Friday 17 July 2015

Princess Hours versi IC [Chapter 5 part 1]



Chelsea keluar istana dengan naik mobil pemberian ibunya sambil menangis. Rafa baru saja kembali dari luar istana dan melihat kepergian mobil Chelsea. Rafa langsung memutar mobilnya untuk mengikuti Chelsea. Chelsea terus saja menangis sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya dia berhenti di pinggir sungai Musi yang sepi.

Rafa turun dari mobilnya yang ada di belakang mobil Chelsea dan mengetuk kaca mobil Chelsea. Mereka duduk berdua di dalam mobil Rafa.  Chelsea berkata kalau dia selalu saja membuat masalah untuk Rafa. Rafa bertanya apa Chelsea menangis karena Bagas lagi. Rafa mengatakan, tiap kali dia melihat Chelsea sedih, dia ikut sedih karenanya.

Chelsea berkata dia sudah lelah dengan semua yang sudah terjadi padanya. Tak ada sesuatu yang bisa dia lakukan lagi. Chelsea senang karena Rafa selalu bisa meminjamkan bahunya untuk membuatnya merasa nyaman.

Tiba-tiba Rafa berkata agar Chelsea pergi dari istana dan pergi ke tempat yang diinginkan oleh Chelsea. Chelsea tak mengerti apa maksud Rafa. Rafa mengatakan, tak peduli seberapa banyak Chelsea menyukai Bagas, Bagas takkan bisa membuat Chelsea merasa nyaman. Dan pada akhirnya hanya rasa sakit yang Chelsea dapatkan. Itulah kenapa, sebelum semua itu terjadi, lebih baik kalau Chelsea pergi sekarang. Rafa mencoba meraba pipi Chelsea untuk menghapus airmata Chelsea. Tapi Chelsea merasa tak nyaman dengan hal itu, jadi dia pun keluar dari mobil. Rafa juga ikut keluar.

“Ini terlalu membingungkan,” ucap Chelsea.

“Hatimu yang akan membebaskanmu dari kebingungan itu,” jelas Rafa. Chelsea terus berjalan dan Rafa mengikuti di belakangnya. Lalu beberapa saat kemudian Chelsea kembali lagi menuju mobilnya. Tapi dia sangat kaget dan berteriak saat dia tak melihat mobilnya yang tadi ada di depan mobil Rafa.



*Dikediaman Royal Couple



Chelsea telah pulang kekediamannya. Seorang polisi datang ke istana untuk mengetahui secara detail tentang mobil Chelsea yang hilang. Polisi itu mengatakan, akan membantu Chelsea untuk menemukan mobilnya. Polisi itu berpamitan pergi. Hanya tinggal Chelsea dan Bagas diruangan tersebut.

“Mobil yang ada bersama dengan mobilmu waktu itu adalah mobil Rafa kan?” tanya Bagas dengan sinis. Chelsea hanya terdiam.

“Jadi sekarang perasaanmu sudah menjadi nyaman lagi. Jangan lupa untuk berpikir bijaksana. Berkencan dengan seorang sepupu di tengah malam… Hal itu pasti akan membuat orang lain salah paham,” sindir Bagas. Bagas tersenyum dengan sinis dan pergi meninggalkan Chelsea yang termenung sendirian menyadari kesalahan apa yang baru saja dilakukannya.



*Pagi hari dikediaman Royal Couple


Pagi itu Bagas datang kekamar Chelsea dan melemparkan sebuah koran dengan ekspresi kesal dimeja. Chelsea tampak heran melihatnya. Bagas kemudian duduk tanpa memandang Chelsea yang mendekatinya.

“Apa ini?” tanya Chelsea bingung sambil berjalan mendekati Bagas.
“Apa kamu tidak bisa membacanya sendiri?” ujar ketus Bagas masih tanpa melihat Chelsea. Chelsea mulai duduk dikursi depan Bagas dan perlahan mengambil koran itu.

“Disitu tertulis ‘Putri Mahkota secara rahasia menemui pacarnya’,” ujar Bagas kesal.

“Bagaiman ini bisa terjadi?” tanya Chelsea panik sambil melihat koran tersebut.
“Orang yang mencuri mobilmu, menyebarkan berita ini,” ujar Bagas menahan emosinya.

“Siapa yang bersamamu?” tanya Bagas kemudian.

“Saat itu aku bersama Rafa,” ujar Chelsea lemah.

“Apa kamu sudah gila!?!! Seorang wanita yang sudah menikah bersama saudara iparnya...” ujar Bagas dengan suara tingginya menandakan emosinya tak tertahankan lagi.

“Dan lagipula di tengah malam, di sungai musi, bagaimana orang tidak akan salah paham melihat ini!?!” ujar Bagas lagi masih dengan emosi. Bagas pun mengambil nafas dalam, menenangkan dirinya.

“Masalah ini akan menjadi besar, kau harus mempersiapkan diri,” ujar Bagas yang sudah mulai tenang kembali.

“Yang Mulia Putri Mahkota...” panggil dayang Ocha dari luar.
“Yang Mulia Ibu Suri memanggil Anda diruangnnya,” lanjutnya. Sontak hal ini membuat Chelsea dan Bagas menjadi kaget.
“Tetaplah disini. Aku yang akan mengatasinya,” ujar Bagas memandangi Chelsea yang mulai takut.

“Tidak. Lebih baik aku yang pergi. Ini semua karna aku. Jadi aku harus bertanggung jawab terhadap ini semua,” ujar Chelsea dengan bulat.

“Jangan katakan... kau akan mengatakan yang sebenarnya?” tanya Bagas yang mulai kesal lagi.

“Jika tidak, lalu apa yang harus aku katakan?” ujar Chelsea lugu.

“Jangan katakan kau bersama dengan Rafa. Kalau tidak, kalian berdua akan berada dalam masalah besar,” nasehat Bagas dengan bijak.



*Diruang Ibu Suri Ira



Disana sudah duduk Ibu Suri Ira, Ratu Agni dan juga Putri Salma yang siap menyidang CP Chelsea.

"Katakan kau bersama dengan siapa?" tanya Queen Agni dengan nada kerasnya.

"Kenapa kau tidak bicara?" ujar Queen Agni masih dengan marah karena melihat CP Chelsea yang tertunduk tak menjawab.
"Putri Mahkota," ujar Ibu Suri Ira dengan tenang.

"Katakanlah. Bukankah kita adalah keluarga?" lanjut Ibu Suri dengan ramah.

"Itu..," ujar CP Chelsea masih dengan menundukkan kepalanya.

"Aku bersama dengan ayahku," ujar Chelsea kemudian dengan ragu.
"Dengan ayahmu?" ujar Ibu Suri Ira memastikan yang ia dengar.

"Di tengah malam... ada masalah apa yang mendesak yang membuatmu harus bertemu dengan ayahmu?" tanya Queen Agni mulai tenang dengan penasaran.
"Itu karena..." jawab CP Chelsea lagi dengan ragu-ragu dan takut.

"Ayah mengkawatirkan masalah keluarga kami," ujar CP Chelsea kemudian.
"Diluar sana, orang-orang mengatakan tentang keluarga kami, hal ini membuat ayah mengkhawatirkan saya dan ibu saya. Jadi saya merasa harus mengatakan kepadanya agar bisa tetap tenang. Jadi kami bertemu," jelas CP Chelsea dengan nada bergetar.
"Jadi karna masalah seperti ini," ujar Ibu Suri Ira dengan tenang.

"Ya. Aku juga berfikir kalau Putri Mahkota kita tidak akan melakukan hal seperti itu," lanjut Ibu Suri Ira dengan tersenyum merasa semua masalah sudah selesai.

"Lihatlah ibu. Aku sudah tau akan seperti ini," komentar Putri Salma menenangkan Queen Agni.

"Skandal Putri Mahkota," ujar Queen Agni dengan serius.

"Belum ada satu hari, dan sekarang bagaimana masalahnya bisa kau buat menjadi seperti ini? Ketika makanan berpindah dari tangan satu ke tangan lain akan menjadi semakin kecil, tapi ketika sebuah kabar atau cerita berpindah tangan satu ke tangan yang lain akan menjadi semakin besar. Kau makan sedikit tapi banyak bicara," lanjut Queen Agni mengomentari masalah ini.
"Ibu, mari kita biarkan keadaan seperti ini. Kebenaran akan terungkap cepat atau lambat," ujar Putri Salma.

"Putri Mahkota, mulai besok dan seterusnya... kau harus merefleksikan dirimu sendiri," ujar Queen Agni kemudian.

"Baik, Yang Mulia Ratu," jawab CP Chelsea masih tertunduk.



*Diruangan King Cakka



King Cakka ternyata juga memanggil CP Bagas untuk menghadapnya. Disana, King Cakka juga membicarakan masalah skandal yang menimpa CP Chelsea. CP Bagas dipersalahkan oleh King Cakka akan hal ini.

“Kenapa kalian suami istri tidak membiarkan pikiran kami dalam keadaaan tenang?” ucap King Cakka dengan emosi.

“Masalah skandal Putra Mahkota dapat diatasi untuk sementara waktu dan sekarang, cobaan berat datang dari Putri Mahkota, apakah kalian ingin mencoreng nama baik keluarga kerajaan?” bentak King Cakka.

“Ini semua karna kecerobohan saya,” ujar CP Bagas tak peduli yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan tanpa peduli.

“Ya, benar. Menurutmu apakah benar Putri Mahkota bertemu dengan ayahnya di tengah malam buta?” tanya King Cakka kemudian dengan lebih tenang.

“Walaupun Putri Mahkota masih berusia muda, tapi dia memiliki kepribadian yang jujur. Dia tidak bohong tentang hal ini,” jawab CP Bagas dengan bijak.

“Aku juga berfikir seperti itu, tapi...aku curiga siapa laki-laki yang bersamanya itu,” ujar King Cakka penasaran.

“Mungkinkah, ini semua karena masalah antara kalian berdua?” tanya King Cakka lagi.

“Walaupun kami dinikahkan atas kehendak para orang tua, kami berjanji manjaga kepercayaan seperti suami istri lainya,” jawab CP Bagas meyakinkan.

“Insiden ini mungkin bisa saja digunakan oleh orang-orang untuk menyingkirkan keluarga kerajaan. Putra Mahkota dan Putri Mahkota harus berhati-hati dan harus lebih berhati-hati lagi,” nasehat King Cakka.

“Saya akan mengingatnya dengan hati saya,” jawab CP Bagas.



*Diapartement P.Shilla



P.Shilla tengah memarahi P.Rafa atas kejadian yang tengah menjadi berita hangat yang

banyak dibicarakan.

“Sekarang apakah kau sudah benar-benar gila?!?” bentak P.Shilla dengan marah kepada anaknya.

“Jika semua orang mengetahui kalau itu adalah kau, apa yang akan kau lakukan?” tanya P.Shilla masih dengan nada marah.

“Aku juga harus bertanggung jawab juga. Aku tidak bisa membiarkan Chelsea mengatasi masalah ini sendirian,” jawab P.Rafa tegas..

“Lalu? Keluarga kerajaan dan tekanan publik, dapatkah kau membantunya? Bagaimana cara kau mengatasi ini?” tanya P.Shilla kemudian.

“Kau adalah orang yang akan menjadi raja. Mempunyai skandal dengan saudari iparmu, siapa nanti yang akan melindungimu?” tanya P.Shilla lagi dengan kesal.

“Ibu,” ujar P.Rafa mantap.

“Dibanding keinginan menjadi raja, aku lebih memilih Chelsea. Jika aku harus memilih untuk menyerah dari dua pilihan itu, aku akan menyerahkan posisi menjadi seorang raja. Dan tentu saja pilihan yang lainya tidak akan didapatkan,” ujar Rafa mantap didepan ibunya yang masih terlihat marah.

“Apa yang sedang kau katakan sekarang?” teriak P.Shilla.

“Alasan apa yang kita ambil dari langkah yang sudah kita lakukan?” lanjut P.Shilla.

“Impian ayah terhadap masa depan keluarga kerajaan, aku juga ingin meraihnya. Tapi sekarang... aku ingin sesuatu yang lebih dari itu. Selama aku bisa mendapatkan Chelsea, tidak masalah aku akan menjadi rakyat biasa,” ucap Rafa seperti menantang ibunya.

“Beraninya kau berkata seperti itu....” teriak P.Shilla yang tak terkontrol. P.Shilla mulai terlihat tak dapat mengontrol dirinya. Ia sudah tertekan dengan masalah ini, membuatnya pusing dan pingsan seketika itu juga.

“Ibu, ibu! ibu! ibu!” teriak Rafa khawatir yang kemudian berhambur memegangi ibunya agar tidak terjatuh dari kursinya.



*Dikediaman orangtua Chelsea



Keadaan dirumah Chelsea pun tak kalah heboh dari dua kediaman lainnya. Papa, Mama dan Rafli berkumpul diruang keluarga mereka. Mereka mendebatkan siapa pria yang bersama Chelsea. Dan tentu saja mereka tidak mempercayai bahwa pria itu adalah selingkuhan Chelsea. Namun Rafli malah mengkompori bahwa mungkin memang benar Chelsea berselingkuh melihat sikap kakak iparnya yang dingin.

“Itu bukan salah satu dari kalian, bukan ayah juga bukan kakak ipar. Siapa sebenarnya yang bersamanya malam itu?” tanya Rafli dengan penasaran.

“Diam!” teriak kedua orangtuanya bebarengan kesal dengan tingkah anak lelakinya.



*Di Kampus



Di Kampus, semua orang juga mebicarakan berita tersebut. Ketika Chelsea datang dan berjalan dikoridor menuju kelasnya, semua mata dengan pandangan mencurigakan memperhatikan Chelsea yang tengah berjalan. Mereka pun saling berbisik sambil membawa koran pagi ini yang tentunya membuat risih Chelsea. Chelsea hanya bisa jalan tertunduk sedih menuju kelasnya.

Sesampainya ia dikelas, semua orang duduk rapi dan menyimpan koran tersebut. Chelsea berjalan sedih masuk kelas dan duduk. Angel, Marsha dan Novi yang telah duduk berada dikelas pun, mendekat pada Chelsea.

“Chels, kamu baik-baik aja kan?” tanya Angel hati-hati yang hanya dijawab dengan anggukan dan senyuman.

“Tapi, siapa pria yang bersamamu malam itu?” tanya Novi polos.

“Bisakah kamu memberitahu kami secara rahasia?” timpal Marsha tanpa dosa.

“Hey...” bentak Angel yang membuat Novi juga Marsha diam bersalah.

“Aku ingin keluar mencari udara segar,” ujar Chelsea yang kemudian berjalan keluar kelasnya. Angel, Marsha, dan Novi pun mengikuti.



*



“Hey, sudah lihat ini belum?” ujar seorang wanita membawa sebuah koran mendekati kedua temannya.

"Skandal putri mahkota?" tanya yang lain.

“Bukankah ini terlihat betapa genitnya dia? Hanya berapa lama setelah mereka menikah?” ujar wanita berambut pendek yang sedari tadi masih diam.

“Ayahku bilang, kau tidak dapat menyembunyikan latar belakangmu,” komentar wanita kedua.

“Ya itu benar,” ujar kedua temannya bersamaan.

“Putri mahkota dapat melakukan apa yang dia mau? Apakah putri mahkota pantas menyandang title itu?” ujar wanita yang baru datang tadi.

“Tapi... siapa dia? Laki-laki yang bersama denganya,” lanjutnya.

“Mungkin pria yang menyukainya,” komentar wanita berambut pendek.

“Ini tidak dapat ditolerir lagi,” ujar yang lain.

Ternyata sedari tadi, Chelsea dan ketiga temannya sudah duduk dan mendengarkan percakapan ketiga gadis itu. Tapi ketiga gadis itu tak menyadari keberadaan Putri Mahkota karena mereka terhalang sebuah tiang besar. Chelsea hanya bisa mendengarnya dengan menahan tangisannya. Ketiga temannya tahu akan kesedihan Chelsea. Marsha dan Novi sudah tak tahan lagi.

“Aku tidak akan mengampuninya,” ujar Marsha.

“Apa yang kau katakan?” ujar Marsha mendatangi ketiga wanita itu.

“Apa yang kalian semua katakan?” lanjut Novi yang mengikuti Marsha mendatangi mereka bertiga.

“Apa yang kalian katakan!?!” bentak Novi lagi.

Ketika Marsha dan Novi melabrak ketiga wanita yang membicarakan Chelsea dengan membawa-bawa latar belakangnya, Angel hanya diam menemani Chelsea yang sudah mulai menangis.

“Posisi itu, akan banyak orang yang iri terhadap posisi putri mahkota. Ambil sisi yang buruk untuk mendapatkan posisi yang tinggi,” nasehat Angel.

“Jika mendapatkan posisi yang tinggi juga sangat sulit, apa yang harus dilakukan?” tanya Chelsea terisak kepada Angel.



*Di Kelas CP Bagas


Ternyata disana pun tak kalah heboh. Bagas dengan raut muka murung, tengah memainkan game pada smartphonenya. Difa duduk didepannya sambil melihat tingkah Josia dan Fattah yang tengah berdiri disamping mereka sambil membaca artikel pada gadgetnya.

“Yah. Siapa laki-laki itu?” teriak kaget Fattah ketika membaca artikel berita tentang skandal Putri Mahkota.

“Sepertinya dia sangat menyukai laki-laki ini?” lanjutnya.

“Aneh. Aku berfikir kalian berdua kelihatan sangat baik waktu di pesta,” komenatr Josia.

“Bagaimanapun... istrimu menemui pacarnya di tengah malam buta. Perasaanmu pasti sangat buruk sekarang, bukan?” tanya Fattah kemudian.

“Apakah kau bisa diam?” jawab Bagas dingin masih sibuk dengan gadget’nya.

“Hey! Kalian semua butuh banyak waktu untuk saling memahami,” ujar Difa menengahi.



*Di apartement P.Shilla 


Malam itu Rafa menjaga Ibunya yang pingsan. Ibunya pun terbangun dengan keadaan yang masih lemas. Rafa berkata jika Bagas dan Chelsea cerai, dia akan membawa Chelsea pergi keluar dari istana. Dia ingin hidup bersama Chelsea di masa depan. Ibu Rafa terus menentang perkataan Rafa.

“Dengarkan ini baik-baik Rafa. Sebenarnya ibu sama sekali tidak ingin menceritakan ini padamu, tapi...” ujar P.Shilla dengan amarahnya.

“Ibu...” ujar Rafa kaget dengan lirih.

“Aku menyerah untuk segalanya untuk sampai diposisi ini sekarang,” ujar P.Shilla masih mengebu-gebu.

“Sebelumnya.. ada seseorang yang aku cintai juga,” P.Shilla mulai bercerita masalalunya.

“Jika aku bersama dengan laki-laki itu, tidak akan masalah jika aku bukan lagi anggota kerajaan. Jika orang itu mengajakku untuk pergi, tidak akan masalah jika hidup di tempat yang terpencil,”

“Aku akan merasa sangat bahagia. Tapi...,”

“aku ingin melihat anakku menjadi seorang raja. Jadi tidak peduli apakah itu cinta atau tinggal diluar istana. Aku membuang semua keinginan itu,”

“Tapi kau..,”

“Hanya karna gadis itu, kau mau menyerah pada semua ini?” ungkap P.Shilla dengan kesal.

“Ayah... bukan satu-satunya yang kau cintai, bukan?” tanya Rafa lirih.

“Jangan kau hina ayahmu,” bentak P.Shilla.

“Dia adalah orang yang paling aku hargai di dunia ini,” jelas P.Shilla.

“Menghargai dan cinta adalah hal yang berbeda. Seperti perbedaan antara seorang teman dan kekasih,” ujar Rafa.

“Ibu tidak memilih orang itu. Itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup ibu,” lanjut Rafa mulai kesal.

“Apa yang kau maksudkan?” tanya P.Shilla heran.

“Jika... Ibu dan orang itu hidup bersama di luar istana. Ibu mungkin akan memiliki hidup yang  lebih indah dan bahagia dari pada hidup ibu sekarang,” jelas Rafa hendak pergi.

“Aku akan melihat Chelsea sekarang,” pamit Rafa dengan kesal. P.Shilla pun memandangi kepergian putranya dengan kesal.



*Di Istana gedung perpustakaan tua


Rafa telah bersama Chelsea, mereka berjanjian untuk bertemu di balkon perpustakaan tua yang berada didalam istana, tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama.

“Masalah ini tidak bisa hanya kau tangani sendiri, ini semua salahku,” ujar Rafa berdiri didepan Chelsea.

“Kalau kau juga terlibat, segalanya akan menjadi lebih sulit,” ujar Chelsea datar yang duduk didepan Rafa tanpa memperhatikan. Dia malah sibuk sendiri memegangi mandolin yang terletak didepannya.

“Aku akan mengatasinya sendiri,” lanjut Chelsea meyakinkan Rafa.

“Aku tidak mau membiarkanmu menderita sendiri,” ujar Rafa hendak meninggalkan Chelsea dan menemui tetua. Chelsea yang sedari tadi tidak menghadap kearah Rafa pun berusaha menahan Rafa.

“Raf...” panggil Chelsea sambil memegangi lengan Rafa. Rafa pun tak jadi beranjak. Chelsea menjadi salah tingkah karena memegangi lengan Rafa.

“Aku selalu bersandar padamu,” ucap Chelsea mulai melepaskan tangannya dari lengan Rafa.

“Walau aku tidak dapat menerima hatimu.  Aku juga ingin untuk memiliki kesempatan sekali saja untuk melindungi mu . Karna Rafa adalah temanku,” ungkap Chelsea diakhiri senyuman lembutnya.

“Chels...” ucap Rafa lemah.

“Setelah kamu kembali ke istana, hanya setelah itu kau dapat memulai dekat kembali dengan keluarga kerajaan. Aku tidak mau mereka menjadi salah paham karna ini semua,” ungkap Chelsea.

“Kamu telah berunbah,” komentar Rafa tenang.

“Benarkah?” ujar Chelsea.

“Hidup di dalam istana, aku telah banyak menyadari. Aku tau jika aku ingin hidup sebagai anggota kerajaan, aku harus melakukan ini semua. Aku selalu berfikir asalkan aku memimiliki Bagas, aku akan dapat dengan mudah tinggal di dalam istana. Tapi...,” ujar Chelsea berhenti sejenak.

“Sepertinya , kenyataanya tidak seperti itu. Mungkin ini semua karna hubunganku dengan Bagas tidak baik. Aku merasa istana seperti sangat menyesakkan bagiku... Aku dapat merasakan kalau aku tidak cocok menjadi Cinderella,” lanjut Chelsea dengan ekspresi pasrah. Rafa pun hanya bisa tersenyum dengan pemikiran Chelsea yang seperti ingin menyerah akan perasaannya pada Bagas.



*Kediaman Royal Couple.


Chelsea kembali sendirian ke kediamannya. Ternyata Bagas telah menunggunya, duduk diruang depan. Bagas pun menyapa Chelsea ketika Chelsea masuk kekediaman mereka.

“Gosip di internet mengatakan kalau putri mahkota terlihat bersama dengan pria lain. Kau sudah melihatnya?” tanya Bagas dingin. Chelsea yang hendak ingin langsung menuju kamarnya pun, akhirnya duduk disamping Bagas.

“Aku tidak peduli,” jawab Chelsea enteng.

“Benarkah? Lalu kau akan mengungkapkan siapa sebenarnya orang itu,” lanjut Bagas masih dengan ekspresi dingin.

“Sepertinya Rafa akan tersakiti,” jawab Chelsea dengan tak acuh.

“Kau masih saja kawatir kepada anak itu? Ingin melindunginya seolah dia adalah sesuatu yang mahal untuk dijaga?” ucap Bagas mulai dengan nada tingginya, tak bisa mengontrol emosinya lagi.

“Gas, hentikan. Aku sangat lelah. Aku sudah menerima banyak dari Rafa. Tapi aku tak dapat memberikan dia apapun. Aku tidak dapat memberikan kepadanya hatiku. Walaupun keadaanya seperti ini, aku tetap ingin memberi sesuatu untuknya,” ungkap Chelsea dengan nada menahan emosinya.

“Kau melindunginya seperti ini dan beraninya kau bilang kau tidak memberikan hatimu. Aku pikir itu sangat menyentuh perasaan,” komentar Bagas dengan senyuman getirnya.

“Apakah kamu akan dengan mudah memberikan hatimu kepada orang lain? Maafkan aku tapi...aku tidak dapat melakukan itu,” ujar Chelsea menahan amarahnya.

“Aku telah memberikan hatiku kepada seseorang jadi aku tidak dapat memberikan itu padanya. Karna Agatha Chelsea hanya memiliki satu hati,” lanjutnya sambil menahan air matanya agar tidak keluar.

“Hentikan bicara tentang hal yang tak masuk akal seperti cinta dan perasaan. Dengarkan kata-kataku baik-baik. Tidak boleh kalau itu Raffa. Hentikan untuk membuat sebuah takdir kotor di dalam istana,” ujar Bagas dengan anda tinggi.

“Takdir yang kotor?” tanya Chelsea sedikit terisak walau belum menangis.

“Kau melihat Rafa dan aku seperti itu?” tanya Chelsea mulai tak tahan.

“Aku tidak bermaksud seperti itu,” jawab Bagas cepat.

“Tersakiti dapat membuat seseorang menjadi sangat kejam. Aku dapat menerima itu. Tapi...yang tidak dapat aku percaya adalah... kau bahkan lebih kejam darinya,” ujar Chelsea masih menahan tangisnya yang langsung berjalan meninggalkan Bagas yang masih duduk terdiam hanya bisa menghela nafas menahan amarahnya.



*Ditaman belakang istana


Pagi itu, Bagas meminta Rafa untuk menemuinya ditaman belakang istana. Bagas sudah datang duluan. Rafa datang kemudian.

“Ada apa?” ujar Rafa menghampiri Bagas.

“Aku tidak percaya kau yang memintaku keluar,” lanjut Rafa yang telah berdiri disamping Bagas.

“Aku telah memperingatkanmu untuk hati-hati karena orang-orang akan melihat dan mengetahui siapa kau sebenarnya,” ujar Bagas dengan dingin.

“Kau ingin memukulku lagi?” ujar Rafa masih dengan santai.

“Selama itu yang kau harapkan, apapun yang akan kau lakukan aku akan menerimanya,” lanjut Rafa.

“Jangan pernah lagi mendekati Chelsea. Jika itu terjadi, aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi,” ujar Bagas to the point.

“Jika aku bilang aku tidak mau melakukan itu?” tantang Rafa dengan polos.

“Ini baik untukmu dan juga baik untuk Chelsea,” ujar Bagas masih dengan dingin.

“Dan untukku,”

“Dan juga... untuk keluarga kerajaan,” lanjut Bagas.

“Aku bukan putra mahkota, aku tidak mau bertanggung jawab terhadap nama baik keluarga kerajaan. Tapi...untuk Chelsea, aku akan mengatakan kepadamu,” ucap Rafa mulai dingin.

“Jangan biarkan Chelsea melakukan apapun lagi di istana,” ujar Rafa.

“Biarkan Chelsea pergi,” pinta Rafa kemudian.

“Kau tidak tahu nasib apa yang telah membenamkan kita kedalam masalah seperti ini? Jika ini adalah nasib yang harus dijalani, biarkan kita yang mengakhirinya pada generasi kita,” ujar Bagas penuh misteri.

“Apa maksudmu?” Rafa penasaran.

“Jangan lupa. Apakah itu menjadi nasibmu atau milikku, kita harus mengakirinya,” pungkas Bagas tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Bagas pun meninggalkan Rafa dengan penuh tanda tanya.



*Di kediaman Ibu Suri Ira


Berita tentang Chelsea masih santer diberitakan dimedia berita. Dalam berita tersebut, si pencuri mobil membeberkan, bahwa pria yang ditemui CP Chelsea masih muda. Bukan pria berumur yang dinyatakan sebagai ayah Putri Mahkota seperti yang Chelsea sampaikan. Para tetua sudah mulai mengetahui kalau Chelsea berbohong.

Disana ada Ibu Suri Ira, King Cakka, Queen Agni, P.Salma serta sekertaris istana sedang membicarakan berita tersebut. Tersirat kemarahan dari Queen Agni. Dan Queen Agni ingin segera menkonfirmasikan hal itu kepada CP Chelsea. Queen Agni pun segera menuju kediaman Royal Couple.



*Kediaman Royal Couple


“Dimana Putri Mahkota?” tanya Queen Agni dengan nada marah kepada dayang Ocha dan Dinda yang kebetulan berada diruang depan kediaman Royal Couple.

“Beliau ada dikamarnya,” jawab dayang Ocha gelagapan.

“Laporkan kedatangan Yang Mulia Ratu sekarang,” perintah dayang Queen Agni.

Dayang Ocha dan Dinda pun segera menuju kamar CP Chelsea untuk memberitahukan kedatangan Queen Agni. Didalam kamar, CP Chelsea sedang berbincang-bincang dengan dayang Misel mengenai pemberitaan di media. Queen Agni segera menyelonong masuk ketika kedatangannya sudah diberitakan membuat CP Chelsea sedikit salah tingkah.

“Apa yang sudah kau lakukan? Seseorang yang memberikan pendidikan kepada Putri Mahkota. Bagaimana bisa kau mengajarkan kepadanya untuk membiarkan skandal yang tidak ada habisnya?” marah Queen Agni ketika melihat dayang Misel.

“Hamba mohon ampun Yang Mulia,” ujar dayang Misel dengan sopan.

Queen Agni pun segera duduk dikursi kamar CP Chelsea. Diikuti Cp Chelsea yang duduk didekatnya. Sedangakn dayang misel berdiri disamping CP Chelsea.

“Katakan kebenaranya kepadaku sekarang!” perintah Queen Agni kepada CP Chelsea dengan nada tinggi.

“Siapa yang bersamamu waktu itu dan mengangkat berita menjadi seperti ini?” lanjut Queen Agni. CP Chelsea masih diam saja.

“Kau masih menolak untuk mengatakanya?!” bentak Queen Agni.

“Maaf, Yang Mulia Ratu,” ujar CP Chelsea takut.

“Kau tidak dapat mengatakanya bukan?”

“Putri Mahkota,” bentak Queen Agni yang kemudian menghela nafas mengeluarkan emosinya.

“Masalah kali ini  bukan masalah yang dapat disembunyikan. Tolong katakan yang sebenarnya,” nasehat dayang Misel.

“Mungkinkah itu adalah Pangeran Rafa?” tanya Queen Agni pelan.

“I...ya,” jawab CP Chelsea lirih.

“Kau pikir jika kau menutup mulutmu kau dapat menyembunyikannya dari dunia?” marah Queen Agni.

“Beraninya kau berbohong kepada orang tua. Apa kau mencoba menjatuhkan martabat keluarga kerajaan!?” ujar Queen Agni dengan nada semakin meninggi.

“Hamba sungguh mohon ampun, Yang Mulai Ratu,” sesal CP Chelsea yang hanya bisa menunduk.
“Saya hanya takut  Pangeran Rafa akan tersangkut masalah kesalah pahaman ini karena saya,” lanjut CP Chelsea.

“Ini sangat menggelikan. Aku sudah menduga Pangeran Rafa yang menyebabkan ini. Sebagai seorang Ratu dimasa depan, kau harus sempurna tampil di depan publik. Dan kau telah menjadi istri dalam sebuah keluarga,” Queen Agni menjelaskan dengan emosi tertahan.
“Kau mengerti hal ini atau tidak?!?” bentak Queen Agni kemudian karena CP Chelsea hanya menunduk saja sedari tadi.
“Aku tanya satu hal kepadamu!” lanjut Queen Agni masih dengan nada tinggi melihat tingkah menantunya yang hanya diam saja.

“Ya, Yang Mulia Ratu,” jawab CP Chelsea lirih ketakutan.

“Kau tau dan kau melakukan sesuatu yang ceroboh seperti ini, apa kau mencoba untuk mencemarkan reputasi nama baik keluarga kerajaan?!?” tanya Queen Agni masih marah.

“Setelah mengajarkanmu dengan sangat intensif, kau masih sangat jauh menjadi putri mahkota yang ideal!!” ucap Queen Agni mencoba untuk lebih tenang.

“Jika semua ini dibiarkan , bagaimana kau mampu menjadi seorang ibu negara!?!” bentak Queen Agni lagi tak dapat menahan emosinya.

“Maaf, Yang Mulia Ratu,” ujar CP Chelsea kemudian masih dengan lirih.

“Masalah dengan Pangeran Rafa ini, tidak bisa dibiarkan menyebar keluar istana,” ujar Queen Agni lebih tenang setelah menghela nafas.

“Dengarkan,” lanjutnya berbicara kepada dayang Misel yang sedari tadi berdiri disamping CP Chelsea.

“Ya, Yang Mulia,” jawab dayang Misel.

“Apapun yang kau dengar hari ini, jangan sampai bocor keluar. Apa kau mengerti?” tanya Queen Agni tenang.

“Ya, Yang Mulia,” jawab dayang Misel lagi.

Setelah mendengar jawaban dayang Misel, tanpa berkata apapun lagi, Queen Agni keluar dari kamar CP Chelsea dengan emosi yang masih meluap. Tepat ketika Queen Agni keluar dari kamar CP Chelsea, CP Bagas masuk kedalam kediaman mereka dan melihat Queen Agni yang terlihat emosi. CP Bagas pun menghentikan Queen Agni sejenak.

“Mengenai masalah ini, apa boleh saya menyampaikan sesuatu?” tanya CP Bagas berdiri dihadapan ibunya.

“Mengenai masalah ini, bukan saatnya Putra Mahkota ikut terlibat,” jawab Queen Agni dengan dingin. Kemudian Queen Agni meninggalkan kediaman putranya tersebut.

CP Bagas melihat kedalam kamar CP Chelsea. Terlihat CP Chelsea dengan muka sedihnya, masih duduk terdiam dikursinya sedari tadi. CP Bagas pun masuk kedalam kamar CP Chelsea, mendekatinya dengan perlahan. Menyadari ekdatanagn Bagas, Chelsea segera menghapus air mata yang ternyata sedikit keluar dipipinya

“Aku mau sendiri,” ujar Chelsea dengan sedikit dingin melihat kedatangan Bagas. Bagas hanya diam saja. Dia diam terlihat semburat kesedihan melihat Chelsea. Dengan raut muka sedih, Bagas pun kemudian meninggalkan Chelsea tanpa berucap sepatah katapun.

--- TBC ---

PS: Kurang panjang gak?
Sebenernya ini baru 1/2 dari part 1 yang telah direncanakan. Berhubung part 1 terlalu panjang (20halaman A4), maka kuputuskan untuk jadiin 2 part.
Lalu, part 2 kpn di posting?
Secepatnya kalau respon kalian banyak. Dengan mengomentari, kasih kritik, saran misalnya. :)

Btw, sebenarnya ini part sudah ku buat hampir 1tahun lalu. Hanya saja, perlu banyak revisi. Hal yang melelahkan. Tapi dgn niat kemarin, 1jam-an revisi dah kelar. :D

Dan setelah baca-baca ulang, aku udah rada lupa detail cerita yg kutulis. Penulis yang buruk ya. :(
Jadi aku mau tanya yang masih ingat;
1. Kalau Rafa memanggil P.Shilla itu (a) Ibu atau (b) Mama??
2. Kalau Chelsea memanggil Ify juga Rio (a) mama-papa (b) ibu-ayah??
Please yang inget bantu ya.


Dan untuk yang ribut; "Princess Hours ini kan drama Korea??"
Please ya, pasti kalian newbie jadi CGF-nya. FF ini dibuat mulai Juni 2013. Dan pada postingan Intro cast udah aku jelasin disana.
 

Baca ndiri sinih >> PRINCESS HOURS versi IC (Introduction)

Marah sih enggak, cuma kesel yang suka nge-judge sebelum check & recheck dulu.
Be mature, please...
Dan jangan Spoiler.
Sebenernya udah banyak yang tahu kalau ini adaptasi, jelas-jelas ada "versi IC". Tapi walau udah tahu, ada yang pernah bilang ke aku sendiri, dia rela nunggu versi IC aja karena lebih suka cast-nya ChelGas. So, jangan ganggu imajinasi kami dulu ya. :)

Maaf ya jadi gini. Aku orangnya gak akan ganggu orang kalo orang itu gak ganggu dulu.
Saling menghargai aja ya. ^^v


Thx.

No comments:

Post a Comment