersama Chelsea.

---

Bagas ke salon lagi. Kali ini, Afika menunggui Chelsea memotong rambut Om Bagas di salon. Afika memberi kode pada Om Bagas untuk menjalankan rencana mereka. Om Bagas mulai mengajak kakak Afika untuk makan malam di restaurant edelweiss dengan alasan kalau ia mendapat voucer dari temannya. Awalnya kakak agak ragu menerima undangan Om Bagas namun karena Afika meminta dibuatkan ikan mackerel pedas dengan kimchi dari ibu, ibu lalu menyuruh Om Bagas dan kakak makan di restaurant.

---

Chelsea makan dengan lahap, Bagas memuji Chelsea cantik hari ini. Chelsea mengatakan kalau ia hanya tahu makan, dia tidak bisa memasak. Bagas memberi saran kalau Chelsea seharusnya menikah dengan pria yang pintar memasak, ia juga mempromosikan dirinya kalau ia dulu suka memasak saat pramuka. Dengan cuek dan masih sibuk dengan makanannya, Chelsea menjawab kalau ia tak suka melihat pria masak didapur.

“Pria seharusnya makan saja apa yang dibuat oleh istrinya, bukan memasak,” ujar Chelsea.

Karena omongannya tak direspon baik oleh Chelsea, Bagas mengalihkan pemicaraan dengan memberi Chelsea tebakan seperti yang diajari Afika. Chelsea dapat menjawab semua tebakan dengan benar dan nampak tak tertarik sama sekali. Chelsea menyuruh Bagas untuk amkan saja, daripada berbicara gak jelas. Lalu Chelsea menyuapkan udang asam-manis pada Bagas. Bagas langsung melahapnya tanpa pikir panjang. Karena merasa canggung saat makan, Bagas pamit ke toilet.

---

Di rumah, Afika menikmati makanannya. Ibu heran, kenapa tiba-tiba Afika ingin makan mackerel padahal Afika tak menyukainya. Afika mengatakan kalau ia akan menyukainya kali ini saja. Tiba-tiba Chelsea pulang.

“Kenapa kakak sudah pulang?” tanya Afika heran. Kakak menjawab kalau ia sudah makan dan juga minum kopi. Afika heran apa kakak sudah menghabiskan voucher Rp. 500.000, kakak mengangguk.

Di kamar Afika menginterogasi Chelsea dimulai dari apa makanan disana enak?

“Seharusnya ku tak pergi kesana karena harganya sangat mahal,” jawab Chelsea santai. Selanjutnya, Afika bertanya apa menyenangkan pergi kesana?

“Disana tak menyenangkan. Membosankan,” ujar Chelsea dengan ekspresi bosan. Kali ini Chelsea balik bertanya kepada Afika.

“Kenapa kamu tanya seperti itu?” tanya Chelsea heran.

“Gak pa-pa,” jawab Afika salah tingkah. Lalu Afika hendak keluar kamar, tapi Chelsea menghentikannya untuk memberikan hadiah.

Afika membuka kotak hadiahnya, ternyata isinya adalah sebuah bra kecil. Tentu saja hal itu membuat Afika kesal.

“Toh milik kakak pun juga tak besar,” ejek Afika balik. Kakak meneriaki Afika untuk Afika segera 
keluar tapi kakak malah tertawa. Diluar Afika menelfon Om Bagas tapi yang mengangkat bukan Om Bagas.

---

Chelsea dan Afika berlarian dikoridor rumah sakit dengan khawatir. Mereka bertemu dengan Dokter yang mengatakan kalau Bagas alergi dengan udang, tapi menyuruh Chelsea tak perlu khawatir karena tim dokter sudah mengobati Bagas. Sehingga Bagas akan segera membaik.

“Pasien sebenarnya sudah tahu soal alerginya. Saya minta Anda lebih memperhatikannya agar kejadian ini tak terulang kembali,” saran dokter kepada Chelsea yang nampak khawatir. Chelsea teringat saat ia menyodorkan udang  pada Bagas tadi. Dan Bagas melahapnya sampai habis.

Seperginya doketer, Chelsea menegur Bagas.

“Kenapa makan udang itu? Apa kamu pikir aku akan terkesan dan mau kencan denganmu kalu kamu lakuin ini?” omel Chelsea pada Bagas yang terkulai ditempat tidur rumah sakit.

“Bagaimana bisa kamu bertindak bodoh seperti itu?” kesal Chelsea. Lalu Chelsea memberikan obat pada Bagas dan berpesan agar Bagas tak melewatkan meminumnya lalu hendak pergi meninggalkan kamar Bagas.

“Sesaat, aku lupa akan alergiku kerena sibuk dengan pikiranku untuk membuat kamu tak merasa bosan denganku. Tapi itu tak ku sesali. Karena kecerobohanku tadi, sekali lagi aku bisa bicara berdua denganmu,” ujar Bagas menghentikan Chelsea yang hendak keluar.

“Aku sadar, kalau aku bersikap membosankan dan tak menyenangkan, pasti itu membuat kamu frustasi. Jadi aku mencoba bersikap lain dihadapanmu tadi, hingga aku lupa aku sudah makan apa saja,” pungkas Bagas yang telah berhasil membuat hati Chelsea luluh oleh ujarannya. Chelsea tersenyum mendengarnya, Bagas pun mengikutinya, mereka pun tersenyum bersama. Melihat hal itu, membuat Afika yang mengintip didepan pintu merasa senang karena usahanya berhasil dan ikut tersenyum.

--- bersambung --- 

P.S: Sama seperti kemarin, cuma 2 part. ;)