"Jika kau tak tahan di istana, apa kau mau kabur bersamaku?" tanya Rafa.
"Apa?" tanya Chelsea dengan kaget mendengar pernyataan Rafa.
"Jika kau mau, aku bisa menyerah pada semuanya. Jika kau ingin dan kau merasa nyaman, aku selalu siap untuk menyerah dengan semua ini," ungkap Rafa. Chelsea meletakkan mandolin dan beranjak pergi. Tapi Rafa menahan kepergian Chelsea dengan memegangi tangannya.
"Tapi jika kau menginginkan sesuatu..." Rafa tak bisa meneruskan kata-katanya karena ada seseorang yang datang. Orang itu adalah Bagas!
Bagas naik dan marah, lalu menghampiri keduanya, lalu memukul Rafa. Tentu saja Chelsea berteriak melihat kekasaran Bagas. Bagas marah pada Rafa.
"Bukankah tadi aku sudah bilang, kalau kamu menemukan Putri Mahkota segera beri tahu aku. Tapi kenapa kau diam saja?" teriak CP Bagas penuh emosi.
"Rafa baru saja tahu aku berada disini," ujar Chelsea panik membela Rafa dan mencoba memisahkan mereka berdua.
"Diam kau!" bentak Bagas pada Chelsea.
Bagas menyuruh Chelsea turun tanpa mempedulikan teriakan Chelsea. Bagas menyeret Chelsea turun dari tempat itu meninggalkan Rafa. Bagas terus saja membentak Chelsea. Rafa hanya bisa memendam kekesalannya.
"Cepat!" teriak Bagas pada Chelsea ditangga.
"Hei, jangan marah..."pinta Chelsea terdengar ketakutan.
"Diam!" bentak Bagas.
"Awww~"teriak Chelsea kesakitan.
*
Bagas menarik tangan Chelsea dengan paksa dan membawanya pergi naik mobil dan menolak para pengawal mengikuti mereka.
"Kita mau pergi kemana?" tanya Chelsea.
Tapi Bagas sama sekali tak menjawab pertanyaan Chelsea. Bagas membawa mobilnya melaju dengan kencang ke sebuah hutan kecil dibelakang Istana. Bagas menghentikan mobilnya disana.
"Kamu tahu betapa khawatirnya aku? Kamu bahkan tak membawa pengawal. Kupikir kamu mungkin kecelakaan," ujar Bagas khawatir.
"Terimakasih karena sudah benar-benar khawatir tentang aku," jawab Chelsea dengan nada dingin.
"Jangan terluka karena foto-foto yang tak ada artinya itu," kata Bagas kemudian.
"Foto yang tak berarti? Apa kamu benar-benar tak punya keseriusan apapun dalam dirimu? Jika bukan aku, kamu pasti akan sangat khawatir tentang Chindai. Kamu mungkin tak pernah punya hubungan yang serius dengan siapapun," sindir Chelsea.
"Apa kamu sedang bercanda denganku? Setidaknya kamuナ"Bagas tak sempat melanjutkan kata-katanya karena dipotong oleh Chelsea.
"Aku benar-benar menyesal telah mengganggu hubungan kalian berdua. Saat aku pindah ke Istana, aku butuh seseorang untuk kuikuti. Tak peduli betapa jahatnya kamu dan kejamnya tingkah lakumu, terkadang saat kamu ada di sampingku, aku merasa bahagia dan memberiku kekuatan. Tapi sekarang, aku tak merasakan hal itu lagi," ungkap Chelsea.
"Apa maksudmu?" tanya Bagas.
"Aku tak tahan lagi tetap ada disampingmu," jawab Chelsea dengan ketus. Chelsea keluar dari mobil berjalan meninggalkan Bagas. Bagas ikut turun mengikuti Chelsea.
"Kau mau pergi kemana?" panggil Bagas. Chelsea pun berhenti melangkah dan membiarkan Bagas menghampirinya.
"Kau bilang untuk menunggu 2-3 tahun. Baiklah. Kita bercerai 2-3 tahun lagi," kata Chelsea.
"Apa? Bagaimana jika aku menolaknya?" Bagas balik bertanya.
"Aku ini bukan boneka yang terus saja harus memenuhi kehendakmu. Jadi, nanti saat kamu ingin kembali ke Chindai, kamu bisa bersamanya. Kupikir lebih baik kita menghormati batas masing-masing. Atau dengan kata lain, kita mungkin...kita mungkin harus melupakan kenangan masa lalu yang kita punya. Jika kita berada di bawah langit yang sama dan berpijak di bumi yang sama, akan membuatku semakin membencimu. Dan aku akan jadi sangat sulit untuk menghentikan rasa benci itu," ungkap Chelsea panjang lebar membelakangi Bagas yang berada dibelakangnya. Bagaspun kecewa mendengar kata-kata Chelsea.
"Apa hidup di dalam Istana sangat berat untukmu? Jika kamu benar-benar ingin bercerai, aku akan menceraikanmu," kata Bagas dengan berat hati.
"Siapa yang lebih dulu bilang cerai? dasar kau brengsek!" teriak Chelsea kecewa dan marah.
"Karena pada awalnya aku tak menyukaimu. Kenapa seorang gadis biasa bisa mengganggu hidupku. Dan dengan matanya yang besar selalu bertanya ini itu. Saat aku mendengar kata-katamu, aku merasa hidupku ini penuh kepalsuan. Semua hal yang kupercayai itu nyata, ternyata semuanya palsu. Dan menghilang dalam sekejap. Terkadang aku sering memikirkannya. Tapi terkadang, aku bertanya pada diriku sendiri...apakah aku bisa bertahan hidup tanpamu?" ungkap Bagas.
"Itu berarti...apa benar...?" tanya Chelsea dengan gugup dan sedikit tersenyum. Chelsea senang mendengar pengakuan Bagas.
"Karena semua itu, aku bertaruh kalau aku bisa hidup tanpamu," lanjut Bagas. Chelsea jadi kecewa lagi mendengarnya.
"Orang akan selalu bisa beradaptasi dengan lingkungannya secara perlahan. Aku hidup tanpamu selama 20 tahun. Aku pasti bisa melalui hidupku walau tanpamu. Tapi aku mungkin akan merindukan tingkahmu. Karenamu aku sangat lelah, bertengkar denganmu dan saat-saat kita bersama. Kupikir ini jadi kebisaaan untukku. Layaknya aku tak pernah seperti itu sebelumnya, aku merasa kosong," ungkap Bagas.
"Jadi hanya seperti itu. Kau bisa memperbaiki kebisaaanmu," kata Chelsea kemudian beranjak pergi.
"Bagaimana caramu memperbaiki kebisaaanmu? Setidaknya katakan padaku sebelum kau pergi," pertanyaan Bagas menghentikan langkah Chelsea. Chelsea berbalik menghadap Bagas.
"Aku tak tahu, cari tahu saja sendiri. Kau bahkan tak punya sedikitpun cara untuk menghargai seseorang. Dasar kau orang jahat!" ujar Chelsea setengah menangis.
Chelsea berbalik dan melangkah pergi dengan kesal. Tapi Bagas menyusulnya. Meraih tubuh Chelsea dan memeluknya dari belakang.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku," teriak Chelsea sambil memberontak.
"Sebentar saja. Bisakah kau diam seperti ini sebentar?" pinta Bagas dengan lembut. Bagas semakin erat memeluk Chelsea. Chelsea mulai luluh, dan dia membalikan badannya. Kemudian mereka berdua berpelukan dengan mesra. Chelsea tersenyum bahagia, Bagas juga merasakan hal yang sama. Bagas pun mengecup kening Chelsea.